• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI EKONOMI OBYEK WISATA ALAM DI PEMANDIAN ARMAYA, SUNGAI BELAWAN KECAMATAN KUTALIMBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS NILAI EKONOMI OBYEK WISATA ALAM DI PEMANDIAN ARMAYA, SUNGAI BELAWAN KECAMATAN KUTALIMBARU"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI EKONOMI OBYEK WISATA ALAM DI PEMANDIAN ARMAYA, SUNGAI BELAWAN

KECAMATAN KUTALIMBARU

SKRIPSI

LISA VICTORIA NATIO 141201147

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

ANALISIS NILAI EKONOMI OBYEK WISATA ALAM DI PEMANDIAN ARMAYA, SUNGAI BELAWAN

KECAMATAN KUTALIMBARU

SKRIPSI

OLEH:

LISA VICTORIA NATIO 141201147

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ANALISIS NILAI EKONOMI OBYEK WISATA ALAM DI PEMANDIAN ARMAYA, SUNGAI BELAWAN

KECAMATAN KUTALIMBARU

SKRIPSI

Oleh:

LISA VICTORIA NATIO 141201147

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(4)
(5)

ABSTRAK

LISA VICTORIA NATIO. Analisis Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam di Pemandian Armaya, Sungai Belawan, Kecamatan Kutalimbaru. Dibimbing oleh SITI LATIFAH dan AGUS PURWOKO.

Dalam pemanfaatan jasa lingkungan perlu adanya pengelolaan lingkungan yang baik sehingga biaya sangat diperlukan sebagai suatu nilai yang dapat digunakan untuk mengukur nilai manfaat terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai ekonomi Obyek Wisata Alam di Pemandian Armaya, Sungai Belawan, Kecamatan Pancur Batu dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden, sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik kuota sampling. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya dengan menggunakan metode biaya perjalanan adalah sebesar Rp.4.668.980.753/tahun. Biaya perjalanan rata-rata yang harus dikeluarkan dari seluruh daerah adalah sebesar Rp.166.781,97/orang/kunjungan dengan besarnya kunjungan rata-rata selama tiga tahun terakhir yakni sebesar 27.995. Intensitas kunjungan ke Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya adalah sebanyak satu kali kunjungan, sedangkan secara bersama-sama faktor umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan waktu memiliki pengaruh terhadap intensitas kunjungan namun secara parsial faktor tingkat pendapatan dan waktu mempengaruhi intensitas kunjungan.

Kata Kunci: Biaya Perjalanan, Jasa Lingkungan, Valuasi Ekonomi, Wisata Alam.

(6)

ABSTRACT

LISA VICTORIA NATIO. Analysis of the Economic Value of Natural Tourism Objects in Armaya Baths, Belawan River, Kutalimbaru District. Supervised by SITI LATIFAH and AGUS PURWOKO.

In the utilization of environmental services is need for good environmental management so the cost is indispensable as a value that can be used to measure the value of the benefits to the environment. This study aims to calculate the economic value of the Nature Tourism Object in the Armaya Bathhouse, Belawan River, Kutalimbaru District by using the travel cost method. The number of samples used in this study is 100 respondents, while the sampling technique uses quota sampling technique. Based on the research that has been done, it is obtained the economic value of the Armaya Bathing Nature Object by using the travel cost method is Rp.4.668.980.753 / year. Average travel costs that must be spent from all regions amounted to Rp.166.781,97/person/visit with an average visit during the last three years of 27.995. The intensity of the visit to the Armaya Bathing Object is as much as one visit, while together the factors of age, education level, income level, and time have an influence on the intensity of the visit but partially factors income level and time affect the intensity of visits.

Keywords: Economic Value, Environmental Service, Natural Tourism, Travel Cost.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau pada tanggal 28 Oktober 1996 dari pasangan Bapak Hokli Simamora dan Ibu Renny Ratna Anita Butar-Butar. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Pada tahun 2002 penulis memasuki Sekolah Dasar di SD Katolik Tanjung Pinang lulus pada tahun 2008, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 6 Tanjung Pinang lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Bunguran Timur, Kabupaten Natuna lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan ke Departemen Manajemen Hutan, Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Mandiri.

Penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS), Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (UKM KMK FP USU) selama mengikuti perkuliahan, dan sebagai asisten praktikum Pemanenan Hasil Hutan. Pada tahun 2016, penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Kawasan Wisata Mangrove Kampung Nipah, Kecamatan Sei Nagalawan, Kabupaten Serdang Bedagai. Pada tahun 2018, penulis melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam di Pemandian Armaya, Sungai Belawan, Kecamatan Kutalimbaru”.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaan dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam di Pemandian Armaya, Sungai Belawan, Kecamatan Kutalimbaru”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtu penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan serta abang/kakak/adik/teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, September 2018

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Hutan ... 4

Sumberdaya Hutan ... 4

Wisata Alam ... 5

Nilai Ekonomi Hutan ... 6

Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ... 8

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 10

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 12

Alat dan Bahan ... 12

Prosedur Penelitian... 12

Metode Pengambilan Sampel ... 12

Metode Pengumpulan Data ... 13

Metode Analisis Data ... 14

Penilaian Responden Terhadap Obyek Wisata Alam ... 14

Analisis Ekonomi Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan ... 15

Analisis Regresi Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Kunjungan ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 18

Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 18

Komposisi Responden Berdasarkan Umur ... 19

Komposisi Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 20

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 20

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 21

(10)

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 21

Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan ... 22

Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi ... 22

Komposisi Responden Berdasarkan Tipe Kunjungan... 23

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan ... 24

Komposisi Responden Berdasarkan Waktu Perjalanan ... 24

Pendapat Responden Terhadap Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya . 25 Kondisi Jalan Menuju Obyek Wisata ... 25

Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata ... 25

Keindahan Alam Obyek Wisata ... 26

Kebersihan Obyek wisata ... 27

Kejernihan Air Sungai Obyek Wisata ... 27

Tingkat Keamanan Obyek Wisata ... 28

Fasilitas Obyek Wisata ... 28

Pendugaan Jumlah Pengunjung Dari Masing-Masing Daerah Asal Responden Selama Setahun ... 29

Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya ... 30

Intensitas Kunjungan ... 34

Pengaruh Faktor-Faktor Terhadap Intensitas Kunjungan ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Interval Skor... 15

2. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis kelamin... 18

3. Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Asal... 18

4. Komposisi Responden Berdasarkan Umur ... 19

5. Komposisi Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 20

6. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 20

7. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 21

8. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan... 22

9. Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan ... 22

10. Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi ... 23

11. Komposisi Responden Berdasarkan Tipe Kunjungan ... 23

12. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan ... 24

13. Komposisi Responden Berdasarkan Waktu Perjalanan ... 24

14. Kondisi Jalan Menuju Obyek Wisata ... 25

15. Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata ... 26

16. Keindahan Alam Obyek Wisata... 27

17. Kebersihan Obyek wisata ... 27

18. Kejernihan Air Sungai Obyek Wisata... 28

19. Tingkat Keamanan Obyek Wisata ... 28

20. Fasilitas Obyek Wisata ... 29

21. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal Selama Setahun ... 30

22. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Rata-Rata Biaya Perjalanan ... 31

23. Perbandingan Nilai Ekonomi Berdasarkan Biaya Perjalanan dari Beberapa Obyek Wisata ... 32

24. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Intensitas Kunjungan ... 35

25. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pada Tabel Anova ... 35

26. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Penentuan Koefisien Variabel Terikat (Y) dan Variabel Bebas (X) ... 36

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 45

2. Rekapitulasi Data Responden ... 48

3. Analisis Regresi Linier Berganda ... 54

4. Dokumentasi Penelitian ... 55

(13)

DAFTAR GAMBAR

No.

Halaman

1. Peta Administrasi Lokasi Penelitian ... 11

2. Jalan Setapak Menuju Sungai ... 55

3. Tangga Menuju Sungai ... 55

4. Pemandian Sungai Armaya ... 55

5. Tangga Turun untuk Ke Sungai ... 55

6. Pondok untuk Pengunjung ... 55

7. Tampilan Pemandian Sungai Armaya ... 55

8. Parkiran Mobil ... 56

9. Parkiran Motor ... 56

10. Wawancara Dengan Pengunjung ... 56

11. Wawancara Dengan Pengunjung ... 56

12. Wawancara Dengan Pengunjung ... 56

13. Pemandian Ketika Sedang Ramai ... 56

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumberdaya alam merupakan aset penting suatu negara dalam melaksanakan pembangunan, khususnya pembangunan di sektor ekonomi. Selain dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sumberdaya alam juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa (wealth of nation) salah satunya sumberdaya hutan. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pengelolaan hutan secara optimal, lestari dan berwawasan lingkungan sudah semestinya dilakukan. Pemanfaatan hutan sangat diperlukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup ataupun untuk proses produksi guna menghasilkan output dalam bentuk dan manfaat yang lain. Namun, pemanfaatan tersebut terkadang tidak memperhatikan batas-batas kemampuan atau daya dukung lingkungan dalam proses regenerasi untuk keberlanjutan siklus hidupnya baik secara biologis, fisik, ekologis maupun secara ekonomis.

Salah satu manfaat yang dapat diperoleh adalah pengembangan potensi sumber daya alam khususnya sumber daya hutan melalui manfaat intangible seperti udara yang segar dan pemandangan alam yang indah untuk kegiatan wisata alam. Menurut Hiariey (2009), semakin tinggi permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya hayati sebagai dampak dari meningkatnya pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan terjadinya eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan. Diperlukan upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam hayati secara optimal dan berwawasan lingkungan untuk menunjang kelestarian sumberdaya alam.

(15)

Sumatera Utara merupakan daerah yang menawarkan banyak pilihan obyek wisata dengan berbagai karakteristik yang berbeda. Salah satu diantaranya adalah Obyek Wisata alam Armaya yang berada di Jalan Wisata Alam, Desa Sukarende, Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Tempat wisata ini terletak di lahan dengan luas sekitar 11 hektar dimana terdapat fasilitas pemandian air sungai serta fasilitas pendukung lainnya untuk rekreasi keluarga seperti taman, area bermain anak, restoran, area bermain sepeda, arena berkuda, kolam pancing sehingga menarik pengunjung untuk menikmati Panaroma alam dan segarnya aliran sungai tersebut.

Dalam pemanfaatan fungsi lingkungan perlu adanya pengelolaan lingkungan seperti halnya usaha-usaha atau kegiatan lain yang memerlukan dana untuk membiayai kegiatan tersebut. Tidak ada sesuatu yang sifatnya bebas tanpa biaya atau pengorbanan, demikian halnya dengan pengelolaan lingkungan. Untuk mengelola lingkungan dengan baik diperlukan sumber daya yang bukan dari manusia saja, tetapi sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan jasa lingkungan tersebut. Dalam hal ini biaya sangat di perlukan sebagai suatu nilai yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar nilai guna atau manfaat terhadap lingkungan. Menentukan nilai ekonomi suatu daerah obyek wisata yaitu dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method) (Damayatanti, 2011).

Metode biaya perjalanan ini digunakan untuk menduga nilai ekonomi kawasan wisata berdasarkan penilaian yang diberikan masing-masing individu atau masyarakat dari biaya yang dikeluarkan untuk berkunjung kesebuah obyek wisata. Dengan demikian, kesediaan membayar orang-orang untuk mengunjungi lokasi ini dapat diduga berdasarkan beragam biaya perjalanan. Oleh karena itu

(16)

perlu adanya dilakukan penelitian tentang analisis nilai ekonomi obyek wisata alam di Pemandian Armaya, Sungai Belawan, Kecamatan Kutalimbaru ini untuk dapat mengukur seberapa besar nilai ekonomi yang didapat dan jumlah tingkat kunjungan wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.

Rumusan Masalah

1. Berapa nilai ekonomi obyek wisata alam di Pemandian Armaya dengan menggunakan metode biaya perjalanan?

2. Berapa intensitas kunjungan obyek wisata alam di Pemandian Armaya?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan obyek wisata alam di Pemandian Armaya?

Tujuan Penelitian

1. Menghitung nilai ekonomi obyek wisata alam di Pemandian Armaya, Sungai Belawan, Kecamatan Kutalimbaru dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method).

2. Mengetahui intensitas kunjungan obyek wisata alam di Pemandian Armaya, Sungai Belawan, Kecamatan Kutalimbaru.

3. Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan di objek wisata alam di Pemandian Armaya, Sungai Belawan, Kecamatan Kutalimbaru dengan analisis regresi.

Manfaat Penelitian

Data dan informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi bagi para pengambil kebijakan dan masyarakat dalam rangka perencanan pengelolaan objek wisata alam yang lebih baik di masa akan datang.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan

Hutan menurut undang-undang nomor 41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan memberikan penekanan pada fungsi ekologis hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem dan wujud biofisik hutan berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya (Suhendang, 2013).

Hutan adalah suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan pemerintah sebagai hutan. Jika pengertian hutan ditinjau dari sudut pandang sumberdaya ekonomi terdapat sekaligus tiga sumberdaya ekonomi yaitu: lahan, vegetasi bersama semua komponen hayatinya serta lingkungan itu sendiri sebagai sumberdaya ekonomi yang pada akhir-akhir ini tidak dapat diabaikan (Wirakusumah, 2003).

Sumberdaya Hutan

Hasil hutan juga jelas merupakan sumberdaya ekonomi potensial yang beragam yang di dalam areal kawasan hutan mampu menghasilkan hasil hutan kayu, non kayu dan hasil hutan tidak kentara (intangible) seperti perlindungan tanah, pelestarian sumberdaya air dan beragam hasil wisata. Uraian tersebut di atas terungkap bahwa hutan, kehutanan dan hasil hutan sesungguhnya menjadi sumberdaya (resources) yang mempunyai potensi menciptakan barang, jasa serta aktivitas ekonomi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat (Alam, dkk., 2009).

(18)

Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar memiliki arti dan peran penting dalam menyangga sistem kehidupan. Berbagai manfaat besar dapat diperoleh dari keberadaan hutan melalui fungsinya salah satu contohnya yaitu penyedia jasa wisata. Manfaat yang diberikan oleh keberadaan hutan sangat baik berupa manfaat langsung maupun manfaat tak langsung (tangible and intangible benefit). Oleh sebab itu diperlukan penilaian ekonomi terhadap manfaat tersebut, sehingga pengelolaan suatu kawasan bisa optimal (Mukhamadun, dkk., 2008).

Tujuan pengelolaan sumberdaya hutan adalah untuk mendapatkan manfaat-manfaat penting dari hutan, diantaranya sebagai penghasil kayu dan vegetasi lainnya, satwa liar, mencegah banjir dan erosi, mempertahankan kesuburan tanah, mengatur kondisi iklim dan lingkungan hidup serta tempat rekreasi. Hutan mempunyai banyak manfaat (multiple use) yang merupakan karakteristik sumberdaya alam ini yang berbeda dengan sumberdaya alam lainnya.

Sebab selain sebagai produksi kayu, juga mempunyai berbagai fungsi penting lainnya yaitu jasa wisata. (Affandi dan Patana, 2004).

Wisata Alam

Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Wisata alam meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan manusia. Akibatnya tempat rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan kenyamanan semakin banyak dikunjungi orang (wisatawan) (Suwantoro 2002 dalam Barus dkk 2013).

(19)

Potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah yang bisa dikembangkan sebagai atraksi wisata, maka dapat dikatakan bahwa potensi wisata merupakan sumber daya yang bisa dimanfaatkan sebagai daya tarik / atraksi wisata untuk kepentingan ekonomi daerah dan masyarakat lokal, dengan tetap memperhatikan unsur - unsur pendukung lainnya. Potensi dapat dibedakan menurut jenisnya, yaitu: (1) Potensi fisik, merupakan potensi lingkungan alam suatu daerah, dan (2) Potensi non fisik, merupakan potensi dalam ben.tuk sosial masyarakat, budaya, kesenian, dan lainnya (Pendit, 1999).

Salah satu bentuk kegiatan wisata alam yang berkembang saat ini adalah ekowisata. Ekowisata lebih populer dan banyak digunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism yaitu ekoturisme. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakikatnya ekowisata dapat diartikan sebagai bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Meningkatnya kesadaran berbagai pihak terhadap lingkungan dan isu-isu tentang pembangunan yang berwawasan lingkungan telah memberikan kontribusi terhadap pandangan pentingnya prinsip-prinsip wisata berkelanjutan. Prinsip ekowisata yang diharapkan dapat mempertahankan kualitas lingkungan, budaya, dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal (Hidayat, 2016).

Nilai Ekonomi Hutan

Nilai (value) adalah merupakan persepsi seseorang; yaitu harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu.

(20)

Kegunaan, kepuasaan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya (Aryanto dan Mardjuka, 2005)

Nilai sumberdaya hutan ini dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa kelompok, nilai berdasarkan cara penilaian atau penentuan besar nilai dilakukan, yaitu : (a) nilai pasar, yaitu nilai yang ditetapkan melalui transaksi pasar, (b) nilai kegunaan, yaitu nilai yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya tersebut oleh individu tertentu, dan (c) nilai sosial, yaitu nilai yang ditetapkan melalui peraturan, hukum, ataupun perwakilan masyarakat. Nilai ekonomi atau total nilai ekonomi suatu sumberdaya secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu nilai penggunaan (use value) dan nilai intrinsik (non use value). Selanjutnya dijelaskan bahwa nilai penggunaan (use value) dibagi lagi menjadi nilai penggunaan fangsung (direct use value), nilai penggunaan tidak langsung (indirect use value) dan nilai pilihan (option value), sedangkan nilai intrinsik (non use value) terdiri atas nilai keberadaan (existence value) dan nilai warisan

(bequest value) (Nurfatriani, 2006).

Penilaian merupakan penetapan atau penentuan bobot atau manfaat suatu barang dan jasa bagi manusia. Jadi penilaian barang dan jasa hutan merupakan penentuan bobot atau manfaat barang dan jasa hutan bagi manusia. Metode penilaian melalui biaya pengadaan hampir sama dengan penilaian melalui biaya perjalanan. Nilai ekonomi adalah seluruh barang dan jasa yang secara langsung memberikan manfaat berupa pendapatan, sedangkan manfaat yang tidak berupa pendapatan tidak dipandang sebagai nilai ekonomi (Bahruni dkk., 2007).

(21)

Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Dalam menentukan nilai ekonomi pariwisata dapat didasarkan pada pendekatan biaya perjalanan wisata (travel cost) yaitu, jumlah uang yang dihabiskan selama melakukan kunjungan objek wisata. Biaya tersebut meliputi biaya transportasi pergi pulang, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, karcis masuk dan lain-lain. biaya perjalanan wisata dapat didasarkan pada biaya-biaya yang sangat ditentukan oleh biaya masing-masing pengunjung dari masing-masing daerah asal pengunjung karena besarnya masing-masing bagian berbeda-beda.

Sehingga klasifikasi pengunjung didasarkan pada wilayah asal dan biaya perjalanan wisata pengunjung tersebut pada daerah obyek wisata (Marjuka, 2007).

Model yang mendasari metode ini yaitu dengan asumsi bahwa orang lain akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat tersebut sampai pada titik dimana nilai marginal dari perjalanan terakhir bernilai sama dengan jumlah uang dan waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut dan untuk mengestimasi besarnya nilai manfaat dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Adapun kelebihan dari metode ini yaitu hasil perhitungan manfaat berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti, serta metode ini dapat mengestimasi besarnya surplus konsumen (Yakin 2010 dalam Rahmayni 2017).

Travel cost method (TCM) dapat dipakai untuk estimasi manfaat atau

biaya ekonomi yang dihasilkan dari perubahan biaya akses untuk suatu lokasi wisata, eliminasi lokasi wisata yang ada, penambahan lokasi wisata baru, serta perubahan kualitas lingkungan pada suatu lokasi wisata. TCM adalah bahwa waktu dan biaya perjalanan yang dibelanjakan oleh individu untuk mengunjungi

(22)

suatu lokasi mencerminkan harga bagi akses ke lokasi. Dengan demikian, kesediaan membayar (willingness to pay) orang-orang untuk mengunjungi lokasi itu dapat diestimasi berdasarkan banyaknya perjalanan yang mereka lakukan dengan beragam biaya perjalanan. Hal ini analog dengan estimasi kesediaan membayar (WTP) orang-orang itu untuk suatu barang yang dipasarkan berdasarkan kuantitas barang yang diminta pada beragam harga (Khoiriah, 2017).

Metode biaya perjalanan digunakan untuk menduga nilai ekonomi kawasan wisata berdasarkan penilaian yang diberikan masing-masing individu atau masyarakat dari biaya yang dikeluarkan untuk berkunjung kesebuah obyek wisata.

Dengan demikian, kesediaan membayar orang-orang untuk mengunjungi lokasi ini dapat diduga berdasarkan beragam biaya perjalanan (Tambunan, dkk., 2013).

Metode biaya perjalanan biasanya digunakan untuk memperkirakan surplus konsumen yang terkait dengan perjalanan ke tempat rekreasi seperti

taman, pantai, dan situs warisan. Landasan dasar dari metode biaya perjalanan adalah bahwa waktu dan biaya perjalanan yang dikenakan seseorang untuk mengunjungi situs mewakili "harga" akses ke tempat tersebut. Dengan demikian, kesediaan masyarakat untuk membayar ketika mengunjungi suatu tempat dapat diperkirakan berdasarkan jumlah perjalanan yang mereka lakukan dengan biaya perjalanan yang berbeda. Ini analog dengan memperkirakan kemauan orang untuk membayar barang yang dipasarkan berdasarkan kuantitas yang diminta pada harga yang berbeda (Jala dan Nandagiri, 2015).

(23)

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pemandian Alam Armaya terletak di Desa Sukarende, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang (Gambar 1). Kecamatan Kutalimbaru memiliki luas wilayah 174, 92 km2. Kecamatan Kutalimbaru memiliki batas-batas yakni sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sunggal, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sibolangit, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kutalimbaru, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat.

Desa Sukarende memiliki 3.287 penduduk, terdiri dari laki-laki sebanyak 1.574 (47,88%) jiwa dan perempuan 1.713 (52,11%) jiwa. Pemeluk agama yang dominan di desa sukarende adalah Islam. Jenis mata pencaharian masyarakat di Desa Surende yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Swasta, Pedagang, dan Petani. Mata pencaharian yang dominan di Desa Sukarende adalah petani dengan tanaman yang ditanam yaitu padi. Selain padi penduduk setempat menanam sayur-sayuran untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual.

Pemandian Alam Armaya terletak di Desa Sukarende, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Pemandian tersebut berada di dalam kawasan Wisata Alam Armaya yang memiliki luas ±11 Ha dan dialiri sungai yang belum tercemar yaitu Sungai Belawan. Sungai ini melintasi kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Wisata Alam Armaya memiliki konsep pembangunan yang tidak mengganggu dan menebang pohon yang ada di sekitarnya, sehingga suasana tempat wisata tersebut sangat asri dan alami tanpa terkecuali sungainya yang masih jernih dan bersih. Aksesibilitas menuju pemandian cukup mudah, namun terkendala karena sebagian jalan yang sangat rusak.

(24)
(25)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wisata Alam Pemandian Armaya, Desa Sukarende, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2018.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, Microsoft excel dan SPSS (Statistic Package for Social Science) versi 23. Bahan

yang digunakan adalah kuesioner sebagai bahan wawancara secara langsung kepada pengunjung yang berkunjung ke obyek wisata alam Armaya, Desa Sukarende, Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.

Prosedur Penelitian

Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan pengukuran langsung di lapangan. Responden yang diwawancarai terbatas pada pengunjung dalam negeri yang berusia di atas tujuh belas tahun dan daerah asal pengunjung berada di luar kawasan Desa Sukarende. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Quota sampling. Untuk menentukan jumlah sampel pada penelitian digunakan metode Slovin (Sevilla, 1960), sebagai berikut :

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁(𝑒)2 Keterangan:

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

(26)

e : tingkat kesalahan (tingkat kesalahan 10%, dengan tingkat kepercayaan 90%) Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung Wisata Alam Armaya yang melakukan rekreasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan bahwa jumlah populasi yang diambil dalam menentukan jumlah responden yang akan diwawancara adalah berdasarkan data kunjungan di Obyek wisata Alam Pemandian Armaya di Desa Sukarende selama tiga tahun terakhir ini

Jumlah populasi yang diambil dalam menentukan jumlah responden yang akan diwawancarai adalah berdasarkan data jumlah kunjungan di Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya 3 tahun terakhi ini (2015 – 2017) adalah 26.915 orang, 27.617 orang dan 29.452 orang (Pengelola Wisata Alam Armaya, 2018). Oleh karena itu, dalam 3 tahun ini akan diperoleh rata- rata jumlah pengunjung/tahun yang datang adalah 27.995 orang dan jika dimasukkan ke dalam rumus Slovin diatas akan diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang.

Metode Pengumpulan Data

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara secara langsung terhadap pengunjung di lapangan menggunakan kuisioner (Lampiran 1), meliputi:

1. Data karakteristik pengunjung yang meliputi : nama, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, tempat tinggal, pendapatan, lama perjalanan, banyaknya kunjungan, kendaraan yang digunakan, tujuan utama kunjungan, motivasi kunjungan dan pendapat mengenai Obyek Wisata Alam Armaya.

2. Data yang diperlukan untuk menentukan nilai ekonomi obyek wisata dengan menggunakan metode biaya perjalanan adalah biaya transportasi, biaya tiket masuk, biaya konsumsi yang dikeluarkan selama kegiatan wisata, biaya

(27)

souvenir, biaya dokumentasi, biaya parkir dan biaya lain yang telah dikeluarkan pengunjung untuk kegiatan wisata.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil studi pustaka dari berbagai sumber referensi serta melakukan observasi terhadap pengelola objek wisata tersebut dan pihak pemerintah. Data yang diperlukan untuk karateristik obyek wisata alam ini meliputi : kondisi umum lokasi penelitian, aksebilitas ke lokasi wisata, fasilitas wisata, serta jumlah pengunjung per tahun (2015, 2016, dan 2017).

Metode Analisis Data

Penilaian Responden Terhadap Obyek Wisata Alam

Penilaian responden terhadap obyek Wisata Alam Armaya dihitung dengan memberikan skor terhadap setiap indikator dan item menggunakan Skala Likert (Singarimbun dalam Harahap, 2001). Interval skor dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Interval Skor =

KisaranKelas

=

500−100

5

= 80 Keterangan :

Kisaran = Selisih nilai skor tertinggi dan terendah Kelas = Jumlah kelas

Sehingga didapatkan interval skor untuk penilaian responden terhadap obyek wisata dibagi menjadi 5 skala penilaian (Tabel 1): 1) sangat baik, 2) baik, 3) ragu-ragu, 4) tidak baik, 5) sangat tidak baik, sesuai dengan kategori penilaian tiap pertanyaan.

(28)

Tabel 1. Interval Skor

No Skala penilaian Interval Skor

1 5 420 – 500

2 4 340 – 420

3 3 260 – 340

4 2 180 – 260

5 1 100 - 180

Analisis Ekonomi Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Nilai Ekonomi Objek Wisata

Sesuai dengan Gambar 1 nilai ekonomi tersebut, maka penilaian manfaat obyek wisata yang ada digunakan analisis sebagai berikut :

Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung dalam satu kali perjalanan antara lain biaya konsumsi selama rekreasi, biaya transportasi, biaya dokumentasi, karcis masuk, biaya souvenir, dan biaya lainnya.

Menurut Sulistiyono (2007), tahapan penentuan nilai ekonomi wisata dengan menggunakan metode biaya perjalanan adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah rata-rata kunjungan per tahun berdasarkan data pengunjung pada tahun sebelumnya (2015,2016, dan 2017).

Nilai Ekonomi Hutan

Marketable Non Marketable

Nilai tidak langsung

Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

(29)

2. Menduga persentase pengunjung dari tiap daerah administratif yang dirumuskan sebagai berikut :

Pi =JCi

N × 100%

Keterangan :

Pi = Persentase pengunjung dari tiap daerah i Jci = Jumlah pengunjung contoh dari daerah i N = Jumlah total responden

3. Menentukan jumlah pengunjung dari daerah masing-masing asal pengunjung selama setahun yang dirumuskan dengan :

JKi = Pi x JKt Keterangan :

JKi = Jumlah pengunjung dari daerah i selama setahun Pi = Persentase pengunjung dari daerah administrative ke-i JKt = Jumlah seluruh kunjungan selama setahun

4. Menentukan besarnya total biaya perjalanan yang dikeluarkan selama melakukan perjalanan atau kegiatan rekreasi, dirumuskan sebagai berikut : BP = BT + BK + BTk + BL

Keterangan :

BP = Biaya Perjalanan (Rp/Orang) BT = Biaya Transportasi (Rp/Orang) BK = Biaya Konsumsi (Rp/Orang)

BTk = Biaya Tiket/ karcis masuk (Rp/Org) BL = Biaya Lain-lain (Rp/Org)

(30)

5. Menentukan Nilai Ekonomi Total yang dihasilkan selama setahun oleh obyek wisata, dirumuskan sebagai berikut:

NET = Rata-Rata Biaya Perjalanan × Rata-Rata Jumlah Pengunjung Analisis Regresi Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Kunjungan

Menduga intensitas kunjungan responden (Y) berdasarkan faktor-faktor penduga (X) seperti umur (X1), tingkat pendidikan (X2), tingkat pendapatan (X3) dan waktu menuju ke lokasi wisata (X4) dengan rumus sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn Keterangan:

Y = Intensitas kunjungan dari responden

X1 = Umur

X2 = Tingkat Pendidikan X3 = Tingkat Pendapatan X4 = Waktu menuju lokasi a = Intercept atau konstanta b1, b2, bn = Koefisien regresi dari X

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti secara parsial maka dilakukan dengan melihat nilai signifikan (Djarwanto, 2014) dengan kriteria berikut:

1. Apabila nilai sig. < 0,1 maka ada hubungan yang signifikan (H1 diterima) 2. Apabila nilai sig. > 0,1 maka ada hubungan yang signifikan (H0 diterima)

Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

1. H1 = Adanya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. H0 = Tidak adanya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil rekapitulasi data pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa responden jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Responden laki-laki berjumlah 27 orang sedangkan responden perempuan berjumlah 73 orang.

Tabel 2. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-Laki 27 27

2 Perempuan 73 73

Total 100 100

Banyaknya jumlah responden perempuan disebabkan lokasi pemandian yang tidak jauh dari kota sehingga dapat lebih mudah dijangkau oleh kaum perempuan. Sesuai dengan pendapat Ross (1998) yang mengatakan laki-laki cenderung lebih memilih wisata yang lebih menantang untuk berpetualang sehingga wisatawan laki-laki kurang berminat untuk obyek wisata alam pemandian air sungai.

Komposisi Responden Berdasarkan Daerah Asal

Berdasarkan hasil rekapitulasi kuisioner yang dapat dilihat pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa responden yang berkunjung ke pemandian Armaya paling banyak berasal dari Kotamadya Medan (71%).

Tabel 3. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Daerah Asal

No. Daerah Asal Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Kabupaten Asahan 1 1

2 Kabupaten Deli Serdang 11 11

3 Kabupaten Labuhan Batu 2 2

4 Kabupaten Mandailing Natal 1 1

5 Kotamadya Binjai 14 14

6 Kotamadya Medan 71 71

Total 100 100

(32)

Data ini menunjukkan responden yang paling dominan yaitu berasal dari Kotamadya Medan. Kondisi ini disebabkan lokasi pemandian Armaya yang tidak jauh dari kota Medan yaitu ± 1 jam, sehingga lebih mudah dijangkau untuk masyarakat daripada daerah lain. Perbedaan banyaknya responden dari berbeda daerah ini membuktikan bahwa daerah asal berpengaruh terhadap besarnya biaya perjalanan. Semakin jauh daerah asal pengunjung makan biaya perjalanan semakin besar, begitu juga ketika jarak daerah asal dan lokasi wisata sangat dekat maka biaya perjalanan yang dikeluarkan sedikit.

Komposisi Responden Berdasarkan Umur

Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa responden yang berkunjung ke Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya tersebar dari berbagai tingkat umur. Namun, responden yang berkunjung paling banyak daripada tingkat umur lainnya yaitu pada tingkat umur 20 – 30 tahun sebanyak 37%.

Tabel 4. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 ≤ 20 7 7

2 20 – 30 37 37

3 30 – 40 28 28

4 40 – 50 14 14

5 ≥50 14 14

Total 100 100

Kondisi demikian menunjukkan bahwa pada tingkat umur tersebut lebih banyak menyukai kegiatan wisata, bersifat lebih produktif untuk melakukan kegiatan wisata. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekadijo (2000) yang menyatakan bahwa golongan umur yang produktif adalah golongan yang paling banyak mengadakan perjalanan wisata. Golongan produktif ini memerlukan rekreasi terutama untuk penyegaran dari kesibukannya sehari-hari. Sehingga

(33)

secara tidak langsung umur sangat berpengaruh terhadap besarnya permintaan Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya.

Komposisi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Pada Tabel 5, Sebanyak (24%) atau 24 orang responden yang datang berkunjung ke obyek wisata ini masih belum menikah atau belum berkeluarga, sedangkan (76%) atau 76 orang responden diantaranya sudah menikah atau berkeluarga.

Tabel 5. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Status Pernikahan

No. Status Pernikahan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Menikah 76 76

2 Belum Menikah 24 24

Total 100 100

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang melakukan kunjungan dapat dilihat pada Tabel 6, dimana responden dengan tingkat pendidikan SMA/SMK lebih banyak yaitu 71%, tingkat perguruan tinggi sebesar 25%, tingkat SMP 2%, tingkat SD sebesar 2%.

Tabel 6. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 0 0

2 SD 2 2

3 SMP 2 2

4 SMA/SMK 71 71

5 Perguruan Tinggi 25 25

Total 100 100

Dari berbagai tingkat pendidikan, tingkat SMA/SMK lebih dominan daripada tingkat pendidikan paling tinggi yaitu perguruan tinggi. Menurut Hotman Siregar (2009), biasanya seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan memiliki ketertarikan yang lebih terhadap kegiatan wisata alam untuk kebutuhan psikologis, namun tidak terjadi dalam kasus ini. Hal ini bisa jadi

(34)

disebabkan oleh kurangnya daya tarik wisata yang ada di pemandian Armaya, sehingga beberapa orang pergi ke obyek wisata yang menurut mereka lebih memiliki daya tarik alam.

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Berdasarkan data pada Tabel 7, dapat dilihat komposisi jenis pekerjaan yang paling dominan yaitu wiraswasta sebesar (50%), kemudian berikutnya jenis pekerjaan pegawai swasta sebesar (39%), PNS sebesar (9%), dan terakhir jenis pekerjaan lain (petani dan pensiunan) sebesar (2%).

Tabel 7. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 PNS 9 9

2 Pegawai Swasta 39 39

3 Wiraswasta 50 50

4 Lain-lain (Pensiunan, Petani) 2 2

Total 100 100

Kebutuhan akan pemulihan kondisi fisik dan mental sesorang dapat dilakukan dengan kegiatan wisata. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Fandeli dan Mukhlison (2000), yang mengatakan bahwa wisatawan dapat dikategorikan dalam beberapa hal diantaranya berwisata dengan motivasi fisik, yaitu dalam rangka memulihkan fisik dan jiwa dari ketegangan dan kebosanan kehidupan sehari-hari dengan menemukan kembali atau mempertahankan kesejahteraan fisik dan mental.

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Berdasarkan hasil rekapitulasi data pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa tingkat pendapatan yang paling dominan adalah Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 sebesar (36%), kemudian pada tingkat Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 sebesar (22%), tingkat Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000 sebesar (18%), tingkat ≥ Rp.

(35)

4.000.000 sebesar (18%), sedangkan yang paling sedikit yaitu pada tingkat ≤ Rp.

1.000.000 sebesar (6%).

Tabel 8. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

No. Tingkat Pendapatan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 ≤ Rp. 1.000.000 6 6

2 Rp. 1.000.000 - 2.000.000 22 22

3 Rp. 2.000.000 - 3.000.000 36 36

4 Rp. 3.000.000 - 4.000.000 18 18

5 ≥ Rp. 4.000.000 18 18

Total 100 100

Berdasarkan data pada tabel 8, dapat disimpulkan bahwa keberadaan obyek wisata alam pemandian Armaya dapat dinikmati dari semua lapisan ekonomi masyarakat, baik tingkat bahwa, menengah maupun tingkat atas.

Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan

Berdasarkan hasil rekapitulasi data responden pada Tabel 9, tujuan sebagian besar pengunjung datang ke obyek wisata ini adalah untuk berekreasi dan menikmati keindahan alam dalam rangka mengisi waktu hari libur mereka, sehingga responden umumnya menjadikan tempat ini sebagai tujuan utama yaitu sebesar (90%) dan sisanya menjadikan tempat ini sebagai tempat persinggahan sebesar (10%).

Tabel 9. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan

No. Alasan Kedatangan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tujuan Utama 90 90

2 Persinggahan 10 10

Total 100 100

Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Berdasarkan rekapitulasi data responden berdasarkan sumber informasi dapat dilihat pada Tabel 10, sebagian besar responden atau sebanyak (81%) responden memperoleh informasi keberadaan obyek wisata ini berasal dari teman/keluarga dengan cara penyebaran informasi melalui mulut ke mulut.

(36)

Tabel 10. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Sumber Informasi

No. Sumber Informasi Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Teman/Keluarga 81 81

2 Media Elektronik 19 19

3 Media cetak 0 0

Total 100 100

Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolan obyek wisata ini belum dilakukan secara optimal, hal ini disebabkan belum tertatanya dengan baik strategi pengelolaan obyek wisata ini dalam bidang promosi.

Walaupun demikian, sebagian kecil dari responden ada yang mengetahui keberadaan obyek wisata ini dari media elektronik berupa internet sebesar (19%).

Komposisi Responden Berdasarkan Tipe Kunjungan

Pada umumnya responden yang melakukan kunjungan ke obyek wisata ini adalah berkelompok. Hal ini dapat dilihat pada data jumlah responden berdasarkan cara melakukan kunjungan yang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Tipe Kunjungan

No. Tipe Kunjungan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Sendirian 0 0

2 Berkelompok 5 5

3 Rombongan Keluarga 95 95

Total 100 100

Sebagian besar responden dalam melakukan kunjungannya adalah bersama rombongan keluarga yaitu sebesar (95%) dan selebihnya adalah melakukan kunjungan berkelompok sebesar (5%). Menurut Suwantoro (2002), responden yang melakukan kunjungan bersama anggota keluarga ke obyek wisata ini dapat digolongkan kedalam suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh kumpulan orang yang mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain.

(37)

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan

Pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa responden yang melakukan kunjungan ke obyek wisata alam pemandian Armaya menggunakan kendaraan pribadi yaitu sebesar (89%).

Tabel 12. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan

No. Jenis kendaraan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Kendaraan Pribadi 89 89

2 Kendaraan Sewa 11 11

3 Kendaraan Umum 0 0

4 Kendaraan Milik Instansi 0 0

Total 100 100

Jenis kendaraan pribadi yang digunakan pada umumnya berupa sepeda motor walaupun sebagian kecil ada yang menggunakan mobil pribadi, sedangkan responden yang melakukan kunjungan dengan menggunakan kendaraan sewa/carteran adalah sebesar (11%).

Komposisi Responden Berdasarkan Waktu Perjalanan

Hasil rekapitulasi data responden berdasarkan waktu perjalanan yang ditempuh menuju lokasi wisata dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan waktu Perjalanan

No. Waktu Perjalanan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 ≤ 1 jam 13 13

2 1 – 3 jam 83 83

3 3 – 5 jam 2 2

4 5 – 7 jam 2 2

5 ≥ 7 jam 0 0

Total 100 100

Berdasarkan hasil data tersebut dapat dilihat bahwa waktu perjalanan 1 – 3 jam mempunya komposisi yang lebih banyak yaitu sebesar (83%), untuk waktu tempuh ≤ 1 jam sebesar (13%), sedangkan waktu perjalanan 3 – 5 jam sebesar (2%) begitu juga dengan waktu perjalanan 5 – 7 jam sebesar (2%). Waktu perjalanan 1 – 3 jam tersebut ditempuh dari daerah Medan, Binjai dan Deli

(38)

Serdang. Daerah-daerah tersebut dekat dengan obyek wisata alam pemandian Armaya. Menurut Tambunan (2013), sedikitnya waktu yang dikeluarkan maka secara tidak langsung semakin sedikit biaya perjalanan yang akan dikeluarkan pengunjung.

Pendapat Responden Terhadap Obyek Wisata Alam Pemandian armaya Kondisi Jalan Menuju Obyek Wisata

Pada Tabel 14 dapat dilihat penilaian responden berdasarkan skala likert terhadap kondisi jalan menuju Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya menilai tidak baik. Responden berpendapat bahwa masih banyak kondisi jalan yang berlubang- lubang menuju obyek wisata ini seperti pada jalan Namorih hingga ke lokasi wisata. Kondisi tersebut diperparah dengan sebagian jalan yang tidak beraspal namun bergundukan tanah dan batu. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi ketertarikan pengunjung untuk berkunjung ke lokasi wisata ini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pendit (1999), yang mengatakan bahwa faktor transportasi dalam dunia pariwisata membutuhkan syarat-syarat tertentu, antara lain kondisi jalan yang baik, lalu lintas yang lancar dan angkutan yang tercepat.

Tabel 14. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Kondisi jalan No. Kondisi Jalan Skala Penilaian Jumlah

(Orang)

Jumlah Skor Penilaian

1 Sangat Baik 5 2 10

2 Baik 4 11 44

3 Ragu-Ragu 3 9 27

4 Tidak Baik 2 61 122

5 Sangat Tidak Baik 1 17 17

Total 100 100 220

Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata

Berdasarkan rekapitulasi data pada Tabel 15, penilaian responden terhadap kemudahan menjangkau (aksesibilitas) obyek wisata ini, sebagian besar responden

(39)

Tabel 15. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Aksesibilitas No. Aksesibilitas Skala Penilaian Jumlah (Orang)

Jumlah Skor Penilaian

1 Sangat Mudah 5 9 45

2 Mudah 4 45 180

3 Ragu-Ragu 3 36 108

4 Tidak Mudah 2 10 20

5 Sangat Tidak Mudah 1 0 0

Total 100 100 353

Kondisi tersebut sesuai dengan pendapat responden yang tidak mengalami kesulitan dalam menjangkau tempat ini. Kondisi tersebut sesuai dengan pernyataan Suwantoro (2002), yang mengatakan bahwa pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesibilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Kemudahan tersebut didukung oleh penunjuk arah jalan yang dapat digunakan oleh responden menuju tempat ini. Aksesibilitas yang mudah menuju obyek wisata ini dapat meningkatkan permintaan pengunjung terhadap kunjungan ke obyek wisata ini.

Keindahan Alam Obyek Wisata

Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner berdasarkan skala likert pada Tabel 16, penilaian responden mengenai obyek wisata ini mengatakan bahwa obyek wisata ini memiki tingkat keindahan alam yang indah. Pendapat tersebut sesuai dengan data yang diperoleh bahwa obyek wisata ini memiliki nilai yang indah dimata responden. Keindahan alam ini sesuai dengan keberadaan obyek wisata ini yang memiliki tampilan air sungai yang cukup bersih dan segar dipandang mata beserta pohon-pohon yang berada dipinggiran sungai yang sangat rindang dan sejuk dirasakan responden. Sehingga banyak pengunjung yang ingin menikmati segarnya air sungai di obyek wisata alam pemandian Armaya tersebut.

Tabel 16. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai keindahan Alam

(40)

No. Keindahan Alam Skala Penilaian Jumlah (Orang)

Jumlah Skor Penilaian

1 Sangat Indah 5 7 35

2 Indah 4 60 240

3 Ragu-Ragu 3 24 72

4 Tidak Indah 2 9 18

5 Sangat Tidak Indah 1 0 0

Total 100 100 365

Kebersihan Obyek Wisata

Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner berdasarkan skala likert pada Tabel 17, penilaian responden mengenai obyek wisata ini mengatakan bahwa kebersihan obyek wisata ini biasa-biasa saja, tidak bersih dan juga tidak terlalu kotor. Pendapat tersebut sesuai dengan data yang diperoleh bahwa obyek wisata ini memiliki nilai kebersihan yang standar. Artinya pengunjung tidak terlalu terkesan akan kebersihan sekitar lingkungan obyek wisata. Karena jika pengunjung selalu berdatangan setiap saat, maka sampah akan semakin banyak.

Petugas kebersihan membersihkan hanya pada saat pengunjung sudah mulai sedikit sepi dan pada saat jam berwisata sudah selesai.

Tabel 17. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Kebersihan No. Kebersihan Skala Penilaian Jumlah

(Orang)

Jumlah Skor Penilaian

1 Sangat Bersih 5 3 15

2 Bersih 4 42 168

3 Ragu-Ragu 3 41 123

4 Tidak Bersih 2 14 28

5 Sangat Tidak Bersih 1 0 0

Total 100 100 334

Kejernihan Air Sungai Obyek Wisata

Berdasarkan rekapitulasi data kuesioner berdasarkan skala likert pada Tabel 18, penilaian responden mengenai obyek wisata ini mengatakan bahwa kejernihan air di sungai pada obyek wisata ini tidak terlalu bersih dan juga tidak kotor. Pendapat tersebut sesuai dengan keadaan di lapangan yang dimana air

(41)

banyak pada saat itu. Akibat dari aktivitas pengunjung yang sangat banyak di sungai sehingga membuat air menjadi keruh,

Tabel 18. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Kejernihan Air Sungai No. Kejernihan Skala Penilaian Jumlah

(Orang)

Jumlah Skor Penilaian

1 Sangat Jernih 5 3 15

2 Jernih 4 24 96

3 Ragu-Ragu 3 42 126

4 Tidak Jernih 2 30 60

5 Sangat Tidak Jernih 1 1 1

Total 100 100 298

Tingkat Keamanan Obyek Wisata

Berdasarkan skala likert pendapat responden mengenai tingkat keamanan di obyek wisata ini seperti yang tertera pada Tabel 19, responden berpendapat bahwa lokasi obyek wisata ini masih tergolong sangat aman. Sesuai dengan pendapat responden yang mengatakan bahwa belum pernah ada gangguan tindakan kriminalitas seperti pencurian baik yang dilakukan oleh sesama pengunjung maupun penduduk setempat. Permintaan akan pariwisata tergantung pada fasilitas, pelayanan dan secara tidak langsung adalah keamanan seperti sikap penduduk setempat kepada wisatawan.

Tabel 19. Rekapitulasi Pendapatan Responden Mengenai Tingkat Keamanan No. Tingkat Keamanan Skala Penilaian Jumlah

(Orang)

Jumlah Skor Penilaian

1 Sangat Aman 5 7 35

2 Aman 4 89 356

3 Ragu-Ragu 3 1 3

4 Tidak Aman 2 3 6

5 Sangat Tidak Aman 1 0 0

Total 100 100 400

Fasilitas Obyek Wisata

Berdasarkan data rekapitulasi pendapat responden mengenai fasilitas obyek wisata pada Tabel 20, dapat disimpulkan bahwa fasilitas di obyek wisata ini masih tidak lengkap.

(42)

Tabel 20. Rekapitulasi Pendapat Responden Mengenai Fasilitas Wisata No. Fasilitas Wisata Skala Penilaian Jumlah

(Orang)

Jumlah Skor Penilaian

1 Sangat Lengkap 5 0 0

2 Lengkap 4 25 100

3 Ragu-Ragu 3 3 9

4 Tidak Lengkap 2 69 138

5 Sangat Tidak Lengkap 1 3 3

Total 100 100 247

Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa ada beberapa fasilitas yang masih belum ada diantar lainnya yaitu air bersih untuk bilas, tempat parkir, musholla, tempat cinderamata, dan beberapa fasilitas yang masih kurang banyak jumlahnya seperti pondok, dan kamar mandi. Disamping berbagai hal diatas, secara spesifik responden berpendapat adanya beberapa hal yang perlu dibenahi dalam hal fasilitas di obyek wisata ini. Pembenahan tersebut dapat dilakukan dengan merawat seluruh fasilitas yang ada maupun dengan cara menambah beberapa fasilitas sebagai alat untuk memberikan kenyamanan bagi setiap pengunjung dalam paerjalanan wisata.

Pendugaan Jumlah Pengunjung dari Masing-Masing Daerah Asal Responden Selama Setahun

Jumlah pengunjung dari masing-masing daerah asal pengunjung selama setahun dapat diperoleh dari hasil perkalian nilai persentase pengunjung dari masing-masing daerah dengan rata-rata kunjungan selama 1 tahun. Berdasarkan data jumlah pengunjung tiap daerah selama setahun pada Tabel 21, dapat dilihat bahwa persentase pengunjung berdasarkan daerah asal berbanding lurus dengan banyaknya jumlah pengunjung yang akan berkunjung ke obyek wisata ini selama 1 tahun.

(43)

Tabel 21. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal Selama setahun

No. Daerah Asal Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Rata-Rata Kunjungan

Seluruh Daerah/Tahun

Rata-Rata Kunjungan Daerah/Tahun

1 Kabupaten

Asahan 1 1 27995 280

2 Kabupaten

Deli Serdang 11 11 27995 3079

3 Kabupaten

Labuhan Batu 2 2 27995 560

4 Kabupaten

Simalungun 1 1 27995 280

5 Kotamadya

Binjai 14 14 27995 3.919

6 Kotamadya

Medan 71 71 27995 19.876

Total 100 100 27995 27995

Jumlah pengunjung terbesar selama satu tahun adalah pengunjung yang berasal dari daerah Kotamadya Medan yaitu sebesar 19.876 orang/tahun dan jumlah pengunjung terkecil berasal dari daerah Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 280 orang/tahun.

Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam Pemandian Armaya

Nilai ekonomi wisata dapat diduga menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method) yang didasarkan atas jumlah uang yang dikeluarkan

pengunjung untuk menuju suatu daerah obyek wisata. Biaya yang dimaksud dalam metode ini adalah mulai dari biaya tranportasi yang dikeluarkan pengunjung untuk pergi ke lokasi wisata dan pulang kembali, biaya konsumsi yang dikeluarkan selama perjalalanan dan di obyek wisata, biaya tiket masuk, biaya dokumentasi, sewa pondok, biaya souvenir, jasa pelayanan dan biaya lainnya (seperti toilet dan parkir).

(44)

Tabel 22. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Rata-Rata Biaya Perjalanan No. Daerah

Asal

Biaya Transportasi

(Rp)

Biaya Konsumsi

(Rp)

Biaya Tiket/Karcis

(Rp)

Biaya Lain- Lain (Rp)

Rata-Rata Biaya Perjalanan

(Rp) 1 Kabupaten

Asahan 70.000 100.000 10.000 55.000 235.000

2

Kabupaten Deli Serdang

41.818,18 45.000 10.000 44.272,73 141.090,91

3

Kabupaten Labuhan Batu

37.500 60.000 10.000 35.000 142.500

4 Kabupaten

Simalungun 100.000 55.000 10.000 55.000 220.000

5 Kotamadya

Binjai 26.785,71 58.214,29 10.000 40.785,71 135.785,71 6 Kotamadya

Medan 30.211,27 44.366,20 10.000 41.732,39 126.309,86 Rata-Rata 51.052,53 60.430,08 10.000 45.298,47 166.781,08

Berdasarkan data pada Tabel 22, dapat dilihat bahwa nilai biaya perjalanan rata-rata tertinggi berasal dari Kabupaten Asahan yaitu sebesar Rp.235.000/orang/kunjungan, sedangkan nilai biaya perjalanan rata-rata terendah berasal dari Kotamadya Medan yang merupakan daerah asal pengunjung yang paling dominan ke obyek wisata ini yaitu sebesar Rp.126.309,86 orang/kunjungan. Besarnya biaya perjalanan rata-rata yang harus dikeluarkan dari seluruh pengunjung dan dari seluruh daerah adalah sebesar Rp.166.781,97/orang/kunjungan.

Salah satu indikator yang dapat mempengaruhi biaya perjalanan adalah letak suatu obyek wisata dari tempat tinggal pengunjung. Keberadaan obyek wisata ini selanjutnya mempengaruhi biaya transportasi, biaya konsumsi dan biaya lainnya yang akan dikeluarkan setiap pengunjung menuju suatu obyek wisata. Kondisi ini dapat terlihat dari besarnya biaya perjalanan rata-rata dari Kabupaten Asahan yang disebabkan letaknya yang lebih jauh dibandingkan dari daerah lain asal responden. Dengan demikian, kondisi ini menunjukkan bahwa

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3-1: Produksi per periode : Subang (a) dan Tasikmalaya (b) Dari hasil pengolahan korelasi antara curah hujan dan PDSI tiga skenario A2, A1B, dan B1 dengan

Sehubungan dengan tugas akhir program studi Akuntansi S-1 di Universitas muhammadiyah Yogyakarta , peneliti bermaksud untuk menyusun skripsi yang berjudul “Pengaruh

maupun tingkah laku. Media pembelajaran audiovisual dalam bentuk diktat kartun adalah media yang menarik dan menyenangkan untuk digunakan dalam proses pembelajaran,

Pembiayaan. Perubahan ini dapat berupa peru- bahan jangka waktu, jumlah, margin/ nisbah, jumlah tunggakan margin/ pokok, obyek yang dijadikan jami - nan,

Pengembangan LKPD hanya sebatas pada tahap pengembangan (develop). 2) Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Mata Pelajaran Akuntansi Perbankan Syariah Sebagai

Pemilihan prinsip tersebut untuk dijadikan metode adalah karena prinsip koneksi visual dengan alam memiliki hasil penelitian yang paling kuat untuk merespon stress,

program program pembuatan minuman kesehatan dilakukan dengan tuuan untuk memberikan informasi kepada warga Dusun Karang tentang akan diadakan penyuluhan dan

Judul Prosiding : Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Petemakan Berkelanjutan ke-9 &#34;Tantangan Dunia Petemakan dalam Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Sumber