• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja dalam Mencegah HIV/AIDS di SMA Santo Thomas 1 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja dalam Mencegah HIV/AIDS di SMA Santo Thomas 1 Medan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

DALAM MENCEGAH HIV/AIDS

DI SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

CINDY WIJAYA

060100044

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari kasus HIV maupun AIDS. HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap masyarakat didunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus tertinggi. Menurut KPA, dari seluruh jumlah kasus di Indonesia tersebut, sekitar 8 ribu atau 57,1% kasus HIV/AIDS terjadi pada remaja antara 15–29 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa remaja memerlukan edukasi dan penyuluhan yang benar agar tidak masuk kedalam sub-populasi berperilaku risiko tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi Santo Thomas 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui cara akses remaja dalam memperoleh informasi mengenai HIV/AIDS.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 93 orang dengan tingkat ketepatan relative (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling. Sampel tersebut didistribusikan secara proporsional berdasarkan tingkatan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dengan statistik deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS berada dalam kategori baik sebesar 54,8% sedangkan sikap dalam mencegah HIV/AIDS berada dalam kategori cukup sebesar 72,0%. Cara akses siswa-siswi Santo Thomas 1 Medan untuk mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS terbanyak adalah melalui televisi/radio sebesar 33,3%. Walaupun hasil yang didapat sudah cukup baik, diharapkan pihak sekolah maupun petugas kesehatan dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan.

(3)

ABSTRACT

Nowadays, there is neither HIV nor AIDS free country. HIV/AIDS is one of the major health issues faced by the world. Indonesia is one of the countries with the most increasing incidents. According to KPA, approximately 8,000 or 57,6% HIV/AIDS cases are adolescents, ranged from age 15-29. The previous statement implies that the adolescents need a better education and counseling so that they are well educated and won’t involved in a subpopulation of high risk behaviour.

This study was conducted to apprehend the adolescents’ knowledge and attitude towards HIV/AIDS prevention in SMA Santo Thomas 1 Medan. Besides, this research was also designed to find out the accessibility of HIV/AIDS information in adolescents.

Descriptive study was chosen in this study. A total of 93 samples were included with 0,1 as the precisions (d). Sampling technique used was stratified random sampling and samples were then distributed evenly. Data were collected by utilizing questionnaires and analyzed by using SPSS 15,0.

The results showed that the students’ knowledge in SMA Santo Thomas 1 Medan towards HIV/AIDS prevention was 54,8% and categorized as good but the attitude towards HIV/AIDS prevention and HIV/AIDS patients encounter was 72% and categorized as sufficient. Accessibility of HIV/AIDS information of the students in the SMA Santo Thomas 1 Medan was by television or radio (33,3%). Although the result was good enough, the authorized party are expected to improve the knowledge of the students in SMA Santo Thomas 1 Medan.

(4)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, peneliti panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja dalam Mencegah HIV/AIDS di SMA Santo Thomas 1 Medan”, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tak terhingga buat kedua orang tua beserta saudara-saudari peneliti yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun material serta masukan-masukan kepada peneliti.

Dalam penulisan karya tulis ini, peneliti telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah atas kesabaran dan waktu yang diberikannya untuk membimbing peneliti sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. dr. Hasannul Ariffin, SpAn selaku pembimbing akademik yang telah membimbing peneliti selama masa perkuliahan.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.

4. Drs. Johannes O. Fian selaku Kepala sekolah SMA Santho Thomas 1 Medan atas bantuan yang diberikan kepada peneliti sampai selesainya penelitian.

5. Buat paman-paman dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, dan bantuan buat penulis.

(5)

Shelly Ros, Zenith, Randy dan teman-teman yang lainnya yang telah memberikan saran dan bantuan kepada peneliti selama penyusunan karya tulis.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada peneliti

Peneliti juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan karya tulis ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti. Untuk itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang sangat berarti bagi kualitas karya tulis ini. Akhirnya peneliti mengharapkan semoga hasil karya tulis ini dapat

memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bangsa dan Negara kita Indonesia, serta pengembangan ilmu.

Medan, 18 November 2009

Peneliti

Cindy Wijaya

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ...iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Singkatan ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar...x

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

2.4. Etiologi dan Patogenesis ... 6

2.5. Cara Penularan ... 8

2.6. Gejala Klinis ... 10

2.7. Pengobatan... 11

2.8. Pencegahan ... 12

2.9. Sikap Masyarakat Terhadap Penderita HIV/AIDS ... 14

2.10. Mitos-Mitos HIV/AIDS... 15

2.11. Pengetahuan ... 15

2.12. Sikap ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 18

3.2. Definisi Operasional... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20

4.1. Rancangan Penelitian ... 20

(7)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 21

4.4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... ...21

4.5. Metode Analisis Data ... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

5.1. Hasil Penelitian ... 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 23

5.1.3. Sumber Informasi mengenai HIV/AIDS ... 24

5.1.4. Tingkat Pengetahuan ... 25

a. Penularan HIV/AIDS ... 25

b. Cara-cara yang Tidak Mungkin Menyebabkan Penularan HIV/AIDS ... 26

c. Cara Pencegahan Penularan HIV/AIDS ... 27

5.1.5. Sikap ... 28

a. Sikap dalam Menghadapi Penderita HIV/AIDS ... 29

5.1.6. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia ... 30

5.1.7. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 30

5.1.8. Sikap Berdasarkan Usia ... 31

5.1.9. Tingkat Pengetahuan dan Sikap ... 32

5.2. Pembahasan ... 32

5.2.1. Tingkat Pengetahuan ... 32

5.2.2. Sikap ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1. Kesimpulan ... 34

6.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(8)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome ASI Air Susu Ibu

ARV anti retroviral

BNN Badan Narkotika Nasional

Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia HIV Human Imunnodeficiency Virus

KPA Komisi Penanggulangan AIDS

MFMER Mayo Foundation for Medical Education and Research ODHA Orang Dengan HIV/AIDS

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 4.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner 22 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia 23 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis 24 kelamin 5.3 Distribusi frekuensi Tentang Sumber Informasi Penyakit 24

HIV/AIDS 5.4 Tingkat Pengetahuan siswa-siswi SMA St. Thomas 1 Medan. 25 5.5 Distribusi frekuensi cara penularan HIV/AIDS 26 5.6 Distribusi frekuensi cara-cara yang tidak dapat menyebebkan 27

seseorang tertular HIV/AIDS

5.7 Distribusi frekuensi cara pencegahan penularan HIV/AIDS 28 5.8 Sikap siswa-siswi SMA St. Thomas 1 Medan 28 5.9 Distribusi frekuensi sikap responden untuk mengizinkan penderita 29

HIV/AIDS menggunakan toilet umum

5.10 Distribusi frekuensi sikap responden untuk mengizinkan penderita 29 HIV/AIDS bekerja di tempat umum

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Lembar Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 3. Kuesioner

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

(12)

ABSTRAK

Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari kasus HIV maupun AIDS. HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap masyarakat didunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus tertinggi. Menurut KPA, dari seluruh jumlah kasus di Indonesia tersebut, sekitar 8 ribu atau 57,1% kasus HIV/AIDS terjadi pada remaja antara 15–29 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa remaja memerlukan edukasi dan penyuluhan yang benar agar tidak masuk kedalam sub-populasi berperilaku risiko tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi Santo Thomas 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui cara akses remaja dalam memperoleh informasi mengenai HIV/AIDS.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 93 orang dengan tingkat ketepatan relative (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling. Sampel tersebut didistribusikan secara proporsional berdasarkan tingkatan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dengan statistik deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS berada dalam kategori baik sebesar 54,8% sedangkan sikap dalam mencegah HIV/AIDS berada dalam kategori cukup sebesar 72,0%. Cara akses siswa-siswi Santo Thomas 1 Medan untuk mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS terbanyak adalah melalui televisi/radio sebesar 33,3%. Walaupun hasil yang didapat sudah cukup baik, diharapkan pihak sekolah maupun petugas kesehatan dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan.

(13)

ABSTRACT

Nowadays, there is neither HIV nor AIDS free country. HIV/AIDS is one of the major health issues faced by the world. Indonesia is one of the countries with the most increasing incidents. According to KPA, approximately 8,000 or 57,6% HIV/AIDS cases are adolescents, ranged from age 15-29. The previous statement implies that the adolescents need a better education and counseling so that they are well educated and won’t involved in a subpopulation of high risk behaviour.

This study was conducted to apprehend the adolescents’ knowledge and attitude towards HIV/AIDS prevention in SMA Santo Thomas 1 Medan. Besides, this research was also designed to find out the accessibility of HIV/AIDS information in adolescents.

Descriptive study was chosen in this study. A total of 93 samples were included with 0,1 as the precisions (d). Sampling technique used was stratified random sampling and samples were then distributed evenly. Data were collected by utilizing questionnaires and analyzed by using SPSS 15,0.

The results showed that the students’ knowledge in SMA Santo Thomas 1 Medan towards HIV/AIDS prevention was 54,8% and categorized as good but the attitude towards HIV/AIDS prevention and HIV/AIDS patients encounter was 72% and categorized as sufficient. Accessibility of HIV/AIDS information of the students in the SMA Santo Thomas 1 Medan was by television or radio (33,3%). Although the result was good enough, the authorized party are expected to improve the knowledge of the students in SMA Santo Thomas 1 Medan.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat dunia akhir-akhir ini. Saat ini tidak

ada negara yang terbebas dari HIV (Human Imunnodeficiency Virus) maupun AIDS. HIV/AIDS menyebabkan krisis multidimensi yaitu krisis kesehatan, pembangunan negara, ekonomi, pendidikan maupun kemanusiaan (Djauzi dan Djoerban, 2007).

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus tertinggi. Pada akhir tahun 1996, kasus HIV/AIDS yang tercatat di Depkes RI (Departemen Kesehatan Republik Indonesia) pusat berjumlah 501 orang, terdiri dari 119 kasus AIDS dan 382 HIV+ yang dilaporkan dari 19 propinsi (Muninjaya, 1998).

Jumlah kasus yang terjadi di Indonesia sampai akhir Desember 2008 sudah mencapai 16.110 kasus AIDS dan 6.554 kasus HIV. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai 3.362 orang. Dari seluruh penderita AIDS tersebut, 12.061 penderita adalah laki-laki dengan penyebaran tertinggi melalui hubungan seks (Depkes RI, 2008).

Menurut KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) (2007b), dari seluruh jumlah kasus di Indonesia tersebut, sekitar 8 ribu atau 57,1% kasus HIV/AIDS terjadi pada remaja antara 15–29 tahun (37,8% terinfeksi melalui hubungan seks yang tidak aman dan 62,2% terinfeksi melalui penggunaan narkoba jarum suntik). Hal ini menunjukkan bahwa remaja memerlukan edukasi dan penyuluhan yang benar agar tidak masuk kedalam sub-populasi berperilaku risiko tinggi.

(15)

memiliki prevalensi penderita AIDS tertinggi di Sumatera Utara sebanyak 430 kasus (Depkes RI, 2008).

Menurut Behrman, Kliegman, Robert dan Jenson (2004), remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun).

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh

dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting terutama dalam pembentukan hubungan dengan lawan jenisnya.

Besarnya keingintahuan remaja mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu lebih banyak informasi mengenai seksualitas (Nugraha, 2000).

Rentannya remaja terhadap penyimpangan seksual dan AIDS bersumber dari perubahan fisiologis serta psikologis, berkaitan dengan perkembangan organ reproduksi mereka. Pada tahap ini, remaja mulai merenggang dari orang tuanya kemudian membentuk kelompok sahabat karib. Dalam tendensi kearah penarikan diri, sangat mungkin terjadi tindakan irasional (Rachmawati, 2000).

Dari hasil survei Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2008), sebanyak 63% remaja di Indonesia baik SMP maupun SMA telah melakukan hubungan seksual diluar nikah.

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) (2009), banyak remaja yang mati muda karena overdosis dan tersiksa akibat kecanduan narkoba. Bahkan banyak dari mereka yang sudah terinfeksi penyakit mematikan yaitu HIV/AIDS akibat penggunaan narkoba dengan jarum suntik.

Karakteristik remaja yang rasa ingin tahunya sangat tinggi menyebabkan

(16)

prilaku yang merugikan bagi remaja termasuk terinfeksi HIV/AIDS (Duta Sekolah, 2009).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan suatu penelitian deskriptif untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah pengetahuan dan sikap remaja di kota Medan dalam mencegah HIV/AIDS.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Menilai gambaran pengetahuan dan sikap remaja dalam mencegah HIV/AIDS.

1.3.2.Tujuan Khusus

a. Memperoleh informasi tentang tingkat pengetahuan remaja mengenai HIV/AIDS dalam penularan dan pencegahannya.

b. Memperoleh informasi tentang sikap remaja dalam upaya pencegahan HIV/AIDS.

c. Mengetahui cara akses remaja untuk mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi : 1. Pemerintah daerah setempat.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja dalam upaya pencegahan peningkatan kasus HIV/AIDS. Hal ini dapat dilakukan dengan pembentukan program kesehatan yang diberikan melalui sekolah-sekolah.

2. Petugas kesehatan puskesmas setempat.

(17)

setempat mengenai HIV/AIDS agar mereka memiliki pengetahuan yang benar mengenai HIV/AIDS.

3. Pihak sekolah

Pihak sekolah dapat memberikan program pendidikan kesehatan melalui ceramah, seminar maupun dimasukkan dalam mata pelajaran sekolah untuk meningkatkan pengetahuan remaja terutama mengenai HIV/AIDS. 4. Para pendidik di sekolah

Bagi pendidik di sekolah dapat lebih memperhatikan pendidikan kesehatan bagi siswa-siswi sekolah tersebut dan memberikan informasi mengenai HIV/AIDS yang diperlukan oleh siswa-siswi sekolah tersebut. 5. Peneliti

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai

sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007c).

Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006).

(19)

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).

HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai

dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2006).

2.3. Epidemiologi

Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan dari Bali pada bulan April tahun 1987. Penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah akibat infeksi sekunder pada paru-parunya. Sampai dengan akhir tahun 1990, peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat (Muninjaya, 1998).

Sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam akibat penggunaaan narkotika suntik. Fakta yang mengkhawatirkan adalah pengguna narkotika ini sebagian besar adalah remaja dan dewasa muda yang merupakan kelompok usia produktif. Pada akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan (Djauzi dan Djoerban, 2007).

Sampai akhir Desember 2008, jumlah kasus sudah mencapai 16.110 kasus AIDS dan 6.554 kasus HIV. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai 3.362 orang. Dari seluruh penderita AIDS tersebut, 12.061 penderita adalah laki-laki dengan penyebaran tertinggi melalui hubungan seks (Depkes RI, 2008).

(20)

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi

HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005).

Gambar 2.1. Struktur anatomi HIV (TeenAIDS, 2008).

Gen HIV-ENV memberikan kode pada sebuah protein 160-kilodalton (kD)

(21)

Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit CD4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini mempunyai kemampuan untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase. Limfosit CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif (Borucki, 1997).

Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama masa ini,

virus tersebar luas ke seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid. Pada tahap ini telah terjadi penurunan jumlah sel-T CD4. Respon imun terhadap HIV terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat namun tidak mampu menyingkirkan infeksi secara

sempurna. Masa laten klinis ini bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini akan terjadi replikasi virus yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan dan dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi memiliki waktu paruh 1,6 hari. Karena cepatnya proliferasi virus ini dan angka kesalahan reverse transcriptase HIV yang berikatan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari genom HIV mungkin bermutasi dalam basis harian (Brooks, 2005).

Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan penyakit klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level virus yang lebih tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut. HIV yang dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut dan lebih virulin daripada yang ditemukan pada awal infeksi (Brooks, 2005).

Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV terjadi penurunan daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga beberapa jenis mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu.

(22)

2.5. Cara penularan

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu (KPA, 2007c).

Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Air Susu Ibu). (Zein, 2006)

1. Seksual

Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral

(mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV.

2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV.

3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan.

4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.

5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV 6. Penularan dari ibu ke anak

Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.

(23)

Terdapat resiko penularan melalui pekerjaaan yang kecil namun defenitif, yaitu pekerja kesehatan, petugas laboratorium, dan orang lain yang bekerja dengan spesimen/bahan terinfeksi HIV, terutama bila menggunakan benda tajam (Fauci, 2000).

Tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi baik melalui ciuman maupun pajanan lain misalnya sewaktu bekerja pada pekerja kesehatan. Selain itu air liur terdapat inhibitor terhadap aktivitas HIV (Fauci,2000).

Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat

ditularkan antara lain: 1. Kontak fisik

Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan

pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang tertular.

2. Memakai milik penderita

Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular.

3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.

4. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.

2.6. Gejala Klinis

Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):

Gejala mayor:

a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

(24)

Gejala minor:

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan b. Dermatitis generalisata

c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang d. Kandidias orofaringeal

e. Herpes simpleks kronis progresif f. Limfadenopati generalisata g. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.

a. Fase awal

Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda

infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.

b. Fase lanjut

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek. c. Fase akhir

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

2.7. Pengobatan

(25)

berat dapat disembuhkan. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang (Djauzi dan Djoerban,2006).

Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula

kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi

pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer (Brooks, 2005).

2.8. Pencegahan

Menurut Muninjaya (1998), tiga cara untuk pencegahan HIV/AIDS adalah

Puasa (P) seks (abstinensia), artinya tidak (menunda) melakukan hubungan seks,

Setia (S) pada pasangan seks yang sah (be faithful/fidelity), artinya tidak

berganti-ganti pasangan seks, dan penggunaan Kondom (K) pada setiap melakukan hubungan seks yang beresiko tertular virus AIDS atau penyakit menular seksual (PMS) lainnya. Ketiga cara tersebut sering disingkat dengan PSK.

Bagi mereka yang belum melakukan hubungan seks (remaja) perlu diberikan pendidikan. Selain itu, paket informasi AIDS untuk remaja juga perlu dilengkapi informasi untuk meningkatkan kewaspadaaan remaja akan berbagai bentuk rangsangan dan rayuan yang datang dari lingkungan remaja sendiri (Muninjaya, 1998).

(26)

adanya obat-obatan atau vaksin yang memungkinkan penyembuhan AIDS. Oleh karena itu kita perlu melakukan pencegahan sejak awal sebelum terinfeksi. Informasi yang benar tentang AIDS sangat dibutuhkan agar masyarakat tidak mendapat berita yang salah agar penderita tidak dibebani dengan perilaku yang tidak masuk akal (Anita, 2000).

Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu, masyarakat maupun kelompok sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan.

Kemudian perilaku kesehatan akan berpengaruh pada peningkatan indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. (Notoadmodjo, 2007)

Paket komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang masalah AIDS

adalah salah satu cara yang perlu terus dikembangkan secara spesifik di Indonesia khususnya kelompok masyarakat ini. Namun dalam pelaksanaannya masih belum konsisten (Muninjaya, 1998).

Upaya penanggulangan HIV/AIDS lewat jalur pendidikan mempunyai arti yang sangat strategis karena besarnya populasi remaja di jalur sekolah dan secara politis kelompok ini adalah aset dan penerus bangsa. Salah satu kelompok sasaran remaja yang paling mudah dijangkau adalah remaja di lingkungan sekolah (closed community) (Muninjaya, 1998).

Keimanan dan ketaqwaan yang lemah serta tertekannya jiwa menyebabkan remaja berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan hidup dan ingin diterima dalam lingkungan atau kelompok tertentu. Oleh karena itu diperlukan peningkatan keimanan dan ketaqwaan melalui ajaran-ajaran agama. (BNN, 2009)

Sebagian masyarakat Indonesia menggangap bahwa seks masih merupakan hal yang tabu. Termasuk diantaranya dalam pembicaraan, pemberian informasi dan pendidikan seks. Akibatnya jalur informasi yang benar dan

(27)

Cara-cara mengurangi resiko penularan AIDS antara lain melalui seks aman yaitu dengan melakukan hubungan seks tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, anus, ataupun mulut. Bila air mani tidak masuk ke dalam tubuh pasangan seksual maka resiko penularan akan berkurang. Apabila ingin melakukan senggama dengan penetrasi maka seks yang aman adalah dengan menggunakan alat pelindung berupa kondom (Yatim, 2006).

Hindari berganti-ganti pasangan dimana semakin banyak jumlah kontak seksual seseorang, lebih mungkin terjadinya infeksi. Hindari sexual intercourse dan lakukan outercourse dimana tidak melakukan penetrasi. Jenis-jenis

outercourse termaksuk masase, saling rangkul, raba, dan saling bersentuhan tubuh tanpa kontak vaginal, anal, atau oral (Hutapea, 1995).

Bagi pengguna obat-obat terlarang dengan memakai suntik, resiko penularan akan meningkat. Oleh karena itu perlu mendapat pengetahuan

mengenai beberapa tindakan pencegahan. Pusat rehabilitasi obat dapat dimanfaatkan untuk menghentikan penggunaan obat tersebut.

Bagi petugas kesehatan, alat-alat yang dianjurkan untuk digunakan sebagai pencegah antara lain sarung tangan, baju pelindung, jas laboratorium, pelindung muka atau masker, dan pelindung mata. Pilihan alat tersebut sesuai dengan kebutuhan aktivitas pekerjaan yang dilakukan tenaga kesehatan (Lyons, 1997).

Bagi seorang ibu yang terinfeksi AIDS bisa menularkan virus tersebut kepada bayinya ketika masih dalam kandungan, melahirkan atau menyusui. ASI juga dapat menularkan HIV, tetapi bila wanita sudah terinfeksi HIV pada saat mengandung maka ada kemungkinan si bayi lahir sudah terinfeksi HIV. Maka dianjurkan agar seorang ibu tetap menyusui anaknya sekalipun HIV +. Bayi yang tidak diberi ASI beresiko lebih besar tertular penyakit lain atau menjadi kurang gizi (Yatim, 2006).

Bila ibu yang menderita HIV tersebut mendapat pengobatan selama hamil maka dapat mengurangi penularan kepada bayinya sebesar 2/3 daripada yang

(28)

2.9. Sikap Masyarakat Terhadap Penderita HIV/AIDS

Mengingat HIV/AIDS sering diasosiasikan dengan seks, penggunaan narkoba dan kematian, banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima, dan takut terhadap penyakit ini di hampir seluruh lapisan masyarakat. Stigma sering kali menyebabkan terjadinya diskriminasi dan akan mendorong munculnya pelanggaran HAM bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) dan keluarganya. (Kesrepro, 2007).

Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil yang

didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang. Contoh-contoh diskriminasi meliputi para staf rumah sakit atau penjara yang menolak memberikan pelayanan kesehatan kepada ODHA; atasan yang memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau prasangka akan status HIV mereka; atau

keluarga/masyarakat yang menolak mereka yang hidup, atau dipercayai hidup, dengan HIV/AIDS. Tindakan diskriminasi semacam itu adalah sebuah bentuk pelanggaran hak asasi manusia (Kesrepro, 2007).

2.10. Mitos-Mitos HIV/AIDS

Mitos adalah berita/informasi yang beredar di masyarakat yang diyakini oleh masyarakat tetapi tidak terbukti kebenarannya. Banyak orang percaya bahwa HIV dan AIDS dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk, minum dari gelas yang sama dengan orang dengan AIDS, bergaul sehari-hari dengan orang dengan AIDS yang batuk, dengan memeluk atau mencium orang dengan AIDS, dan seterusnya. Hal ini menyebabkan terjadinya stigma dan diskriminasi pada penderita HIV/AIDS (ODHA Indonesia, 2007).

2.11. Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

(29)

peraba. Pengetahuan seorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang sesuatu dilingkungannya.

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension) adalah suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.12. Sikap

Menurut Notoadmojo (2007), sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktivitas, namun merupakan pre-disposisi tindakan atau prilaku. Sikap terdiri dari 3 komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak.

(30)

a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Ini merupakan indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

A. Pengetahuan adalah apa yang diketahui remaja tentang pengertian dan cara penularan HIV/AIDS, gejala penderita serta pencegahannya.

Penilaian terhadap pengetahuan remaja dalam mencegah HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 10 pertanyaan kepada responden dengan skoring 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah, tidak menjawab maupun tidak tahu. Masing-masing pertanyaan memiliki jumlah jawaban benar yang berbeda-beda dengan total skor sebanyak 26 dari 10 pertanyaan tersebut.

Menurut Arikunto (2007), dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Skor >18 : baik

b. Skor 10-18 : cukup c. Skor <10 : kurang

Skala pengukuran yang dipakai tersebut adalah skala ordinal. - Pengetahuan

- Sikap

(32)

B. Sikap adalah tanggapan atau respon remaja terhadap hal-hal yang berhubungan dengan perilaku mencegah HIV/AIDS dan sikap mereka terhadap penderita HIV/AIDS.

Penilaian terhadap sikap remaja dalam mencegah HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 6 pertanyaan yang memiliki 5 pilihan jawaban kepada responden dengan skoring 4 untuk jawaban yang paling benar kemudian mengalami penurunan hingga skoring 0 untuk jawaban yang salah. Total scoring yang diperoleh adalah 24 dari 6 pertanyaan tersebut.

Menurut Arikunto (2007), dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Skor >16 : baik b. Skor 9-16 : cukup c. Skor <9 : kurang

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survey yang bersifat deskriptif untuk menilai pengetahuan dan sikap remaja dalam mencegah HIV/AIDS.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Sekolah SMA Santo Thomas 1. Pemilihan tempat ini didukung oleh lokasinya yang berada di pusat kota dan status ekonomi mereka yang menegah keatas disertai dengan lokasi sekolah yang disekitarnya banyak terdapat warnet bebas. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari hingga Desember 2009.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi di sekolah SMA Santo Thomas 1 yang diperkirakan berjumlah 1.339 orang.

Menurut Notoadmojo (2005), perkiraan besar sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini, dimana tingkat ketepatan relatif 10% dengan jumlah populasi 1.339 orang. Maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 93 orang.

n = ___N___

(34)

93 = 1339 1 + 1339(0,12)

Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling, dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi merata untuk setiap tingkatan secara proporsional yaitu :

a. Siswa-siswi SMU kelas X : 1/3 x 93 = 31 orang. b. Siswa-siswi SMU kelas XI : 1/3 x 93 = 31 orang.

c. Siswa-siswi SMU kelas XII : 1/3 x 93 = 31 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Responden pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Santo Thomas 1

yang telah terpilih sebagai sampel. Siswa-siswi tersebut dibagikan kuesioner yang akan mereka jawab untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap mereka dalam mencegah HIV/AIDS.

4.4.1. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

(35)

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Variabel No. Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,609 Valid 0,793 Reliabel

4.5. Metode Analisis Data

(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Katolik St. Thomas 1 Medan didirikan oleh Vikariat Apolostik Medan pada tahun 1955. SMA ini berada di pusat kota yang bertempat di Jl. Letnan Jenderal S.Parman No.109 Medan. SMA ini merupakan salah satu SMA di Medan yang statusnya terakreditasi dengan peringkat A (sangat baik). SMA

ini memiliki 29 ruang kelas, 4 ruang laboratorium, perpustakaan, aula serba guna, studio musik, halaman/lapangan olah raga, kantin, ruang tata usaha, ruang guru dan ruang kepala sekolah. Jumlah siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 medan pada tahun ajaran 2009/2010 adalah 1339 siswa. Dimana kelas X berjumlah 11 kelas

yang terdiri dari 512 siswa. Kelas XI berjumlah 10 kelas yang terdiri dari 481 siswa dan kelas XII berjumlah 8 kelas dengan jumlah siswa 346.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 93 siswa SMA Santo Thomas 1 Medan yang terdiri dari 31 siswa kelas X, 31 siswa kelas XI dan 31 siswa kelas XII.

Gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi : umur dan jenis kelamin. Data lengkap mengenai karakteristik umur responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

(37)

Ditinjau dari segi usia, kelompok terbesar pada usia 16-17 tahun yaitu sebanyak 54,84% dan yang berusia 14-15 tahun sebanyak 45,16%.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 41 44,1

Perempuan 52 55,9

Jumlah 93 100

Berdasarkan jenis kelamin, kelompok terbesar adalah perempuan yaitu sebesar 55,9% dan terendah pada kelompok laki-laki yaitu sebesar 44,1%. Data

lengkap dapat dilihat pada tabel 5.2.

5.1.3. Sumber Informasi Mengenai HIV/AIDS

Sumber informasi mengenai HIV/AIDS dapat diperoleh melalui berbagai media massa ataupun melalui orang disekitar. Melalui sumber informasi yang benar maka kita akan memiliki pengetahuan yang benar juga. Oleh sebab itu sumber informasi merupakan hal yang penting untuk meningkatkan pengetahuan.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tentang Sumber Informasi Penyakit

HIV/AIDS

Sumber Informasi

HIV/AIDS Jumlah %

Majalah/Surat Kabar 23 24,7

Televisi/Radio 31 33,3

Teman 4 4,3

Keluarga 4 4,3

Sekolah 10 10,8

Internet 21 22,6

(38)

Menurut data yang diperoleh mengenai sumber informasi HIV/AIDS yang terbanyak menurut masing-masing responden dimana para responden hanya boleh memilih salah satu saja adalah melalui televisi (33,3 %) dan majalah/surat kabar (24,7%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3.

5.1.4. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS yang telah diuji dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.4 Tingkat Pengetahuan siswa-siswi SMA St. Thomas 1 Medan

Kategori f %

Baik 51 54,8

Cukup 39 41,9

Kurang 3 3,2

Jumlah 93 100

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan terbanyak berada dalam kategori baik yaitu sebesar 54,8% kemudian kategori cukup sebesar 41,9%.

a. Penularan HIV/AIDS

(39)

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi cara penularan HIV/AIDS

No Jawaban f %

a Kontak seksual dengan penderita 86 92,47

b Melalui oral seks dengan penderita 63 67,74

c Berpelukan dengan penderita 7 7,53

d Memakai jarum suntik berulang kali 78 83,87 e Menggunakan tempat duduk toilet yang telah

dipakai penderita

10 10,75

f Melalui pembuatan tattoo 77 82,80

g Menggunakan peralatan makan bekas penderita 35 37,63 h Melalui ibu penderita kepada anaknya 62 66,67

Dari hasil yang diperoleh, belum semua responden menjawab benar. Responden yang memilih pilihan jawaban kontak seksual ada sebanyak 92,47%, Melalui oral seks dengan penderita sebanyak 67,74%, memakai jarum suntik berulang kali sebanyak 83,87%, melalui pembuatan tattoo sebanyak 82,8% dan melalui ibu penderita kepada anaknya sebesar 66,67%. Selain itu, masih ada responden yang memercayai bahwa penularan HIV/AIDS melalui peralatan makan, tempat duduk toilet dan berpelukan dengan penderita. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden masih kurang. Data lengkat dapat dilihat pada tabel 5.5.

b. Cara-cara yang tidak mungkin menyebabkan penularan HIV/AIDS

HIV/AIDS tidak dapat menular melalui beberapa cara seperti menyentuh

(40)

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi cara-cara yang tidak dapat menyebebkan

seseorang tertular HIV/AIDS

No Jawaban f %

a Melakukan seks bebas 6 6,45

b Menyentuh penderita 51 54,84

c Digigit nyamuk yang telah menggigit penderita 59 63,44 d Bekerja dalam satu ruangan dengan penderita 60 64,52

e Mendonorkan darah 21 22,58

f Melakukan hubungan seks yang pertama kali 9 9,68

Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa pengetahuan responden mengenai cara-cara yang tidak mungkin menyebabkan seseorang tertular HIV/AIDS masih kurang. Responden yang menjawab menyentuh penderita hanya 54,84%, digigit nyamuk yang telah menggigit penderita sebesar 63,44%, bekerja dalam satu ruangan dengan penderita sebesar 64,52% dan yang menjawab mendonorkan darah tidak dapat menularkan HIV/AIDS hanya sebesar 9,68%. Selain itu, masih ada responden yang menjawab salah. Hal ini mendukung bahwa pengetahuan responden masih kurang mengenai cara-cara yang tidak mungkin menyebabkan penularan HIV/AIDS. Data lengkap dapat dilihat pada tabel 5.6.

c. Cara Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Pencegahan penularan merupakan pencegahan primer yang perlu diutamakan karena hingga saat ini belum ditemukan antivirus yang dapat

(41)

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi cara pencegahan penularan HIV/AIDS

No Jawaban f %

a Disuntikan vaksin pada setiap orang 29 31,18 b Penderita dikucilkan dari masyarakat 2 2,15

c Tidak melakukan hubungan seks 35 37,63

d Memakai kondom bila melakukan hubungan seks 71 76,64

e Tidak berganti-ganti pasangan 76 81,72

Dari data yang diperoleh mengenai cara pencegahan penularan HIV/AIDS, dimana masing-masing responden boleh memilih lebih dari 1 jawaban yang menurut responden benar maka diperoleh bahwa pengetahuan mereka masih kurang. Jawaban yang benar adalah tidak melakukan hubungan seks, memakai kondom bila melakukan hubungan seks dan tidak berganti-ganti pasangan. Jumlah responden yang menjawab tidak melakukan hubungan seks sebesar 37,63%, Memakai kondom bila melakukan hubungan seks sebesar 76,64% dan tidak gonta-ganti pasangan sebesar 81,72%. Namun masih ada juga responden yang menjawab vaksin dapat mencegah penularan. Data lengkap dapat dilihat pada tabel 5.7.

5.1.5. Sikap

Sikap siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS yang telah diuji dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.8 Sikap siswa-siswi SMA St. Thomas 1 Medan

Kategori f %

Baik 25 26,9

Cukup 67 72,0

Kurang 1 1,1

(42)

Dari tabel 5.8 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 72,0% siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan memiliki sikap dalam kategori cukup dalam mencegah HIV/AIDS.

a. Sikap dalam menghadapi penderita HIV/AIDS

Sikap seseorang sangat mempengaruhi perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan lingkungan sekitarnya.

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi sikap responden untuk mengizinkan

penderita HIV/AIDS menggunakan toilet umum.

No Jawaban f %

a Sangat setuju sekali 6 6,5

b Sangat setuju 39 41,9

c Setuju 43 46,2

d Tidak setuju 1 1,1

e Tidak setuju sekali 4 4,3

Jumlah 93 100

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi sikap responden untuk mengizinkan

penderita HIV/AIDS bekerja di tempat umum.

No Jawaban f %

a Sangat setuju sekali 5 5,4

b Sangat setuju 28 30,1

c Setuju 53 57,0

d Tidak setuju 2 2,2

e Tidak setuju sekali 5 5,4

Jumlah 93 100

(43)

dapat dilihat pada tabel 5.9. Sedangkan jumlah responden yang mengizinkan pasien HIV/AIDS untuk bekerja ditempat umum sebesar 92,4%. Data lengkap dapat dilihat pada tabel 5.10.

5.1.6. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia

Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi juga oleh faktor usia. Menurut asumsi peneliti bahwa dengan bertambahnya usia seseorang maka pengetahuan juga akan bertambah.

Tabel 5.11 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan usia

Usia

Tingkat Pengetahuan

Jumlah

Baik Cukup Kurang

f % f % f % f %

14-15 16 38,1 23 54,8 3 7,1 42 100

16-17 35 68,6 16 31,4 0 0 51 100

Jumlah 51 54,8 39 41,9 3 3,2 93 100

Dari tabel 5.11 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik paling banyak pada kelompok usia 16-17 tahun yaitu sebesar 68,6%, tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang paling banyak pada

kelompok usia 14-15 tahun sebesar 7,1%. Persentase ini dihitung berdasarkan jumlah masing-masing populasi.

5.1.7. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

(44)

Tabel 5.12 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan Jenis

Dari tabel 5.12 diperoleh bahwa jumlah perempuan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 48,1% dan laki-laki yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 63,4%. Persentase berdasarkan jumlah masing-masing populasi.

5.1.8. Sikap Berdasarkan Usia

Berdasarkan analisa data sikap siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS berada dalam kategori cukup. Hal ini dapat dipengaruhi juga oleh usia dan pengetahuan mereka.

Tabel 5.13 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia

Usia

(45)

5.1.9. Tingkat Pengetahuan dan Sikap

Menurut asumsi peneliti bahwa tingkat pengetahuan seseorang sangat berhubungan dengan sikap seseorang dalam bertindak.

Tabel 5.14 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan dengan sikap

Tingkat

Dari tabel 5.14 dapat kita lihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dan sikap yang baik sebanyak 16 orang, sikap cukup 35 orang dan sikap kurang tidak ada. Pengetahuan dapat mempengaruhi sikap seseorang. Seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik mungkin akan memiliki sikap yang lebih baik dibandingkan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan berada pada kategori baik. Namun pengetahuan mengenai cara penularan dan cara pencegahan penularan HIV/AIDS masih kurang. Hal ini didukung oleh banyaknya responden yang memiliki pengetahuan yang tidak benar sehingga perlu diberikan informasi yang benar mengenai hal tersebut. Pengetahuan mengenai cara penularan sangat perlu diperhatikan agar remaja tidak

(46)

Pengetahuan seseorang mungkin dipengaruhi oleh usia. Dengan bertambahnya usia seseorang maka pengetahuan juga akan semakin bertambah. Hal ini sesuai dengan Notoadmojo (2007) bahwa pengetahuan diperoleh setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin sering seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan akan suatu hal/objek.

Dari hasil penelitian Prihyugiarto (2008), salah satu hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang mengenai HIV/AIDS adalah usia

dan jenis kelamin. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa pada kelompok usia yang lebih tua akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan pada kelompok usia yang muda. Hal ini didukung oleh data KPA (2007) bahwa penderita HIV/AIDS 57,1% berada pada rentang usia 15-29 tahun.

Selain faktor usia, pengetahuan mengenai HIV/AIDS juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pengetahuan laki-laki lebih baik dibandingkan dengan perempuan. Hal ini sesuai dengan Hanifah (2007) bahwa remaja perempuan takut mencari informasi mengenai seks atau HIV/AIDS karena mereka akan dianggap aktif seksual tanpa memandang aktivitas seksual yang sebenarnya.

5.2.2. Sikap

Sikap siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan berada pada kategori cukup. Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktivitas, namun merupakan pre-disposisi tindakan atau prilaku. Sikap dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai karena pengetahuan akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam penentuan sikap (Notoadmojo, 2007).

Selain itu menurut Rahayuningsih (2008), pemahaman ataupun pengetahuan baik dan buruk, salah atau benarnya suatu hal akan menentukan sistem kepercayaan seseorang sehingga akan berpengaruh dalam penentuan sikap

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS berada dalam kategori baik sebanyak 54,8% sedangkan sikap siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan masih berada dalam kategori cukup yaitu sebanyak 72,0%.

2. Pada rentang usia 14-15 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebesar 38,1% sedangkan pada rentang usia 15-16 tahun adalah sebesar 68,6% yang dihitung berdasarkan jumlah masing-masing populasi.

3. Perempuan yang memiliki pengetahuan baik sebesar 48,1% dibandingkan laki-laki sebesar 63,4% dari jumlah masing-masing populasi.

4. Sumber informasi siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai penyakit HIV/AIDS yang terbanyak adalah melalui media elektronik seperti televisi maupun radio adalah sebesar 33,3% kemudian diikuti oleh majalah/surat kabar sebesar 24,7%.

6.2 Saran

1. Bagi petugas kesehatan ataupun puskesmas setempat dapat membantu pihak

sekolah untuk memberikan informasi yang benar mengenai HIV/AIDS dengan membentuk UKS.

2. Bagi pihak sekolah dapat memberikan program pendidikan kesehatan melalui ceramah, seminar maupun dimasukkan dalam mata pelajaran sekolah untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi terutama mengenai HIV/AIDS.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anita, 2000. Penyebaran dan Usaha Pencegahan AIDS. Dalam: Nasution, R.H., Anwar, C., Nasution, D.P., ed. AIDS Kita Bisa Kena Kita Bisa Cegah. Medan: Penerbit MONORA, 35-41.

Arikunto, S.,2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Badan Narkotika Nasional, 2009. Banyak Remaja Mati Muda Over Dosis Narkoba. Diperoleh dari:

http://www.bnn.go.id/konten.php?nama=KegiatanCegah&op=detail_kegiatan

_cegah&id=95&mn=2&smn=f

Behrman, R.E., Kliegman, Robert M., Jenson, Hal B.,2004. Adolesence. In: Nelson Textbook of Pediatrics, 17th ed. Philadelphia: Saunders.

. [Diakses pada 10 Maret 2009]

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008. Survey Terakhir, 63 Persen Remaja di Indonesia Usia Sekolah SMP dan SMA Sudah Melakukan Hubungan Seksual di Luar Nikah. Diperoleh dari:

Borucki, M.J., 1997. Etiologi dan Patogenesis. Dalam: Muma, Richard D., Lyons, Barbara Ann, Borucki, Michael J., Pollard, Richard B., ed. HIV: Manual Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 23-28. Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A., 2005. AIDS dan Lentivirus. Dalam:

Jawetz, Melnick, Adelberg’s., ed. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika, 299-311.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Statistik Kasus HIV/AIDS di

Indonesia. Diperoleh dari:

pada 3 Maret 2009]

(49)

Duta Sekolah, 2009. Remaja, HIV/AIDS & Advokasi. Diperoleh dari:

Fauci, A.S. & Lane, H.C., 2000. Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV): AIDS dan Penyakit Terkait. Dalam: Asdie, A.H., ed. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1754.

Hanifah, Laily, 2007. Gender dan HIV/AIDS. Diperoleh dari :

Hutapea, R., 1995. AIDS & PMS dan Perkosaan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

92-105.

Kesrepro, 2007. Lawanlah Stigma dan Diskriminasi Untuk Memenangi Perang

Melawan HIV/AIDS. Diperoleh dari:

[Diakses pada 10 Maret 2009]

Komisi Penganggulangan AIDS, 2007a. Apa gejala orang yang terinfeksi HIV

menjadi AIDS. Diperoleh dari:

_______, 2007b. Area Fokus. Diperoleh dari:

_______, 2007c. Penularan. Diperoleh dari:

.

Lyons, B.A., Valentine, P. 1997. Pencegahan. Dalam: Muma, R.D., Lyons, B.A., Borucki, M.J., Polari, R.B., ed. HIV manual untuk tenaga kesehatan. Jakarta: EGC, 252-273.

[Diakses pada 5 Mei 2009]

Mayo Foundation for Medical Education and Research, 2008. HIV/AIDS. Available from:

(50)

_______, 2008. HIV/AIDS. Available from:

Muninjaya, A.A.G., 1998. AIDS di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

[Accesed 11 March 2009]

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

_______, 2007. Domain Perilaku. Dalam: Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 139-146.

Nugraha, B.D., Windy, M.T., 1997. Apa yang Ingin Diketahui Remaja Tentang Seks. Jakarta: Bumi Aksara.

ODHA Indonesia, 2007. Mitos-Mitos HIV/AIDS. Diperoleh dari:

Maret 2009]

Prihyugiarto, T.Y., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di Indonesia. Dalam : Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi II (2). Diperoleh dari :

2009]

Rachmawati, Y., 2000. Remaja dan AIDS. Dalam : Nasution, R.H., Anwar, C., Nasution, D.P., ed. AIDS Kita Bisa Kena Kita Bisa Cegah. Medan : Penerbit MONORA, 23-32.

Rahayuningsih, S.U., 2008. Sikap (Attitude). Diperoleh dari :

[Diakses pada 9 Maret 2009]

World Health Organization, Regional Office for South East Asia, 1996. Ways in which HIV is not Transmitted. In: WHO, Regional Office for South East Asia, ed. Handbook on AIDS Home care. New Delhi, 42-29.

Yatim, D.I., 2006. Dialog Seputar AIDS. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

(51)

Zein, U., dkk., 2006. 100 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS yang Perlu Anda Ketahui. Medan: USU press.

(52)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Pasfoto

3x4

Nama

Tempat / Tanggal Lahir Agama

Lubuk Pakam / 10 Desember 1988 Buddha

Jl. Gandhi No. 192A Medan 1.

TK Nusantara Lubuk Pakam SD Nusantara Lubuk Pakam SMP Methodist Lubuk Pakam SMA Sutomo 1 Medan

Peserta Bakti Sosial Buddha 2007 Peserta Bakti Sosial Buddha 2008

(53)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN

Saya yang bernama Cindy Wijaya, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul ”Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja

dalam Mencegah HIV/AIDS di SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN”. Saya

mengikutsertakan saudara/i dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui

gambaran pengetahuan dan sikap remaja SMA Santo Thomas 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS.

Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi petugas kesehatan setempat dan para pendidik di sekolah saudara/i untuk lebih meningkatkan program pendidikan

kesehatan terutama mengenai HIV/AIDS.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela. Pada penelitian ini identitas saudara/i akan disamarkan. Kerahasiaan data saudara/i akan dijamin sepenuhnya. Bila hasil penelitian ini dipublikasikan maka kerahasiaan data saudara/i akan tetap dijaga.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu saudara/i sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(54)

Lampiran 4

Kuesioner Penelitian

Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS:

1. Apakah kepanjangan dari HIV? a. Human Industrial Virus

b. Human Imunnodeficiency Virus c. Hyper Imunodeficiency Virus

2. Apakah kepanjangan dari AIDS?

a. Acquired Industial Deficiency Syndrome b. All Industrial Deficiency Syndrome c. Acquired Immune Deficiency Syndrome

3. Apakah yang dimaksud dengan HIV:

a. Virus yang dapat menyerang kekebalan tubuh manusia b. Bakteri yang dapat menyerang kekebalan tubuh manusia c. Virus yang menyerang alat kelamin seseorang

d. Merupakan penyebab AIDS

e. Merupakan penyebab penyakit kelamin

4. Apakah yang dimaksud dengan AIDS? a. Virus yang menyebabkan terjadinya HIV b. Bakteri yang menyebabkan terjadinya HIV

c. Kumpulan gejala akibat menurunnya kekebalan tubuh d. Kumpulan penyakit kelamin yang menyerang seseorang e. Terjadi akibat infeksi virus HIV

5. HIV dapat berada dimana saja? a. Dahak

6. Apa saja cara yang mungkin menyebabkan seseorang tertular HIV? a. Kontak seksual dengan penderita

b. Melakukan oral seks dengan penderita c. Berpelukan dengan penderita HIV/AIDS d. Memakai jarum suntik berulang kali

e. Menggunakan tempat duduk toilet yang telah dipakai penderita f. Melalui pembuatan tatoo

(55)

h. Melalui ibu penderita HIV/AIDS kepada anaknya

7. Apa saja cara yang tidak mungkin menyebabkan seseorang tertular HIV/AIDS? a. Melakukan seks bebas

b. Menyentuh penderita

c. Digigit nyamuk yang telah menggigit penderita HIV/AIDS d. Bekerja dalam satu ruangan dengan penderita HIV/AIDS e. Mendonorkan darah

f. Melakukan hubungan seks yang pertama kali

8. Apa saja gejala penderita HIV/AIDS?

a. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan b. Batuk darah lebih dari 1 bulan

c. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan d. Sesak napas yang terus berlanjut dalam 1 bulan e. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

9. Bagaimana cara pencegahan penularan HIV/AIDS? a. Disuntikkan vaksin pada setiap orang

b. Penderita dikucilkan dari masyarakat c. Tidak melakukan hubungan seks

d. Memakai kondom bila melakukan hubungan seks e. Tidak gonta-ganti pasangan

10. Mengapa HIV/AIDS merupakan penyakit menakutkan bagi setiap orang? a. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya

b. Tidak berbahaya karena sekarang penderita sudah dapat disembuhkan c. Karena sampai sekarang belum ada pengobatan untuk menyembuhkan penderita

d. Karena penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit memalukan e. Karena penderita harus dikucilkan dari masyarakat

Sikap remaja dalam mencegah HIV/AIDS

1. Apakah anda setuju pendidikan seks diberikan sejak SMA? a. Sangat setuju sekali

b. Sangat setuju c. Setuju

d. Tidak setuju e. Tidak setuju sekali

2. Apakah anda setuju dengan seks bebas? a. Sangat setuju sekali

b. Sangat setuju c. Setuju

d. Tidak setuju e. Tidak setuju sekali

(56)

a. Sangat setuju sekali b. Sangat setuju c. Setuju

d. Tidak setuju e. Tidak setuju sekali

4. Apakah anda setuju penderita HIV boleh menggunakan toilet umum? a. Sangat setuju sekali

b. Sangat setuju c. Setuju

d. Tidak setuju e. Tidak setuju sekali

5. Apakah anda setuju bila pengajian agama diadakan setiap hari? a. Sangat setuju sekali

b. Sangat setuju c. Setuju

d. Tidak setuju e. Tidak setuju sekali

6. Apakah anda setuju dengan pemakaian narkoba? a. Sangat setuju sekali

b. Sangat setuju c. Setuju

d. Tidak setuju e. Tidak setuju sekali

7. Apakah anda setuju bila kondom dijual ditempat umum? a. Sangat setuju sekali

b. Sangat setuju c. Setuju

d. Tidak setuju e. Tidak setuju sekali

8. Apakah anda setuju bila penderita HIV/AIDS bekerja di tempat umum? a. Sangat setuju sekali

b. Sangat setuju c. Setuju

d. Tidak setuju e. Tidak setuju sekali

Cara Akses

Dari sumber manakah anda mengetahui tentang info HIV/AIDS yang terbanyak? (Pilih satu saja jawaban yang benar)

(57)

L

Hasil uji Validitas dan Reliabilitas Sikap

(58)

Reliability

(59)
(60)

Correlations

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tingkat Pengetahuan

Lam

(61)

Reliability

(62)

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

17.55 20.997 4.582 10

Tabel frekuensi jenis kelamin

Jk

Tabel frekuensi tingkat pengetahuan

kategori

Frequency Percent Valid Percent

(63)

Tabel frekuensi sumber informasi mengenai HIV/AIDS

Crosstab Tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin

Jk * kategori Crosstabulation

Crosstab Tingkat pengetahuan berdasarkan umur

(64)

Crosstabs Sikap berdasarkan umur

kel * kategori Crosstabulation

Kategori Total

Crosstabs Tingkat pengetahuan dan sikap

kategori * kategori Crosstabulation

Kategori sikap Total baik cukup kurang

Distribusi frekuensi cara penularan HIV/AIDS

p6

Frequency Percent Valid Percent

Gambar

Gambar 2.1. Struktur anatomi HIV (TeenAIDS, 2008).
Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tentang Sumber Informasi Penyakit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun masa sanggah dilaksanakan mulai hari Senin 22 Juli 2013 sampai dengan hari Rabu 24 Juli 2013, sanggahan dapat disampaikan kepada Ketua Panitia Pelelangan Pekerjaan

Anak yang tekun berlatih akan mendapat ..... Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang jelas

Jika ibu dan ayah berbeda penerimaan terhadap anak-anaknya, akan mendorong masalah yang serius bagi anak-anak yang merasa diperlakukan tidak adil atau dinomorduakan.. PESAN

What we’re showing in this book follows how we have orga- nized our work as managers whether we were employees, contract managers, or management coaches: make contact with the

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, pada proyek akhir ini akan dilakukan penelitian mengenai “Perancangan dan Implementasi Lampu Penerangan Pada Sistem

Dalam proses peletakan atau pengambilan mobil, terdapat 3 gerakan utama yaitu proses naik turun lift menuju antai yang diinginkan, proses pemutaran lift untuk mengarahkan mobil

In this specific case, possible solutions could be (I) the structuring of a multiscale model that uses objects with different LoDs according to different scales of

Dalam tahap perencanaan pada Sikus I, terlebih dahulu guru sekaligus peneliti merancang perencanaan yang akan dijadikan acuan implementasi tindakan pada siklus