ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN
DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
SKRIPSI
OLEH :
FRISKA JULIANA SIMBOLON 070304047
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN
DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
SKRIPSI
Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar
Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
OLEH :
FRISKA JULIANA SIMBOLON 070304047
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
FRISKA JULIANA SIMBOLON (070304047) dengan judul penelitian
“Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS. dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pembangunan, karena pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi masyarakat untuk dapat melakukan aktivitas sehari- hari sepanjang waktu. Penelitian ini ditetapkan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang memiliki rumah tangga miskin. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling dan metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan melihat besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan dan menggunakan analisis regresi linier berganda.
Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa rumah tangga miskin yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan termasuk rumah tangga rawan pangan karena sebanyak 77,5 % sampel rumah tangga miskin memiliki besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan yang tinggi. Secara parsial faktor- faktor yang memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga adalah : pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga, sedangkan yang memiliki pengaruh yang nyata dan negatif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga adalah : jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima. Dan faktor- faktor yang secara parsial tidak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin adalah : tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan lamanya berumah tangga/ umur perkawinan.
RIWAYAT HIDUP
FRISKA JULIANA SIMBOLON, lahir di Sidikalang pada 29 Juli 1989, anak pertama dari tiga bersaudara, putri dari Bapak Ir. Martua Simbolon dan Ibu Laura H. Malau.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh Penulis hingga saat ini adalah:
1. Tahun 1995, masuk Sekolah Dasar dan lulus pada tahun 2001 dari SD. ST. Thomas VI Medan.
2. Tahun 2001, masuk Sekolah Menengah Pertama dan lulus pada tahun 2004 dari SLTP Putri Cahaya Medan.
3. Tahun 2004, masuk Sekolah Menengah Atas dan lulus pada tahun 2007 dari SMA ST. Thomas I Medan.
4. Tahun 2007, diterima di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis melalui jalur SPMB.
Kegiatan yang pernah diikuti Penulis selama kuliah adalah:
1. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara dari Tanggal 27 Juni sampai 26 Juli 2011. 2. Melaksanakan penelitian Skripsi di Kelurahan Baru Ladang Bambu,
Kelurahan Sidomulyo, Kelurahan Lau Cih dan Kelurahan Namo Gajah, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia- Nya, yang senantiasa melindungi, menyertai, memimpin, dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini.
Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan
Tuntungan”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis dengan segala ketulusan dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membantu, mengarahkan dan membimbing penulis selama dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu, mengarahkan dan membimbing penulis selama dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS., selaku Ketua Program Studi Agribisnis atas bimbingan dan bantuannya selama penulis mengenyam pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 4. Seluruh Staf Pengajar dan pegawai Tata Usaha di Program Studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara atas bimbingan, arahan, serta ilmu- ilmu yang telah diajarkan selama penulis mengenyam pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 5. Teristimewa Ayahanda Ir. Martua Simbolon dan Ibunda Laura H. Malau
materiil serta doa kepada penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
6. Kedua Adinda terkasih (Immanuel Viktor Liberty Simbolon dan Frans Edward Jonathan Simbolon) yang telah banyak memberikan motivasi
dan doa kepada penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini. 7. Rekan - rekan mahasiswa Program Studi Agribisnis USU khususnya
Stambuk 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan motivasi dan semangat serta bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
8. Para responden dan instansi – instansi yang berkaitan dengan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, baik dari isi maupun tutur bahasanya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Medan, Desember 2011
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang... 1
Identifikasi Masalah ... 4
Tujuan Penelitian ... 5
Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka... 6
Kemiskinan ... 7
Pengeluaran Rumah Tangga... 8
Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan ... 9
Landasan Teori ... 15
Kerangka Pemikiran ... 17
Hipotesis Penelitian ... 19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20
Metode Penentuan Sampel ... 21
Metode Pengumpulan Data ... 21
Metode Analisis Data ... 22
Defenisi dan Batasan Operasional ... 24
Defenisi ... 24
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian ... 26
Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 26
Keadaan Penduduk ... 27
Sarana dan Prasarana ... 39
Karakteristik Sampel Penelitian ... 40
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan pada Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan ... 45
Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan ... 49
Uji Asumsi Klasik... 51
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 62
Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No Judul Hal.
1. Kelurahan di Kecamatan Medan Tuntungan yang Memiliki Rumah Tangga Miskin Tahun 2010 ... 20 2. Jumlah Sampel Rumah Tangga Miskin Penerima Subsidi Beras
Miskin (Raskin) di Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010 ... 21 3. Kelurahan yang Terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan ... 26 4. Komposisi Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu
Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ... 27 5. Komposisi Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu
Menurut Tingkatan Pendidikan Tahun 2010 ... 28 6. Komposisi Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu
Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010 ... 29 7. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sidomulyo Menurut
Kelompok Umur Tahun 2010... 30 8. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sidomulyo Menurut
Tingkatan Pendidikan Tahun 2010 ... 31 9. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sidomulyo Menurut Jenis
Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010 ... 32 10. Komposisi Penduduk di Kelurahan Lau Cih Menurut Kelompok
Umur Tahun 2010 ... 33 11. Komposisi Penduduk di Kelurahan Lau Cih Menurut Tingkatan
Pendidikan Tahun 2010 ... 34 12. Komposisi Penduduk di Kelurahan Lau Cih Menurut Jenis Mata
Pencaharian Pokok Tahun 2010 ... 35 13. Komposisi Penduduk di Kelurahan Namo Gajah Menurut
Kelompok Umur Tahun 2010... 36 14. Komposisi Penduduk di Kelurahan Namo Gajah Menurut
Tingkatan Pendidikan Tahun 2010 ... 37 15. Komposisi Penduduk di Kelurahan Namo Gajah Menurut Jenis
17. Pendapatan Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan
Tuntungan ... 40 18. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Sampel di Kecamatan
Medan Tuntungan ... 41 19. Jumlah Anggota Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan
Tuntungan ... 42 20. Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan Sampel di
Kecamatan Medan Tuntungan ... 43 21. Jumlah Subsidi Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang
Diterima Oleh Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan
Tuntungan ... 44 22. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin
di Kelurahan Baru Ladang Bambu ... 46 23. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin
di Kelurahan Sidomulyo ... 46 24. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin
di Kelurahan Lau Cih ... 47 25. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin
di Kelurahan Namo Gajah ... 48 26. Hasil Uji Multikolinieritas Menggunakan Statistik Kolinieritas ... 51 27. Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin
Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga ... 55 28. Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga ... 56 29. Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin
Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga ... 57 30. Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin
Berdasarkan Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan ... 59 31. Rata- Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal.
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal.
1. Data Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Baru Ladang Bambu... 66 2. Rincian Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di
Kelurahan Baru Ladang Bambu ... 67 3. Rincian Pengeluaran Nonpangan Rumah Tangga Miskin di
Kelurahan Baru Ladang Bambu ... 70 4. Data Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Sidomulyo ... 72 5. Rincian Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di
Kelurahan Sidomulyo ... 73 6. Rincian Pengeluaran Nonpangan Rumah Tangga Miskin di
Kelurahan Sidomulyo ... 76 7. Data Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Lau Cih ... 78 8. Rincian Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di
Kelurahan Lau Cih ... 79 9. Rincian Pengelaran Nonpangan Rumah Tangga Miskin di
Kelurahan Lau Cih ... 82 10. Data Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Namo Gajah ... 84 11. Rincian Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di
Kelurahan Namo Gajah ... 85 12. Rincian Pengeluaran Nonpangan Rumah Tangga Miskin di
Kelurahan Namo Gajah ... 88 13. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah
Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan ... 90 14. Besar Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan dan
Nonpangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan
ABSTRAK
FRISKA JULIANA SIMBOLON (070304047) dengan judul penelitian
“Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS. dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pembangunan, karena pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi masyarakat untuk dapat melakukan aktivitas sehari- hari sepanjang waktu. Penelitian ini ditetapkan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang memiliki rumah tangga miskin. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling dan metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan melihat besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan dan menggunakan analisis regresi linier berganda.
Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa rumah tangga miskin yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan termasuk rumah tangga rawan pangan karena sebanyak 77,5 % sampel rumah tangga miskin memiliki besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan yang tinggi. Secara parsial faktor- faktor yang memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga adalah : pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga, sedangkan yang memiliki pengaruh yang nyata dan negatif terhadap pengeluaran pangan rumah tangga adalah : jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima. Dan faktor- faktor yang secara parsial tidak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin adalah : tingkat pendidikan ibu rumah tangga dan lamanya berumah tangga/ umur perkawinan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap individu atau keluarga berusaha memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia. Kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan sebagai kebutuhan pangan dan kebutuhan nonpangan, sedangkan salah satu sumberdaya adalah uang. Pemilikan sumberdaya uang ini salah satunya berasal dari pendapatan. Upaya pemenuhan kebutuhan merupakan upaya pengalokasian pendapatan untuk kebutuhan pangan dan nonpangan. Hal ini dikarenakan pendapatan bersifat terbatas, sementara kebutuhan terutama nonpangan bersifat tidak terbatas (Fatimah, 1995).
Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama pembangunan, karena
pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah dan
kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi masyarakat untuk dapat melakukan aktivitas sehari- hari sepanjang waktu. Dengan definisi deperti itu, ketahanan pangan tidak hanya cukup sampai tingkat global, nasional, maupun regional tetapi harus sampai pada tingkat rumah tangga dan individu (Rachman, 2005).
Secara nasional, kewajiban mewujudkan ketahanan pangan tertuang secara eksplisit dalam UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, dimana dalam konsep ketahanan pangan telah termuat aspek keamanan, mutu dan keragaman sebagai kondisi yang harus dipenuhi dalam kebutuhan pangan penduduk secara cukup dan merata serta terjangkau. Kondisi ketahanan pangan yang diperlukan juga mencakup persyaratan bagi kehidupan sehat. Definisi ketahanan pangan sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan adalah sebagai berikut : “ Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata terjangkau” (Sumarmi, 2010).
dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nonpangan, sehingga pada kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan pendapatan menyebabkan timbulnya kebutuhan- kebutuhan lain selain pangan, sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatannya tidak sebesar pengeluaran nonpangan (Fatimah, 1995).
Peningkatan total pengeluaran untuk nonpangan mulai pada pendapatan tertentu jauh lebih besar dari peningkatan pengeluaran untuk pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk nonpangan meningkat dengan meningkatnya pendapatan, sedangkan persentase pengeluaran untuk pangan justru menurun. Persentase pengeluaran untuk pangan pada keluarga berpendapatan rendah akan lebih besar dari keluarga berpendapatan lebih tinggi (Fatimah, 1995).
termasuk alas kaki, pendidikan, kesehatan, dan transportasi (BPS, 2009).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin antara lain: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (Raskin) yang diterima.
Dilakukannya penelitian ilmiah ini, karena penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan. Dengan pertimbangan bahwa daerah Kecamatan Medan Tuntungan merupakan salah satu daerah miskin yang terdapat di Kota Medan, sehingga perlu dibina ketahanan pangannya.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimana tingkat ketahanan pangan rumah tangga dilihat dari besar pangsa atau persentase pengeluaran untuk pangan pada rumah tangga miskin di daerah penelitian ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain :
1) Untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan rumah tangga dilihat dari besar pangsa atau persentase pengeluaran untuk pangan pada rumah tangga miskin di daerah penelitian.
2) Untuk mengetahui pengaruh faktor pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima terhadap pengeluaran pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini antara lain :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman (BKP, 2010).
Pangan dikelompokkan menjadi sembilan kelompok yakni : 1) Padi- padian
Terdiri dari beras, jagung, terigu 2) Makanan berpati atau umbi- umbian
Terdiri dari kentang, wortel, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan umbi- umbian lain 3) Pangan hewani dan tumbuhan
Terdiri dari ikan, daging, susu, telur 4) Minyak dan lemak
Terdiri dari minyak kelapa, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan margarine
5) Buah dan biji berminyak
Terdiri dari kacang tanah, kacang hijau, tahu dan tempe 7) Gula
Terdiri dari gula pasir, gula merah dan gula lainnya 8) Sayur dan buah
Adalah seluruh jenis sayur dan buah yang biasa dikonsumsi 9) Lain- lain
Terdiri dari teh, kopi, bumbu makanan dan minuman beralkohol. (BKP, 2010).
Kemiskinan
Penentuan batas kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengacu pada kebutuhan minimal yang setara dengan kebutuhan energi sebesar 2.100 kalori per kapita per hari ditambah dengan pemenuhan kebutuhan minimum non-makanan. Patokan 2.100 kalori ditentukan berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi yang menyatakan bahwa hidup sehat rata- rata setiap
orang harus mengkonsumsi makanan setara 2.100 kalori per kapita per hari (BPS, 2009).
Konsep kemiskinan menurut Inpres nomor 12 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Program Raskin, dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pengeluaran keluarga yang terdiri atas 4 anggota keluarga.
minggu atau bila disetarakan dengan pengeluaran per bulannya adalah Rp.480.000,- per rumah tangga per bulan.
2) Golongan miskin adalah mereka yang mengkonsumsi makanan senilai sampai 2.100 kalori per hari, yang senilai dengan Rp.150.000,- per minggu atau bila disetarakan dengan pengeluaran per bulannya adalah Rp.600.000,- per rumah tangga per bulan.
3) Golongan hampir miskin yaitu mereka yang mengkonsumsi makanan senilai sampai dengan 2.300 kalori per hari, yang senilai sampai dengan Rp.175.000,- per minggu atau bila disetarakan dengan pengeluaran per bulannya adalah Rp.700.000,- per rumah tangga per bulan (Asa’ad, 2007).
Pengeluaran Rumah Tangga
Pergeseran komposisi dan pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan secara umum rendah, sedangkan elastisitas terhadap kebutuhan bukan makanan relatif tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang bukan makanan, sedangkan sisa pendapatan dapat disimpan sebagai tabungan (saving) atau diinvestasikan (BKP, 2010).
Uraian di atas dapat menjelaskan bahwa pola pengeluaran merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan (ekonomi penduduk), sedangkan pergeseran komposisi pengeluaran dapat mengindikasikan perubahan tingkat kesejahteraan penduduk (BKP, 2010).
Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan
Yang dimaksud dengan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga adalah rasio pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga. Perhitungan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga menggunakan formula sebagai berikut :
PF =
Dimana :
PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%) PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga (Rp/bulan) TP = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)
Dalam konteks analisis ketahanan pangan, pengetahuan tentang proporsi atau pangsa pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran pangan rumah tangga merupakan indikator ketahanan pangan rumah tangga yang sangat penting. Hubungan antara pangsa pengeluaran pangan dengan total pengeluaran dikenal sebagai Hukum Working. Dalam hukum working menyatakan bahwa ketahanan pangan mempunyai hubungan yang negatif dengan pangsa pengeluaran pangan. Hal ini berarti semakin besar pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tangga, maka semakin rendah tingkat ketahanan pangan rumah tangga tersebut (Pakpahan, 1993).
Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau pengeluaran pangan tinggi (> 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan (Purwantini, 1999).
Rumah tangga tahan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa pengeluaran rendah dan cukup mengkonsumsi energi. Pangsa pengeluaran pangan rendah berarti kurang dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Dan ini mengindikasikan bahwa rumah tangga tahan pangan memiliki kemampuan untuk mencukupi konsumsi energi karena mempunyai akses yang
tinggi secara ekonomi juga memiliki akses yang tinggi secara fisik. Rumah tangga rawan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa
tinggi berarti lebih dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Ini mengindikasikan rendahnya pendapatan yang diterima oleh kelompok rumah tangga tersebut. Dengan rendahnya pendapatan yang dimiliki, rumah tangga rawan pangan dalam mengalokasikan pengeluaran pangannya tidak dapat memenuhi kecukupan energi (Purwaningsih, 2010).
Yang dimaksud dengan akses secara fisik adalah: akses pangan yang dipengaruhi oleh kondisi ketersediaan/ produksi pangan dan sarana infrastruktur seperti akses jalan, transportasi yang mendukung lancarnya distibusi pangan untuk menjamin pasokan pangan tersedia dengan cukup di mana saja dan di setiap waktu. Sedangkan yang dimaksud dengan akses secara ekonomi adalah akses pangan yang dipengaruhi oleh daya beli masyarakat terhadap pangan. Daya beli antara lain dipengaruhi oleh sumber mata pencaharian dan pendapatan (BKP, 2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga miskin antara lain: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima.
1) Pendapatan Rumah Tangga
dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nonpangan, sehingga pada kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan pendapatan menyebabkan timbulnya kebutuhan- kebutuhan lain selain pangan, sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatannya tidak sebesar pengeluaran nonpangan (Fatimah,1995).
Hasil penelitian Oktavionita, 1989 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan yang berbeda akan menyebabkan alokasi pengeluaran yang berbeda, karena tingkat pengeluaran merupakan fungsi dari total pendapatan. Pada golongan berpendapatan rendah, persentase pengeluaran untuk pangan lebih besar dibandingkan pengeluaran lainnya, sedangkan pada golongan berpendapatan tinggi, persentase pengeluaran pangan lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran lainnya.
Pada rumah tangga dengan pendapatan rendah, 60 - 80 % dari pendapatannya dibelanjakan untuk makanan. Elastisitas pendapatan untuk makanan yang digambarkan dari persentase perubahan kebutuhan akan makanan untuk tiap 1 % perubahan pendapatan, lebih besar pada rumah tangga yang miskin dibandingkan pada rumah tangga kaya (Soekirman, 2000).
Untuk komoditas pangan, peningkatan pendapatan tidak diikuti dengan peningkatan permintaan yang progresif. Hal ini sesuai dengan Hukum Engel, yang menyatakan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga, maka semakin
2) Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga
Tingkat pendidikan juga berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang akan memberikan pendapatan relatif lebih tinggi pula. Oleh karenanya, orang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai kemampuan untuk memiliki pangan lebih banyak dan lebih bermutu (Roedjito, dkk, 1988).
Seorang ibu memiliki peranan besar dalam keluarga, dialah yang berbelanja pangan, mengatur menu keluarga, mendistribusikan makanan, dan lain- lain. Pendidikan ibu rumah tangga berkaitan dengan pengasuhan dan kesadaran dalam pemberian pangan kepada anak. Pendidikan yang tinggi akan meningkatkan kesadaran seorang ibu rumah tangga untuk mencari informasi sebanyak- banyaknya dalam usaha mensejahterakan keluarganya, termasuk informasi tentang pangan dan pengetahuan gizi. Sebaliknya, ibu rumah tangga dengan pendidikan rendah, maka rata- rata pengetahuan gizi ibu rumah tangga ini pun rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu rumah tangga, maka semakin kecil persentase pengeluaran untuk pangan (Fatimah, 1995).
3) Jumlah Anggota Rumah Tangga
ukuran ruang rumah tempat tinggal, pengeluaran untuk pakaian, pendidikan, kesehatan dan rekreasi (Sicat dan Arndt, H., 1991).
4) Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan
Alokasi pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh lamanya berumah tangga/ umur perkawinan. Setiap tingkatan keluarga baik keluarga yang muda ataupun keluarga tua memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda- beda, baik pangan dan nonpangan. . Karena kebutuhan berbeda pada setiap tahapan rumah tangga, maka penggunaan/ alokasi pendapatan akan berbeda pula (Fatimah, 1995).
5) Jumlah Subsidi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang Diterima
Mengingat pentingnya pemenuhan kebutuhan minimum bagi rakyat miskin sebagai salah satu langkah peningkatan ketahanan pangan, maka sejak tahun 2002 pemerintah melakukan kebijakan Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN). Kebijakan RASKIN ini dianggap sebagai subsidi pangan terarah atau income transfer kepada keluarga miskin dalam bentuk beras. Alasan dilaksanakannya program ini adalah masih banyaknya masyarakat miskin yang masih kesulitan
untuk memenuhi kebutuhan minimumnya yaitu makanan pokok. Orientasi RASKIN adalah lebih kepada bantuan kesejahteraan sosial bagi
2.2. Landasan Teori
Teori Konsumsi
Keynes dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest and Money memberikan perhatian besar terhadap hubungan antara konsumsi dan pendapatan. Lebih lanjut Keynes mengatakan bahwa ada pengeluaran konsumsi minimum yang harus dilakukan oleh masyarakat (outonomous consumption) dan pengeluaran konsumsi akan meningkat dengan bertambahnya penghasilan (Waluyo, D. E., 2002).
Menurut Supriana (2008) dalam bukunya Ekonomi Makro menyebutkan bahwa konsumsi itu merupakan fungsi dari pendapatan yang dapat dibelanjakan. Penghasilan keluarga atau uang masuk sebagian besar dibelanjakan lagi, untuk membeli yang diperlukan untuk hidup. Dalam ilmu ekonomi dikatakan: dibelanjakan untuk dikonsumsi. Konsumsi tidak hanya mengenai makanan, tetapi mencakup pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup (Gilarso, 1992).
Di dalam teorinya, Duesenberry menggunakan dua asumsi yang digunakan untuk mengamati faktor- faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi seseorang.
a) Selera rumah tangga atas barang konsumsi adalah Interdependen. Artinya, pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya (tetangga). Jadi faktor lingkungan dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi.
b) Pengeluaran konsumsi adalah Irreversible. Artinya, pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Di dalam hal ini dikatakan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang dalam jangka pendek dapat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan relatif. Pendapatan relatif disini adalah merupakan pendapatan tertinggi yang pernah dicapai oleh seseorang. Sebagai misal, apabila pendapatan seseorang mengalami kenaikan maka secara otomatis konsumsi juga mengalami kenaikan dengan proporsi tertentu, dan sebaliknya bila pendapatan mengalami penurunan maka akan diikuti juga oleh penurunan konsumsinya. Akan tetapi, proporsi penurunannya lebih kecil dibandingkan proporsi akibat kenaikan pendapatan tadi
2.3. Kerangka Pemikiran
Pengeluaran rumah tangga dibagi dua, yakni pengeluaran untuk pangan dan pengeluaran untuk nonpangan. Besar pangsa atau persentase pengeluaran untuk pangan dan nonpangan dapat dianalisis terhadap total pengeluaran pada rumah tangga tersebut. Dilihat dari besar pangsanya, yaitu jenis pengeluaran terhadap jumlah pengeluaran (pangan dan nonpangan), menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat ketahanan pangan suatu rumah tangga maka semakin besar pangsa pengeluaran pangan dan semakin kecil pangsa pengeluaran nonpangan.
Pengeluaran pangan rumah tangga miskin dipengaruhi oleh beberapa faktor dan masing- masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa faktor tersebut antara lain seperti: pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima.
Keterangan :
: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Faktor- Faktor:
• Pendapatan Rumah Tangga
• Tingkat
Pendidikan Ibu Rumah Tangga
• Jumlah Anggota Rumah Tangga
• Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan
• Jumlah Subsidi Beras untuk Keluarga
Miskin (Raskin) yang Diterima
Rumah Tangga Miskin
Total Pengeluaran
Pengeluaran Pangan Pengeluaran Nonpangan
Pangsa Pengeluaran Pangan
2.4. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :
1) Rumah tangga miskin di daerah penelitian, memiliki pangsa atau persentase pengeluaran pangan tinggi (> 60% pengeluaran total) sehingga tergolong rumah tangga rawan pangan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Tuntungan pada empat kelurahan, yakni pada Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kelurahan Sidomulyo, Kelurahan Lau Cih dan Kelurahan Namo Gajah, dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang memiliki rumah tangga miskin.
Tabel 1. Kelurahan di Kecamatan Medan Tuntungan yang Memiliki Rumah Tangga Miskin Tahun 2010
Kecamatan Kelurahan Rumah
Tangga
Baru Ladang Bambu Namo Gajah
410
3.2. Metode Penentuan Sampel
Populasi responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga miskin yang menerima bantuan subsidi beras raskin yang terdapat di Kecamatan Medan
Tuntungan. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 40 KK dari seluruh
kelurahan terpilih, dimana untuk setiap kelurahan diwakili oleh 10 sampel KK. Hal ini dapat dilakukan karena anggota populasinya bersifat homogen, maka sampel yang kecil dapat mewakili seluruh populasi (Gulo, 2002).
Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Miskin Penerima Subsidi Beras Miskin (Raskin) di Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010
No Kelurahan Jumlah Rumah Tangga Miskin
(KK)
1 Baru Ladang Bambu 340
2 Sidomulyo 194
3 Lau Cih 124
4 Namo Gajah 161
5 Kemenangan Tani 122
6 Simalingkar B 241
7 Simpang Selayang 817
8 Tanjung Selamat 296
9 Mangga 686
Medan Tuntungan 2.981
Sumber : BPS Kota Medan, 2010 : Kecamatan Medan Tuntungan dalam Angka
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada tiap rumah tangga miskin yang dijadikan sampel dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap
penelitian ini, hasil studi pustaka baik berupa buku ataupun data statistik yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk hipotesis 1), dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan melihat besar pangsa atau persentase pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga miskin di daerah penelitian, dan dihitung dengan menggunakan formula :
PF =
Dimana :
PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%) PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga (Rp/bulan) TP = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)
Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan tinggi (> 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan (Purwantini, 1999).
Untuk hipotesis 2), diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu regresi linier dimana sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan
dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X). Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah
perkawinan dan jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima) terhadap variabel terikat yakni pengeluaran pangan rumah tangga miskin digunakan analisis regresi linier berganda (Hasan, 2002).
Model regresi linier berganda yang digunakan adalah :
Ỳ = a b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + µ
Dimana:
Ỳ = Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin (Rp/ Bulan)
a = Intercept atau konstanta b1,b2,…, b5 = Koefisien regresi
X1 = Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ bulan)
X2 = Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun) X3 = Jumlah Anggota Rumah Tangga (Jiwa)
X4 = Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun) X5 = Jumlah Subsidi Beras Raskin yang Diterima (Kg) µ = Error term ( koefisien error)
Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap pengeluaran pangan, digunakan uji F dengan kriteria uji sebagai berikut:
Jika Fhitung≤ Ftabel : maka terima H0 atau tolak H1 Jika Fhitung > Ftabel : maka terima H1 atau tolak H0
Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap pengeluaran pangan, digunakan uji t dengan kriteria uji sebagai berikut:
Jika thitung≤ ttabel : maka terima H0 atau tolak H1
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1. Defenisi
1) Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman.
2) Rumah Tangga adalah seorang/ sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari- hari bersama menjadi satu.
3) Pengeluaran Pangan Rumah Tangga adalah jumlah pendapatan rumah tangga yang dialokasikan untuk kebutuhan pangan yang dibeli oleh rumah tangga, yang yang dinyatakan dalam uang (rupiah) pada periode waktu satu bulan. 4) Pengeluaran Nonpangan Rumah Tangga adalah jumlah pendapatan rumah
tangga yang dialokasikan untuk kebutuhan nonpangan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan dan iuran yang dinyatakan dalam uang (rupiah) pada periode waktu satu bulan.
6) Pendapatan Rumah Tangga adalah jumlah seluruh pendapatan yang dihasilkan oleh kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga, yang dinyatakan dalam uang (rupiah) pada periode waktu satu bulan.
7) Tingkat pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh seorang ibu rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan tahun.
8) Jumlah anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota lainnya yang masih menjadi tanggungan kepala rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan jiwa.
9) Lamanya berumah tangga/ umur perkawinan adalah umur suatu rumah tangga tersebut mulai saat terbentuk (menikah) hingga pada saat sekarang ini, yang dinyatakan dalam satuan tahun.
10)Jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima adalah jumlah beras subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada setiap rumah tangga miskin (beras raskin) untuk setiap bulannya, yang dinyatakan dalam satuan Kg.
3.5.2. Batasan Operasional
1) Daerah penelitian adalah di Kecamatan Tuntungan di empat kelurahan, yakni pada Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kelurahan Sidomulyo, Kelurahan Lau Cih dan Kelurahan Namo Gajah.
2) Waktu penelitian adalah Agustus – Oktober 2011.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISKTIK SAMPEL
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah
Kecamatan Medan Tuntungan yang memiliki luas wilayah sebesar 21,58 Km2 berada pada ketinggian 12 Meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batasan wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor - Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
Kecamatan Medan Tuntungan memiliki sembilan kelurahan, yakni :
Tabel 3. Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan
No Kelurahan Luas (Km2) Persentase terhadap Luas
Kecamatan (%)
1 Baru Ladang Bambu 1,35 6,26
2 Sidomulyo 0,87 4,03
3 Lau Cih 1,50 6,95
4 Namu Gajah 1,01 4,68
5 Kemenangan Tani 1,50 6,95
6 Simalingkar B 4,43 20,53
7 Simpang Selayang 5,12 23,73
8 Tanjung Selamat 3,00 13,90
9 Mangga 2,80 12,97
Medan Tuntungan 21,58 100
1) Kelurahan Baru Ladang Bambu
Secara administratif, Kelurahan Baru Ladang Bambu memiliki batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Namo Gajah, Kecamatan Medan Tuntungan. Sebelah Selatan : Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur : Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu
Sebelah Barat : Desa Durin Jangak, Kecamatan Pancur Batu
Keadaan Penduduk
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu pada tahun 2010 adalah 2.474 jiwa, yang terdiri dari 1.245 jiwa laki- laki dan 1.229 jiwa perempuan. Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kelurahan Baru Ladang Bambu dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Komposisi Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu
Menurut Kelompok Umur Tahun 2010
No Golongan
Umur (Tahun)
Laki – Laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1 0 - 4 186 209 395 15,96
2 5 - 14 135 172 307 12,40
3 15 - 44 542 497 1.039 41,99
4 45 - 64 313 291 604 24,42
5 > 65 69 60 129 5,21
Jumlah 1.245 1.229 2.474 100
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang terbesar di Kelurahan
Baru Ladang Bambu berada pada golongan umur 15 - 44 tahun, yakni sebanyak 1.039 jiwa (41,99 %). Sedangkan jumlah penduduk yang terkecil berada
pada golongan umur > 65 tahun, yakni sebanyak 129 jiwa (5,21 %). Dari Tabel 4, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu tergolong penduduk yang masih produktif.
Komposisi Penduduk Menurut Tingkatan Pendidikan
Sebagian besar penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu telah memperoleh pendidikan khususnya pendidikan formal, yang dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Komposisi Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu
Menurut Tingkatan Pendidikan Tahun 2010
No Tingkatan Pendidikan Jumlah
(Jiwa)
Persentase (%)
1 Usia 3- 6 tahun yang belum masuk TK 25 1,89 2 Usia 3- 6 tahun yang sedang TK/ play group 50 3,78 3 Usia 7- 18 tahun yang tidak pernah sekolah 6 0,45 4 Usia 7- 18 tahun yang sedang sekolah 90 6,82 5 Usia 18- 56 tahun yang tidak pernah sekolah 18 1,36 6 Usia 18- 56 tahun yang pernah SD tetapi
tidak tamat
15 1,14
7 Tamat SD sederajat 18 1,36
8 Tamat SMP/ Sederajat 306 23,18
9 Tamat SMA/ Sederajat 470 35,60
10 Tamat D-1/ Sederajat 14 1,06
11 Tamat D-2/ Sederajat 5 0,38
12 Tamat D-3/ Sederajat 208 15,75
13 Tamat S-1/ Sederajat 80 6,06
14 Tamat S-2/ Sederajat 15 1,14
Jumlah 1.320 100
Sumber : Data Profil Kelurahan Baru Ladang Bambu, 2010
sebanyak 470 jiwa (35,60 %). Sedangkan penduduk yang terkecil adalah penduduk yang tamat D-2/ Sederajat, yakni sebanyak 5 jiwa (0,38 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu tergolong cukup baik.
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok
Sebagian besar mata pencaharian pokok penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu adalah sebagai karyawan perusahaan swasta. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Komposisi Penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010
No Jenis Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 162 19,80
2 Buruh tani 15 1,83
3 Pegawai Negeri Sipil 80 9,78
4 Pedagang Keliling 222 27,14
5 Peternak 10 1,22
6 Perawat Swasta 4 0,48
7 Pembantu Rumah Tangga 2 0,24
8 TNI 8 0,98
9 POLRI 8 0,98
10 Pensiunan PNS/ TNI/ POLRI 10 1,22
11 Pengusaha Kecil dan Menengah 3 0,36
12 Dosen Swasta 4 0,48
13 Karyawan Perusahaan Swasta 290 35,45
Jumlah 818 100
Sumber: Data Profil Kelurahan Baru Ladang Bambu, 2010
2) Kelurahan Sidomulyo
Secara administratif, Kelurahan Sidomulyo memiliki batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan Sebelah Selatan : Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu Sebelah Timur : Desa Simalingkar A, Kecamatan Pancur Batu
Sebelah Barat : Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan
Keadaan Penduduk
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah penduduk di Kelurahan Sidomulyo tahun 2010 adalah 1.927 jiwa, yang terdiri dari 1.017 jiwa laki- laki dan 910 jiwa perempuan. Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kelurahan Sidomulyo dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sidomulyo Menurut Kelompok Umur Tahun 2010
No Golongan Umur (Tahun)
Laki – Laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1 0 - 4 185 219 404 20,96
2 5 - 14 174 184 358 18,58
3 15 - 44 426 376 802 41,62
4 45 - 64 165 94 259 13,44
5 > 65 67 37 104 5,40
Jumlah 1.017 910 1.927 100
Sumber : Data Profil Kelurahan Sidomulyo, 2010
(41,62 %). Sedangkan jumlah penduduk yang terkecil berada pada golongan umur > 65 tahun, yakni sebanyak 104 jiwa (5,40 %). Dari Tabel 7, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Sidomulyo tergolong penduduk yang masih produktif.
Komposisi Penduduk Menurut Tingkatan Pendidikan
Sebagian besar penduduk di Kelurahan Sidomulyo telah memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan formal, yang dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sidomulyo Menurut Tingkatan Pendidikan Tahun 2010
No Tingkatan Pendidikan Jumlah
(Jiwa)
Persentase (%)
1 Usia 3- 6 tahun yang belum masuk TK 101 5,51 2 Usia 3- 6 tahun yang sedang TK/ playgroup 125 6,81 3 Usia 7- 18 tahun yang sedang sekolah 347 18,93 4 Usia 18- 56 tahun yang pernah SD tetapi
tidak tamat
227 12,38
5 Tamat SD sederajat 250 13,63
6 Jumlah usia 12- 56 tahun tidak tamat SLTP 149 8,12 7 Jumlah usia 18 – 56 tahun tidak tamat
SLTA
144 7,85
8 Tamat SMP/ Sederajat 216 11,78
9 Tamat SMA/ Sederajat 207 11,29
10 Tamat D-1/ Sederajat 20 1,09
11 Tamat D-2/ Sederajat 16 0,87
12 Tamat D-3/ Sederajat 24 1,30
13 Tamat S-1/ Sederajat 7 0,38
Jumlah 1.833 100
Sumber : Data Profil Kelurahan Sidomulyo, 2010
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok
Sebagian besar mata pencaharian pokok penduduk di Kelurahan Sidomulyo adalah sebagai pedagang keliling. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Komposisi Penduduk di Kelurahan Sidomulyo Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010
No Jenis Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 40 6,93
2 Pegawai Negeri Sipil 48 8,31
3 Pedagang Keliling 440 76,25
4 Peternak 6 1,04
5 Montir 8 1,38
6 Pembantu Rumah Tangga 10 1,73
7 POLRI 1 0,17
8 Pensiunan PNS/ TNI/ POLRI 8 1,39
9 Pengusaha Kecil dan Menengah 16 2,77
Jumlah 577 100
Sumber: Data Profil Kelurahan Sidomulyo, Tahun 2010
Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Sidomulyo yang paling dominan adalah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai pedagang keliling, yakni sebanyak 440 jiwa (76,25 %). Sedangkan yang terkecil adalah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai POLRI, yakni sebanyak 1 jiwa (0,17 %).
3) Kelurahan Lau Cih
Secara administratif, Kelurahan Lau Cih memiliki batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan Sebelah Selatan : Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Medan Tuntungan
Keadaan Penduduk
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah penduduk di Kelurahan Lau Cih tahun 2010 adalah 1.111 jiwa, yang terdiri dari 605 jiwa laki- laki dan 506 jiwa perempuan. Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kelurahan Lau Cih dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Komposisi Penduduk di Kelurahan Lau Cih Menurut Kelompok Umur Tahun 2010
No Golongan Umur (Tahun)
Laki – Laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1 0 - 4 49 42 91 8,19
2 5 - 14 111 96 207 18,63
3 15 - 44 281 223 504 45,36
4 45 - 64 143 128 271 24,40
5 > 65 21 17 38 3,42
Jumlah 605 506 1.111 100
Sumber : Data Profil Kelurahan Lau Cih, 2010
Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang terbesar di Kelurahan Lau Cih berada pada golongan umur 15 - 44 tahun, yakni sebanyak 504 jiwa (45,36 %). Sedangkan jumlah penduduk yang terkecil berada pada golongan umur > 65 tahun, yakni sebanyak 38 jiwa (3,42 %). Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Lau Cih tergolong penduduk yang masih produktif.
Komposisi Penduduk Menurut Tingkatan Pendidikan
Tabel 11. Komposisi Penduduk di Kelurahan Lau Cih Menurut Tingkatan Pendidikan Tahun 2010
No Tingkatan Pendidikan Jumlah
(Jiwa)
Persentase (%)
1 Usia 7- 18 tahun yang tidak pernah sekolah 35 3,25 2 Usia 7- 18 tahun yang sedang sekolah 173 16,06 3 Usia 18- 56 tahun yang tidak pernah sekolah 26 2,41 4 Usia 18- 56 tahun yang pernah SD tetapi tidak
tamat
21 1,95
5 Tamat SD sederajat 33 3,06
6 Jumlah usia 12- 56 tahun tidak tamat SLTP 30 2,78 7 Jumlah usia 18 – 56 tahun tidak tamat SLTA 39 3,62
8 Tamat SMP/ Sederajat 119 11,04
9 Tamat SMA/ Sederajat 474 44,01
10 Tamat D-1/ Sederajat 47 4,36
11 Tamat D-2/ Sederajat 22 2,04
12 Tamat D-3/ Sederajat 35 3,25
13 Tamat S-1/ Sederajat 20 1,85
14 Tamat S-2/ Sederajat 3 0,28
Jumlah 1.077 100
Sumber : Data Profil Kelurahan Lau Cih, 2010
Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Lau Cih yang paling dominan adalah penduduk yang tamat SMA/ Sederajat, yakni sebanyak 474 jiwa
(44,01 %). Sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah penduduk yang tamat S-2/ Sederajat, yakni sebanyak 3 jiwa (0,28 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Lau Cih tergolong cukup baik.
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok
Tabel 12. Komposisi Penduduk di Kelurahan Lau Cih Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010
No Jenis Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 150 33,70
2 Pedagang Keliling 52 11,69
3 Pegawai Negeri Sipil 48 10,78
4 Pegawai Swasta 116 26,06
5 Pensiunan PNS/ TNI/ POLRI 9 2,02
6 Lainnya 70 15,73
Jumlah 445 100
Sumber: Data Profil Kelurahan Lau Cih, Tahun 2010
Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Lau Cih yang paling dominan adalah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani, yakni sebanyak 150 jiwa (33,70 %). Sedangkan yang terkecil adalah penduduk yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai pensiunan PNS/ TNI/ POLRI, yakni sebanyak 9 jiwa (2,02 %).
4) Kelurahan Namo Gajah
Secara administratif, Kelurahan Namo Gajah memiliki batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Kemenangan Tani dan Tanjung Slamat, Kecamatan Medan Tuntungan.
Sebelah Selatan : Kelurahan Lau Cih dan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan
Keadaan Penduduk
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah penduduk di Kelurahan Namo Gajah tahun 2010 adalah 2.006 jiwa, yang terdiri dari 957 jiwa laki- laki dan 1.049 jiwa perempuan. Komposisi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kelurahan Namo Gajah dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Komposisi Penduduk di Kelurahan Namo Gajah Menurut Kelompok Umur Tahun 2010
No Golongan
Umur (Tahun)
Laki – Laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1 0 - 4 74 76 150 7,48
2 5 - 14 177 208 385 19,19
3 15 - 44 553 588 1.141 56,88
4 45 - 64 140 156 296 14,75
5 > 65 13 21 34 1,69
Jumlah 957 1.049 2.006 100
Sumber : Data Profil Kelurahan Namo Gajah, 2011
Komposisi Penduduk Menurut Tingkatan Pendidikan
Sebagian besar penduduk di Kelurahan Namo Gajah telah memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan formal, yang dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini.
Tabel 14. Komposisi Penduduk di Kelurahan Namo Gajah Menurut Tingkatan Pendidikan Tahun 2010
No Tingkatan Pendidikan Jumlah
(Jiwa)
Persentase (%)
1 Usia 3 - 6 tahun yang belum masuk TK 45 2,35 2 Usia 3 - 6 tahun yang sedang TK/ Play group 87 4,54 3 Usia 7- 18 tahun yang tidak pernah sekolah 14 0,73 4 Usia 7- 18 tahun yang sedang sekolah 467 24,38 5 Usia 18- 56 tahun yang tidak pernah sekolah 16 0,83 6 Usia 18- 56 tahun yang pernah SD tetapi
tidak tamat
75 3,92
7 Tamat SD sederajat 150 7,83
8 Jumlah usia 12- 56 tahun tidak tamat SLTP 165 8,62 9 Jumlah usia 18 – 56 tahun tidak tamat SLTA 214 11,17
10 Tamat SMP/ Sederajat 181 9,45
11 Tamat SMA/ Sederajat 379 19,79
12 Tamat D-1/ Sederajat 15 0,78
13 Tamat D-2/ Sederajat 9 0,47
14 Tamat D-3/ Sederajat 50 2,61
15 Tamat S-1/ Sederajat 44 2,29
16 Tamat S-2/ Sederajat 4 0,20
Jumlah 1.915 100
Sumber : Data Profil Kelurahan Namo Gajah, 2010
Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Namo Gajah yang paling dominan adalah penduduk usia 7 - 18 tahun yang sedang sekolah , yakni sebanyak 467 jiwa (24,38 %). Sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah
penduduk yang tamat S-2/ Sederajat, yakni sebanyak 4 jiwa (0,20 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Namo
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok
Sebagian besar mata pencaharian pokok penduduk di Kelurahan Namo Gajah adalah sebagai karyawan perusahaan swasta. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini.
Tabel 15. Komposisi Penduduk di Kelurahan Namo Gajah Menurut Jenis Mata Pencaharian Pokok Tahun 2010
No Jenis Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 62 9,55
2 Buruh tani 60 9,24
3 Pegawai Negeri Sipil 106 16,33
4 Pedagang Keliling 10 1,54
5 Peternak 5 0,77
6 Montir 3 0,46
7 Bidan swasta 2 0,31
8 Perawat swasta 5 0,77
9 Pembantu rumah tangga 32 4,93
10 POLRI 9 0,93
11 Pensiunan PNS/ TNI/ POLRI 39 6,01
12 Pengusaha Kecil dan Menengah 25 3,85
13 Dosen swasta 3 0,46
14 Karyawan perusahaan swasta 151 23,26
15 Karyawan perusahaan pemerintah 48 7,40
16 Lainnya 89 13,71
Jumlah 649 100
Sumber: Data Profil Kelurahan Namo Gajah, Tahun 2010
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana maka akan mempercepat laju pembangunan suatu daerah. Sarana dan prasarana di Kecamatan Medan Tuntungan sekarang ini sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari terdapatnya berbagai jenis sarana dan prasarana yang dikelola dengan baik, antara lain meliputi sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan, olahraga, hiburan dan wisata yang cukup memadai. Secara jelas, sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini.
Tabel 16. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Medan Tuntungan
No Kelurahan
Jumlah Sarana dan Prasarana
Jumlah
Baru Ladang Bambu
4.2. Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga miskin yang telah menerima bantuan berupa penerimaan subsidi beras miskin (raskin) yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan. Karakteristik rumah tangga sampel yang dimaksud meliputi pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota keluarga, lamanya berumah tangga/ umur perkawinan dan jumlah beras miskin (beras raskin) yang diterima.
1) Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga per bulannya di Kecamatan Medan Tuntungan cukup bervariasi, hal ini disebabkan beragamnya mata pencaharian pokok penduduk di Kecamatan Medan Tuntungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini.
Tabel 17. Pendapatan Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan Tuntungan
No Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Bulan)
Jumlah Rumah Tangga
Persentase (%)
1 800,000 - 900,000 7 17.5
2 1,000,000 - 1,500,000 30 75.0
3 1,600,000 - 1,800,000 3 7.5
Jumlah 40 100.0
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 13
(7,5 %). Hal ini menunjukkkan bahwa sebagian besar rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan tersebut adalah rumah tangga dengan pendapatan yang relatif kurang.
2) Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga
Tingkat pendidikan ibu rumah tangga mempengaruhi kebijakan ibu dalam mengurus pangan dan mengatur pengeluaran pangan di rumah tangga tersebut. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan Tuntungan
No
Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga
(Tahun)
Jumlah Rumah
Tangga Persentase (%)
1 1 - 6 18 45.0
2 7 - 9 18 45.0
3 10 - 12 4 10.0
Jumlah 40 100.0
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 13
3) Jumlah Anggota Rumah Tangga
Dalam membeli dan mengkonsumsi pangan, jumlah anggota rumah tangga sangat mempengaruhi kuantitas pembelian pangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap banyaknya uang yang dikeluarkan untuk belanja pangan tersebut.
Adapun jumlah anggota rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini.
Tabel 19. Jumlah Anggota Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan Tuntungan
No Jumlah Anggota
Rumah Tangga (Jiwa)
Jumlah Rumah
Tangga Persentase (%)
1 1 3 7.5
2 2 6 15.0
3 3 7 17.5
4 4 6 15.0
5 5 8 20.0
6 6 10 25.0
Jumlah 40 100.0
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 13
Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa jumlah anggota rumah tangga dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Medan Tuntungan adalah berjumlah 6 jiwa, yakni
sebanyak 10 rumah tangga (25 %). Sedangkan yang terkecil adalah berjumlah 1 jiwa yakni sebanyak 3 rumah tangga (7,5 %). Hal ini menunjukkan bahwa
rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan termasuk rumah tangga besar karena memiliki jumlah anggota rumah tangga yang cukup banyak.
4) Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan
rumah tangga (menikah). Adapun lamanya berumah tangga atau umur perkawinan pada rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini.
Tabel 20. Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan Sampel di Kecamatan Medan Tuntungan
No
Lamanya Berumah Tangga/ Umur Perkawinan (Tahun)
Jumlah Rumah
Tangga Persentase (%)
1 1 - 5 5 12.5
2 6 - 10 6 15.0
3 11 - 15 8 20.0
4 16 - 20 5 12.5
5 21 - 25 9 22.5
6 26 - 35 7 17.5
Jumlah 40 100.0
Sumber: Data Diolah dari Lampiran 13
Dari Tabel 20 di atas. dapat diketahui bahwa lama berumah tangga dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Medan Tuntungan adalah pasangan suami istri dengan umur perkawinan antara 21 - 25 tahun, yakni sebanyak 9 rumah tangga (22,5 %). Sedangkan jumlah terkecil adalah pasangan suami istri dengan umur perkawinan antara 1 - 5 tahun dan umur perkawinan antara 16 - 20 tahun yakni sebanyak 5 rumah tangga (12,5 %). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di Kecamatan Medan Tuntungan termasuk rumah tangga tua, ditandai dengan dengan bertambah lamanya waktu berumah tangga (bertambahnya umur perkawinan).
5) Jumlah Subsidi Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang Diterima
untuk masing- masing rumah tangga menerima subdidi beras raskin sebanyak 15 Kg. Akan tetapi di Kelurahan Sidomulyo, masing- masing rumah tangga jumlah menerima jumlah subsidi beras raskin berbeda- beda ada yang sebanyak 6 Kg, 10 Kg dan 15 Kg sesuai dengan tingkat pendapatan di setiap rumah tangga. Adapun jumlah subsidi beras untuk keluarga miskin (raskin) yang diterima rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Tuntungan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini.
Tabel 21. Jumlah Subsidi Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang Diterima oleh Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan Tuntungan
No
Jumlah Beras Raskin yang Diterima (Kg)
Jumlah Rumah Tangga
Persentase (%)
1 6 2 5.0
2 10 2 5.0
3 15 36 90.0
Jumlah 40 100.0
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan pada Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan
Perhitungan pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada tingkat rumah tangga dengan menggunakan formula sebagai berikut:
PF =
Dimana :
PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%) PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga (Rp/bulan) TP = Total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)
Menurut Purwantini, 1999 bahwa apabila menggunakan indikator ekonomi,
dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan
rumah tangga tahan pangan. Sementara itu, apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan tinggi (> 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan.
1. Kelurahan Baru Ladang Bambu
Tabel 22. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Baru Ladang Bambu
No
Pangsa Pengeluaran
Pangan
Jumlah Rumah Tangga Sampel
Persentase
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14
Apabila dilihat secara keseluruhan, maka rata- rata pangsa pengeluaran pangan untuk rumah tangga miskin di Kelurahan Baru Ladang Bambu yaitu sebesar 64,31 %, hal tersebut berarti secara keseluruhan rumah tangga di Kelurahan Baru Ladang Bambu dapat dikategorikan termasuk rumah tangga rawan pangan. Hal ini dapat dilihat secara jelas dari Tabel 22 bahwa diperoleh sebanyak 8 rumah tangga sampel (80 %) memiliki pangsa pengeluaran pangan tinggi (> 60 %) dengan rata- rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 70,79 %.
2. Kelurahan Sidomulyo
Tabel 23. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Sidomulyo
No
Pangsa Pengeluaran
Pangan
Jumlah Rumah Tangga Sampel
Persentase
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14
pangsa pengeluaran pangan sebesar 59,90 %, sementara itu sebanyak 8 rumah tangga (80 %) dapat dikategorikan termasuk rumah tangga rawan pangan karena memiliki pangsa pengeluaran pangan tinggi (> 60 %) dengan rata- rata pangsa pengeluaran pangan sebesar 71,30 %. Maka dapat disimpulkan bahwa rumah tangga miskin di Kelurahan Sidomulyo termasuk rumah tangga rawan pangan.
3. Kelurahan Lau Cih
Tabel 24. Rata- Rata Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Lau Cih
No
Pangsa Pengeluaran
Pangan
Jumlah Rumah Tangga Sampel
Persentase Sampel (%)
Rata- Rata Pangsa Pengeluaran
Pangan (%)
1 ≤ 60% 3 30 58.63
2 > 60% 7 70 69.24
Rata- Rata 63.94
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14