• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Manfaat Gumuk Pasir

Gumuk pasir memiliki suatu ‘nilai’ dalam pemanfaatannya. Meskipun nilai tersebut tidak selalu identik dengan nominal harga, karena sesuatu yang bernilai belum tentu memiliki harga pasar (market price). Namun pada kenyataannya, dalam membuat keputusan ekonomi sering kali didasarkan atas harga pasar seperti penyalahgunan hutan mangrove menjadi budidaya udang yang hanya mempertimbangkan harga jual udang dan tidak memperhatikan nilai mangrove sebagai penahan abrasi, pencegah banjir, dan sebagainya. Wilayah pesisir dengan kondisi lahan berpasir memiliki manfaat yang dapat dikonversikan menjadi nilai, terlepas dari ada tidaknya nilai pasar barang dan jasa yang dihasilkan. Nilai ekonomi yang diperoleh nantinya diharapkan dapat membantu pemerintah setempat untuk merumuskan suatu kebijakan yang tepat mengenai pengelolaan gumuk pasir yang berkelanjutan.

46

Gambar 8 Diagram fishbone pengelolaan gumuk pasir Parangtritis

Apabila dilihat pada Gambar 8 mengenai hasil identifikasi di lapangan menunjukkan bahwa gumuk pasir memiliki beberapa fungsi yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Namun, fungsi tersebut saat ini terganggu oleh kegiatan konversi menjadi lahan budidaya tambak udang yang dilakukan oleh beberapa masyarakat. Jika konversi terus dilakukan, maka tutupan lahan gumuk pasir dalam kondisi eksisting akan berkurang dan masyarakat akan kehilangan fungsi dari keberadaan gumuk pasir Parangtritis.

Nilai Manfaat Langsung (Direct Use Value)

Nilai manfaat langsung atau direct use value ditentukan oleh kontribusi suatu ekosistem terhadap pemanfaatan langsung yang berkaitan dengan output ekosistem. Gumuk pasir Parangtritis memiliki nilai manfaat langsung berupa nilai ekonomi pemanfaatan sektor wisata, nilai ekonomi sebagai tempat penyedia hasil kayu bakar, dan nilai ekonomi sebagai tempat penghasil pakan tambahan bagi hewan ternak milik masyarakat sekitar.

Nilai Manfaaat Pariwisata

Salah satu bentuk pengelolaan gumuk pasir Parangtritis yakni diarahkan pada peningkatan sektor pariwisata. Awal mula gumuk pasir menjadi salah satu tempat wisata merupakan ide dari pemuda-pemudi Karang Taruna Dusun Grogol IX, Desa Parangtritis. Sebelum dijadikan wisata, gumuk pasir pernah digunakan sebagai lokasi syuting video klip dan salah satu film Indonesia. Selain itu, sejak tahun 2010- an mulai banyak penelitian mengenai gumuk pasir yang dilakukan oleh Fakultas Geografi UGM yang bekerja sama dengan Parangtritis Geomaritime Science Park. Salah satunya penelitan tentang bentuk gumuk pasir yang menyerupai bulan sabit (barchan) sehingga banyak yang menyebutnya gumuk pasir barchan. Melihat potensi yang ada, Karang Taruna Dusun Grogol IX membangun fasilitas dan atribut pendukung untuk dijadikan sebagai lokasi wisata. Hal tersebut sangat didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul selaku salah satu dinas yang bertanggung jawab mengenai pengelolaan gumuk pasir.

Pada tahun 2015 jumlah wisatawan yang berkunjung di gumuk pasir Parangtritis mencapai 88.400 wisatawan. Jumlah kunjungan dapat mencerminkan

Kehilangan manfaat gumuk pasir Parangtritis Kayu Bakar Pakan Ternak Pariwisata Wind Barrier Penahan Abrasi Direct Use Indirect Use

Deforestasi Kehilangan Fungsi Konversi

gumuk pasir menjadi budidaya

47 tingkat kepuasan dan kesenangan wisatawan terhadap suatu lokasi wisata. Semakin banyak frekuensi kunjungan pada masing-masing wisatawan, maka mereka memiliki tingkat kepuasan dan kesenangan yang tinggi terhadap lokasi wisata tersebut sehingga mereka bersedia untuk berkunjung kembali. Selain itu, jumlah wisatawan yang berkunjung juga berpengaruh terhadap nilai penerimaan retribusi obyek wisata yang berada di bawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahma dan Herniwati (2013), di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan mempunyai hubungan positif yang signifikan terhadap retribusi obyek wisata. Apabila tingkat penerimaan retribusi objek wisata tersebut meningkat, maka nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor pariwisata akan meningkat pula. Berikut ini, frekuensi kunjungan wisatawan ke gumuk pasir dalam waktu satu tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Frekuensi kunjungan responden wisatawan ke gumuk pasir Parangtritis, 2016

Frekuensi Kunjungan (kali) Jumlah

Orang % 1 2 3 77 20 3 77 20 3 Jumlah 100 100

Sumber: Data primer diolah (2016)

Pada Tabel 19, dapat diketahui bahwa dalam satu tahun terakhir jumlah kunjungan ke gumuk pasir Parangtritis pada wisatawan sampel maksimal hanya 3 kali dan sebagian besar wisatawan sampel hanya berkunjung sebanyak 1 kali dengan persentase 77%. Selanjutnya wisatawan sampel yang berwisata di gumuk pasir sebanyak 2 kali dalam setahun, jumlahnya mencapai 20 orang (20%) dan sebanyak 3 kali hanya berjumlah 3 orang (3%). Tingkat kunjungan wisatawan sampel tersebut tidak mencerminkan keberagaman frekuensi kunjungan dalam waktu satu tahun, di mana jumlahnya berkisar 1−3 kali dan itu pun lebih dominan pada frekuensi kunjungan 1 kali, dibanding 2 maupun 3 kali kunjungan.

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan, yakni Pertama, gumuk pasir Parangtritis merupakan tempat wisata yang tergolong baru, di mana pada tahun 2014 mulai dikenal potensi wisatanya. Kemudian pada tahun 2015 masyarakat setempat mulai membangun beberapa fasilitas yang menunjang keindahan, kebersihan, dan kenyaman di lokasi wisata gumuk pasir. Gumuk pasir yang belum lama dijadikan sebagai tempat wisata menyebabkan pada umumnya masyarakat Indonesia belum mengetahui potensi wisata tersebut, sehingga sebagian besar wisatawan masih berasal dari masyarakat lokal Propinsi DIY dan sekitarnya. Kedua, semakin banyak tempat wisata baru yang berada di Propinsi DIY sehingga semakin banyak pula pilihan wisatawan. Pilihan wisata yang beragam menyebabkan frekuensi kunjungan wisatawan biasanya hanya 1 kali, kecuali tempat wisata tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Ketiga, sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke gumuk pasir adalah berstatus pelajar (SMP/SMA/mahasiswa). Saat ini sebagian besar motivasi kunjungan seseorang terutama pelajar dikarenakan keinginan untuk mengabadikan keindahan tempat wisata dan kemudian dibagikan ke teman-temannya melalui media sosial. Oleh

48

sebab itu, mereka tidak perlu datang kembali ke lokasi wisata yang sama dalam waktu satu tahun jika tidak ada perubahan yang berarti di tempat tersebut. Motivasi kunjungan responden wisatawan ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9 Proporsi motivasi kunjungan responden wisatawan ke gumuk pasir Parangtritis

Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui bahwa dari 100 wisatawan sampel, sebagian besar memiliki motivasi kunjungan hanya untuk berfoto-foto dengan jumlah 47 orang (47%) dan wisatawan yang memiliki motivasi untuk melihat fenomena alam unik berupa gumuk pasir barchan sejumlah 36 orang (36%). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa motivasi utama wisatawan adalah hanya untuk mengabadikan foto keindahan alam gumuk pasir dan karena telah memiliki koleksi foto tersebut maka mereka kurang bersedia berkunjung kembali di tahun yang sama. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara terhadap wisatawan mengenai pertanyaan apakah mereka akan berkunjung kembali ke gumuk pasir Parangtritis. Sebagian besar wisatawan tidak bersedia untuk berkunjung kembali, di mana jumlah yang menjawab tidak sebanyak 67 orang (67%) dari 100 orang.

Nilai ekonomi wisata ditentukan berdasarkan hasil wawancara dengan wisatawan sampel. Variabel untuk menentukannya, yakni jumlah kunjungan wisatawan ke gumuk pasir dalam waktu satu tahun, biaya perjalanan atau travel cost yang dikeluarkan wisatawan sejak keluar rumah sampai di gumuk pasir hingga kembali lagi ke tempat tinggal, jumlah pendapatan, tingkat pendidikan dan jarak tempat tinggal wisatawan dari gumuk pasir Parangtritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 responden, rata-rata jumlah kunjungan pada masing- masing responden wisatawan adalah sebanyak 1−3 kali dalam waktu satu tahun terakhir, sehingga diperoleh jumlah responden wisatawan berkunjung sebanyak 121 kali/tahun. Berdasarkan data sekunder dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul, pada tahun 2015 jumlah kunjungan wisatawan ke gumuk pasir Parangtritis sebesar 88.400 wisatawan. Apabila dilihat pada Tabel 21, untuk memperoleh nilai SK dilakukan analisis regresi linier berganda antara variabel jumlah kunjungan (Y) sebagai variabel terikat/dependent dan biaya perjalanan (BP) sebagai variabel bebas/independent. Hasil data pengolahan analisis regresi berganda menunjukkan :

Y= 1,316318 − 6,50041E-07 BP

Selanjutnya dari hasil tersebut diperoleh nilai koefisien variabel biaya perjalanan (BP) untuk menentukan nilai surplus konsumen (SK) pada masing-masing

10% 36% 47% 4% 3% Motivasi Kunjungan 1 2 3 4 5 Keterangan :

1. Memperoleh kesegaran pikiran 2. Melihat fenomena alam unik 3. Ingin berfoto-foto

4. Pengalaman baru

49 wisatawan. Rincian perhitungan nilai manfaat wisata berdasarkan metode Travel Cost Method (TCM) dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Estimasi nilai manfaat wisata gumuk pasir Parangtritis, 2016

Uraian Keterangan Nilai

Jumlah responden (wisatawan)

Jumlah kunjungan per responden (kali/tahun) Jumlah kunjungan total responden (kali/tahun) Nilai jumlah kunjungan wisata (wisatawan/tahun) Koefisen biaya perjalanan (travel cost)

a b c d β1 100 1−3 121 88.400 -6,50041E-07 Total surplus konsumen responden (Rp)

Rata-rata surplus konsumen (Rp/wisatawan) Surplus konsumen (Rp/kunjungan)

ΣSK=b2/-2β 1 SKa=ΣSK/a SKb=SKa/c 146.144.680 1.461.447 11.418

Luas gumuk pasir yang dijadikan spot wisata (ha) Lg 13

Total nilai manfaat wisata (Rp/tahun) Nilai manfaat wisata (Rp/ha/tahun)

NM=SKbxd NMw= NM/ Lg

1.009.311.699 77.639.361

Sumber: Data primer diolah, 2016

Berdasarkan Tabel 20, rata-rata surplus konsumen per wisatawan diperoleh nilai sebesar Rp 1.461.447/wisatawan. Nilai tersebut kemudian dibagi dengan total kunjungan dalam waktu 1 tahun terakhir. Perhitungan akan menunjukkan nilai SK per wisatawan per kunjungan wisata ke gumuk pasir, di mana diperoleh nilai sebesar Rp 11.418/wisatawan/kunjungan. Nilai ekonomi wisata diketahui dari nilai rata-rata SK/wisatawan/kunjungan dikalikan dengan jumlah kunjungan wisatawan ke gumuk pasir pada tahun 2015 yaitu mencapai 88.400 wisatawan. Total perhitungan nilai manfaat wisata gumuk pasir Parangtritis nilainya sebesar Rp 1.009.311.699/tahun, sedangkan jika nilai ekonomi wisata per hektarnya dengan luas lokasi wisata 13 ha (dari total luas gumuk pasir 62 ha) mencapai Rp 77.639.361/ha/tahun.

Nilai ekonomi wisata menunjukkan nilai korbanan atau opportuniy cost yang akan ditanggung oleh masyarakat apabila gumuk pasir mengalami deforestasi maupun degradasi lingkungan akibat semakin luasnya konversi gumuk pasir menjadi lahan budidaya tambak udang. Padahal gumuk pasir memiliki potensi wisata yang cukup unik. Gumuk pasir memberikan daya tarik mengenai bentuk lahan yang jarang ditemui di tempat lain sehingga dapat pula dijadikan sebagai lokasi pre-wedding. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat 7 responden (7%) dari 100 responden yang memiliki tujuan ke gumuk pasir untuk melakukan kegiatan pre-wedding. Selain itu, proses pembentukan dan fenomena bentang alam pesisir yang langka terjadi di Indonesia menyebabkan gumuk pasir juga dijadikan sebagai tempat penelitian oleh pelajar/mahasiswa. Buktinya dari 100 responden, terdapat 3 orang (3%) berstatus mahasiswa yang berkunjung ke gumuk pasir dengan tujuan untuk melakukan dan menyelesaikan tugas kuliah. Sama halnya dengan Suryanti et al. (2009) yang menyatakan bahwa gumuk pasir juga dijadikan sebagai salah satu tempat penelitian oleh mahasiswa Fakultas Geografi UGM. UGM bekerja sama dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) dan pemerintah Kabupaten Bantul untuk membentuk laboratorium geospasial yang saat ini bernama Parangtritis Geomaritime Sicence Park. Kerja sama bertujuan untuk melaksanakan riset pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengenai wilayah sumberdaya pesisir dan laut termasuk gumuk pasir.

50

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan

Pada dasarnya, jumlah kunjungan wisatawan ke gumuk pasir Parangtritis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh wisatawan selama rekreasi (BP), jumlah pendapatan (P), tingkat pendidikan (TP) dan jarak tempat tinggal wisatawan ke lokasi gumuk pasir Parangritis (J). Variabel-variabel tersebut kemudian diregresikan melalui program software SPSS untuk melihat faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan setiap tahun (Y). Model persamaan regresi linier dan faktor-faktor penentu jumlah kunjungan wisatawan dapat dilihat berikut ini :

Y = 2,29534 − 8,004E-07 BP – 0,07609 TP + 1,038E-7 P – 0,00197 J Tabel 21 Faktor-faktor penentu jumlah kunjungan wisatawan ke gumuk pasir

Parangtritis, 2016

Variabel Koefisien S.E. P-value

Biaya perjalanan Tingkat pendidikan Pendapatan Jarak Constant –8,004E-07 –0,07609 1,038E-7 –0,00197 2,29534 0,364 0,000 0,027 0,000 0,001 0,621 0,005 0,001 0,024 0,000

Sumber: Data primer diolah, 2016

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan sampel ke lokasi gumuk pasir Parangtritis adalah variabel tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, jarak tempat tinggal wisatawan pada tingkat signifikansi 10%. Pada variabel tingkat pendidikan dan jarak diperoleh koefisien negatif, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan atau pun semakin jauh jarak tempat tinggal wisatawan sampel ke lokasi wisata maka semakin sedikit jumlah kunjungan wisatawan tersebut, sedangkan variabel jumlah pendapatan memiliki koefisien yang positif artinya semakin tinggi jumlah pendapatan wisatawan maka semakin sering wisatawan tersebut berkunjung ke gumuk pasir Parangtritis. Beda halnya dengan variabel biaya perjalanan, di mana tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan pada tingkat signifikansi 10%. Hal tersebut disebabkan karena berapa pun jumlah biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan saat berekreasi tidak mempengaruhi minat mereka untuk melakukan kunjungan ke gumuk pasir.

Meskipun saat ini gumuk pasir dijadikan sebagai tempat wisata, dalam proses pengembangannya juga harus berlandaskan pembangunan wisata yang berkelanjutan. Pengembangan wisata yang berkelanjutan dimaksudkan untuk menjaga dan memelihara keberadaan fenomena langka gumuk pasir agar tidak terjadi degradasi lingkungan. Oleh karenanya, optimalisasi wisata gumuk pasir dapat dilakukan melalui (1) Pengembangan konsep wisata eko-edukasi pengetahuan tentang gumuk pasir agar masyarakat dapat mengetahui tentang pentingnya fungsi yang diberikan oleh gumuk pasir, (2) Mengembangkan kreativitas dan inovasi terkait pengembangan fasilitas maupun atribut yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung kembali ke gumuk pasir, (3) Melakukan koordinasi yang berkesinambungan antara pihak yang berkepentingan terhadap kemajuan wisata, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan masyarakat Desa Parangtritis khususnya pihak pengelola.

51 Nilai Manfaat Hasil Kayu Bakar

Jenis vegetasi yang terdapat di gumuk pasir terdiri atas pohon cemara udang (Casuarina equisetifolia), pohon akasia (Acacia denticulosa), pohon kelapa (Cocos nucifera), pohon siwalan (Borassus flabellifer), pohon waru (Hibiscus tiliaceus), pohon jambu mete (Anacardium occidentale), vegetasi tingkat semak seperti tanaman gamal (Gliricidia sepium), dan rumput-rumputan. Pada tahun 1980-an, pemerintah Kabupaten Bantul dalam hal ini Dinas Pertanian dan Kehutanan melakukan kegiatan penghijauan vegetasi cemara udang dan akasia di wilayah pesisir Parangtritis. Penghijauan dimaksudkan untuk mencegah material pasir masuk ke dalam rumah penduduk karena pada saat itu kerapatan tanaman gumuk pasir masih jarang sehingga rumah-rumah penduduk yang lokasinya dekat dengan gumuk pasir merasa terganggu oleh material pasir yang terbawa angin. Hingga pada tahun 2000-an, menurut penelitian Hartanto (2012) vegetasi yang berada di kawasan gumuk pasir mulai banyak tumbuh dan menyebar di seluruh kawasan gumuk pasir dengan tingkat kerapatan vegetasi yang cukup (58,70%). Vegetasi cemara udang dan akasia dipilih karena tanaman tersebut dapat tumbuh baik di lahan pasir dan akar tanaman memiliki fungsi seperti vegetasi mangrove.

Berdasarkan hasil identifikasi penelitian, vegetasi yang terdapat di gumuk pasir telah dimanfaatkan sebagian masyarakat rumah tangga untuk kayu bakar. Jenis vegetasi yang dipergunakan di antaranya pohon cemara udang, akasia, waru, dan jambu mete. Nilai ekonomi gumuk pasir dapat diperoleh dari nilai kayu yang dihasilkan melalui pendekatan harga pasar (market price). Dalam hal ini, penentuan nilai kayu bakar didekati dengan jumlah output kayu bakar yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang selanjutnya dikalikan dengan harga pasar kayu bakar lokal di Desa Parangtritis. Berikut ini disajikan Tabel 22 mengenai perhitungan nilai ekonomi sebagai penyedia kayu bakar.

Tabel 22 Estimasi nilai manfaat hasil kayu bakar gumuk pasir Parangtritis,2016

Uraian Keterangan Nilai

Jumlah RT yang memanfaatkan kayu bakar (RT) Frekuensi pengambilan rata-rata RT (ikat/RT/minggu) Frekuensi pengambilan rata-rata RT (ikat/RT/tahun) Frekuensi pengambilan populasi (ikat/tahun)

a b c= bx52 d= axc 102 2 104 10.608

Harga pasar kayu bakar (Rp/ikat) e 10.000

Luas gumuk pasir Parangtritis (ha) Lgm 49

Total milai manfaat kayu bakar (Rp/tahun) Nilai manfaat kayu bakar (Rp/ha/tahun)

NM= dxe NMk= NM/Lgm

106.080.000 2.164.898

Sumber: Data primer diolah, 2016

Apabila dilihat pada Tabel 22 mengenai hasil identifikasi di lapangan, jumlah rumah tangga yang masih memanfaatkan kayu bakar adalah sebesar 102 RT. Jumlah RT yang masih menggunakan kayu bakar cukup sedikit yakni 4,42% dari total RT di Desa Parangtritis (2.308 RT). Luas lahan gumuk pasir yang dimanfaatkan masyarakat untuk mengambil kayu bakar berada di luar kawasan wisata (13 ha). Total nilai manfaat hasil kayu bakar di gumuk pasir Parangtritis dengan luas 49 ha (di luar kawasan wisata) adalah sebesar Rp 106.080.000/tahun atau nilainya sekitar Rp 2.164.898/ha/tahun.

Kayu bakar sebagai sumber energi terbarukan memiliki peran penting bagi masyarakat pedesaan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Kayu bakar belum akan tergantikan secara keseluruhan meskipun adanya sumber energi lain

52

seperti minyak maupun gas, karena kemampuan daya beli yang relatif rendah (Dwiprabowo 2010). Rata-rata jumlah pendapatan RT pengguna yang cukup rendah merupakan faktor pendorong mereka masih menggunakan bahan bakar kayu, yakni sekitar Rp 792.667/bulan. Nilai pendapatan tersebut berada di bawah pendapatan per kapita yaitu sebesar Rp 1.200.000/bulan. Oleh sebab itu, daripada mengeluarkan uang lebih untuk membeli bahan bakar gas lebih baik uang tersebut dipergunakan untuk hal lain yang lebih diprioritaskan seperti membeli makanan. Alasan lain karena lokasi gumuk pasir dekat dengan tempat tinggal sehingga dari pada vegetasi yang tumbuh tidak termanfaatkan lebih baik diambil ranting pohonnya untuk dijadikan sebagai kayu bakar. Menurut hasil wawancara, kebutuhan kayu bakar pada masing-masing RT jumlahnya hampir sama yakni 1 ikat dapat dipergunakan selama 3−4 hari. Penggunaan tersebut hanya sebatas untuk konsumsi pribadi, hanya saja terkadang mereka memperjualbelikan kayu bakar jika ada yang membutuhkan untuk acara tertentu.

Nilai Manfaat Hasil Pakan Ternak

Selain vegetasi yang tumbuh di gumuk pasir dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar, dedaunannya dapat dipergunakan sebagai makanan tambahan bagi hewan ternak sapi, kambing, dan domba. Jenis vegetasi yang biasanya dimanfaatkan di antaranya pohon waru, cemara udang, akasia, tanaman gamal atau kleresede, dan rumput-rumputan.

Nilai ekonomi gumuk pasir sebagai penghasil pakan ternak didapatkan melalui pendekatan harga pasar (market price) barang tersebut. Oleh karenanya, estimasi nilai pakan ternak didekati dengan jumlah output pakan yang telah diambil oleh masyarakat yang kemudian dikalikan dengan harga pasar pakan ternak. Sebenarnya di Desa Parangtritis tidak ada masyarakat yang menjual pakan ternak dalam bentuk demikian (dedaunan). Akan tetapi, kenyataannya terdapat beberapa masyarakat setempat yang menjual jasanya untuk mengambil pakan ternak di kawasan gumuk pasir di mana dikenakan biaya Rp 5.000/ikat. Oleh sebab itu, harga pasar pakan ternak diperoleh dari pendekatan nilai tersebut. Secara rinci diuraikan pada Tabel 23 mengenai perhitungan nilai ekonomi hasil pakan ternak di gumuk pasir Parangtritis.

Tabel 23 Estimasi nilai manfaat hasil pakan ternak gumuk pasir Parangtritis, 2016

Uraian Keterangan Nilai

Jumlah masyarakat memanfaatkan pakan ternak (orang) Frekuensi pengambilan rata-rata (ikat/orang/2 hari) Frekuensi pengambilan rata-rata (ikat/orang/tahun) Frekuensi pengambilan populasi (ikat/tahun)

a b c= 365/2 d= axc 207 1 182 37.674

Harga pasar pakan ternak (Rp/ikat) e 5.000

Luas gumuk pasir gumuk pasir (ha) Lgm 49

Total nilai manfaat pakan ternak (Rp/tahun) Nilai manfaat pakan ternak (Rp/ha/tahun)

NM= dxe NMk= NM/Lgm

188.370.000 3.844.286

Sumber: Data primer diolah, 2016

Pada Tabel 23, frekuensi pengambilan pakan rata-rata responden sebanyak 1 ikat setiap 2 hari sekali, sehingga diperoleh frekuensi pengambilan total masyarakat setahun sebesar 37.674 kali/tahun. Pakan ternak biasanya ada yang menjual dengan harga Rp 5.000/ikat, akan tetapi jarang sekali yang memperjualbelikan pakan ternak dalam bentuk dedaunan maupun rumput-rumputan. Mereka lebih memilih untuk

53 mengambil langsung sendiri dari pada menyuruh orang lain. Pemanfaatan potensi pakan ternak di gumuk pasir menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp 188.370.000/tahun atau sekitar Rp 3.844.286/ha/tahun. Pemanfaatan tersebut berada di luas lahan 49 ha, karena masyarakat hanya mengambil pakan ternak yang tumbuh di luar kawasan wisata gumuk pasir.

Jumlah individu yang memanfaatkan pakan dapat berpengaruh terhadap nilai ekonomi pakan ternak di gumuk pasir. Apabila semakin banyak individu yang mengambil pakan tambahan ternak, maka nilai ekonominya juga semakin besar. Frekuensi dan jumlah pakan yang diambil juga mampu berpengaruh terhadap potensi nilai manfaatnya. Pada penelitian ini, jumlah kepemilikan hewan ternak tidak mempengaruhi frekuensi pengambilan pakan. Menurut hasil wawancara, individu yang memiliki hewan ternak paling sedikit 2 ekor maupun paling banyak 6 ekor juga mengambil pakan sejumlah 1 ikat per 2 hari sekali. Hal tersebut disebabkan karena intensitas waktu dan faktor tenaga yang mereka miliki hanya terbatas. Selain menjadi peternak, sebagian besar ternyata memiliki pekerjaan utama sebagai buruh tani.

Nilai Manfaat Tidak langsung (Indirect Use Value)

Nilai manfaat tidak langsung atau indirect use value (IUV) ditentukan oleh kontribusi jasa suatu ekosistem yang secara tidak langsung dirasakan dan telah dimanfaatkan oleh manusia. Sering kali jasa yang dimiliki ekosistem jarang diketahui manusia, sebelum ekosistem tersebut mengalami deforestasi maupun degradasi lingkungan dan menyebabkan ekosistem berkurang atau bahkan hilang. Bahkan mereka baru menyadari fungsi jasa yang dihasilkan setelah terdapat penelitian mengenai nilai manfaat dari ekosistem tersebut. Nilai manfaat tidak langsung dari gumuk pasir, yakni mampu menahan gelombang air laut sehingga membentengi wilayah daratan dari bencana abrasi dan dapat melindungi lahan pertanian pasir dari angin laut yang membawa material garam.

Nilai Manfaat Penahan Abrasi

Perairan selatan Pulau Jawa, tepatnya berada di Kabupaten Bantul memiliki gelombang air laut yang cukup tinggi sehingga wilayahnya rawan terjadi bencana abrasi pantai. Salah satu fungsi ekologi gumuk pasir Parangtritis yaitu sebagai pemecah gelombang laut sehingga keberadaannya mampu menahan terjadinya pengikisan daratan atau abrasi pantai. Menurut Sunarto et al. (2014) kawasan Parangtritis merupakan wilayah yang memiliki beragam potensi ancaman bencana yang diakibatkan oleh keberagaman proses fisik dan dinamika kawasan pesisir. Di wilayah tersebut, proses abrasi terjadi sepanjang tahun. Akumulasi abrasi telah menyebabkan pada tahun 2013, di mana tercatat sejumlah lingkungan pesisir

Dokumen terkait