• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Kesejahteraan Rumah Tangga di Kabupaten Bogor

Pada tahun 2012, jumlah seluruh keluarga yang berada di Kabupaten Bogor mencapai 1 188 676 keluarga, dimana jumlah keluarga prasejahtera sebanyak 219 193 atau sebesar 18.44%, keluarga sejahtera I yaitu, 320 050 atau sebesar 26.92% dan jumlah keluarga sejahtera II,III, III+ sebanyak 649 442 atau sebesar 54.64%. Pada tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah keluarga yang masuk dalam kategori keluarga sejahtera II,III, dan III+ jumlahnya mendominasi jika dibandingkan dengan jumlah keluarga dengan kategori prasejahtera dan kategori sejahtera I (Tabel 9).

Tabel 9 Tahapan Keluarga Sejahtera Kabupaten Bogor Tahun 2012 Kecamatan

Keluarga Keluarga Keluarga Sejahtera Jumlah

pra Sejahtera Sejahtera I II, III, dan III+ Keluarga

Nanggung 7 131 7 689 8 174 22 994 (31.01) (33.44) (35.55) (100) Leuwiliang 7 704 1 0315 9 542 27 561 (27.95) (37.43) (34.62 (100) Leuwisadeng 5 283 6 726 6 071 18 080 (29.22) (37.2) (33.58) (100) Pamijakan 10 821 11 092 12 725 34 638 (31.24) (32.02) (36.74) (100) Cibungbulang 8 011 6 417 17 247 31 675 (25.29) (20.26) (54.45) (100) Ciampea 4 599 10 504 21 536 36 639 (12.55) (28.67) (58.78) (100) Tenjolaya 4 695 4 670 6 435 15 800 (29.72) (29.56) (40.73) (100) Dramaga 7 412 5 579 11 171 24 162 (30.68) (23.09) (46.23) (100) Ciomas 3 781 13 618 17 894 36 992 (10.22) (36.81) (48.37) (100) Tamansari 1 867 7 373 11 679 2 1877 (8.53) (33.7) (53.38) (100)

28

Lanjutan Tabel 9 Tahapan Keluarga Sejahtera Kabupaten Bogor Tahun 2012 Kecamatan

Keluarga Keluarga Keluarga Sejahtera Jumlah

pra Sejahtera Sejahtera I II, III, dan III+ Keluarga

Cijeruk 6206 6081 5599 19166 (32.38) (31.73) (29.21) (100) Cigombong 3 672 7 683 8 523 20 945 (17.53) (36.68) (40.69) (100) Caringin 7 619 12 514 4 071 28 945 (26.32) (43.23) (14.06) (100) Ciawi 5 823 5 407 6 524 24 356 (23.91) (22.2) (26.79) (100) Cisarua 8 119 8 258 10 253 28 084 (28.91) (29.4) (36.51) (100) Megamendung 5 774 4 319 12 248 24 627 (23.45) (17.54) (49.73) (100) Sukaraja 8 257 9 551 26 814 44 622 (18.5) (21.41) (60.09) (100) Babakan 2 910 10 436 13 095 26 169 (11.12) (39.88) (50.04) (100) Sukamakmur 7 234 6 227 5 768 19 229 (37.62) (32.38) (30) (100) Cariu 4 965 5 159 5 470 15 657 (31.71) (32.95) (34.94) (100) Tanjungsari 3 836 5 347 6 495 15 478 (24.78) (34.55) (41.96) (100) Jonggol 8 678 7 814 40 052 56 544 (15.35) (13.82) (70.83) (100) Cileungsi 2 503 4 177 27 939 34 619 (7.23) (12.07) (80.7) (100) Klapanunggal 4 318 6 229 7 861 18 408 (23.46) (33.84) (42.7) (100) Gunung Putri 1 042 21 643 34 093 56 778 (1.84) (38.12) (60.05) (100) Citeureup 2 895 8 313 33 874 45 082 (6.42) (18.44) (75.14) (100) Cibinong 1 129 12 970 59 766 73 865 (1.53) (17.56) (80.91) (100) Bojonggede 10 821 11 092 12 725 34 638 (31.24) (32.02) (36.74) (100) Tajurhalang 8 011 6 417 17 247 31 675 (25.29) (20.26) (54.45) (100) Kemang 5 233 5 982 11 480 23 156 (22.6) (25.83) (49.58) (100) Rancabungur 2 315 4 178 3 822 13 019 (17.78) (32.09) (29.36) (100) Parung 3 725 6 401 13 674 22 092 (16.86) (28.97) (61.9 (100) Ciseeng 7 024 6 170 8 365 23 702 (29.63) (26.03) (35.29) (100)

29

Lanjutan Tabel 9 Tahapan Keluarga Sejahtera Kabupaten Bogor Tahun 2012 Kecamatan

Keluarga Keluarga Keluarga Sejahtera Jumlah

pra Sejahtera Sejahtera I II, III, dan III+ Keluarga

Gunung Sindur 3 881 8 218 10 737 22836 (16.99) (35.99) (47.02) (100) Rumpin 6 403 9 643 15 233 31 743 (20.17) (30.38) (47.99) (100) Cigudeg 7 724 7 431 12 196 27 351 (28.24) (27.17) (44.59) (100) Sukajaya 6 013 5 523 2 741 14 277 (42.12) (38.68) (19.2) (100) Jasinga 10 468 9 113 4 861 24 442 (42.83) (37.28) (19.89) (100) Tenjo 7 475 3 210 4 685 15 370 (48.63) (20.88) (30.48) (100) Parung Panjang 6 919 7 098 10 211 24 228 (28.56) (29.3) (42.14) (100) Kabupaten Bogor 219 193 320 050 649 442 1 188 676 (18.44) (26.92) (54.64) (100)

Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Keterangan: tanda “( )” mengartikan persen

Total kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor berjumlah 40 kecamatan. Sebanyak 28 Kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor, termasuk dalam kelompok keluarga prasejahtera (miskin) yang cukup tinggi dari total 40 Kecamatan. 28 Kecamatan tersebut, adalah Kecamatan Nanggung (31.01%), Kecamatan Leuwiliang (27.95%), Kecamatan Leuwisadeng (29.22%), Kecamatan Pamijakan (31.24%), Kecamatan Cibungbulang (25.29%), Kecamatan Tenjolaya (29.72%), Kecamatan Dramaga (30.68%), Kecamatan Cijeruk (32.38%), Kecamatan Casingin (26.32%), Kecamatan Ciawi (23.91%), Kecamatan Cisarua (28.91%), Kecamatan Megamendung (23.45%), Kecamatan Sukaraja (18.5%). Kemudian ada Kecamatan Sukamakkur (37.62%), Kecamatan Cariu (31.71%), Kecamatan Tanjungsari (24.78%), Kecamatan Klapanunggal (23.46%), Kecamatan Bojonggede (31.24%), Kecamatan Tajurhalang (25,29%), Kecamatan Kemang (22.6%), Kecamatan Ciseeng (29.6%), Kecamatan Rumpin (20.17%), Kecamatan Cigudeg (28.24%), Kecamatan Sukajaya (42.12%), Kecamatan Jasinga (42.83%), Kecamatan Tenjo (48.63%), dan Kecamatan Parung Panjang (28.56%) (Tabel 9). 40 Kecamatan tersebut merupakan Kecamatan yang memiliki persentase tinggi dibandingkan dengan persentase keluarga prasejahtera yang berada di Kabupaten Bogor.

Tahapan keluarga sejahtera Kabupaten Bogor dalam kurun waktu 2009-2012 terus mengalami peningkatan. Perkembangan prasejahtera dalam kurun waktu 2009-2012 adalah sebesar 20 persen, sedangkan sejahtera I adalah 26.8 persen. Selanjutnya, yaitu tahapan sejahtera II,III,III+ memiliki perkembangan yang cukup besar, yaitu 53.2 persen dalam kurun waktu 2009-2012 (Tabel 10).

Tahapan keluarga prasejahtera dalam 4 tahun ini (2009-2012) mengalami penurunan yaitu 22.9 persen pada tahun 2009, 20.0 persen pada tahun 2010, 18.4 persen pada tahun 2012. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa jumlah

30

kategori keluarga prasejahtera berkurang. Hal ini menandakan bahwa Kabupaten Bogor memiliki jumlah keluarga sejahtera yang semakin meningkat.

Tabel 10 Kesejahteraan Rumah Tangga di Kabupaten Bogor Pada Tahun 2009-2012

Tahapan Keluarga Sejahtera Tahun

% 2009 2010 2011 2012 Prasejahtera 235 652 220 659 222 478 219 193 (20.0) (23.0) (20.0) (18.9) (18.4) Sejahtera I 272 217 297 278 316 944 320 050 (26.8) (26.5) (26.9) (26.9) (27.0)

Sejahtera II, III, III+ 518 947 586 757 639 005 649 442

(53.2)

(50.5) (53.1) (54.2) (54.6)

Total 1 026 816 1 104 694 1 178 427 1 188 685

(100)

(100) (100) (100) (100)

Keterangan: tanda “( )” mengartikan persen

Tahapan keluarga sejahtera I pada tahun 2009 memiliki presentase 26.5 persen. Sedangkan dalam kurun waktu 2010-2012 memiliki persentase tetap, yaitu sebesar 26.9. hal ini menandakan bahwa tidak ada banyak perubahan yang terjadi dalam kurun waktu 2009-2012 untuk kategori tahapan keluarga sejahtera I yang berada di Kabupaten Bogor.

Tahapan keluarga sejahtera II,III, dan III+ terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2009-2012 di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2009, persentase keluarga sejahtera II,III, dan III+ adalah sebesar 50.5 persen. Pada tahun 2010, persentasenya naik menjadi 53.1 persen. Sedangkan pada tahun 2011, persentase keluarga sejahtera II, III, dan III+ memiliki persentase sebesar 54.2 persen, dan ini terus mengalami peningkatan pada tahun 2012. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan persentase, yaitu sebesar 54.6 persen pada tahun 2012. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu 2009-2012 jumlah keluarga sejahtera di Kabupaten Bogor terus mengalami peningkatan.

Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Usaha Mikro dan Kecil Sampel di Kabupaten Bogor

Karakteristik merupakan suatu kriteria yang digunakan untuk menjelaskan suatu hal tertentu. Dalam penelitian ini, sosial ekonomi usaha mikro dan kecil memberikan informasi mengenai kondisi sosial ekonomi pengusaha usaha mikro dan kecil yang berada di Kabupaten Bogor. Dalam bab ini akan dijelaskan karakteristik pengusaha usaha mikro dan kecil, karakteristik usaha, dan kesejahteraan rumah tangga UMK yang berada di Kabupaten Bogor.

Karakteristik Pengusaha Usaha Mikro dan Kecil Kabupaten Bogor

Karakteristik pengusaha usaha mikro dan kecil yang berada di Kabupaten Bogor dipelajari dengan melihat jenis kelamin dan pengalaman menjalankan

31 usaha, lama pendidikan pengusaha, jumlah anggota keluarga, serta umur pengusaha.

Tabel 11 Persentase Jenis Kelamin Pengusaha Usaha Mikro dan Kecil

Jenis Kelamin Total

Kategori Laki-Laki Perempuan

Mikro a. Pengolahan 27 11 38 b. Perdagangan 22 14 36 Total 49 25 74 (66.22) (33.78) (100) Kecil a. Pengolahan 8 5 13 b. Perdagangan 9 4 13 Total 17 9 26 (65.38) (34.62) (100)

Keterangan: tanda “( )” mengartikan persen

Dalam usaha mikro, rata-rata pengusaha berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 49 orang atau sebesar 66.22 % , dan selebihnya dijalankan oleh perempuan dengan jumlah 25 orang atau sebesar 33.78 %. Kondisi pelaku usaha kecil tidak jauh berbeda dengan usaha mikro. Untuk usaha kecil, rata-rata dijalankan oleh laki-laki dengan jumlah 17 orang atau sebesar 65.38 % dan perempuan dengan jumlah 9 orang atau 34.62 % (Tabel 11). Jumlah pengusaha laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pengusaha berjenis kelamin perempuan disebabkan karena kebanyakan usaha mikro dan kecil yang dijalankan oleh responden di Kabupaten Bogor berupakan penghasilan utama dan yang berkedudukan sebagai kepala rumah tangga adalah laki-laki.

Tabel 12 Pengalaman Kerja Pengusaha UMK di Kabupaten Bogor

Kategori Pengalaman Usaha Total

<3 tahun 3-10 tahun >10 tahun Mikro a. Pengolahan 2 14 23 39 b. Perdagangan 5 11 19 35 Total 7 25 42 74 (9.46) (33.78) (56.76) (100) Kecil a. Pengolahan 2 3 7 12 b. Perdagangan 2 4 8 14 Total 4 7 15 26 (15.38) (26.92) (57.70) (100)

32

Pengalaman menjalankan usaha membuat para pengusaha usaha mikro dan kecil sanggup menjalankan usaha dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan baik. Semakin lama pengusaha menjalankan usahanya, maka akan semakin baik pula cara pengusaha tersebut dalam mengatasi masalah yang ada. Pengusaha usaha mikro yang berada di Kabupaten Bogor, mayoritas mengalami pengalaman usaha >10 tahun dengan jumlah 32 pengusaha ataua sebesar 43.24 % dari total 74 pengusaha. Sedangkan pengusaha yang memiliki pengalaman kerja selama 3-10 tahun adalah sebanyak 25 pengusaha atau 33.78 %. Pengusaha dengan pengalaman kerja <3 tahun memiliki persentase yang paling sedikit dibandingkan yang lainnya yaitu sebesar 9.46 % atau 7 pengusaha usaha mikro yang berada di Kabupaten Bogor (Tabel 12).

Pengusaha usaha kecil yang berada di Kabupaten Bogor, mayoritas mengalami pengalaman usaha >10 tahun dengan jumlah 15 pengusaha atau sebesar 57.70 % dari total 26 pengusaha. Sedangkan pengusaha yang memiliki pengalaman kerja selama 3-10 tahun adalah sebanyak 7 pengusaha atau 26.92 %. Pengusaha dengan pengalaman kerja <3 tahun memiliki persentase yang paling sedikit dibandingkan yang lainnya yaitu sebesar 15.38 % atau 7 pengusaha usaha mikro yang berada di Kabupaten Bogor (Tabel 12).

Tabel 13 Lama Pendidikan Pengusaha UMK Kabupaten Bogor Kategori

Lama Pendidikan

Total

Tidak 1-6 7-9 10-12 >12

Sekolah Tahun Tahun Tahun Tahun Mikro a. Pengolahan 0 9 5 23 3 40 b. Perdagangan 0 7 4 19 4 34 Total 0 16 9 42 7 74 (0) (21.62) (12.16) (56.76) (9.46) (100) Kecil a. Pengolahan 0 3 2 5 1 11 b. Perdagangan 1 4 2 6 2 15 Total 1 7 4 11 3 26 (3.85) (26.92) (15.38) (42.31) (11.54) (100)

Keterangan: tanda “( )” mengartikan persen

Semakin lama pendidikan yang dijalani pengusaha maka akan semakin banyak pula ilmu yang akan didapatkan, baik ilmu dalam mengembangkan usaha maupun startegi-stategi dalam pemecahan masalah ketika usaha yang dijalani sedang mengalami penurunan. Pengusaha usaha mikro di Kabupaten Bogor rata-rata memiliki latar belakang pendidikan yang tidak cukup tinggi. Terlihat pada Tabel 13, bahwa rata-rata pengusaha mikro memiliki pendidikan 10-12 tahun atau sama dengan SMA dengan jumlah 42 orang atau sebanyak 56.76 %. Posisi kedua yaitu pengusaha dengan pendidikan 1-6 tahun atau sama dengan SD dengan jumlah 16 pengusaha atau 21.62 %. Posisi ketiga, yaitu pengusaha yang memiliki pendidikan selama 7-9 tahun ataua sama dengan SMP dengan jumlah 9 pengusaha

33 atau sebanyak 12.16 %. Posisi terakhir, yaitu pengusaha dengan lama pendidikan >12 tahun atau sama dengan sarjana dengan jumlah 7 pengusaha atau 9.46 % dari total 74 pengusaha usaha mikro yang berada di Kabupaten Bogor (Tabel 13).

Mayoritas pengusaha kecil yang berada di Kabupaten Bogor memiliki pendidikan 10-12 tahun atau sama dengan SMA dengan jumlah 11 orang atau sebanyak 42.31 %. Posisi kedua yaitu pengusaha dengan pendidikan 1-6 tahun atau sama dengan SD dengan jumlah 7 pengusaha atau 26.92 %. Posisi ketiga, yaitu pengusaha yang memiliki pendidikan selama 7-9 tahun ataua sama dengan SMP dengan jumlah 4 pengusaha atau sebanyak 15.38 %. Posisi keempat, yaitu pengusaha dengan lama pendidikan >12 tahun atau sama dengan sarjana dengan jumlah 3 pengusaha atau 11.43 % dari total 26 pengusaha usaha mikro yang berada di Kabupaten Bogor. Posisi terakhir, yaitu pengusaha yang tidak pernah bersekolah dan menyentuh bangku pendidikan sebayak 1 pengusaha dengan persentase 3.85 % (Tabel 13).

Tabel 14 Jumlah Anggota Keluarga Pengusaha UMK di Kabupaten Bogor

Kategori Jumlah Anggota Keluarga Total

1-3 orang 4-6 orang >6 orang

Mikro a. Pengolahan 20 15 7 42 b. Perdagangan 18 14 4 32 Total 38 29 11 74 (51.35) (39.19) (14.86) (100) Kecil a. Pengolahan 5 3 1 9 b. Perdagangan 10 5 2 17 Total 15 8 3 26 (57.69) (30.77) (11.54) (100)

Keterangan: tanda “( )” mengartikan persen

Jumlah anggota keluarga dalam pengusaha usaha mikro dan kecil sangan mempengaruhi pendapatan yang akan diperoleh pengusaha. Biasanya, pengusaha mikro dan kecil menjadikan sebagian anggota keluarganya sebagai tenaga kerja atau pekerja di usaha tersebut. Pengusaha usaha mikro di Kabupaten Bogor, mayoritas memiliki jumlah keluarga 1-3 orang dengan persentase 51.35 % atau 38 pengusaha. Posisi kedua, diduduki oleh pengusaha yang memiliki jumlah keluarga sebanyak 4-6 orang dengan persentase 39.19 % atau 29 pengusaha. Posisi terakhir, yaitu pengusaha dengan jumlah keluarga >6 orang yang memiliki persentase sebesar 14.86 % atau 11 pengusaha dari total 74 pengusaha usaha mikro yang berada di Kabupaten Bogor (Tabel 14).

Pengusaha usaha kecil di Kabupaten Bogor, mayoritas memiliki jumlah keluarga 1-3 orang dengan persentase 57.69 % atau 15 pengusaha. Posisi kedua, diduduki oleh pengusaha yang memiliki jumlah keluarga sebanyak 4-6 orang dengan persentase 30.77 % atau 8 pengusaha. Posisi terakhir, yaitu pengusaha dengan jumlah keluarga >6 orang yang memiliki persentase sebesar 11.54 % atau

34

8 pengusaha dari total 26 pengusaha usaha mikro yang berada di Kabupaten Bogor (Tabel 14).

Tabel 15 Umur Pengusaha UMK di Kabupaten Bogor

Kategori Umur Pengusaha Total

<26 tahun 26-45 tahun >45 tahun

Mikro a. Pengolahan 10 20 9 39 b. Perdagangan 11 17 7 35 Total 21 37 16 74 (28.38) (50.00) (21.62) (100) Kecil a. Pengolahan 2 9 1 12 b. Perdagangan 3 10 1 14 Total 5 19 2 26 (19.23) (73.08) (7.69) (100)

Keterangan: tanda “( )” mengartikan persen

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa umur produktif seorang pengusaha adalah pada usia 15-50 tahun. Jika pengusaha menjalankan usahanya dalam usia produktif maka akan berdampak pada perkembangan usaha yang lebih pesat dan akan berdampak pula kepada peningkatan kesejahteraan rumah tangga pengusaha usaha mikro dan kecil. Pengusaha mikro di Kabupaten Bogor, rata-rata Berumur 26-45 tahun, yaitu sebanyak 50% atau 37 pengusaha dari total 74 pengusaha mikro. Ini sesuai dengan kriteria dari BPS, bahwa usia tersebut merupakan usia produktif. Posisi kedua, yaitu pengusaha yang memiliki umur >26 tahun dengan jumlah 21 pengusaha atau 28.38%. Persentase yang paling sedikit adalah pengusaha yang memiliki umur >45 tahun dengan jumlah 16 pengusaha atau 21.62% (Tabel 15).

Karakteristik Usaha dan Kesejahteraan Rumah Tangga Pengusaha UMK di Kabupaten Bogor

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Koperasi menggolongkan suatu usaha berdasarkan omset yang diperoleh. Usaha kecil adalah usaha yang memperoleh omset paling besar sebanyak Rp 1 Milyar/tahun, sedangkan yang dikatakan sebagai Usaha mikro dan menengah adalah usaha dengan omset paling kecil Rp 1 Milyar/tahun dan maksimal adalah Rp 50 Milyar/tahun.

Berdasarkan Tabel 16, sebanyak 13 pengusaha kecil bidang pengolahan maupun perdagangan memperoleh omset sebesar kurang dari Rp 1 Milyar/tahun. Rata-rata pengusaha usaha mikro di Kabupaten Bogor memiliki omset sebesar Rp 1 Milyar/tahun- Rp 4.5 Milyar /tahun, sebanyak 47 pengusaha atau 63.51%. Posisi kedua, yaitu pengusaha dengan omset Rp 4.5 Milyar/tahun – Rp 9 Milyar/tahun berjumlah 23 pengusaha atau sebesar 31.08%. Posisi terakhir adalah pengusaha dengan omset sebesar lebih dari Rp 9 Milyar/tahun hanya sebanyak 5.41% atau

35 sebanyak 4 pengusaha dari 74 total pengusaha mikro yang berada di Kabupaten Bogor (Tabel 16).

Tabel 16 Nilai Omset Pengusaha UMK di Kabupaten Bogor Kategori

Omset/Tahun

Total < Rp 1M Rp 1M-Rp 4,5M Rp 4,5M - Rp 9M > Rp 9M

per tahun per tahun per tahun per tahun

Mikro a. Pengolahan 0 22 13 3 38 b. Perdagangan 0 25 10 1 36 Total 47 23 4 74 (63.51) (31.08) (5.41) (100) Kecil a. Pengolahan 13 0 0 0 13 b. Perdagangan 13 0 0 0 13 Total 26 0 0 0 26 (100) (0) (0) (0) (100)

Keterangan: tanda “( )” mengartikan persen

Lama jam kerja sangat menentukan besarnya pendapatan yang dapat dihasilkan oleh pengusaha mikro dan kecil di Kabupaten Bogor. Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa mayoritas pengusaha mikro melakukan usahanya lebih dari 4 380 jam/tahun atau sama dengan lebih dari 12 jam/harinya. Sebanyak 52 pengusaha atau sebesar 70.27% melakukan aktivitas kerja selama lebih dari 12 jam/harinya, dimana 21 pengusaha termasuk pengusaha pengolahan dan 31 pengusaha termasuk dalam pengusaha yang bergerak dalam sektor perdagangan di Kabupaten Bogor. Sementara, pengusaha yang melakukan kerja selama 2 920 jam/tahun – 4 380 jam/tahun adalah sebanyak 17 pengusaha atau 22.97%. Posisi ketiga, yaitu pengusaha yang melakukan kerja selama kurang dari 2 920 jam/tahun atau sama dengan kurang dari 8 jam/hari adalah sebanyak 5 pengusaha mikro di Kabupaten Bogor, dimana 2 pengusaha berasal dari pengusaha yang bergerak dalam sektor pengolahan, sedangkan 3 pengusaha lainnya bergerak dalam bidang perdagangan.

Mayoritas pengusaha kecil melakukan usahanya lebih dari 4 380 jam/tahun atau sama dengan lebih dari 12 jam/harinya. Sebanyak 15 pengusaha atau sebesar 57.69% melakukan aktivitas kerja selama lebih dari 12 jam/harinya, dimana 10 pengusaha termasuk pengusaha pengolahan dan 5 pengusaha termasuk dalam pengusaha yang bergerak dalam sektor perdagangan di Kabupaten Bogor. Sementara, pengusaha yang melakukan kerja selama 2 920 jam/tahun – 4 380 jam/tahun adalah sebanyak 8 pengusaha atau 30.77%. Posisi ketiga, yaitu pengusaha yang melakukan kerja selama kurang dari 2 920 jam/tahun atau sama dengan kurang dari 8 jam/hari adalah sebanyak 3 pengusaha atau 11.54% pengusaha mikro di Kabupaten Bogor, dimana 2 pengusaha berasal dari pengusaha yang bergerak dalam sektor pengolahan, sedangkan 1 pengusaha lainnya bergerak dalam bidang perdagangan di Kabupaten Bogor (Tabel 17).

36

Tabel 17 Lama Jam Kerja/Tahun Pengusaha UMK di Kabupaten Bogor Kategori

Lama Jam Kerja/Tahun

Total < 2 920 jam 2 920 jam - 4 380 jam > 4 380 jam

per tahun per tahun per tahun

Mikro a. Pengolahan 2 11 21 34 b. Perdagangan 3 6 31 40 Total 5 17 52 74 (6.76) (22.97) (70.27) (100) Kecil a. Pengolahan 2 5 10 17 b. Perdagangan 1 3 5 9 Total 3 8 15 26 (11.54) (30.77) (57.69) (100)

Keterangan: tanda “( )” mengartikan persen

Pengusaha usaha mikro dan kecil yang berada di Kabupaten Bogor banyak menggantungkan hidupnya kepada usaha mikro dan kecil yang dimiliki guna memenuhi kebutuhan rumah tangga. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pengusaha yang memperoleh sumber pendapatan utama hanya dari hasil usaha mikro dan kecil. Yang dimaksud dengan pendapatan perkapita adalah besarnya rata-rata penduduk di suatu negara yang didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara tersebut. Bank Dunia mengukur kemiskinan dengan tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan $2 per hari per kapita. Jika besar pendapatan $2 dinyatakan dalam rupiah dianggap sebesar Rp 23 780 per hari, maka dapat disimpulkan bahwa, rumah tangga yang memiliki pendapatan perkapita perhari kurang dari Rp 23 780 maka dikatakan rumah tangga miskin. Sedangkan, rumah tangga yang memiliki pendapatan perkapita perhari lebih dari Rp 23 780 masuk dalam kategori rumah tangga non miskin.

Besar pendapatan yang diperoleh pengusaha rata-rata sebesar Rp 26 515 perkapita perhari, dimana pendapatan terbesar Rp 203 054 per kapita perhari dan terendah sebesar Rp 2 317 perkapita perhari. . Kondisi pendapatan perkapita pengusaha mikro di Kabupaten Bogor rata-rata lebih besar dari Rp 23 780 perhari sebesar 83.78% atau 62 pengusaha, dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa rumah tangga pengusaha mikro tergolong dalam rumah tangga non miskin. Sedangkan pengusaha yang tergolong dalam rumah tangga miskin hanya sebesar 16.22 persen atau 12 pengusaha dari total 74 pengusaha mikro yang berada di Kabupaten Bogor

. Pada pengusaha kecil, yang masuk dalam kategori rumah tangga non miskin adalah sebesar 73.08 persen atau sebanyak 19 pengusaha, artinya sebanyak 73.08 persen pengusaha kecil memiliki pendapatan perkapita perhari lebih dari Rp 23 780 dan yang masuk dalam kategori miskin adalah sebesar 26.92 persen atau 7 pengusaha kecil memiliki pendapatan perkapita perhari kurang dari Rp 23 780. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga yang berada di Kabupaten Bogor rata-rata adalah keluarga non miskin karena persentase antara keluarga miskin dan keluarga non miskin lebih banyak keluarga non miskin.

37 Tabel 18 Penggolongan Kesejahteraan Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan

Perkapita Perhari Kategori

Pendapatan Perkapita/hari

Total < Rp 23 780/hari > Rp 23 780/hari

(miskin) (non miskin)

Mikro a. Pengolahan 7 32 39 b. Perdagangan 5 30 35 Total 12 62 74 (16.22) (83.78) (100) Kecil a. Pengolahan 2 10 12 b. Perdagangan 5 9 14 Total 7 19 26 (26.92) (73.08) (100)

Keterangan: tanda “( )” mengartikan persen

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesejahteraan Rumah Tangga Usaha Mikro dan Kecil di Kabupaten Bogor

Hasil Uji Model

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda yang berbasis

Ordinary Least Square. Kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) agar model termasuk dalam model regresi linier berganda yang baik. Untuk memperoleh kebaikan dari model tersebut, maka dilakukan uji asumsi klasik seperti uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, serta uji multikolinearitas.

1. Uji Normalitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0.063. Nilai probabilitas tersebut lebih besar dibandingkan taraf nyata lima persen. Nilai Jarque-Bera yang lebih besar dari taraf nyata lima persen memiliki arti bahwa tidak cukup bukti untuk menolak H0 atau residual error terdistribusi normal di dalam model.

2. Uji Multikolinearitas

Hasil uji multikoleniaritas dapat dilihat dari nilai masing-masing matrik korelasi antar variabel bebas. Jika nilai R-square masih lebih besar dari nilai korelasi antar variable bebas maka tidak terdapat multikolinearitas. Untuk mendeteksi multikolienaritas, nilai toleransi mendekati angka 1 dan angka VIF berada disekitar angka 1. Selan itu tidak ada nilai VIF > 10 dan hal ini menunjukkan bahwa model tersebut tidak terjadi multikolinearitas dan layak digunakan dalam mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan rumah tangga usaha mikro dan kecil di Kabupaten Bogor.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas salah satunya menggunakan uji White. Berdasarkan hasil uji white didapatkan nilai probabilitas f(stat) sebesar 0.4837 atau lebih besar dibandingkan taraf nyata 5 pesen yang memiliki arti bahwa model tersebut

38

terbebas dari masalah heteroskedastisitas sehingga variasi dari error bersifat konstan.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji LM. Berdasarkan hasil uji LM didapatkan nilai probabilitas f(stat) sebesar 0.5933 atau lebih besar dibandingkan taraf nyata 5 persen yang memiliki arti bahwa model tersebut terbebas dari masalah autokorelasi sehingga errornya tidak memiliki keterkaitan. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kesejahteraan Rumah Tangga Usaha Mikro dan Kecil di Kabupaten Bogor

Berdasarkan hasil pendugaan pada tabel 15, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa persamaan pada model memiliki nilai R-Squared sebesar 0.997. Nilai tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor yang digunakan dalam model yaitu lama pendidikan, jumlah anggota keluarga, omset usaha/tahun, usia, jam kerja/tahun, dan dummy usaha mampu menjelaskan keragaman sebesar 99 persen dan sisanya sebesar satu persen dijelaskan oleh faktor-faktor diluar persamaan. Berdasarkan hasil analisis sesuai analisis uji-t, semua variabel signifikan pada taraf nyata lima persen.

.

Tabel 19 Hasil Regresi Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -,061 ,025 -2,382 ,016 Lama pendidikan ,089 ,043 ,068 3,576 ,001 ,442 1,828 Jumlah anggota keluarga ,456 ,062 ,156 7,248 ,000 ,537 1,971 Omset /tahun ,589 ,097 ,538 6,086 ,000 ,455 2,198 Usia ,072 ,021 ,049 3,421 ,004 ,370 1,298 Jam kerja/Tahun 1,039 ,215 ,387 4,823 ,000 ,553 1,808 Dummy usaha ,438 ,215 -,116 7,458 ,001 ,410 1,735

a. Dependent Variable: Pendapatan/tahun

Sumber : Hasil olahan E-Views 6.0

Pada jumlah anggota keluarga, setiap kenaikan jumlah anggota keluarga 1 orang maka akan meningkatkan pendapatan sebesar 0.456 juta. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh pengusaha usaha mikro dan kecil maka akan menuntut jumlah pendapatn yang semakin besar, karena semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Jika jumlah tanggungan yang semakin banyak tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan maka kebutuhan anggota keluarga tidak dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu, kebanyakan pengusaha menjadikan anggota keluarga sebagai tenaga kerja dalam menjalankan usaha tersebut.

Pada omset usaha, setiap kenaikan 1 juta omset usaha maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga sebesar 0.589 juta. Semakin besar omset usaha yang diperoleh pengusaha maka akan semakin besar pula pendapatan rumah

39 tangga yang diperoleh oleh pengusaha usaha mikro dan kecil yang berada di Kabupaten Bogor.

Pada tingkat usia, setiap kenaikan 1 tahun usia kepala keluarga maka akan meningkatkan pendapatan sebesar 0,072 juta. Semakin tua pengusaha, biasanya akan semakin banyak pula pengalaman yang akan didapat sehingga berpengaruh terhadap pengetahuan dan strategi yang akan dihadapi ketika usaha mengalami kegagalan. Sehingga, ketika usia pengusaha semakin tua maka akan dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga karena telah banyak belajar dari pengalaman dan kesalahan-kesalahan masa lalu.

Pada lama jam kerja/tahun, setiap peningkatan 1 jam kerja maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga sebesar 1.039 juta. Karena, semakin lama pengusaha bekerja maka akan semakin banyak pula pendapatan yang akan pengusaha dapatkan.

Beda pendapatan rumah tangga pengusaha mikro dan pengusaha kecil adalah sebesar 0.438 juta. Ini dikarenakan perputaran usaha mikro lebih cepat daripada usaha kecil. Selain itu, pelaku usaha mikro memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelaku usaha kecil di Kabupaten Bogor.

Dokumen terkait