• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Gambaran Umum Daerah Penelitian Kondisi Geofisik Kelurahan Sicanang

Kelurahan Sicanang merupakan salah satu dari enam kelurahan yang berada pada Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara. Jarak Kelurahan Sicanang ke Kecamatan Medan Belawan sekitar 4 Km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit menggunakan alat transport yang digunakan masyarakat umum di Kelurahan Sicanang yaitu kendaraan roda dua, sedangkan ke Ibukota Medan sekitar 26 Km dengan waktu tempuh sekitar satu jam menggunakan alat transport yang digunakan masyarakat umum di Kelurahan Sicanang yaitu kendaraan roda dua. Kelurahan Sicanang berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Sungai Belawan Sebelah Selatan : Kelurahan Bahagia Sebelah Timur : Kelurahan Terjun Sebelah Barat : Kelurahan H. Perak

Luas wilayah Kelurahan Sicanang adalah 1.518 Ha yang terbagi menjadi 557 Ha untuk pemukiman umum, 8 Ha untuk perkantoran, 7 Ha untuk pertokoan atau perdagangan, 1 Ha untuk tempat peribadatan (masjid, gereja, pura, vihara, dan lain-lain), 1 Ha untuk kuburan atau makam, 3 Ha untuk jalan, 600 Ha untuk perikanan, 334 Ha untuk rawa, dan 5 Ha lain-lain.

30

Secara topografi Kelurahan Sicanang berada dalam kisaran ketinggian antara 1-1,5 meter dari permukaan laut. Iklim diwilayah Kelurahan Sicanang termasuk tropis dengan musim hujan antara November-April dan musim kemarau antara bulan Mei-Oktober. Curah hujan rata-rata 0,10 mm per hari. Temperatur suhu udara sekitar 320C.

Kondisi Demografi Kelurahan Sicanang

Tahun 2006, jumlah penduduk Kelurahan Sicanang mencapai 14.269 jiwa, yang terdiri atas 7.213 laki-laki dan 7.056 perempuan. Kepadatan penduduk mencapai 1 orang per Km. jumlah perubahan penduduk ditahun tersebut berjumlah 67 orang untuk laki-laki dan 64 orang untuk perempuan. Data jumlah penduduk menurut kelompok umur secara lengkap terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah penduduk Kelurahan Sicanang berdasarkan kelompok umur tahun 2006

No. Golongan Umur (Tahun) Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) Laki-laki (orang) Perempuan (orang) 1. 0-4 695 598 1.393 9,12 2. 5-6 662 629 1.296 9,04 3. 7-12 650 697 1.347 9,02 4. 13-15 620 580 1.702 11,02 5. 16-18 299 570 869 6,08 6. 19-25 795 269 1.064 7,11 7. 26-35 1.747 750 2.497 17,20 8. 36-45 1.582 1.994 3.576 25,05 9. 46-50 78 886 964 6,09 10. 51-60 40 72 112 0,14 11. 61-75 38 28 66 0,08 12. 76+ 6 6 12 0,05 Jumlah 7.213 7.056 14.269 100,00

Sumber : Profil Kelurahan Sicanang (Monografi Kelurahan Sicanang) Tahun 2006 Berdasarkan Tabel 1 menurut kelompok umurnya, jumlah penduduk yang terbanyak berada pada kelompok umur 36-45 tahun, yaitu sebesar 3.576 orang (25,06%). Jumlah penduduk yang paling sedikit berada pada kelompok umur >76

31

tahun, yaitu sebesar 12 orang (0,08%). Sex ratio sebesar 102 yang artinya pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-laki.

Kondisi Perekonomian Kelurahan Sicanang

Berdasarkan lapangan pekerjaan di Kelurahan Sicanang didominasi bidang perikanan yaitu sebanyak 230 orang. Selain itu, sektor jasa pemerintahan atau non pemerintahan sebanyak 137 orang, sektor jasa perdagangan sebanyak 9 orang, sektor jasa komunikasi dan angkutan sebanyak 89 orang, dan sektor keterampilan sebanyak 40 orang. Menurut data yang didapat penduduk di Kelurahan Sicanang pada usia kerja sebanyak 1.120 orang, penduduk usia kerja yang bekerja 1.498, dan penduduk usia kerja yang belum bekerja sebanyak 507 orang. Dari keterangan tersebut, dapat disimpulkan tingkat pengangguran cukup rendah yaitu 33,85% dari jumlah penduduk usia kerja.

Gambaran Umum Usaha Budidaya Tambak Kepiting Bakau

Usaha tambak kepiting bakau di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 didirikan pada tahun 1989. Usaha tambak kepiting bakau ini merupakan salah satu komoditi unggulan yang paling banyak dibudidayakan masyarakat sekitar. Usaha budidaya kepiting terdiri dari 2 jenis yaitu kepiting soka dan kepiting pembesaran. Perbeadaan dari kepiting tersebut terdapat pada ukuran dan tekstur tubuh kepiting. Kepiting soka memiliki ukuran yang lebih kecil dan tekstur tubuh yang seluruhnya lunak, berbeda halnya dengan kepiting pembesaran, kepiting jenis ini memiliki ukuran yang besar dengan tekstur tubuh yang keras. Kepiting

32

bakau bergerak dibidang pembesaran dan hasil produksi tersebut diperjual belikan ke pasar lokal maupun interlokal, namun jenis kepiting pembesaran lebih diminati pasar interlokal karena memiliki ukuran yang super.

Latar belakang tambak kepiting ini karena tingginya nilai jual dan hasil yang didapatkan, serta sedikitnya masalah yang dihadapi dalam pembudidayaan kepiting bakau ini maka masyarakat di Kelurahan Sicanang Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kecamatan Medan Belawan terus melakukan usaha budidaya kepiting bakau tersebut hingga sekarang. Gambar kondisi tambak kepiting bakau dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kondisi Tambak Kepiting Bakau

Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

Usaha tambak ikan kakap putih di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 didirikan pada tahun 1998. Usaha tambak ikan ini bergerak dibidang pembesaran dan hasil produksi tersebut diperjual belikan ke pasar lokal maupun interlokal. Lokasi tambak ikan ini berada di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20

33

Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan. Awalnya tambak dikampung ini membudidayakan udang dan kepiting, namun karena adanya bantuan dan sosialisasi dari pemerintah terhadap masyarakat setempat maka usaha tambak ikan kakap putih dilakukan dan berkembang hingga sekarang. Usaha tambak ikan kakap putih tidak hanya menjadi satu-satunya komoditi ikan yang dibudidayakan di kampung ini, banyak jenis komoditi lain seperti udang, kepiting, nila, bandeng, dan kerapu yang dibudidayakan.

Latar belakang tambak ikan ini mencoba usaha budidaya ikan kakap adalah ingin mengembangkan usahanya. Selain itu ikan kakap putih merupakan komoditi yang mahal sehingga pasar yang ditawarkan tidak hanya lokal tetapi interlokal. Namun usaha budidaya tambak ini tidak berjalan lancar, ada beberapa aspek yang membuat usaha ini tidak menghasilkan untung yang lebih pada petambak diantaranya yaitu harga dan keberadaan benih, kondisi alam, dan harga jual ikan.

Saat ini usaha budidaya tambak sudah menjalankan usaha budidaya dengan luas 600 ha, namun luas tambak yang dimanfaatkan untuk budidaya ikan kakap putih hanya 7 ha dengan jumlah petakan 7 kolam. Tambak ikan kakap putih di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan memiliki jalur transportasi yang mudah dijangkau dan berdekatan dengan laut serta sungai atau muara sungai sesuai dengan kebutuhan suplai air untuk tambak ikan kakap putih. Gambar kondisi tambak ikan kakap putih dapat dilihat pada Gambar 6.

34

Gambar 6. Kondisi Tambak Ikan Kakap Putih

Karakteristik Responden Pembudidaya Kepiting Bakau dan Kakap Putih Pembudidaya Kepiting Bakau memiliki status kepemilikan tanah sebagai pemilik lahan budidaya. Pembudiaya Kepiting Bakau mengelola usaha ini berumur 35-60 tahun. Berdasarkan status pekerjaan sebanyak 50 orang responden menjadikan usaha budidaya Kepiting Bakau ini sebagai pekerjaan utama. Pembudidaya Kepiting Bakau ini adalah 35 orang merupakan lulusan sekolah menengah atas dan 15 orang lulusan sekolah dasar. Perhitungan jumlah pemilik tambak sebagai responden dengan menggunakan rumus slovin dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pembudidaya ikan kakap putih memiliki status kepemilikan tanah sebagai pemilik lahan budidaya. Pembudiaya ikan kakap putih mengelola usaha ikan ini berumur 40-60 tahun. Berdasarkan status pekerjaan sebanyak 3 orang responden menjadikan usaha budidaya ikan kakap putih ini sebagai pekerjaan utama.

35

Pembudidaya ikan kakap putih ini adalah 2 orang merupakan lulusan sekolah menengah atas dan 1 orang lulusan sekolah dasar.

Pemasaran

Pemasaran hasil panen Kepiting Bakau didistribusikan ke pasar lokal dan interlokal. Pasar lokal langsung kepada pedagang pasar sedangkan pasar interlokal melalui agen atau pabrik kemudian diekspor ke Singapura, Malaysia, dan Thailand. Benih berasal dari wilayah kota medan yaitu Desa Hamparan Perak dengan memiliki 3 musim panen dalam setahun. Dalam satu kali panen memiliki waktu 3-4 bulan untuk mendapatkan kepiting dengan kualitas jumbo atau eksport. Tambak kepiting ini sama juga dengan ikan kakap putih tidak melakukan promosi khusus dalam memasarkan produknya tetapi melalui rekanan bisnis. Untuk proses pengiriman hasil produksi, pihak pembeli juga yang akan datang mengambil hasil panen kepiting bakau tersebut.

Pemasaran hasil panen ikan kakap putih didistribusikan ke TPI, Agen, kemudian kepasar Interlokal. Benih berasal dari luar negri kemudian di import ke Bali dan Lampung karena budidaya benih di Indonesia khususnya Medan tidak tersedia sehingga proses dalam budidaya ikan ini tidak hanya memakan waktu atau masa panen yang lama yaitu 7-8 bulan tetapi dalam pemesanan benih juga membutuhkan waktu yang lama. Tambak ikan kakap ini tidak melakukan promosi khusus dalam memasarkan produknya melainkan melalui rekanan bisnis. Untuk proses pengiriman hasil produksi, pihak pembeli yang akan datang mengambil hasil panen ikan kakap putih tersebut. Gambar skema pemasaran kepiting bakau dan ikan kakap putih dapat dilihat pada Gambar 7.

36

Gambar 7. Saluran Pemasaran Ikan Kakap Putih dan Kepiting Bakau

Sistem Tambak

Tambak ikan kepiting bakau dan kakap putih yang berada di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan terletak dekat dengan pantai. Jarak antara garis pantai kearah tambak sekitar 200 m. Ditinjau dari segi letak tambak terhadap laut dan muara sungai, tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih ini termasuk tambak layah.

Sistem tambak pada tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih merupakan sistem tambak tradisional dengan luas petakan (1 kolam) adalah 1 ha. Setiap petakan kolam terdiri dari outlet, inlet, serta pipa yang menjadi saluran keluar dan masuk air.

Analisis Ekonomi Usaha Biaya Investasi

Investasi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan satu kali selama umur proyek untuk memperoleh manfaat sampai secara ekonomis tidak dapat

Unit Pembesaran Ikan Kakap Putih dan Kepiting Bakau di

Kelurahan Sicanang

TPI

(Tempat Pelelangan Ikan)

Agen (Pengusaha, pabrik, dll) Export (Inter lokal) Pedagang Masyarakat (Lokal)

37

memberikan keuntungan lagi. Biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha budidaya kepiting bakau di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 adalah sebesar Rp 52.710.000 per ha/tahun, dan biaya investasi untuk usaha tambak ikan kakap putih adalah sebesar Rp 56.780.000 per ha/tahun. Rincian komponen investasi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 serta pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

Tabel 2. Rincian komponen investasi tambak kepiting bakau (Ha/Tahun) Jenis Investasi Satuan Jumlah

Unit Harga Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%) Petakan Tambak Petak 1 40.000.000 40.000.000 0.758

Trado Unit 1 5.000.000 5.000.000 0.094

Pipa Paralon 8 inchi Unit 4 300.000 1.200.000 0.022 Pipa Paralon 12 inchi Unit 2 1.200.000 2.400.000 0.045

Jaring Katrol Kg 10 50.000 500.000 0.009

Tanggok Unit 1 150.000 150.000 0.002

Bubu Unit 3 500.000 1.500.000 0.028

Cangkul Unit 2 80.000 160.000 0.003

Timbangan Unit 3 600.000 1.800.000 0.034

Total Biaya Investasi/Ha/Tahun 52.710.000 100%

Tabel 3. Rincian komponen investasi tambak ikan kakap putih (Ha/Tahun) Jenis Investasi Satuan Jumlah

Unit Harga Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%) Petakan Tambak Petak 1 40.000.000 40.000.000 0.704

Trado Unit 1 5.000.000 5.000.000 0.088

Kotak bibit Petak 1 5.000.000 5.000.000 0.088

Pipa Paralon 8 inchi Unit 3 300.000 900.000 0.015

Pipa Paralon 12 inchi Unit 3 1.200.000 3.600.000 0.063

Jaring Unit 2 300.000 600.000 0.01

Jala Unit 1 500.000 500.000 0.008

Ambai Unit 1 1.000.000 1.000.000 0.017

Cangkul Unit 1 80.000 80.000 0.001

Timbangan Unit 1 100.000 100.000 0.001

Total Biaya Investasi/Ha/Tahun 56.780.000 100%

Pada Tabel 2 dan Tabel 3 dapat dilihat nilai persentase yang paling besar dalam investasi yang ditanam perusahaan adalah pada pembuatan petakan tambak

38

media utama dalam budidaya kepiting bakau dan ikan kakap putih membutuhkan biaya yang relative besar.

Biaya Produksi

Biaya produksi diperlukan untuk mengolah input sehingga dapat menghasilkan sejumlah output. Biaya usaha yang dikeluarkan pemilik tambak pada usaha budidaya kepiting bakau dan ikan kakap putih di tambak Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang masing-masing adalah sebesar Rp 9.946.917 per ha/tahun dan Rp 11.579.119 per ha/tahun. Rincian komponen biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 serta pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.

Tabel 4. Rincian komponen biaya tetap tambak kepiting bakau (Ha/Tahun) Keterangan Banyak Satuan Harga (Rp) Total Harga/tahun

(Ha)

Persentase (%)

Iuran Swadaya Desa 1 Rp/Tahun 45.000 45.000 0.004

Surat Izin Usaha 1 Rp/Tahun 500.000 500.000 0.050

Penyusutan Rp/Tahun 6.401.917 6.401.917 0.643

Sewa Lahan 1 Rp/Ha 3.000.000 3.000.000 0.301

Total/Ha/Tahun 9.946.917 100

Tabel 5. Rincian komponen biaya tetap tambak ikan kakap putih (Ha/Tahun) Keterangan Banyak Satuan Harga (Rp) Total Harga/tahun

(Ha)

Persentase (%)

Iuran Swadaya Desa 1 Rp/Tahun 45.000 45.000 0.003

Surat Izin Usaha 1 Rp/Tahun 500.000 500.000 0.043

Penyusutan Rp/Tahun 8.034.119 8.034.119 0.693

Sewa Lahan 1 Rp/Ha 3.000.000 3.000.000 0.259

Total/Ha/Tahun 11.579.119 100

Biaya variabel yang digunakan dalam usaha tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih meliputi biaya benih, upah panen, upah pengurasan, kontruksi lahan, pakan, dan gaji tenaga kerja. Biaya variabel dari usaha tersebut adalah

39

Rp 16.580.000 ha/tahun dan Rp 6.020.000 ha/tahun. Rincian komponen biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 serta pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.

Tabel 6. Rincian rata-rata biaya variabel tambak kepiting bakau (Ha/Tahun) Keterangan Banyak Satuan Harga Satuan

(Rp) Total Harga (Rp) Persentase (%) Benih 90 Kg 12.000 1.080.000 0.032 Pakan 1.800 Rp/Kg 2.500 4.500.000 0.136

Upah Panen 2 Rp/Orang/Tahun 2.000.000 4.000.000 0.121 Konstruksi Lahan 1 Rp/Tahun 9.000.000 9.000.000 0.272 Gaji Tenaga Kerja 2 Rp/Orang/Tahun 7.200.000 14.400.000 0.436

Total/Ha/Tahun 32.980.000 100

Tabel 7. Rincian rata-rata biaya variabel tambak ikan kakap putih (Ha/Tahun) Keterangan Banyak Satuan Harga Satuan

(Rp) Total Harga (Rp) Persentase (%) Benih 1.000 Ekor 4.000 4.000.000 0.32

Upah Pengurasan 2 Rp/Orang/Tahun 200.000 400.000 0.032

Upah Panen 2 Rp/Orang/Tahun 150.000 300.000 0.024

Konstruksi Lahan 1 Rp/Tahun 600.000 600.000 0.048

Gaji Tenaga Kerja 1 Rp/Orang/Tahun 7.200.000 7.200.000 0.576

Total/Ha/Tahun 12.500.000 100

Penerimaan Usaha

Penerimaan adalah jumlah hasil panen dikali dengan harga kepiting bakau dan ikan kakap putih yang berlaku pada saat itu. Analisis usaha tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih yang dikembangkan tambak Kampung Sentosa Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan. Jumlah produksi kepiting bakau 523 kg/ha/tahun, harga kepiting bakau yang berlaku Rp 150.000 sehingga jumlah penerimaan satu kolam atau hektar per tahun adalah Rp 78.450.000 sedangkan, dalam satu musim panen per tahun Rp 26.150.000, hal ini dikarenakan kepiting bakau memiliki musim panen sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Jumlah produksi ikan kakap putih dalam satu tahun 671 kg/ha/tahun,

40

harga ikan kakap putih dalam satu tahun Rp 45.000 sehingga, jumlah penerimaan satu kolam atau hektar per tahun sebesar Rp 30.195.000 sedangkan, jumlah penerimaan dalam satu musim panen per tahun memiliki nilai yang sama dengan satu kolam atau hektar per tahun dikarenakan ikan kakap putih memiliki masa panen sekali dalam satu tahun. Adapun rincian penerimaan pada budidaya kepiting bakau dan ikan kakap putih dapat dilihat pada Tabel 8 dan pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.

Tabel 8. Rincian penerimaan usaha tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih ha/tahun Keterangan Produksi (Kg/ha/tahun) Harga satuan (Rp) Jumlah (Rp) Ha/tahun Jumlah (Rp) Panen/musim Kepiting Bakau 523 150.000 78.450.000 26.150.000 Ikan Kakap Putih 671 45.000 30.195.000 30.195.000

Pendapatan Usaha

Pendapatan merupakan hasil penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Adapun pendapatan yang diperoleh pembudidaya kepiting bakau satu kolam atau hektar per tahun adalah Rp 39.980.000 sedangkan, dalam satu musim panen per tahun Rp 13.326.666, hal ini dikarenakan kepiting bakau memiliki musim panen sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Pendapatan yang diperoleh pembudidaya ikan kakap putih satu kolam atau hektar per tahun adalah Rp 5.258.761 sedangkan, jumlah pendapatan dalam satu musim panen per tahun memiliki nilai yang sama dengan satu kolam atau hektar per tahun dikarenakan ikan kakap putih memiliki masa panen sekali dalam satu tahun. Perhitungan nilai pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11.

41

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) dan Payback Period (PP)

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) merupakan analisis untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. Nilai rata-rata Benefit Cost Ratio (B/C) pada tambak kepiting bakau yang diperoleh adalah bernilai > 1 (lebih dari satu) yaitu sebesar 2,26 yang berarti bahwa usaha tambak kepiting bakau ini memiliki manfaat yang positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkan secara ekonomi, sedangkan nilai rata-rata Benefit Cost Ratio (B/C) pada tambak ikan kakap putih yang diperoleh adalah < 1 (kurang dari satu) yaitu sebesar 0,97 yang berarti bahwa usaha tambak ikan kakap putih tidak memiliki manfaat yang positif dan tidak layak untuk dilakukan karena tidak menguntungkan secara ekonomi. Perhitungan nilai B/C dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Lampiran 13.

Analisis Payback Period (PP) bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menutupi nilai investasi. Rata-rata nilai Payback Period (PP) pada tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih adalah sebesar 1,01 dan -6,57 yang berarti tambak ini masing-masing membutuhkan waktu selama 1 tahun dan 6 tahun 5 bulan untuk mengembalikan nilai investasi. Perhitungan nilai PP dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15.

Cash Flow

Perhitungan cash flow perlu dilakukan dalam analisis usaha dari aspek finansial dalam rangka mengkaji ulang terhadap investasi yang telah ditanam. Rata-rata inflow tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih pada perkiraan cash flow yaitu sebesar Rp 95.336.400 dan Rp 24.569.520 dan rata-rata outflow sebesar

42

terdiri dari penerimaan dan nilai sisa sedangkan arus keluar (outflow) terdiri dari biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variable.

Analisis Finansial Usaha

Kelayakan finansial terhadap usaha kepiting bakau dan ikan kakap putih, dapat diketahui melalui pendekatan dengan tiga kriteria investasi yaitu Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return

(IRR). Nilai NPV, Net B/C, dan IRR dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR Usaha Tambak Kepiting Bakau di

Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang

Keterangan Satuan Nilai

Net Present Value (NPV) Rp 110.979.371

Net B/C - 3,10

Internal Rate of Return (IRR) % 42

Tabel 10. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR Usaha Tambak Ikan Kakap Putih di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang

Keterangan Satuan Nilai

Net Present Value (NPV) Rp -64.169.289

Net B/C - -0,13

Internal Rate of Return (IRR) % -9.18

Berdasarkan Tabel 10 nilai NPV tambak kepiting sebesar Rp 110.979.371. Nilai Net B/C sebesar 3,10. Nilai IRR sebesar 42%. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa NPV > 1, Net B/C > 1, dan IRR > discount rate. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha tambak kepiting bakau tersebut layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Berdasarkan Tabel 11 nilai NPV tambak ikan kakap putih sebesar Rp -64.169.289. Nilai Net B/C sebesar -0,13. nilai IRR sebesar -9.18%. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa NPV < 1, Net B/C < 1, dan IRR < discount rate. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha tambak ikan kakap putih tersebut tidak layak untuk diusahakan.

43

Analisis Sensitivitas

Data perkembangan harga benih dan harga jual kepiting bakau selama 5 tahun, diperoleh presentase perubahan sebesar 25% dan -0.25% dan ikan kakap putih sebesar 0.25% dan 0.125%. Berdasarkan data tersebut maka dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat kepekaan usaha budidaya kepiting bakau dan ikan kakap putih terhadap perubahan harga benih dan harga jual kepiting/ikan. Perhitungan nilai persentase perubahan nilai harga benih dan harga jual ikan dapat dilihat pada Lampiran 16, Lampiran 17, Lampiran 18, dan Lampiran 19. Perhitungan cash flow analisis finansial usaha tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih dengan sensitivitas menghasilkan NPV, Net B/C, dan IRR yang terdapat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Perkiraan cash flow dan perhitungan IRR pada usaha tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih dapat dilihat pada Lampiran 20, Lampiran 21, Lampiran 22, dan Lampiran 23.

Tabel 11. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada kondisi normal, kenaikan harga benih, dan penurunan harga jual kepiting bakau.

Keterangan

Kondisi Normal Kenaikan harga

benih sebesar 0.25%

Penurunan harga ikan sebesar -0.25% NPV Rp 110.979.371 Rp 110.968.648 Rp 111.671.533

Net B/C 3,10 3,10 3,11

IRR 42% 44% 43%

Tabel 12. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada kondisi normal, kenaikan harga benih, dan penurunan harga jual ikan kakap putih.

Keterangan

Kondisi Normal Kenaikan harga

benih sebesar 0.25%

Penurunan harga ikan sebesar 0.125% NPV Rp -64.169.289 Rp -64.200.317 Rp -64.250.626

Net B/C -0,13 -0,13 -0,13

44

Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa usaha tambak kepiting bakau pada kenaikan harga benih kepiting sebesar 0.25% dari Rp 15.000 menjadi Rp 15.037 (kenaikan harga benih mencapai Rp 37) menghasilkan nilai NPV positif, Net B/C > 1 dan IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku (20%). Nilai cash flow pada saat terjadi kenaikan harga benih dapat dilihat pada Lampiran 24.

Perhitungan nilai IRR dapat dilihat pada Lampiran 25. Begitu pula pada saat terjadi penurunan harga jual kepiting bakau adalah sebesar -0.25% dari Rp 150.000 menjadi Rp 149.625 (penurunan harga jual kepiting mencapai Rp 375 per kg) menghasilkan nilai NPV positif, Net B/C > 1 dan IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku (20%).

Nilai NPV yang positif berarti usaha tambak kepiting bakau di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C > 1 menunjukan bahwa selama umur proyek nilai manfaat bersih lebih besar dari pada nilai biaya bersih yang dikeluarkan. Pada sensitivitas kenaikan harga benih kepiting adalah NPV Rp 110.968.648 dan nilai Net B/C adalah sebesar 3,11, serta nilai IRR diperoleh sebesar 42%. Pada sensitivitas penurunan harga jual kepiting bakau diperoleh nilai NPV sebesar Rp 111.671.533. Nilai Net B/C sebesar 3.105470888 serta nilai IRR diperoleh sebesar 43%. Nilai cash flow pada saat terjadi penurunan harga jual kepiting dapat dilihat pada Lampiran 26 dan perhitungan IRR akibat penurunan harga jual kepiting dapat dilihat pada Lampiran 27.

Berbeda halnya dengan hasil analisis sensitivitas pada budidaya ikan kakap putih menunjukan bahwa usaha tambak tersebut pada kenaikan harga benih ikan sebesar 0.25% dari Rp 5.000 menjadi Rp 5.012 (kenaikan harga benih

45

mencapai Rp 12) menghasilkan nilai NPV negatif, Net B/C < 1 dan IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku (20%). Nilai cash flow pada saat terjadi kenaikan harga benih dapat dilihat pada Lampiran 28. Perhitungan nilai IRR dapat dilihat pada Lampiran 29. Begitu pula pada saat terjadi penurunan harga jual ikan adalah sebesar 0.125% dari Rp 45.000 menjadi Rp 44.943 (penurunan harga jual ikan mencapai Rp 56 per kg) menghasilkan nilai NPV negatif, Net B/C < 1 dan IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku (20%).

Nilai NPV yang negatif berarti usaha tambak ikan kakap putih di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 tidak layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C < 1 menunjukan bahwa selama umur proyek nilai manfaat bersih lebih besar

Dokumen terkait