EFISIENSI EKONOMIS USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN KAPAL
MOTOR DI KECAMATAN PANTAI LABU, KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
OLEH:
DAMEYANTI GINTING
050304054
SEP-AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS EFISIENSI PENANGKAPAN IKAN DENGAN KAPAL MOTOR
DI KECAMATAN PANTAI LABU, KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Depatemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana
Pertanian
OLEH:
DAMEYANTI GINTING
050304054
SEP-AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Departemen Agrsibisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan untuk Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian.
Pada Tanggal :
Panitia Penguji Skripsi
Ketua :
Anggota 1). :
2). :
3). :
Mengesahkan
Departemen Agribisnis
Fakulatas Pertanian USU
Ketua
132005055 (Ir. Luhut Sihombing, MP)
NAMA : DAMEYANTI GINTING
NIM : 050304054
DEPARTEMEN : AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(DR. Ir. Rahmanta Ginting, Ms) (
196309281998031001 19580325198502102 DR. Ir. Satia Negara Lubis, MEc)
Mengetahui
Ketua Departemen Agribisnis
RINGKASAN
DAMEYANTI GINTING (050304054/ Agribisnis), dengan judul skripsi “ANALISIS
EFISIENSI PENANGKAPAN IKAN DENGN KAPAL MOTOR DI KECAMATAN PANRAI LABU,
KABUPATEN DELI SERDANG”, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini di bawah
bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi sebagai ketua komisi pembimbing dan
Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, Mec sebagai anggota komisi pembimbing.
Potensi perikanan tangkap di kawasan Pantai Timur Sumatera (Selat Malaka)
secara fleksibel telah mampu menampung jumlah pengangguran yang semakin tinggi.
Agar pendapatan nelayan bisa meningkat, maka sebaiknya nelayan meningkatkan
produksi tangkapan yang optimal, salah satu caranya adalah dengan alokasi input
produksi yang efisien tanpa harus mengeksploitasi sumber daya perikanan secara
berlebih.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas kapal motor/
trip, pengaruh variabel bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur, dan
pengalaman nelayan terhadap produksi tangkapan serta untuk mengetahui efisiensi
alokasi input produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan. Dimana jenis alat
tangkap yang diteliti adalah pukat layang dan jaring kembung.
Penentuan daerah penelitian dilaklukan secara purposive, yakni Kecamatan
Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan
metode simple random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda dengan fungsu produksi Cobb Douglas, dan analisis NPM/Px.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: produktivitas kapal motor adalah 14,83
variabel bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur, dan pengalaman
nelayan berpengaruh secara nyata terhadap produksi tangkapan. Secara parsial untuk
pukat layang hanya bahan bakar, tenaga kerja, dan ukuran mesin yang berpengaruh
secara signifikan terhadap produksi tangkapan. Secara parsial untuk jaring kembung
hanya bahan bakar, dan tenaga kerja yang berpengaruh secara signifikan terhadap
produksi tangkapan. Efisiensi input produski dengan pukat layang adalah: 1,62 untuk
bahan bakar; 1,18 untuk tenaga kerja; dan 0,74 untuk perbekalan. Efisiensi input
produski dengan jaring kembung adalah: 3,80 untuk bahan bakar; 1,31 untuk tenaga
kerja; dan 0,40 untuk perbekalan. Alokasi input produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan
perbekalan pada opersai penangkapan ikan untuk kedua jenis alat tangkap belum
efisien.
RIWAYAT HIDUP
DAMEYANTI GINTING lahir di Kutambaru pada tanggal 20 April 1986, anak ke
enam dari enam bersaudara, putri dari bapak Pendi Ginting dan Ibu Roslina br
Sembiring.
Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Umum dari SMU Negeri 1 Kabanjahe,
dan pada tahun 2005 melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian, Program Studi Agribisnis.
Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi
kemahasiswaan, antara lain Ikatan Mahsiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP FP
USU).
Tahun 2009, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Lau Njuhar
Kecamatan Taneh Pinem, Kabupaten Dairi, dan pada tahun yang sama, penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun skripsi
ini berjudul “ANALISIS EFISIENSI PENANGKAPAN IKAN DENGN KAPAL MOTOR DI
KECAMATAN PANRAI LABU, KABUPATEN DELI SERDANG”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak
Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satya
Negara Lubis, Mec sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada semua staf pengajar, dan pegawai di Program Studi Agribisnis
Departemen Agribisnis.
Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada
orangtua penulis Ayahanda Pendi Ginting dan Ibunda Roslina br Sembiring, yang telah
membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Dan kepada abang dan
kakakku yang telah memberi dukungan, K’Lida, K’Sus, B’Dos, B’Dedi, K’Wita dan Ika.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Departemen
Agribisnis stambuk 2005 khususnya Ifenk, Sabeth, Uli, Junteck, Evha, Mery dan semua
yang telah memberi semangat dan dukungan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya. Semoga skripsi
DAFTAR ISI
Hal.
RINGKASAN ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Pendahuluan ... 1
Identifikasi Masalah ... 8
Tujuan Penelitian ... 8
Kegunaan Penelitian ... 9
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 10
Penelitian Terdahulu ... 15
Landasan Teori ... 15
Kerangka Pemikiran ... 19
Hipotesis Penelitian ... 23
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24
MetodePengumpulan Data ... 25
Metode Analisis Data ... 25
Defenisi dan Batasan Operasional ... 29
Defenisi ... 29
Batasan Operasional ... 31
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Deskripsi Kecamatan ... 32
Letak dan Keadaan Kecamatan Pantai Labu ... 32
Keadaan Penduduk ... 33
Karakteristik Nelayan Sampel ... 36
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Operasional Penangkapan Ikan ... 40
Persiapan Berangkat ke Laut ... 40
Kegiatan Penangkapan Ikan ... 41
Penjualan Hasil Tangkapan ... 44
Produktivitas Penangkapan Ikan ... 45
Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Produksi Tangkapan ... 46
Pengujian Statistik ... 47
Efisiensi Input Produksi ... 58
Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Hal
1.Produksi Penangkapan Ikan Laut di Sumatera Utara dan Deli
Serdang, Tahun 2003-2007 ... 3
2. Produksi Perikanan Tangkap menurut Wilayah Pengembangan
3.Jumlah Kapal yang Mendarat dan Hasil Produksi Ikan di TPI
Pantai Labu, Tahun 2007 ... 5
4.Jumlah Perahu atau Kapal Motor dan Alat Tangkap di Kecamatan
Pantai Labu, Tahun 2007 ... 6
5.Daerah Operasi Penangkapan menurut Kondisi armada Penangkapan ... 14
6.Jumlah Responden Nelayan dengan Alat Tangkap Pukat Layang
Dan Jaring Kembung ... 25
7.Jumlah Penduduk di Tiap Desa di Kecamatan Pantai Labu,
Tahun 2007 ... 33
8.Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pantai
Labu, Tahun 2007 ... 34
9.Keadaan Penduduk menurut Jenis Kegiatan di Kecamatan Pantai
Labu, Tahun 2007 ... 34
10. Keadaan Penduduk menurut Agama di Kecamatan Pantai
Labu, Tahun 2007 ... 35
11. Keadaan Penduduk menurut Suku Bangsa di Kecamatan Pantai
Labu, Tahun 2007 ... 35
12. Sarana dan Prasarana Pendidikan, Kesehatan, dan peribadatan di Kecamatan Pantai Labu ... 36
14. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Kelompok Umur ... 38
15. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Pengalaman Melaut ... 38
16. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39
17. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 39
18. Produktivitas dan Penerimaan ... 45
19. Beberapa Variabel yang Berpengaruh terhadap Produksi Tangkapan Dengan Pukat Layang ... 47
20. Beberapa Variabel yang Berpengaruh terhadap Produksi Tangkapan Dengan Jaring Kembung ... 53
21. Tingkat Efisiensi Penggunaan Input Produksi pada Operasi Penangkapan Ikan dengan Pukat Layang ... 60
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran ... 22
2. Kapal Motor Berukuran 16 HP ( 1 GT) ... 40
3. Alat Tangkap Pukat Layang ... 42
4. Alat Tangkap Jaring Kembung ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1.Karakteristik Petani Sampel ... 68
2.Ukuran Mesin dan Frekuensi Melaut ... 69
3.Jenis dan Jumlah Hasil Tangkapan ... 70
4.Harga Jual Rata-rata Hasil Tangkapan ... 72
5.Penerimaan ... 73
6.Harga Kapal Motor dan Alat Tangkap ... 74
7.Biaya Penyusutan Kapal Motor dan Alat Tangkap ... 75
8.Biaya Pemeliharaan Kapal Motor dan Alat Tangkap ... 77
9.Biaya Tetap ... 79
10. Biaya Variabel ... 81
11. Pendapatan Bersih ... 85
12. Input Data Analisis Regresi Linier Berganda dengan Alat Tangkap Pukat Layang ... 87
13. Input Data Analisis Regresi Linier Berganda dengan Alat Tangkap Pukat Layang ... 89
14. Analisis Regresi Variabel yang Mempengaruhi Produksi Tangkapan dengan Pukat Layang ... 91
RINGKASAN
DAMEYANTI GINTING (050304054/ Agribisnis), dengan judul skripsi “ANALISIS
EFISIENSI PENANGKAPAN IKAN DENGN KAPAL MOTOR DI KECAMATAN PANRAI LABU,
KABUPATEN DELI SERDANG”, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini di bawah
bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi sebagai ketua komisi pembimbing dan
Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, Mec sebagai anggota komisi pembimbing.
Potensi perikanan tangkap di kawasan Pantai Timur Sumatera (Selat Malaka)
secara fleksibel telah mampu menampung jumlah pengangguran yang semakin tinggi.
Agar pendapatan nelayan bisa meningkat, maka sebaiknya nelayan meningkatkan
produksi tangkapan yang optimal, salah satu caranya adalah dengan alokasi input
produksi yang efisien tanpa harus mengeksploitasi sumber daya perikanan secara
berlebih.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas kapal motor/
trip, pengaruh variabel bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur, dan
pengalaman nelayan terhadap produksi tangkapan serta untuk mengetahui efisiensi
alokasi input produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan. Dimana jenis alat
tangkap yang diteliti adalah pukat layang dan jaring kembung.
Penentuan daerah penelitian dilaklukan secara purposive, yakni Kecamatan
Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan
metode simple random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda dengan fungsu produksi Cobb Douglas, dan analisis NPM/Px.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: produktivitas kapal motor adalah 14,83
variabel bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur, dan pengalaman
nelayan berpengaruh secara nyata terhadap produksi tangkapan. Secara parsial untuk
pukat layang hanya bahan bakar, tenaga kerja, dan ukuran mesin yang berpengaruh
secara signifikan terhadap produksi tangkapan. Secara parsial untuk jaring kembung
hanya bahan bakar, dan tenaga kerja yang berpengaruh secara signifikan terhadap
produksi tangkapan. Efisiensi input produski dengan pukat layang adalah: 1,62 untuk
bahan bakar; 1,18 untuk tenaga kerja; dan 0,74 untuk perbekalan. Efisiensi input
produski dengan jaring kembung adalah: 3,80 untuk bahan bakar; 1,31 untuk tenaga
kerja; dan 0,40 untuk perbekalan. Alokasi input produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan
perbekalan pada opersai penangkapan ikan untuk kedua jenis alat tangkap belum
efisien.
PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Permasalahan
Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beraneka ragam. Luas
perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km2, panjang garis pantai 81.000 km dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 tentu saja berpotensi untuk
menghasilkan hasil laut yang jumlahnya cukup besar. Pada tahun 2003 saja, produksi
ikan Indonesia mencapai 5.948 juta ton yang menempati posisi keenam setelah Cina,
Peru, India, Jepang, dan Amerika Serikat (Anonimus, 2007).
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan
bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke
tahun. Asia selain sebagai produsen ikan terbesar, diperkirakan juga menjadi konsumen
terbesar dari hasil perikanan dunia. Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki
makna positif bagi pengembangan perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti
Indonesia yang memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk
pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akuakultur (Widodo, 2006).
Salah satu penyebab meningkatnya devisa negara yaitu meningkatnya nilai
ekspor hasil perikanan. Pada tahun 2006, komoditas non-migas ikan dan udang
memberikan kontribusi tertinggi. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang sangat tinggi
di beberapa negara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, ekspor ikan dan udang
pada periode Januari hingga Juni 2006 mencapai 825,5 juta dolar AS. Nilai tersebut
mengalami peningkatan dari periode yang sama pada tahun 2005 sebesar 759,2 juta
dolar AS (Anonimus, 2007).
Sampai saat ini, hasil perikanan dari kegiatan penangkapan khususnya dari laut
struktur usaha, alat tangkap, dan nelayan yang sangat beragam menyumbang lebih dari
70% produksi tersebut. Tentunya pengelolaan perikanan menjadi alat yang sangat
penting untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya, pemanfaatan, dan berbagai aktivitas
perikanan lainnya (Widodo, 2006).
Usaha penangkapan di laut disebut perikanan laut. Perikanan laut dilakukan
diperairan-perairan pantai atau dilepas pantai. Usaha perikanan laut meliputi
penangkapan ikan, pengambilan kerang, pengambilan mutiara, dan pengambilan
rumput laut. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh penduduk yang bertempat
tinggal didaerah pantai. Sebagian dilakukan sebagai mata pencaharian pokok, dan ada
juga yang melakukan pada waktu-waktu tertentu saja. (Ratna Evy dkk, 1997).
Agar pemanfaatan sumberdaya ikan dengan alat tangkap memperoleh hasil
yang optimum, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, seperti aspek biologi, teknis
maupun ekonomi. Aspek biologi terkait dengan sumberdaya ikan, termasuk faktor
lingkungan. Aspek teknis menyangkut peralatan dan teknologi untuk memanfaatkan
sumberdaya ikan, berupa alat tangkap, armada penangkapan, alat pendeteksi ikan dan
sarana penangkapan lain, sedangkan aspek ekonomi menyangkut modal yang
dikeluarkan dalam upaya pengembangan perikanan tersebut.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut (tangkap),
sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya memiliki
karakteristik; skala usaha kecil, aplikasi teknologi yang sederhana, jangkauan operasi
penangkapan yang terbatas di sekitar pantai dan produktivitas yang relatif masih rendah
(Waridin, 2007).
Sebagian besar masyarakat nelayan di Pantai Timur Sumatera mencari nafkah
atau berpenghasilan dari usaha perikanan, namun demikian usaha tersebut masih
yang ditandai dengan penggunaan alat tangkap dan kapal perikanan yang menangkap
ikan dilaut, pembuatan ikan asin, perebusan kepiting, tambak udang, dan lain-lain.
Tabel berikut menunjukkan jumlah produksi penangkapan ikan laut di Sumatera
Utara dan Kabupaten Deli Serdang, dari tahun 2003 sampai tahun 2007.
Tabel 1 : Produksi Penangkapan Ikan Laut di Sumatera Utara dan Deli Serdang, Tahun
2003-2007
No Tahun
Produksi (Ton) % Deli Serdang atas
Sumatera Utara Sumatera Utara Deli Serdang
1 2003 341.182,5 17.400,3 5,12
2 2004 323.793,9 15.981,6 4,94
3 2005 326.336,2 16.677,7 5,21
4 2006 333.280,8 17.097,31 5,13
5 2007 348.222,1 18.396,2 5,32
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah
yang cuckup berpotensi dalam perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
produksi tangkapan ikan laut yang terus bertambah dari tahun ke tahun.
Secara umum potensi pengembangan perikanan dan kelautan pada wilayah
Kabupaten Deli Serdang adalah sangat menjanjikan, karena selain memiliki potensi yang
besar dengan topografi wilayah yang beragam, daerah ini juga memiliki peluang
pemasaran hasil yang lebih baik dibandingkan daerah-daerah lainnya di Sumatera Utara.
Sesuai dengan letak geografis, Kabupaten Deli Serdang yang memiliki wilayah laut
dengan panjang garis pantai ± 65 km, merupakan peluang bagi usaha perikanan tangkap.
dalam perikanan tangkap dilaut, dimana produksi perikanan tangkap pada tahun 2007
sebesar 17.767,8 ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang, 2008).
Produksi perikanan tangkap menurut wilayah pengembangan dataran pantai di
Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Wilayah Pengembangan Pantai di
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007
Wilayah Pengembangan
(Kecamatan)
Produksi (Ton) % Produksi Dari Deli
Serdang
Labuhan Deli 3.041,30 16,53
Hamparan Perak 4.161,65 22,62
Percut Sei Tuan 5.044,32 27,42
Pantai Labu 6.148,73 33,42
Total 18.396,20 100,00
Sumber: BPS Sumatera Utara, Deli Serdang Dalam Angka 2008
Kabupaten Deli Serdang mempunyai empat wilayah pengembangan dataran
pantai. Wilayah pengembangan yang paling berpotensi adalah Pantai Labu dengan
produksi 6.148,73 ton atau 33,42 % dari total produksi Deli Serdang pada tahun 2007,
disusul oleh wilayah pengembangan Percut Sei Tuan dengan produksi sebesar 5.044,32
ton atau sekitar 27,42 %.
Arah pengembangan bagi sarana produksi perikanan di Kabupaten Deli Serdang
tetap diarahkan melalui pendekatan motorisasi kapal penangkap ikan dan
penggunaan peralatan pemantauan gerombolan ikan untuk menentukan fishing gruond
sehingga penangkapan ikan dapat berlangsung lebih efektif serta tetap dengan
memperhatikan penangkapan berimbang (sustainable yield)
Jumlah kapal yang mendarat serta produksi ikan di TPI Pantai Labu, pada tahun
2007 dapat kita lihat pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3 : Jumlah kapal yang mendarat dan hasil produksi ikan di TPI Pantai Labu tahun
2007
No Bulan Kapal yang mendarat Produksi (Ton)
1 Januari 670 34,40
2 Februari 635 32,80
3 Maret 715 36,80
4 April 709 36,50
5 Mei 693 35,70
6 Juni 725 37,30
7 Juli 729 37,50
8 Agustus 671 34,60
9 September 673 34,60
10 Oktober 658 33,90
11 November 669 34,50
12 Desember 672 36,60
Total 8218 425,40
Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008
Tabel 3 memperlihatkan bahwa produksi kapal penangkap ikan yang mendarat
di TPI Pantai Labu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Faktor-faktor produksi (input)
seperti bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan yang ada pada tahun terakhir
mengalami kenaikan harga sehingga dengan hasil tangkapan yang cenderung
Jenis dan kapasitas perahu atau kapal motor serta jenis alat tangkap yang
digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan juga bermacam-macam. Berikut
disajikan jenis dan jumlah perahu atau kapal motor serta jenis dan jumlah alat tangkap
yang digunakan oleh nelayan di Kecamatan Pantai Labu tahun 2007.
Tabel 4 : Jenis dan jumlah perahu/kapal motor serta alat tangkap di Kecamatan Pantai
Labu tahun 2007
No Perahu/kapal motor dan alat tangkap Jumlah
1 Perahu tanpa motor 258
2 Kapal motor s/d 5 Gross Tonage 302
3 Kapal motor di atas 5 Gross Tonage 39
4 Pukat kantong (seine net) 120
5 Pukat cincin (pusei net) 11
6 Jaring insang (gill net) 171
7 Jaring klitik (shrimp net) 43
8 Pancing (hook and line) 194
9 Lainya 100
Dari Tabel 4 di atas diketahui bahwa jenis perahu atau kapal motor yang
digunakan oleh nelayan di Pantai Labu bervariasi mulai dari perahu tanpa motor, kapal
motor di bawah 5GT sampai kapal motor di atas 5 GT. Sementara itu kapal motor yang
paling banyak digunakan adalah kapal motor yang berkekuatan sampai dengan 5 GT
(Gross Tonage).
Alat tangkap yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan juga
bermacam-macam baik jenis maupun jumlahnya. Alat tangkap yang paling banyak digunakan adalah
pancing, jaring insang, dan pukat kantong.
Produktivitas nelayan yang rendah umumnya disebabkan oleh rendahnya
keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun perahu
yang masih sederhana, sehingga efektifitas dan efisiensi kegiatan penangkapan ikan dan
penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum optimal. Keadaan ini sangat
berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan dan akhirnya
berpengaruh juga pada tingkat kesejahteraannya. Pada umumnya nelayan tradisionil
belum menggunakan kombinasi input yang sesuai dengan perhitungan teknisnya
sehingga penggunaan faktor produksi tidak efisien yang menyebabkan pendapatan
nelayan kurang maksimal.
Oleh karena itu diperlukan adanya pemahaman tentang alokasi penggunaan
input yang efisien. Adanya efisiensi kegiatan penangkapan ikan dapat meningkatkan
produksi perikanan. Sehingga pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan nelayan.
Namun operasi penangkapan ikan ini juga harus tetap memperhatikan keseimbangan
sumber daya perairan yaitu jumlah tangkapan maksimum, MaximumSustainable Yield
(MSY).
Hal itulah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian ini yaitu
kapal motor, dimana alat tangkap yang digunakan adalah dengan pukat layang serta
jaring kembung. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang, pukat
layang dan jaring kembung merupakan alat tangkap yang cukup berpotensial untuk
dikembangkan pada operasi penangkapan ikan karena tidak merusak ekosistem laut,
dan dapat diusahakan oleh nelayan kecil karena armada penangkapannya tidak
membutuhkan modal yang terlalu besar seperti pada alat tangkap lain.
Alat tangkap pukat layang digolongkan ke dalam jenis pukat kantong yang
sudah dimodifikasi, dimana alat tangkap ini masih tergolong baru, dan Dinas Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang sendiri sedang menggalakkan pemakaian alat
tangkap ini, karena dinilai menguntungkan nelayan, sehingga penulis merasa perlu
untuk melakukan penelitian tentang alat tangkap pukat layang (seine net ) ini.
Sedangkan jaring kembung merupakan alat penangkapan ikan yang sudah cukup lama
dikenal oleh nelayan di Pantai Labu. Penulis memilih kedua jenis alat tangkap ini karena
skala usaha dan besarnya armada untuk kedua jenis alat tangkap hampir sama, selain
itu kedua alat tangkap ini bersifat legal dan tidak merusak lingkungan.
Dari uraian tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa yang melatarbelakangi
penelitian ini adalah Pantai Labu sebagai salah satu sentra produksi perikanan tangkap
di Sumatera Utara telah menyerap banyak tenaga kerja dan menunjang pendapatan
bagi penduduk yang bekerja disektor tersebut. Sehingga diperlukan adanya pemahaman
tentang adanya pengaruh beberapa variabel terhadap jumlah tangkapan nelayan serta
alokasi faktor produksi atau input produksi secara efisien sehingga nelayan dapat
memperoleh hasil tangkapan yang optimal.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Berapakah produktivitas penangkapan ikan dengan kapal motor dalam satu trip di
daerah penelitian?
2. Bagaimanakah pengaruh variabel-variabel; bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan,
ukuran mesin, umur nelayan, dan pengalaman nelayan terhadap produksi
tangkapan nelayan baik secara serempak maupun secara parsial?
3. Apakah pemakaian input produksi (bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan) pada
operasi penangkapan ikan dengan kapal motor tergolong sudah efisien?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui produktivitas kegiatan penangkapan ikan dengan kapal motor
dalam satu trip di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel-variabel; bahan bakar, tenaga
kerja, perbekalan, ukuran mesin kapal, umur nelayan, dan pengalaman nelayan
terhadap produksi tangkapan nelayan baik secara serempak maupun secara parsial.
3. Untuk menganalisis tingkat efisiensi pemakaian input produksi (bahan bakar, tenaga
kerja, dan perbekalan) pada operasi penangkapan ikan dengan kapal motor.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi bagi nelayan untuk mengetahui produktivitas dan
pada kegiatan penangkapan ikan dengan kapal motor khususnya dengan alat
tangkap pukat layang dan jaring kembung.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan
dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah
dangkalan sinar matahari dapat tembus sampai ke dasar laut, sehingga organisme dilaut
tumbuh dengan subur (Ratna Evy dkk, 1997).
Habitat perairan laut dapat dibagi ke dalam tiga kelompok wilayah perikanan,
yaitu:
1. Daerah pantai (paparan)
2. Daerah upwelling yaitu perbatasan antara daerah pantai dan laut terbuka
dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas
3. Laut terbuka (lepas pantai).
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya ikan, kebanyakan perikanan
diklasifikasikan menurut produk yang ditangkap, yakni spesies yang menjadi target bagi
keperluan manusia. Oleh sebab itu dikenal perikanan tuna dan cakalang, perikanan
udang, perikanan paus, dan lain-lain. Juga dikenal pengelompokan perikanan lain seperti
perikanan pelagis kecil (layang, kembung, selar, dan lain-lain), perikanan demersal
(kakap, bawal, layar, kerapu), perikanan karang, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan
penangkapannya biasa dilakukan oleh berbagai jenis usaha perikanan, baik perikanan
skala kecil yang biasanya terbatas dekat tempat pendaratan atau pelabuhan basis
mereka, sampai perikanan skala besar seperti perikanan trawl (pukat harimau) yang
menangkap ikan laut (Widodo, 2006).
Agar persediaan ikan dalam laut tetap banyak, maka ikan-ikan kecil hendaknya
hendaknya jangan dirusak. Pemakaian dinamit dan racun (tuba) harus dilarang sebab
dapat memusnahkan seluruh ikan, baik yang besar maupun yang kecil, serta
menghancurkan tempat kediamannya. Demikian juga penggunaan trawl (pukat harimau)
merugikan nelayan tradisional (Ratna Evy dkk, 1997).
Kegiatan penangkapan ikan dilaut dapat diklasifikasikan menurut besarnya
usaha, yaitu:
a). Klasifikasi perahu tanpa motor
1. Jukung ; sampan atau perahu dengan bentuk yang sederhana
2. Perahu papan
• Kecil (panjangnya lebih kecil dari 7m)
• Sedang (panjangnya 7-10 m)
• Besar (panjangnya lebih besar dari 10 m)
b). Perahu motor tempel
c). Klasifikasi kapal motor
1. < 5 GT
2. 5-10 GT
3. 10-20 GT
4. 20-30 GT
5. 20-50 GT
6. 50 100 GT
7. 100-200 GT
8. 200 GT ke atas
(Badan Pusat Statistik Sumut, 2007).
Pembagian alat tangkap ikan secara umum adalah sebagai berikut:
Adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan
terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan, dan kantong jaring, bagian kantong terletak
di belakang bagian badan yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan
ikan. Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan
demersal. Pukat kantong terdiri dari pukat payang, pukat layang, dogol dan pukat
pantai.
2. Pukat Cincin (purse seine)
Adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau
trapesium, dilengkapi dengan tali yang dapat digulung untuk mengurung
gerombolan ikan.
3. Jaring insang (gill net)
Merupakan alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi
panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Dilengkapi dengan sejumlah
pelampung, pemberat, tali ris atas, dan rali ris bawah atau tanpa tali ris bawah
untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan atau
terpuntal. Jaring insang dioperasikan di permukaan, pertengahan, dan dasar secara
menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan
demersal. Jaring insang terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis tangkapan
utamanya, antara lain jaring kembung, jaring kerapu, jaring kakap, jaring udang, dan
lain-lain.
4. Jaring angkat
Adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur
sangkar yang dibentangkan dengan menggunakaan kerangka dari batang kayu atau
bambu sehingga jaring angkat membentuk kantong.
Adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan pancing.
Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami maupun
umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang termasuk ke dalam klasifikasi pancing,
yaitu rawai (longline), dan pancing. Alat pancing terdiri dari dua komponen utama,
yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata yang terdapat pada tiap perangkat pancing
bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak sekali (beberapa ratus mata kail)
tergantung dari jenis pancingnya. Banyak macam alat pancing digunakan oleh para
nelayan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala besar
yang digunakan untuk perikanan industri.
6. Perangkap
Adalah alat penangakapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu,
kayu, atau besi yang dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara portable
(dapat dipindah tempatkan) selama jangka waktu tertentu.
(Hartono, 2008).
Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009,
disebutkan bahwa masalah yang dihadapi dalam revitalisasi pertanian, khususnya
perikanan di antaranya adalah:
(1) Rendahnya kesejahteraan nelayan dan relatif tingginya tingkat kemiskinan,
(2) Akses ke sumber daya produktif termasuk sumber daya permodalan yang terbatas,
dan
(3) Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya perikanan yang ada. Permasalahan
tersebut menjadi kendala serius yang perlu diupayakan penanggulangannya.
Keberpihakan pemerintah, terutama lembaga keuangan relatif masih sedikit terhadap
Secara nasional, potensi lestari sumber daya perikanan laut Indonesia sebesar
6,7 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48%. Selain untuk konsumsi
dalam negeri, hasil perikanan juga dipasarkan kenegara lain (ekspor) yang jumlahnya
terus meningkat (Mulyadi, 2005).
Sedangkan potensi lesatri sumber daya perikanan pantai Timur Sumatera
sebesar 263.300 ton/tahun. Dengan potensi yang sebesar ini, maka perikanan laut
merupakan salah satu sumber pendapatan bagi penduduk yang tinggal di sekitar pesisir
Pantai Timur Sumatera (Harian Waspada, 2009).
Daerah operasi penangkapan (fishing ground) di laut berkembang dari perairan
dekat pantai hingga laut lepas. Terdapat zona penangkapan sesuai dengan kondisi
armada penangkapan. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Tahun 1999, yakni
[image:32.595.108.513.433.595.2]jalur I hingga jalur III (Effendi dan Oktariza, 2006).
Tabel 5. Daerah Operasi Penangkapan Menurut Kondisi Armada Penangkapan
Jalur Penangkapan Jarak dari Pantai Peruntukan
Jalur I 0 – 3 mil Kapal nelayan trsdisional dan kapal tanpa
motor
3 – 6 mil Kapal motor tempel < 12 meter atau < 5 GT
Jalur II 6 – 12 mil Kapal motor < 60 GT
Jalur III 12 – 200 mil Kapal motor < 200 GT
Sumber: SK Menteri Pertanian No. 392, 1999
Dari Tabel 5 di atas, diketahui bahwa semakin besar ukuran GT (Gross Tonase)
dari sebuah armada penangkapan maka jarak ataupun daerah operasi penangkapannya
akan semakin jauh dari pantai.
Adapun penelitian terdahulu dilakukan oleh Waridin (2007) yang telah
menganalisis tentang analisis efisiensi alat tangkap cantrang serta faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi tangkapan nelayan cantrang. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa secara serempak faktor bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan,
ukuran mesin, dan pengalaman berpengaruh secara nyata terhadap produksi tangkapan
dengan alat tangkap cantrang. Sedangkan secara parsial, tenaga kerja, bahan bakar,
perbekalan, dan ukuran mesin berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan, hanya
pengalaman yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tangkapan. Pemakaian
input produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan dengan alat tangkap cantrang
belum efisien.
Landasan Teori
Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan nelayan. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab masih
rendahnya tingkat pendapatan nelayan, antara lain alat tangkap yang tidak produktif,
modal untuk pengembangan usaha, keterbatasan sumberdaya, dan lain-lain. Semua
faktor ini dapat mempengaruhi penurunan produktivitas. Secara tidak langsung dengan
produktivitas yang rendah, maka keuntungan yang didapatkan nelayan pun berkurang
(Waridin, 2007).
Untuk memperoleh keuntungan yang besar sebenarnya dapat dilakukan dengan
cara menekan biaya produksi atau menaikkan harga jual. Namun yang biasa dipakai oleh
perusahaan yaitu dengan cara menekan biaya produksi.
Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk melakukan
kegiatan penangkapan ikan sampai ikan tersebut siap untuk dijual. Biaya produksi ini
yang penggunaannya tidak habis dalam suatu masa produksi, antara lain biaya
peralatan, biaya penyusutan peralatan (seperti kapal, mesin, fiber, alat tangkap, jangkar,
dan lain-lain), serta biaya pemeliharaan. Sementara biaya variabel merupakan biaya
yang habis dalam satu kali masa produksi antara lain biaya operasional (seperti BBM, es,
konsumsi), serta upah tenaga kerja (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2008).
Ada beberapa permasalahan perikanan yang kompleks yang diakibatkan oleh
penggunaan peralatan yang bermacam-macam (purseine, payang, gillnet, cantrang,
tramel net, arad, pancing, dan lain-lain). Hasil tangkapan rendah karena pada umumnya
mereka merupakan nelayan tradisional atau berskala kecil sehingga daerah
tangkapannya (fishing ground) terbatas tidak jauh dari pantai. Pendapatan mereka juga
rendah karena biaya operasional yang tinggi dan harga jual ikan di TPI yang berfluktuasi.
Untuk memperbaiki kesejahteraan nelayan maka perlu adanya peningkatan pendapatan
nelayan melalui peningkatan produktivitas, efisiensi penggunaan input produksi pada
berbagai jenis perahu atau kapal motor dan alat tangkap perikanan.
Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi hasil tangkapan nelayan
antara lain adalah:
1. Tenaga kerja,
2. Bahan bakar,
3. Jenis alat tangkap yang digunakan,
4. Jenis kapal
5. Perbekalan, dan
6. Pengalaman.
(Waridin, 2007).
Hasil tangkapan per upaya penangkapan atau produktivitas tangkapan adalah
beroperasi dari suatu perairan. Hasil tangkapan berupa jumlah ikan hasil tangkapan dari
salah satu kelompok sumber daya ikan (pelagis, demersal, dan lain sebagainya) dengan
satuan berat (Ton atau Kg). Sedangkan upaya penangkapan berupa jumlah unit atau trip
hari operasi penangkapan.
Fungsi produksi perikanan jangka pendek adalah hubungan antara tangkapan
(catch) dan upaya (effort). Sementara itu dalam jangka panjang hal tersebut merupakan
hubungan antara penangkapan dan rata-rata penangkapan yang dapat diperoleh pada
waktu tertentu tanpa mempengaruhi stok ikan (Anderson dalam Waridin, 2007).
Dalam fungsi produksi perikanan jangka panjang, tangkapan maksimum atau
Maximum Sustainable Yield (MSY) adalah tangkapan ikan sama dengan pertumbuhan
alami dari stok ikan yang tetap atau tidak berubah selama upaya (effort) juga tetap.
Walaupun stok ikan atau sumberdaya melimpah, variasi lokasi dan waktu penangkapan,
stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan tetap sehingga fungsi produksi perikanan
jangka pendek dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = f (E)
Keterangan: Y = Hasil tangkapan
E = Upaya penangkapan ikan (effort)
Sehingga fungsi produksi perikanan juga dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = f (E1, E2, ……., E6) (Panayotou dalam Waridin, 2007)
Catch Per Unit Effort (CPUE) adalah laju tangkap perikanan per tahun yang
diperoleh dengan menggunakan data time series, minimal selama lima (5) tahun.
Semakin panjang series waktu yang digunakan semakin tajam prediksi yang diperoleh.
Cara perhitungannya adalah dengan cara membagi total hasil tangkapan dengan total
Prinsip efisiensi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana
pengalokasian faktor produksi tersebut agar digunakan secara seefisien mungkin. Dalam
terminologi ilmu ekonomi , maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3
macam, yaitu:
a. Efisiensi teknis
b. Efisiensi alokatif (efisiensi harga)
c. Efisiensi ekonomi
Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi
teknis) kalau faktor produksi dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan
efisiensi harga atau efisiensi alokatif apabila nilai dari produk marginal sama dengan
harga faktor produksi yang bersangkutan (NPMx = Px) dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga efisiensi
harga.
Model pengukuran efisiensi juga berbeda tergantung dari model yang dipakai.
Umumnya ada dua model yang umum dipakai, yaitu:
a) Model fungsi produksi
b) Model linear programming
Bila model fungsi produksi yang dipakai maka kondisi efisiensi harga (alokatif) yang
dipakai sebagai patokan (Soekartawi, 1993).
Kerangka Pemikiran
Operasi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
macam alat tangkap. Upaya pemanfaatan alat tangkap ini diharapkan dapat
memberikan hasil yang efektif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan
produktivitas dapat dipengaruhi oleh kemampuan armada, jenis alat tangkap yang
digunakan, daerah penangkapan dan lain-lain.
Peningkatan produktivitas dipengaruhi oleh kemampuan armada penangkapan
dan komponen-komponen yang ada di dalamnya. Pengetahuan tentang faktor-faktor
produksi atau variabel – variabel yang mempengaruhi dalam kegiatan penangkapan ikan
dengan kapal motor dapat menghasilkan efisiensi pada komponen-komponen tertentu.
Faktor-faktor produksi terpilih tersebut dapat mengoptimalkan hasil tangkapan (output).
Peningkatan yang optimal ini memiliki asumsi bahwa ikan yang menjadi target
penangkapan tidak mendapatkan tekanan eksploitasi yang berlebih sehingga kelestarian
sumberdaya tetap terjaga. Walaupun stok ikan atau sumberdaya melimpah, variasi
lokasi dan waktu penangkapan, stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan tetap.
Jumlah tangkapan ikan diasumsikan sama dengan pertumbuhan alami dari stok ikan
yang tetap atau tidak berubah selama upaya (effort) juga tetap.
Untuk memperbaiki kesejahteraan nelayan maka perlu adanya peningkatan
pendapatan nelayan melalui peningkatan produktivitas, efisiensi penggunaan input
produksi pada operasi penangkapan ikan dengan kapal motor. Faktor-faktor produksi
(input) yang ada pada tahun terakhir mengalami kenaikan harga sehingga dengan hasil
tangkapan yang cenderung tidak pasti, menyebabkan pendapatan para nelayan di
Kabupaten Deli Serdang juga menurun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kegiatan penangkapan ikan antara
lain adalah jumlah bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur nelayan,
serta pengalaman nelayan. Sedangkan input produksi yang paling berperan adalah
bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan. Pada umumya nelayan belum menggunakan
kombinasi input yang sesuai sehingga operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap
Alokasi kombinasi faktor-faktor produksi dengan tepat dapat meningkatkan
produktivitas. Penggunaan faktor produksi yang produktif dan efisien diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas perikanan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan nelayan. Adanya efisiensi kegiatan penangkapan ikan dapat meningkatkan
hasil tangkapan yang pada gilirannya pendapatan nelayan juga akan meningkat.
Selain itu juga diperlukan adanya analisis penerimaan dan pengeluaran yang ada
pada usaha penangkapan ikan dengan menggunakan kapal motor di Kecamatan Pantai
Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Kegiatan
Variabel:
- Bahan Bakar
- Tenaga Kerja
- Perbekalan
- Ukuran Mesin Output: jumlah ikan yang
Produktivitas Efisiensi alokasi input
produksi: bahan bakar,
tenaga kerja, perbekalan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan : Menyatakan hubungan
Menyatakan pengaruh
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dengan landasan teori, maka adapun hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1)
a. Variabel bahan bakar memiliki pengaruh yang positif terhadap produksitangkapan nelayan di daerah penelitian.
b. Variabel tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi
tangkapan nelayan di daerah penelitian.
c. Variabel perbekalan memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi
tangkapan nelayan di daerah penelitian.
d. Vaeiabel ukuran mesin kapal memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi
tangkapan nelayan di daerah penelitian.
e. Variabel umur nelayan memiliki pengaruh yang negatif terhadap produksi
tangkapan nelayan di daerah penelitian.
f. Variabel pengalaman nelayan berpengaruh positif terhadap produksi tangkapan
nelayan.
2)
Pemakaian input produksi (bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan) padaMETODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja)
dengan pertimbangan bahwa Deli Serdang merupakan wilayah pengembangan pantai
yang memiliki peluang pemasaran hasil yang sangat baik dan Pantai Labu merupakan
wilayah pengembangan pantai yang paling potensial jika dibandingkan dengan wilayah
pengembangan pantai lain di Kabupaten Deli Serdang. Selain itu belum banyak
penelitian tentang alat tangkap perikanan khususnya di Pantai Labu
Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua nelayan yang menggunakan alat
penangkap ikan dengan kapal motor yang berada di Kecamatan Pantai Labu dimana
jenis alat tangkapnya adalah pukat layang serta jaring kembun. Penarikan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling yaitu pengambilan
sampel secara acak sederhana sehingga masing-masing anggota populasi memiliki
peluang yang sama untuk menjadi sampel.
Tabel 6 berikut memperlihatkan jumlah sampel yang akan diambil dalam
Tabel 6. Jumlah Responden Nelayan Dengan Alat Tangkap Pukat Layang dan Jaring
Kembung
No Alat Tangkap Populasi Sampel
1 Pukat Layang 55 30
2 Jaring Kembung 85 30
Total 140 60
Sumber: PPL Pantai Labu
Dari seluruh populasi nelayan yang menggunakan alat tangkap pukat layang dan
jaring kembung, diambil jumlah sampel untuk dijadikan responden sebanyak 30 jiwa
untuk masing-masing jenis alat tangkap. Hal ini sesuai dengan Teori Bailey yang
menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik, ukuran
responden paling minimum adalah 30 (Hasan, 2002).
Metode pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data
skunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara
langsung dengan nelayan dengan menggunakan data kuisioner. Sedangkan data skunder
diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas
Perikanan dan Kelautan serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Untuk masalah (1) dianalisis dengan menjelaskan seberapa besar produkivitas
kegiatan penangkapan ikan dengan kapal motor per trip didaerah penelitian.
[image:43.595.106.517.126.250.2]an
aPenangkap
JumlahUpay
apan
HasilTangk
s
oduktivita
=
Pr
Keterangan : Produksi tangkapan dalam ton atau kg
Upaya penangkapan dalam trip
Produktivitas per trip adalah perbandingan jumlah tangkapan dengan frekuensi
melaut atau trip, sedangkan produktivitas mesin kapal motor adalah perbandingan
antara jumlah tangkapan dengan besarnya ukuran mesin kapal motor.
Untuk masalah (2) atau hipotesis (1) dianalisis dengan model regresi nonlinier
berganda, yaitu fungsi produksi Cobb-Douglass dengan alat bantu SPSS dengan rumus
sebagai berikut (Soekartawi, 2002):
Ŷ = aX 1 b1 X
2 b2 X
3 b3 X
4 b4 X
5 b5
eu
Fungsi produksi tersebut diubah menjadi bentuk fungsi linier berganda dengan cara
mentransformasikan persamaan ke dalam logaritma natural (ln). Bentuk persamaan
fungsi produksi menjadi:
Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6 + u Keterangan:
Y = Produksi Tangkapan (Kg/ Trip)
X1 = Bahan bakar (Liter/ Trip) X2 = Tenaga Kerja (Orang/ Trip) X3 = Perbekalan (Rupiah/ Trip) X4 = Ukuran Mesin Kapal (HP) X5 = Umur nelayan (Tahun) X6 = Pengalaman (Tahun)
a = Koefisien Intercep
u = Error term
Untuk menguji apakah ada pengaruh variabel bebas yakni input Xi yang
digunakan secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan nelayan (Y)
digunakan uji-t. Semua variabel bebas (Xi) diuji satu persatu.
Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah :
H0 = 0 : Tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap produksi tangkapan nelayan (Y) H1 ≠ 0 : Ada pengaruh variabel Xi terhadap produksi tangkapan nelayan (Y) Jika : t-hitung > t-tabel maka terima H1, tolak H0
t-hitung < t-tabel maka terima H0, tolak H1
Untuk menguji apakah variabel bebas yakni input produksi Xi bersama-sama
(serempak) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) digunakan uji-f.
Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:
H0 = 0 : Tidak ada pengaruh variabel-variabel jumlah bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin kapal, umur nelayan, dan pengalaman nelayan
nelayan terhadap produksi tangkapan nelayan (Y).
H1 ≠ 0 : Ada pengaruh variabel-variabel jumlah bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin kapal, umur nelayan, dan pengalaman nelayan nelayan
terhadap produksi tangkapan nelayan (Y).
Jika : F-hitung > Ftabel maka terima H1, tolak H0 F-hitung < Ftabel maka terima H0, tolak H1
Untuk masalah (3) atau hipotesis (2) merupakan analisis efisiensi atau optimasi
penggunaan input produksi, dimana input produksi yang diteliti adalah jumlah bahan
bakar, jumlah tenaga kerja, dan jumlah perbekalan selama melaut. Efisiensi atau
Efisiensi input produksi ini memiliki asumsi bahwa ikan yang menjadi target
penangkapan tidak mendapatkan tekanan eksploitasi yang berlebih, yaitu tidak
menambah unit penangkapan dan frekuensi melaut sehingga kelestarian sumberdaya
tetap terjaga. Walaupun stok ikan atau sumberdaya melimpah, variasi lokasi dan waktu
penangkapan, stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan tetap. Jumlah tangkapan ikan
diasumsikan sama dengan pertumbuhan alami dari stok ikan yang tetap atau tidak
berubah selama upaya (effort) juga tetap (Panayotou dalam Waridin, 2007).
Produk marjinal (PM) = bi . y/xi. adapun y dan x diambil berdasarkan jumlah rata-ratanya. Sedangkan nilai elastisitas produksi (bi) diperoleh dari nilai koefisien regresi. Selanjutnya, jumlah produk marjinal untuk masing-masing jenis input produksi diperoleh
dengan menggunakan perhitungan di atas, dengan persamaan (Tarigan, 2007) :
NPM = bi . y/xi . Py, atau NPM = PM . Py
Dimana :
bi = Elastisitas Produksi Y = Produksi rata-rata
Py = Harga Produksi
Xi = Input Produksi (bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan).
Tingkat efisiensi penggunaan input produksi (bahan bakar, tenaga kerja, dan
perbekalan) dihasilkan dari rasio nilai produk marjinal (NPM) dengan harga
masing-masing input produksi. Tingkat optimasi masing-masing-masing-masing input produksi diperoleh
dengan melihat harga input produksi tersebut (Soekartawi, 2002).
Tingkat efisiensi =
P
x
NPM
i
1
=
P
x
NPM
i
maka penggunaan input produksi tersebut sudah efisien
1
>
P
x
NPM
i
maka penggunaan input produksi belum efisien, perlu
ditambah
1
<
P
x
NPM
i
maka penggunaan input produksi tidak efisien (terlalu banyak),
perlu dikurangi
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah
yang terdapat pada hasil penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional
sebagai berikut:
Defenisi
1. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi
penangkapan ikan, baik nelayan ABK, nelayan pemilik maupun nelayan tekong
(nakhoda) yang menggunakan alat tangkap pukat layang dan jaring kembung.
2. Kapal motor adalah alat yang langsung dipergunakan dalam operasi penangkapan
ikan dengan alat tangkap pukat layang dan jaring kembung.
3. Penangkapan adalah kegiatan menangkap atau mengumpulkan ikan yang hidup
dilaut /perairan umum secara bebas dan bukan milik perseorangan dengan alat
tangkap pukat layang dan jaring kembung.
4. Produksi tangkapan adalah produksi per trip alat tangkap dalam satuan Kg.
6. Tenaga kerja adalah adalah jumlah Anak Buah Kapal (ABK) dan tekong (nakhoda
kapal) yang ikut dalam operasi penangkapan per trip dalam satuan orang.
7. Perbekalan adalah nilai perbekalan yang dibawa per trip dalam satuan Rupiah.
8. Ukuran mesin kapal adalah ukuran kekuatan mesin dalam HP (Horse Power)
9. Unit penangkapan merupakan kesatuan teknis dalam suatu operasi dalam
penangkapan yang terdiri dari kapal motor dengan alat tangkap pukat layang dan
jaring kembung
10. Pukat Layang (long bag seine net) adalah alat penangkap ikan berbentuk kantong
yang terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong
jaring. Cara pengoperasiannya dengan menarik pukat tersebut ke arah kapal dengan
kekuatan mesin.
11. Jaring Kembung atau jaring insang (drift gill net) adalah alat penangkap ikan yang
berbentuk jaring empat persegi panjang, dilengkapi dengan pelampung dan
pemberat yang dioperasikan deangan cara menjerat ikan.
12. Total berat produksi adalah berat basah pada waktu hasil penangkapan didaratkan.
13. Nilai produksi adalah nilai pada waktu hasil penangkapan didaratkan dimana harga
yang digunakan adalah harga produsen.
14. Produktivitas adalah pembagian antara produksi hasil tangkapan dengan upaya
penangkapan yang beroperasi dari suatu perairan.
15. Efisiensi dalam produksi merupakan perbandingan antara output dengan input
produksi, berkaitan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input.
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.
3. Sampel adalah nelayan pemilik atau nelayan tekong yang menggunakan alat
tangkap pukat layang dan jaring kembung dalam usaha penangkapan ikan.
4. Responden adalah pemilik kapal motor atau nelayan tekong yang diwawancarai
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Deskripsi Kecamatan
a. Letak dan Keadaan Kecamatan Pantai Labu
Penelitian dilakukan di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi
Sumatera Utara. Kecamatan Pantai Labu merupakan daerah pesisir yang terletak di
wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Pantai Labu memiliki luas
wilayah 81,85 km2 atau 8.185 Ha. Secara administrasi Kecamatan Pantai Labu terdiri dari 19 desa dan 76 dusun dengan ibukota Desa Kelambir.
Secara geografis Kecamatan Pantai Labu terletak antara 2057’ – 3016’ Lintang Utara dan 98027’ Bujur Timur. Serta berada pada ketinggian 0 – 8 meter dari permukaan laut, dimana Pantai Labu berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
Pantai Labu beriklim tropis, dimana musim penghujan terjadi pada bulan Maret,
April serta September sampai Desember. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan
Januari, Februari, serta Mei sampai Agustus. Pantai Labu beriklim cukup panas dengan
suhu maksimum mencapai 340C dan minimum 230C.
Kecamatan Pantai Labu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Selat Malaka
Timur : Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai
Selatan : Kecamatan Beringin
Barat : Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Percut Sei Tuan
Berdasarkan keadaan letak dan geografisnya tersebut, posisi Pantai Labu
memiliki nilai strategis sebagai salah satu akses dalam pemanfaatan potensi sumber
daya perairan Pantai Timur Sumatera. Di samping potensi perikanan tangkap, Pantai
b. Keadaan Penduduk
Penduduk Kecamatan Pantai Labu berjumlah 43.981 jiwa yang terdiri dari
22.448 jiwa laki-laki dan 21.533 jiwa wanita. Jumlah penduduk di tiap desa di Kecamatan
[image:51.595.115.512.222.726.2]Pantai Labu dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7. Jumlah Penduduk di Tiap Desa di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2007
No Desa Luas
(Km2)
Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Total
(jiwa)
Persentas
e (%)
1 Bagan Serdang 1,63 719 692 1504 3,42
2 Binjai Bakung 3,11 845 785 1630 3,70
3 Denai Kuala 4,50 1136 1051 2187 4,97
4 Denai Lama 2,67 1280 1217 2497 5,67
5 Denai Sarang Burung 3,13 1448 1217 2665 6,05
6 Durian 11,58 2534 2543 5077 11,54
7 Kelambir 3,92 1122 1055 2177 4,94
8 Kubah Sentang 1,28 591 567 1158 2,63
9 Paluh Sibaji 2,06 1799 1046 3445 7,83
10 P. Labu Pekan 7,02 2179 2102 4281 9,73
11 P. Labu Baru 1,10 421 403 824 1,97
12 Pematang Biara 4,04 1813 1739 3552 8,07
13 Perkebunan Ramunia 8,43 1210 1152 2362 5,37
14 Ramunia I 3,05 419 423 642 1,91
15 Ramunia II 1,33 1219 1234 2453 5,57
16 Rantau Panjang 4,70 1285 1205 2490 5,66
18 Sei Tuan 14,10 573 581 1154 2,62
19 Tengah 1,20 516 474 990 2,25
Total 8,85 22.448 21.533 43.981 100,00
Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan Pantai Labu tersebar di
berbagai desa, dimana desa dengan penduduk paling banyak adalah Desa Durian dengan
jumlah penduduk yaitu 5.077 jiwa (911,57%), sedangkan Desa Pantai Labu memiliki
jumlah penduduk yang paling sedikit, yaitu 824 jiwa (1,87%).
Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Pantai Labu dapat
[image:52.595.105.520.80.163.2]didlihat pada Tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pantai Labu
Tahun 2007
No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase (%)
1 Tidak/belum tamat SD 18.361 41,74
2 Sekolah Dasar 14.142 32,15
3 SLTP 6.059 13,77
4 SLTA 4.918 11,18
5 Diploma I/II 155 0,35
6 Akademi /DIII 90 0,20
7 Perguruan Tinggi /DIV 256 0,58
Total 43.981 100,00
Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan
mancapai 18.361 jiwa (41,74 %), sedangkan penduduk yang tingkat pendidikannya
sampai perguruan tinggi hanya mencapai 256 jiwa (0,48%).
Keadaan penduduk menurut jenis kegiatan di Kecamatan Pantai Labu dapat
[image:53.595.110.517.247.463.2]dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kegiatan di Kecamatan Pantai Labu Tahun
2007
No Jenis Kegiatan Jumlah Jiwa Persentase (%)
1 Angkatan Kerja 20.019 69,85
- Bekerja 18.909
- Mencari Pekerjaan 1.110
2 Bukan Angkatan Kerja 8.640 30,14
- Sekolah 2.426
- Lainnya 6.214
Total 28.659 100,00
Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa keadaan penduduk menurut jenis kegiatan
terbagi atas angkatan kerja yaitu 20.019 jiwa (69,85 %), sedangkan bukan angkatan kerja
adalah 8.640 (30,14 %).
Adapun keadaan penduduk menurut agama di Kecamatan Pantai Labu dapat
dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10 Keadaan Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2007
No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Islam 36.584 83,18
[image:53.595.107.517.652.729.2]3 Katolik 919 2,08
4 Buddha 3.669 8,34
Total 43.981 100
Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa penganut agama terbesar di Kecamatan
Pantai Labu adalah agama Islam, yakni 36.584 jiwa (83,18 %). Kemudian diikuti Buddha
3.669 jiwa (8,34 %), Protestan jiwa 2.809 (6,38), Katolik 919 jiwa (2,08%).
Keadaan penduduk menurut suku bangsa di Kecamatan Pantai Labu dapat
[image:54.595.105.518.79.163.2]dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11 Keadaan Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Pantai Labu Tahun
2007
No Suku Bangsa Jumlah (jiwa) Persentas(%)e
1 Melayu 16.874 38,36
2 Jawa 16.436 37,37
3 Tapanuli/Toba 3.728 8,47
4 Cina 3.669 8,34
5 Bnjar 1.158 2,63
6 Simalungun 586 1,33
7 Mandailing 563 1,28
8 Karo 328 0,74
9 Minang 169 0,38
10 Aceh 144 0,32
11 Lainnya 326 0,74
Total 43.981 100,00
Dari Tabel 11 tersebut terlihat bahwa penduduk yang paling dominan di
Kecamatan Pantai Labu adalah etnis Melayu yaitu 16.874 jiwa (38,36%) disusul etnis
Jawa 16.436 jiwa (37,37 %).
Sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan di Kecamatan Pantai Labu
[image:55.595.104.516.246.570.2]disajikan dalam Tabel 12 berikut:
Tabel 12 Sarana dan Prasara Pendidikan dan Kesehatan di Kecamatan Pantai Labu
Jenis Jumlah
Sarana Pendidikan
- SD/MT Negeri 22
- SLTP/MT Negeri 2
- SLTA 3
Sarana Kesehatan
- Puskesmas 6
- Prakatek Dokter 2
- Praktek Bidan 11
- Poliklinik 10
Sarana Peribadatan
- Mesjid 27
- Musholah 35
- Gereja 18
- Vihara 5
Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008
Dari Tabel 12 tersebut terlihat bahwa sarana pendidikan, kesehatan, dan
peribadatan di Kecamatan Pantai Labu cukup memadai dari segi jumlahnya.
Karakteristik Nelayan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah nelayan yang menggunakan kapal motor
kebanyakan menggunakan kapal motor dengan ukuran tonasse < 5 GT (Gross Tonage).
Sedangkan ukuran mesin kapal motor nelayan sampel adalah 8 – 16 HP (Horse Power).
Karakteristik nelayan sampel yang dimaksud adalah ukuran mesin kapal motor,
umur, pengalaman melaut, pendidikan dan jumlah tanggungan nelayan sampel.
a. Ukuran Mesin Kapal
Ukuran mesin kapal motor yang dimiliki oleh nelayan sampel sangat erat
hubungannya dengan kemampuan kapal untuk menjangkau daerah tangkapan (fishing
ground) serta dalam mengangkut hasil tangkapan selama melaut. Ukuran mesin kapal
motor yang digunakan dalam penelitian ini adalah HP (Horse Power), dimana 1
HP setara dengan 1 PK atau sama dengan 745 Watt. Sedangkan GT (Gross Tonage)
adalah ukuran besar kapal berdasarkan kemampuan kapal dalam membawa muatan.
Dimana 1 GT setara dengan 16 HP. Adapun ukuran mesin kapal motor yang dimiliki oleh
[image:56.595.107.517.460.653.2]nelayan sampel dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini:
Tabel 13 Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Ukuran Mesin Kapal Motor
No
Ukuran Mesin
Kapal Motor
(PK)
Pukat Layang Jaring Kembung
Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 5 – 10 1 3,33 1 3,33
2 11 – 15 17 56,67 19 63,33
3 > 15 12 40,00 10 33,33
Total 30 100,00 30 100,00
Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat diketahui rata-rata ukuran mesin kapal
adalah pada kelompok 11 – 15 HP, yaitu 17 jiwa (56,67 %) untuk pukat layang, dan 19
jiwa (63,33 %) untuk jaring kembung.
b. Umur
Adapun keadaan umur nelayan sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada
[image:57.595.106.517.301.570.2]Tabel 14 di bawah ini:
Tabel 14 Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
No
Kelompok
Umur (Tahun)
Pukat Layang Jaring Kembung
Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 20 – 25 3 10,00 3 10,00
2 26 – 30 11 36,67 5 16,67
3 31 – 35 5 16,67 7 23,33
4 36 – 40 8 26,67 8 26,67
5 41 - 45 2 6,67 2 6,67
6 > 45 1 3,33 5 16,67
Total 30 100,00 30 100,00
Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 1 dan 2
Berdasarkan Tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa umur nelayan sampel
sangat bervariasi. Jumlah nelayan sampel yang terbesar untuk alat tangkap pukat layang
berada pada kelompok umur 26 – 30 tahun dengan jumlah 11 jiwa (36,67 %).
Sedangkan untuk alat tangkap jaring kembung berada pada kelompok 36 – 40 tahun
yaitu 8 jiwa (26,67 %).
Pengalaman melaut nelayan sampel di daerah penelitian disajikan pada Tabel 15
[image:58.595.109.516.164.358.2]berikut ini:
Tabel 15 Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Pengalaman Melaut
No
Pengalaman
Melaut (Tahun)
Pukat Layang Jaring Kembung
Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 1 – 10 16 53,33 8 26,67
2 11 - 20 12 40,00 13 43,33
3 21 - 30 2 6,67 9 30,00
Total 30 100,00 30 100,00
Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 1 dan 2
Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nelayan sampel
yang memiliki pengalaman melaut terbesar untuk alat tangkap pukat layang adalah pada
kelompok 1 – 10 tahun berjumlah 16 jiwa (53,33 %), sedangkan yang terbanyak untuk
alat tangkap jaring kembung berada pada kelompok 11 - 20 tahun yang berjumlah 13
jiwa (43,33 %).
d. Pendidikan
Pendidikan nelayan sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 16
berikut ini:
Tabel 16 Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Tingkat
Pendidikan
(Tahun)
Pukat Layang Jaring Kembung
Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
Jumlah (jiwa) Persentase (%)
[image:58.595.105.518.622.724.2]2 7 – 9 11 36,67 10 33,33
3 10 – 12 4 13,33 5 16,67
4 > 12 1 3,33 0 0,00
Total 30 100,00 30 100,00
Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 1 dan 2
Berdasarkan Tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan nelayan
sampel di daerah penelitian masih tergolong rendah. Dimana tingkat pendidikan
terbanyak adalah pada kelompok 0 – 6 tahun, yaitu masing-masing 14 jiwa (46,67 %)
untuk nelayan pukat layang dan 15 jiwa (50 %) untuk nelayan yang menggunakan jaring
kembung.
e. Jumlah Tanggungan
[image:59.595.108.516.78.192.2]Jumlah tanggungan nelayan sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada
Tabel 17 berikut ini:
Tabel 17 Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan
No
Jumlah
Tanggungan
(Jiwa)
Pukat Layang Jaring Kembung
Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 0 – 2 7 23,33 9 30
2 3 – 5 19 63,33 17 56,67
3 > 5 4 13,33 4 13,33
Total 30 100,00 30 100,00
[image:59.595.120.516.457.679.2]Berdasarkan Tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa nelayan sampel yang
memiliki jumlah tanggungan 3 – 5 berada pada kelompok yang paling besar untuk
kedua jenis alat tangkap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Operasional Penangkapan Ikan
Usaha penangkapan ikan di laut meliputi kegiatan berangkat ke laut,
penangkapan ikan di laut, dan penyortiran sampai pembongkaran ikan di tempat
pendaratan kapal atau perahu, yaitu di TPI atau tangkahan milik swasta.
a. Persiapan Berangkat Ke Laut
Sebelum berangkat melaut, nelayan terlebih dahulu melakukan persiapan
seperti pembersihan kapal atau perahu, pengurasan air, pemeriksaan mesin kapal dan
alat tangkap sampai keadaan benar-benar siap pakai. Persiapan berangkat ke laut juga
meliputi pengisian bahan bakar, es untuk menjaga kesegaran ikan dan perbekalan
[image:60.595.150.445.484.672.2]selama melaut.