• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil rekapitulasi data pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa responden jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Responden laki-laki berjumlah 27 orang sedangkan responden perempuan berjumlah 73 orang.

Tabel 2. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-Laki 27 27

2 Perempuan 73 73

Total 100 100

Banyaknya jumlah responden perempuan disebabkan lokasi pemandian yang tidak jauh dari kota sehingga dapat lebih mudah dijangkau oleh kaum perempuan. Sesuai dengan pendapat Ross (1998) yang mengatakan laki-laki cenderung lebih memilih wisata yang lebih menantang untuk berpetualang sehingga wisatawan laki-laki kurang berminat untuk obyek wisata alam pemandian air sungai.

Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Asal

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner yang dapat dilihat pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa responden yang berkunjung ke pemandian Armaya paling banyak berasal dari Kotamadya Medan (71%).

Tabel 3. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Daerah Asal

No. Daerah Asal Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Kabupaten Asahan 1 1

Data ini menunjukkan responden yang paling dominan yaitu berasal dari Kotamadya Medan. Kondisi ini disebabkan lokasi pemandian Armaya yang tidak jauh dari kota Medan yaitu ± 1 jam, sehingga lebih mudah dijangkau untuk masyarakat daripada daerah lain. Perbedaan banyaknya responden dari berbeda daerah ini membuktikan bahwa daerah asal berpengaruh terhadap besarnya biaya perjalanan. Semakin jauh daerah asal pengunjung makan biaya perjalanan semakin besar, begitu juga ketika jarak daerah asal dan lokasi wisata sangat dekat maka biaya perjalanan yang dikeluarkan sedikit.

Komposisi Responden Berdasarkan Umur

Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa responden yang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya tersebar dari berbagai tingkat umur. Namun, responden yang berkunjung paling banyak daripada tingkat umur lainnya yaitu pada tingkat umur 20 – 30 tahun sebanyak 37%.

Tabel 4. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah (Orang) Persentase (%)

Kondisi demikian menunjukkan bahwa pada tingkat umur tersebut lebih banyak menyukai kegiatan wisata, bersifat lebih produktif untuk melakukan kegiatan wisata. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekadijo (2000) yang menyatakan bahwa golongan umur yang produktif adalah golongan yang paling banyak mengadakan perjalanan wisata. Golongan produktif ini memerlukan rekreasi terutama untuk penyegaran dari kesibukannya sehari-hari. Sehingga

secara tidak langsung umur sangat berpengaruh terhadap besarnya permintaan Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya.

Komposisi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Pada Tabel 5, Sebanyak (24%) atau 24 orang responden yang datang berkunjung ke obyek wisata ini masih belum menikah atau belum berkeluarga, sedangkan (76%) atau 76 orang responden diantaranya sudah menikah atau berkeluarga.

Tabel 5. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Status Pernikahan

No. Status Pernikahan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Menikah 76 76

2 Belum Menikah 24 24

Total 100 100

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang melakukan kunjungan dapat dilihat pada Tabel 6, dimana responden dengan tingkat pendidikan SMA/SMK lebih banyak yaitu 71%, tingkat perguruan tinggi sebesar 25%, tingkat SMP 2%, tingkat SD sebesar 2%.

Tabel 6. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 0 0

Dari berbagai tingkat pendidikan, tingkat SMA/SMK lebih dominan daripada tingkat pendidikan paling tinggi yaitu perguruan tinggi. Menurut Hotman Siregar (2009), biasanya seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan memiliki ketertarikan yang lebih terhadap kegiatan wisata alam untuk kebutuhan psikologis, namun tidak terjadi dalam kasus ini. Hal ini bisa jadi

disebabkan oleh kurangnya daya tarik wisata yang ada di pemandian Armaya, sehingga beberapa orang pergi ke obyek wisata yang menurut mereka lebih memiliki daya tarik alam.

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Berdasarkan data pada Tabel 7, dapat dilihat komposisi jenis pekerjaan yang paling dominan yaitu wiraswasta sebesar (50%), kemudian berikutnya jenis pekerjaan pegawai swasta sebesar (39%), PNS sebesar (9%), dan terakhir jenis pekerjaan lain (petani dan pensiunan) sebesar (2%).

Tabel 7. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 PNS 9 9

2 Pegawai Swasta 39 39

3 Wiraswasta 50 50

4 Lain-lain (Pensiunan, Petani) 2 2

Total 100 100

Kebutuhan akan pemulihan kondisi fisik dan mental sesorang dapat dilakukan dengan kegiatan wisata. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Fandeli dan Mukhlison (2000), yang mengatakan bahwa wisatawan dapat dikategorikan dalam beberapa hal diantaranya berwisata dengan motivasi fisik, yaitu dalam rangka memulihkan fisik dan jiwa dari ketegangan dan kebosanan kehidupan sehari-hari dengan menemukan kembali atau mempertahankan kesejahteraan fisik dan mental.

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Berdasarkan hasil rekapitulasi data pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa tingkat pendapatan yang paling dominan adalah Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 sebesar (36%), kemudian pada tingkat Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 sebesar (22%), tingkat Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000 sebesar (18%), tingkat ≥ Rp.

4.000.000 sebesar (18%), sedangkan yang paling sedikit yaitu pada tingkat ≤ Rp.

1.000.000 sebesar (6%).

Tabel 8. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

No. Tingkat Pendapatan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 ≤ Rp. 1.000.000 6 6

Berdasarkan data pada tabel 8, dapat disimpulkan bahwa keberadaan obyek wisata alam pemandian Armaya dapat dinikmati dari semua lapisan ekonomi masyarakat, baik tingkat bahwa, menengah maupun tingkat atas.

Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan

Berdasarkan hasil rekapitulasi data responden pada Tabel 9, tujuan sebagian besar pengunjung datang ke obyek wisata ini adalah untuk berekreasi dan menikmati keindahan alam dalam rangka mengisi waktu hari libur mereka, sehingga responden umumnya menjadikan tempat ini sebagai tujuan utama yaitu sebesar (90%) dan sisanya menjadikan tempat ini sebagai tempat persinggahan sebesar (10%).

Tabel 9. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan

No. Alasan Kedatangan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tujuan Utama 90 90

2 Persinggahan 10 10

Total 100 100

Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Berdasarkan rekapitulasi data responden berdasarkan sumber informasi dapat dilihat pada Tabel 10, sebagian besar responden atau sebanyak (81%) responden memperoleh informasi keberadaan obyek wisata ini berasal dari teman/keluarga dengan cara penyebaran informasi melalui mulut ke mulut.

Tabel 10. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Sumber Informasi

No. Sumber Informasi Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Teman/Keluarga 81 81

2 Media Elektronik 19 19

3 Media cetak 0 0

Total 100 100

Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolan obyek wisata ini belum dilakukan secara optimal, hal ini disebabkan belum tertatanya dengan baik strategi pengelolaan obyek wisata ini dalam bidang promosi.

Walaupun demikian, sebagian kecil dari responden ada yang mengetahui keberadaan obyek wisata ini dari media elektronik berupa internet sebesar (19%).

Komposisi Responden Berdasarkan Tipe Kunjungan

Pada umumnya responden yang melakukan kunjungan ke obyek wisata ini adalah berkelompok. Hal ini dapat dilihat pada data jumlah responden berdasarkan cara melakukan kunjungan yang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tipe Kunjungan

No. Tipe Kunjungan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Sendirian 0 0

2 Berkelompok 5 5

3 Rombongan Keluarga 95 95

Total 100 100

Sebagian besar responden dalam melakukan kunjungannya adalah bersama rombongan keluarga yaitu sebesar (95%) dan selebihnya adalah melakukan kunjungan berkelompok sebesar (5%). Menurut Suwantoro (2002), responden yang melakukan kunjungan bersama anggota keluarga ke obyek wisata ini dapat digolongkan kedalam suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh kumpulan orang yang mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain.

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan

Pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa responden yang melakukan kunjungan ke obyek wisata alam pemandian Armaya menggunakan kendaraan pribadi yaitu sebesar (89%).

Tabel 12. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan

No. Jenis kendaraan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Kendaraan Pribadi 89 89

2 Kendaraan Sewa 11 11

3 Kendaraan Umum 0 0

4 Kendaraan Milik Instansi 0 0

Total 100 100

Jenis kendaraan pribadi yang digunakan pada umumnya berupa sepeda motor walaupun sebagian kecil ada yang menggunakan mobil pribadi, sedangkan responden yang melakukan kunjungan dengan menggunakan kendaraan sewa/carteran adalah sebesar (11%).

Komposisi Responden Berdasarkan Waktu Perjalanan

Hasil rekapitulasi data responden berdasarkan waktu perjalanan yang ditempuh menuju lokasi wisata dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan waktu Perjalanan

No. Waktu Perjalanan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 ≤ 1 jam 13 13

Berdasarkan hasil data tersebut dapat dilihat bahwa waktu perjalanan 1 – 3 jam mempunya komposisi yang lebih banyak yaitu sebesar (83%), untuk waktu tempuh ≤ 1 jam sebesar (13%), sedangkan waktu perjalanan 3 – 5 jam sebesar (2%) begitu juga dengan waktu perjalanan 5 – 7 jam sebesar (2%). Waktu perjalanan 1 – 3 jam tersebut ditempuh dari daerah Medan, Binjai dan Deli

Serdang. Daerah-daerah tersebut dekat dengan obyek wisata alam pemandian Armaya. Menurut Tambunan (2013), sedikitnya waktu yang dikeluarkan maka secara tidak langsung semakin sedikit biaya perjalanan yang akan dikeluarkan pengunjung.

Pendapat Responden Terhadap Obyek Wisata Alam Pemandian armaya Kondisi Jalan Menuju Obyek Wisata

Pada Tabel 14 dapat dilihat penilaian responden berdasarkan skala likert terhadap kondisi jalan menuju Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya menilai tidak baik. Responden berpendapat bahwa masih banyak kondisi jalan yang berlubang- lubang menuju obyek wisata ini seperti pada jalan Namorih hingga ke lokasi wisata. Kondisi tersebut diperparah dengan sebagian jalan yang tidak beraspal namun bergundukan tanah dan batu. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi ketertarikan pengunjung untuk berkunjung ke lokasi wisata ini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pendit (1999), yang mengatakan bahwa faktor transportasi dalam dunia pariwisata membutuhkan syarat-syarat tertentu, antara lain kondisi jalan yang baik, lalu lintas yang lancar dan angkutan yang tercepat.

Tabel 14. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Kondisi jalan No. Kondisi Jalan Skala Penilaian Jumlah

(Orang)

Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata

Berdasarkan rekapitulasi data pada Tabel 15, penilaian responden terhadap kemudahan menjangkau (aksesibilitas) obyek wisata ini, sebagian besar responden

Tabel 15. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Aksesibilitas No. Aksesibilitas Skala Penilaian Jumlah (Orang)

Kondisi tersebut sesuai dengan pendapat responden yang tidak mengalami kesulitan dalam menjangkau tempat ini. Kondisi tersebut sesuai dengan pernyataan Suwantoro (2002), yang mengatakan bahwa pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesibilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Kemudahan tersebut didukung oleh penunjuk arah jalan yang dapat digunakan oleh responden menuju tempat ini. Aksesibilitas yang mudah menuju obyek wisata ini dapat meningkatkan permintaan pengunjung terhadap kunjungan ke obyek wisata ini.

Keindahan Alam Obyek Wisata

Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner berdasarkan skala likert pada Tabel 16, penilaian responden mengenai obyek wisata ini mengatakan bahwa obyek wisata ini memiki tingkat keindahan alam yang indah. Pendapat tersebut sesuai dengan data yang diperoleh bahwa obyek wisata ini memiliki nilai yang indah dimata responden. Keindahan alam ini sesuai dengan keberadaan obyek wisata ini yang memiliki tampilan air sungai yang cukup bersih dan segar dipandang mata beserta pohon-pohon yang berada dipinggiran sungai yang sangat rindang dan sejuk dirasakan responden. Sehingga banyak pengunjung yang ingin menikmati segarnya air sungai di obyek wisata alam pemandian Armaya tersebut.

Tabel 16. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai keindahan Alam

No. Keindahan Alam Skala Penilaian Jumlah

Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner berdasarkan skala likert pada Tabel 17, penilaian responden mengenai obyek wisata ini mengatakan bahwa kebersihan obyek wisata ini biasa-biasa saja, tidak bersih dan juga tidak terlalu kotor. Pendapat tersebut sesuai dengan data yang diperoleh bahwa obyek wisata ini memiliki nilai kebersihan yang standar. Artinya pengunjung tidak terlalu terkesan akan kebersihan sekitar lingkungan obyek wisata. Karena jika pengunjung selalu berdatangan setiap saat, maka sampah akan semakin banyak.

Petugas kebersihan membersihkan hanya pada saat pengunjung sudah mulai sedikit sepi dan pada saat jam berwisata sudah selesai.

Tabel 17. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Kebersihan No. Kebersihan Skala Penilaian Jumlah

(Orang)

Kejernihan Air Sungai Obyek Wisata

Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner berdasarkan skala likert pada Tabel 18, penilaian responden mengenai obyek wisata ini mengatakan bahwa kejernihan air di sungai pada obyek wisata ini tidak terlalu bersih dan juga tidak kotor. Pendapat tersebut sesuai dengan keadaan di lapangan yang dimana air

banyak pada saat itu. Akibat dari aktivitas pengunjung yang sangat banyak di sungai sehingga membuat air menjadi keruh,

Tabel 18. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Kejernihan Air Sungai No. Kejernihan Skala Penilaian Jumlah

(Orang)

Tingkat Keamanan Obyek Wisata

Berdasarkan skala likert pendapat responden mengenai tingkat keamanan di obyek wisata ini seperti yang tertera pada Tabel 19, responden berpendapat bahwa lokasi obyek wisata ini masih tergolong sangat aman. Sesuai dengan pendapat responden yang mengatakan bahwa belum pernah ada gangguan tindakan kriminalitas seperti pencurian baik yang dilakukan oleh sesama pengunjung maupun penduduk setempat. Permintaan akan pariwisata tergantung pada fasilitas, pelayanan dan secara tidak langsung adalah keamanan seperti sikap penduduk setempat kepada wisatawan.

Tabel 19. Rekapitulasi Pendapatan Responden Mengenai Tingkat Keamanan No. Tingkat Keamanan Skala Penilaian Jumlah

(Orang)

Berdasarkan data rekapitulasi pendapat responden mengenai fasilitas obyek wisata pada Tabel 20, dapat disimpulkan bahwa fasilitas di obyek wisata ini masih tidak lengkap.

Tabel 20. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Fasilitas Wisata No. Fasilitas Wisata Skala Penilaian Jumlah

(Orang)

Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa ada beberapa fasilitas yang masih belum ada diantar lainnya yaitu air bersih untuk bilas, tempat parkir, musholla, tempat cinderamata, dan beberapa fasilitas yang masih kurang banyak jumlahnya seperti pondok, dan kamar mandi. Disamping berbagai hal diatas, secara spesifik responden berpendapat adanya beberapa hal yang perlu dibenahi dalam hal fasilitas di obyek wisata ini. Pembenahan tersebut dapat dilakukan dengan merawat seluruh fasilitas yang ada maupun dengan cara menambah beberapa fasilitas sebagai alat untuk memberikan kenyamanan bagi setiap pengunjung dalam paerjalanan wisata.

Pendugaan Jumlah Pengunjung dari Masing-Masing Daerah Asal Responden Selama Setahun

Jumlah pengunjung dari masing-masing daerah asal pengunjung selama setahun dapat diperoleh dari hasil perkalian nilai persentase pengunjung dari masing-masing daerah dengan rata-rata kunjungan selama 1 tahun. Berdasarkan data jumlah pengunjung tiap daerah selama setahun pada Tabel 21, dapat dilihat bahwa persentase pengunjung berdasarkan daerah asal berbanding lurus dengan banyaknya jumlah pengunjung yang akan berkunjung ke obyek wisata ini selama 1 tahun.

Tabel 21. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal Selama setahun

Jumlah pengunjung terbesar selama satu tahun adalah pengunjung yang berasal dari daerah Kotamadya Medan yaitu sebesar 19.876 orang/tahun dan jumlah pengunjung terkecil berasal dari daerah Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 280 orang/tahun.

Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya

Nilai ekonomi wisata dapat diduga menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method) yang didasarkan atas jumlah uang yang dikeluarkan

pengunjung untuk menuju suatu daerah obyek wisata. Biaya yang dimaksud dalam metode ini adalah mulai dari biaya tranportasi yang dikeluarkan pengunjung untuk pergi ke lokasi wisata dan pulang kembali, biaya konsumsi yang dikeluarkan selama perjalalanan dan di obyek wisata, biaya tiket masuk, biaya dokumentasi, sewa pondok, biaya souvenir, jasa pelayanan dan biaya lainnya (seperti toilet dan parkir).

Tabel 22. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Rata-Rata Biaya Perjalanan

41.818,18 45.000 10.000 44.272,73 141.090,91

3

Simalungun 100.000 55.000 10.000 55.000 220.000

5 Kotamadya

Binjai 26.785,71 58.214,29 10.000 40.785,71 135.785,71 6 Kotamadya

Medan 30.211,27 44.366,20 10.000 41.732,39 126.309,86 Rata-Rata 51.052,53 60.430,08 10.000 45.298,47 166.781,08

Berdasarkan data pada Tabel 22, dapat dilihat bahwa nilai biaya perjalanan rata-rata tertinggi berasal dari Kabupaten Asahan yaitu sebesar Rp.235.000/orang/kunjungan, sedangkan nilai biaya perjalanan rata-rata terendah berasal dari Kotamadya Medan yang merupakan daerah asal pengunjung yang paling dominan ke obyek wisata ini yaitu sebesar Rp.126.309,86 orang/kunjungan. Besarnya biaya perjalanan rata-rata yang harus dikeluarkan dari seluruh pengunjung dan dari seluruh daerah adalah sebesar Rp.166.781,97/orang/kunjungan.

Salah satu indikator yang dapat mempengaruhi biaya perjalanan adalah letak suatu obyek wisata dari tempat tinggal pengunjung. Keberadaan obyek wisata ini selanjutnya mempengaruhi biaya transportasi, biaya konsumsi dan biaya lainnya yang akan dikeluarkan setiap pengunjung menuju suatu obyek wisata. Kondisi ini dapat terlihat dari besarnya biaya perjalanan rata-rata dari Kabupaten Asahan yang disebabkan letaknya yang lebih jauh dibandingkan dari daerah lain asal responden. Dengan demikian, kondisi ini menunjukkan bahwa

kegiatan wisata adalah salah satu barang yang bersifat ekonomis. Dalam ilmu ekonomi menyatakan bahwa konsumen akan meningkatkan jumlah permintaan terhadap suatu komoditi apabila harga komoditi tersebut berkurang. Kondisi ini juga berkorelasi terhadap permintaan wisata dimana apabila semakin tinggi biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung menuju suatu lokasi obyek wisata, maka pengunjung memiliki kecendrungan untuk memilih tempat wisata alternatif dengan biaya yang lebih rendah.

Berdasarkan rekapitulasi data (Lampiran 2) biaya yang dikeluarkan responden dalam melakukan kegiatan wisata menurut total biaya perjalanan, maka diperoleh nilai ekonomi total Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya adalah sebesar Rp. 4.669.036.334,6/tahun. Nilai ini diperoleh dari hasil perkalian nilai rata-rata biaya perjalanan yang dikeluarkan responden yaitu sebesar Rp.166.781,08/kunjungan dengan besarnya rata-rata kunjungan setiap tahun, dimana data jumlah kunjungan yang digunakan adalah data 3 tahun terakhir mulai tahun 2015-2017 yaitu sebesar 27.995 orang. Apabila nilai ini dibandingkan dengan penerimaan yang diperoleh pengelola hanya dari penerimaan tiket/karcis masuk sebesar Rp.10.000/orang/ kunjungan, maka dapat dihitung besarnya pendapatan yang diperoleh dari obyek wisata ini adalah sebesar Rp.279.950.000/tahun.

Tabel 23. Perbandingan Nilai Ekonomi Berdasarkan Biaya Perjalanan Dari Beberapa Obyek Wisata.

No. Obyek Wisata Nilai Ekonomi

(Rp/Tahun) Sumber

1 Pemandian Air Panas

Kec. Pangururan Rp. 11.108.505.560 (Tambunan, E, 2013) 2 Air Terjun Sipiso-piso Rp. 14.708.461.662,8 (Siregar, H, 2009)

3 Waduk Selorejo Rp. 6.162.491.160 (Ismail, A., Nuva, R.P. Sahata, 2011)

Dibandingkan dengan penelitian Tambunan (2013) yang dapat dilihat pada Tabel 23, biaya perjalanan di ekowisata Pemandian Air Panas Kec. Pangururan yaitu sebesar Rp. 11.108.505.560/tahun. Biaya perjalanan rata-rata yang dikeluarkan pengunjung dari seluruh daerah yakni Rp. 1.617.665/kunjungan dengan rata-rata pengunjung selama lima tahun terakhir sebesar 6.867 orang. Hal tersebut disebabkan oleh rata-rata biaya perjalanan yang dikeluarkan dari suatu obyek wisata berbeda-beda, yang dimana biaya perjalanan, biaya konsumsi dan tiket serta hal-hal lain sangat berbeda setiap lokasi obyek wisata. Lokasi ekowisata Kabupaten Samosir sangat jauh membuat biaya perjalanan yang dibutuhkan ke obyek wisata tersebut sangat besar dibandingkan dengan biaya perjalanan obyek wisata sungai Armaya yang hanya sebesar Rp. 166.781,08/kunjungan, walaupun rata-rata pengunjung ekowisata kabupaten samosir lebih sedikit dibandingkan obyek wisata sungai Armaya. Rata-rata pengunjung tersebut disebabkan jarak lokasi wisata ke daerah lain, seperti halnya ekowisata kabupaten samosir yang jauh dari kota dan membutuhkan waktu berjam-jam menuju ke tempat tersebut dari daerah lain sehingga hanya ramai dikunjungi pada hari-hari tertentu dibandingkan dengan obyek wisata alam sungai Armaya yang dekat dengan keramaian kota sehingga lebih sering dikunjungi masyarakat setiap hari libur atau bahkan setiap hari. Begitu juga dengan obyek wisata didaerah lain, yang dimana banyak perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekonomi tiap obyek wisata. Tiap obyek wisata memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda, ada yang tinggi dan juga ada yang rendah, itu semua tergantung pengaruh faktor internal dan eksternalnya. Faktor internal terdiri dari umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, dan waktu

perjalanan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari biaya perjalanan, fasilitas, kebersihan, keindahan, kejernihan air sungai, tingkat keamanan, kondisi jalan dan promosi obyek wisata.

Berdasarkan perhitungan nilai ekonomi ini, dapat dilihat bahwa keberadaan Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya masih memiliki daya tarik tersendiri untuk dikunjungi para pengunjung. Nilai tersebut dapat ditingkatkan dengan melakukan pembenahan dari seluruh aspek, mulai dari aspek internal lokasi obyek wisata sendiri seperti fasilitas dan pelayanan serta aspek eksternal obyek wisata seperti aksesibilitas menuju lokasi, strategi publikasi dan dukungan dari masyarakat setempat. Oleh karena itu pembenahan harus segera dilakukan, akan jauh lebih berarti jika melibatkan seluruh pihak mulai dari masyarakat setempat, akademisi, pengusaha jasa pariwisata, dinas terkait dan media massa.

Dengan demikian, diharapkan tingkat kunjungan dari berbagai kalangan yang lebih tinggi kelak akan selalu diperlihatkan dari keberadaan obyek wisata ini.

Intensitas Kunjungan

Pada Tabel 24 dapat dilihat data tersebut menunjukkan bahwa Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya merupakan daerah tujuan wisata yang masih kurang memiliki nilai daya tarik untuk dikunjungi. Berdasarkan hasil di tabel, kebanyakan responden yang berkunjung ke obyek wisata tersebut adalah kunjungan pertama mereka sebesar (72%), yang sebelumnya tidak pernah berwisata ke obyek wisata alam tersebut. Responden yang berkunjung untuk kedua kalinya sebesar (25%) serta responden yang berkunjung ketiga kalinya sebesar (3%). Responden yang baru pertama kali datang ke obyek wisata ini dikarenakan informasi mengenai obyek tersebut yang masih kurang disebar serta

daya tarik yang masih kurang, sehingga mereka baru mengetahui lokasi obyek wisata tersebut. kondisi tersebut sesuai dengan pernyataan Fandeli dan Mukhlison (2000) yang menyatakan bahwa kawasan wisata alam harus memiliki karakteristik yang spesifik karena karakteristik yang khas dari setiap obyek wisata merupakan daya tarik tersendiri bagi obyek wisata alam tersebut.

Tabel 24. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Intensitas Kunjungan

No. Intensitas Kunjungan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 1 kali 72 72

Pengaruh Faktor-Faktor Terhadap Intensitas Kunjungan

Faktor-faktor yang mempengaruhi Intensitas kunjungan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, baik faktor internal dari obyek wisata itu sendiri maupun faktor eksternal dari obyek wisata. Dalam penelitian ini dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan ke obyek wisata ini.

Faktor-faktor tersebut adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan

Faktor-faktor tersebut adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan

Dokumen terkait