• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan pada Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan

Perhitungan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga dengan menggunakan formula sebagai berikut:

PF =

Dimana :

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%) PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga (Rp/bulan) TP = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)

Menurut Purwantini, 1999 bahwa apabila menggunakan indikator ekonomi,

dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan

rumah tangga tahan pangan. Sementara itu, apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan tinggi (> 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan.

Untuk lebih jelasnya, mengenai pangsa pengeluaran pangan untuk rumah tangga miskin pada masing- masing kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Kelurahan Baru Ladang Bambu

Tabel 22. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Baru Ladang Bambu

No Pangsa Pengeluaran Pangan Jumlah Rumah Tangga Sampel Persentase Sampel (%) Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan (%) 1 ≤ 60% 2 20 57.82 2 > 60% 8 80 70.79 Rata- Rata 64.31

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14

Apabila dilihat secara keseluruhan, maka rata- rata pangsa pengeluaran pangan untuk rumah tangga miskin di Kelurahan Baru Ladang Bambu yaitu sebesar 64,31 %, hal tersebut berarti secara keseluruhan rumah tangga di Kelurahan Baru Ladang Bambu dapat dikategorikan termasuk rumah tangga rawan pangan. Hal ini dapat dilihat secara jelas dari Tabel 22 bahwa diperoleh sebanyak 8 rumah tangga sampel (80 %) memiliki pangsa pengeluaran pangan tinggi (> 60 %) dengan rata- rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 70,79 %.

2. Kelurahan Sidomulyo

Tabel 23. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Sidomulyo No Pangsa Pengeluaran Pangan Jumlah Rumah Tangga Sampel Persentase Sampel (%) Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan (%) 1 ≤ 60% 2 20 59.90 2 > 60% 8 80 71.30 Rata- Rata 65.60

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14

Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa dari sepuluh rumah tangga sampel yang ada di Kelurahan Sidomulyo, hanya diperoleh sebanyak 2 rumah tangga (20 %) yang dapat dikategorikan termasuk rumah tangga tahan pangan dengan rata- rata

pangsa pengeluaran pangan sebesar 59,90 %, sementara itu sebanyak 8 rumah tangga (80 %) dapat dikategorikan termasuk rumah tangga rawan pangan karena memiliki pangsa pengeluaran pangan tinggi (> 60 %) dengan rata- rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 71,30 %. Maka dapat disimpulkan bahwa rumah tangga miskin di Kelurahan Sidomulyo termasuk rumah tangga rawan pangan.

3. Kelurahan Lau Cih

Tabel 24. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Lau Cih

No Pangsa Pengeluaran Pangan Jumlah Rumah Tangga Sampel Persentase Sampel (%) Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan (%) 1 ≤ 60% 3 30 58.63 2 > 60% 7 70 69.24 Rata- Rata 63.94

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14

Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Lau Cih termasuk rumah tangga rawan pangan. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 24 bahwa dari sepuluh sampel rumah tangga, hanya diperoleh sebanyak 3 rumah tangga (30 %) yang dikategorikan termasuk rumah tangga tahan pangan karena memiliki pangsa pengeluaran pangan rendah (≤ 60 %) dengan rata - rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 58,63 %, sedangkan 7 rumah tangga lainnya (70 %) dikategorikan termasuk rumah tangga rawan pangan karena memiliki pangsa pengeluaran pangan tinggi (> 60 %) dengan rata- rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 69,24 %.

4. Kelurahan Namo Gajah

Tabel 25. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Namo Gajah

No Pangsa Pengeluaran Pangan Jumlah Rumah Tangga Sampel Persentase Sampel (%) Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan (%) 1 ≤ 60% 2 20 59.86 2 > 60% 8 80 68.99 Rata- Rata 64.43

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14

Melihat nilai rata- rata pangsa pengeluaran pangan seperti di Tabel 25 di atas, diperoleh bahwa dari sepuluh rumah tangga sampel di Kelurahan Namo Gajah, diperoleh hanya sebanyak 2 rumah tangga (20 %) yang dapat dikategorikan termasuk rumah tangga tahan pangan karena memiliki pangsa pengeluaran pangan rendah (≤ 60 %) dengan rata- rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 59,86 %, sedangkan 8 rumah tangga lainnya (80 %) termasuk rumah tangga rawan pangan karena memiliki pangsa pengeluaran pangan tinggi (> 60 %) dengan rata – rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 68,99 %. Maka dapat disimpulkan bahwa secara rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan Namo Gajah dapat dikategorikan termasuk rumah tangga rawan pangan.

Jika dilihat dari secara keseluruhan, maka Kelurahan Sidomulyo memiliki rata- rata pangsa pengeluaran pangan terbesar jika dibandingkan dengan 3 kelurahan yang lainnya yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan, yakni memiliki rata- rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 65,60 %, sedangkan yang memiliki rata- rata pangsa pengeluaran pangan terkecil adalah Kelurahan Lau Cih yani sebesar 63,94 %. Akan tetapi, keempat kelurahan tersebut dapat dikategorikan termasuk

daerah rawan pangan, karena keempat kelurahan tersebut memiliki pangsa pengeluaran pangan tinggi (> 60 %).

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan

Faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan diuji dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda, yaitu regresi linier dimana sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X).

Di dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel terikat (variabel Y) adalah pengeluaran pangan rumah tangga miskin (Rp/ Bulan) dan sebagai

variabel bebas (variabel X) adalah: pendapatan rumah tangga (X1), tingkat pendidikan ibu rumah tangga (X2), jumlah anggota rumah tangga (X3),

lamanya berumah tangga/ umur perkawinan (X4) dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima (X5).

Maka setelah dilakukan pengujian asumsi regresi linier berganda didapat hasil akhir dari estimasi faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebagai berikut :

Y = 280676.592 + 0.573 X1 – 2488.604 X2 + 17164.789 X3 + 36.145 X4

– 15497.678 X5 + µ

Dimana:

Y = Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp/ Bulan) X1 = Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan)

X3 = Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa)

X4 = Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun) X5 = Jumlah Subsidi Beras Raskin yang Diterima

µ = Koefisien Error

Nilai koefisien determinasi yang diperoleh (R- Square) adalah sebesar 0,845. Artinya, sebesar 84,5 % variasi variabel terikat (pengeluaran pangan rumah tangga) dapat dijelaskan oleh variabel- variabel bebas (pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah beras raskin yang diterima), sedangkan sisanya sebesar 15,5 % dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Berdasarkan uji F yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi Fhitung adalah sebesar (0,000) ≤ α = 0,05. Hal ini berarti bahwa semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model yakni pendapatan rumah tangga (X1), tingkat pendidikan ibu rumah tangga (X2), jumlah anggota rumah tangga (X3), lamanya berumah tangga/ umur perkawinan (X4) dan jumlah subsidi beras raskin yang diterima (X5) secara serempak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap variabel terikat yakni pengeluaran pangan rumah tangga (Y).

Uji asumsi klasik dari faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan dapat dijelaskan sebagai berikut.

Uji Asumsi Klasik

1. Uji asumsi multikolinieritas

Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana variabel- variabel bebas saling berkorelasi. Persamaan regresi linier berganda yang baik adalah persamaan yang bebas dari adanya multikolinieritas antara variabel- variabel bebasnya. Hasil uji asumsi multikolinieritas untuk model faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 26 di bawah ini :

Tabel 26. Hasil Uji Multikolineritas Menggunakan Statistik Kolinieritas

No Variabel Bebas Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 2 3 4 5

Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan) Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)

Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa) Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun)

Jumlah Beras Raskin yang Diterima (Kg) 0.598 0.591 0.813 0.597 0.639 1.674 1.692 1.229 1.675 1.565

Sumber : Analisis Lampiran 15.

Hasil uji asumsi multikolinieritas untuk model pengeluaran pangan rumah tangga

miskin menunjukkan bahwa masing- masing variabel bebas memiliki nilai VIF < 10 dan nilai toleransi (tolerance) > 0,1. Maka dapat dikatakan bahwa

regresi linier untuk faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin terbebas dari masalah multikolinieritas.

2. Uji asumsi heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi karena perbedaan varian residual dari suatu periode pengamatan ke pengamatan lain. Metode grafik menunjukkan penyebaran titik- titik residual sebagai berikut:

a. Titik- titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka nol (0) b. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

c. Penyebaran titik- titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali

d. Penyebaran titik- titik tidak berpola.

Sumber : Analisis Lampiran 15

Gambar 2. Grafik Uji Heterokedastisitas

Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi pengeluaran pangan rumah tangga miskin terbebas dari asumsi heterokedastisitas.

3. Uji asumsi normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah residual dalam model regresi memiliki distribusi normal. Setelah diuji dengan normal probability plot dan diagram histogram, terlihat data menyebar mengikuti pola garis diagonal dan diagram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan.

Sumber : Analisis Lampiran 15

Gambar 3. Grafik Uji Normalitas dan Histogram Normalitas

Apabila dilihat dari Gambar 3 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa residual dalam model pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan memiliki distribusi yang normal.

Secara lengkapnya, faktor- fakror yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan adalah:

1) Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan)

Keluarga atau masyarakat yang berpenghasilan rendah, sebagian besar pendapatannya digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan. Akan tetapi, karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka mulai pada tingkat pendapatan tertentu pertambahan pendapatan akan dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nonpangan.

Secara parsial, terdapat pengaruh yang nyata antara variabel pendapatan rumah tangga (X1) terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin dengan tingkat signifikansi 0,000 ≤ α = 0,05. Pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap pengeluaran pangan rumah tangga dapat ditunjukkan dari nilai koefisien regresi sebesar 0,573. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 100.000,- per bulan maka akan mengakibatkan peningkatan pengeluaran pangan rumah tangga sebesar Rp 57,300,- per bulannya dan sebaliknya.

Hal tersebut dapat dilihat pada rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan, dimana dengan bertambahnya pendapatan rumah tangga maka rata- rata pengeluaran pangan juga ikut meningkat. Untuk lebih jelasnya, tingkat pendapatan rumah tangga sampel dan pengaruhnya dengan pengeluaran pangan dapat dilihat pada Tabel 27 di bawah ini :

Tabel 27. Rata – Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga

No Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan) Rata- Rata Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan) Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp/ Bulan) 1 800,000 - 900,000 850,000 629,857 2 1,000,000 - 1,500,000 1,221,429 763,587 3 1,600,000 - 1,800,000 1,700,000 1,248,000 Jumlah 3,771,429 2,641,444

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 13

Dari Tabel 27 di atas, terlihat jelas adanya perbedaan rata – rata pengeluaran untuk pangan rumah tangga dengan berbagai tingkatan pendapatan, dimana semakin tinggi pendapatan rumah tangga tersebut, maka semakin tinggi pula

alokasi pengeluaran mereka untuk mencukupi kebutuhan pangan. Artinya, pertambahan pendapatan rumah tangga miskin tersebut hanya dapat

digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan sehari- hari.

2) Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun)

Seorang ibu memiliki peranan besar dalam keluarga, dialah yang berbelanja pangan, mengatur menu keluarga, mendistribusikan makanan, dan lain- lain. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga, disamping merupakan modal utama dalam menunjang perekonomian keluarga juga berperan dalam penyusunan pola makan keluarga.

Dimana secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata/ siginifikan antara variabel tingkat pendidikan ibu rumah tangga (X2) terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin. Hal ini dapat dilihat dari diperolehnya tingkat signifikansi 0,742 > α = 0,05, sehingga kenaikan tingkat pendidikan ibu rumah tangga tidak

akan berpengaruh terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin. Adapun rata- rata pengeluaran pangan rumah tangga berdasarkan tingkat pendidikan ibu rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 28 di bawah ini.

Tabel 28. Rata – Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga

No Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun) Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp/ Bulan) Jumlah Rumah Tangga Persentase (%) 1 1 - 6 784,089 18 45.0 2 7 - 9 746,500 18 45.0 3 10 - 12 872,750 4 10.0 Jumlah 2,403,339 40 100.0

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 13

Dari Tabel 28 di atas, diperoleh bahwa ternyata kenaikan tingkat pendidikan ibu rumah tangga tidak sepenuhnya memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan. Menurut penulis, hal ini dapat disebabkan karena pengaruh faktor pengalaman dan kebiasaan seorang ibu rumah tangga dalam memasak. Faktor pengalaman dan kebiasaan seorang ibu dalam memasak makanan untuk dikonsumsi sehari- hari lebih mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga tersebut.

3) Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa)

Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi alokasi pengeluaran di rumah tangga tersebut. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka kebutuhan yang akan dikonsumsi akan semakin bervariasi karena masing- masing anggota rumah tangga memiliki selera yang berbeda- beda. Rumah tangga miskin akan

lebih mudah mencukupi kebutuhan pangannya apabila jumlah anggota di rumah tangga tersebut kecil.

Secara parsial, variabel jumlah anggota rumah tangga (X3) berpengaruh nyata

terhadap pengeluaran pangan rumah tangga, dengan tingkat signifikansi 0,032 ≤ α = 0,05. Pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap pengeluaran

pangan rumah tangga relatif cukup besar, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 17164,789. Koefisien antara anggota rumah tangga terhadap pengeluaran pangan rumah tangga menunjukkan hubungan yang positif. Artinya, setiap penambahan 1 jiwa anggota rumah tangga maka pengeluaran pangan rumah tangga akan bertambah sebesar Rp 17.165,- per bulannya dan sebaliknya.

Di Kecamatan Medan Tuntungan, rata- rata rumah tangga miskin sampel memiliki 4 jiwa anggota rumah tangga. Untuk lebih jelasnya, jumlah anggota rumah tangga sampel dan hubungannya dengan pengeluaran untuk pangan dapat dilihat pada Tabel 29 di bawah ini :

Tabel 29. Rata – Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga

No Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa) Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp/ Bulan) Jumlah Rumah Tangga Persentase (%) 1 1 706,867 3 7.5 2 2 715,083 6 15.0 3 3 719,500 7 17.5 4 4 800,750 6 15.0 5 5 802,563 8 20.0 6 6 838,800 10 25.0 Jumlah 4,583,563 40 100.0

Dari Tabel 29 di atas, jelas terlihat bahwa dengan bertambahnya jumlah anggota rumah tangga, maka akan diikuti juga dengan penambahan pengeluaran untuk pangan rumah tangga.

Hal ini terjadi karena dengan bertambahnya jumlah anggota rumah tangga, maka rumah tangga tersebut juga memerlukan penambahan asupan makanan terutama dalam hal kuantitas dan biaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjur, 1982 yang menyatakan bahwa nilai absolut belanja pangan akan meningkat pada jumlah anggota rumah tangga yang lebih besar. Melihat kondisi tersebut, penulis beranggapan bahwa perlunya kesadaran penduduk setempat akan arti pentingnya keluarga berencana untuk dapat mengendalikan jumlah anggota rumah tangga secara khusus bagi rumah tangga miskin itu sendiri.

4) Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun)

Alokasi pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh lamanya berumah tangga/ umur perkawinan. Setiap tingkatan keluarga baik keluarga yang muda ataupun keluarga tua memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda- beda, baik pangan dan nonpangan. Suatu rumah tangga yang masih memiliki anak pada umur sekolah akan memiliki kebutuhan berupa perlengkapan sekolah, biaya uang sekolah dan lain- lain yang tidak dimiliki oleh rumah tangga lain yang tidak memiliki anak pada umur sekolah.

Secara parsial, variabel lamanya berumah tangga/ umur perkawinan (X4) tidak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap pengeluaran pangan rumah tangga, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,983 > α = 0,05. Sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H0 dan terima H1, yang menyatakan bahwa

variabel lamanya berumah tangga/ umur perkawinan tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran pangan rumah tangga.

Untuk lebih jelasnya, rata- rata pengeluaran pangan rumah tangga miskin

berdasarkan lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dapat dilihat pada Tabel 30 di bawah ini :

Tabel 30. Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan

No Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun) Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp/ Bulan) Jumlah Rumah Tangga Persentase (%) 1 1 - 5 734,400 5 12.5 2 6 - 10 664,417 6 15.0 3 11 - 15 788,813 8 20.0 4 16 - 20 691,900 5 12.5 5 21 - 25 828,222 9 22.5 6 26 - 35 882,586 7 17.5 Jumlah 4,590,338 40 100.0

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 13

Dari Tabel 30 di atas, diperoleh bahwa ternyata lamanya berumah tangga/ umur perkawinan tidak sepenuhnya memiliki pengaruh yang positif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga. Menurut penulis, hal ini disebabkan karena meskipun rumah tangga tersebut umurnya sudah cukup lama (bertahun- tahun), akan tetapi pendapatan rumah tangga tersebut masih tetap terbatas, sehingga rumah tangga miskin tersebut hanya dapat mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan pangan yang terbatas pula, baik keterbatasan dalam hal kuantitas, kualitas dan biaya.

5) Jumlah Subsidi Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang Diterima

Raskin merupakan program pemerintah dalam penyaluran beras bersubsidi kepada rumah tangga miskin. Dalam hal ini, Badan Pusat Statistik (BPS) yang merupakan data sasaran rumah tangga penerima program, digunakan sebagai dasar penetapan pagu alokasi hingga tingkat desa/ kelurahan. Besarnya jumlah beras raskin yang diberikan kepada suatu rumah tangga miskin akan sangat mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga tersebut.

Secara parsial, variabel jumlah beras raskin yang diterima (X5) memiliki pengaruh yang nyata/ siginifikan terhadap pengeluaran pangan rumah tangga, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022 ≤ α = 0,05. Pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap pengeluaran pangan rumah tangga relatif cukup besar, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar -15497,678. Koefisien antara anggota rumah tangga terhadap pengeluaran pangan rumah tangga menunjukkan hubungan yang negatif. Hal ini berarti bahwa dengan bertambahnya jumlah beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima suatu rumah tangga sebanyak 5 Kg, maka pengeluaran pangan rumah tangga akan berkurang sebesar Rp 15.498,- per bulannnya dan sebaliknya.

Dan untuk lebih jelasnya, rata- rata pengeluaran pangan rumah tangga miskin berdasarkan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima dapat dilihat pada Tabel 31 di bawah ini.

Tabel 31. Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Jumlah Beras Raskin yang Diterima

No Jumlah Beras Raskin yang Diterima (Kg) Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp/ Bulan) Jumlah Rumah Tangga Persentase (%) 1 6 1,036,000 2 5.0 2 10 957,250 2 5.0 3 15 752,058 36 90.0 Jumlah 2,745,308 40 100.0

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 13

Dari Tabel 31 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang negatif antara jumlah beras raskin yang diterima dengan pengeluaran pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian. Dimana dengan bertambahnya jumlah beras raskin yang diterima maka pengeluaran untuk pangan berkurang.

Hal tersebut jelas dapat terjadi karena pada kenyatannya di daerah penelitian, para kepala keluarga di dalam suatu rumah tangga miskin dapat membeli beras raskin dengan harga Rp 24.000,- atau Rp 25.000,- untuk setiap 15 Kg. Sementara itu, apabila mereka beras di warung, mereka harus membeli dengan harga yang cukup mahal yakni antara berkisar antara harga Rp 7.000,- s/d Rp 9.000,- untuk per Kg- nya. Oleh sebab itu, bantuan subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pengeluaran pangan rumah tangga karena dengan adanya bantuan beras raskin, maka rumah tangga miskin tersebut dapat mengurangi pengeluaran untuk pangan khususnya mengurangi pengeluaran untuk membeli beras, dimana beras merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi setiap saat.

BAB VI

Dokumen terkait