• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Air

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rataan kadar air kulit kayu

Eucalyptus grandis umur 4 tahun berkisar antara 11,11 % sampai dengan 13,28 %

dengan rata-rata 11,83%. Umur 8 tahun berkisar antara 13,28 % sampai dengan 15,46% dengan rata-rata 14,73% dan nilai rata-rata keseluruhannya adalah 13,28% seperti yang terlihat pada Tabel 1, dengan rincian selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.

Tabel 1. Rataan kadar air kulit kayu Eucalyptus grandis (%).

Umur pohon Letak kulit Rataan

pangkal tengah ujung

4 13,28±3,77 11,11±0,00 11,11±0,00 11,83±1,25

8 13,28±3,77 15,46±3,77 15,46±3,77 14,73±1,26

Rataan 13,28 13,28 13,28 13,28

Pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa nilai kadar air rata-rata kulit kayu

Eucalyptus grandis umur 4 tahun dan 8 tahun dalam kondisi kering udara dan

contoh yang dianalisis dengan berbagai pelarut (air dingin, air panas, NaOH 1% dan alkohol 96%) dalam kondisi kering udara juga, karena dalam kondisi kering udara kulit lebih mudah dianalisis dan mencegah terjadinya penambahan dan penyusutan kadar air.

Sebelum melakukan analisis, harus diketahui terlebih dahulu kadar air kulit kayu Eucalyptus grandis karena merupakan hal yang sangat penting. Seperti yang diungkapkan oleh Achmadi (1990), bahwa kayu adalah bahan higroskopis, sehingga sistem kayu-air amat penting di bidang teknologi kayu, fisika kayu, dan kimi kayu. Sebelum melakukan analisis kayu, kondisi kayu harus kering udara

karena analisis kayu bebas air menyebabkan adanya kemungkinan perubahan selama pengeringan dan sulitnya menimbang contoh tanpa menyerap air. Karena itu, biasanya sampel ditimbang dalam keadaan kering udara, dan kadar air ditetapkan menggunakan sampel lain. Hasil analisis bisanya dilaporkan berdasarkan keadaan kering mutlak. Menurut pendapat Haygreen dan Bowyer (1989) kandungan air kulit sebanding dengan kandungan air kayu dan sering melebihi 100% berat kering tanur. Kandungan air dihitung dengan membagi berat air dengan berat kulit bebas air.

Penetapan kadar air pada analisis ini menggunakan metode gravimetri yaitu pengeringan oven pada 103±2˚C sampai bobot tetap tercapai (TAPPI Standard T12 os-75; ASTM Standard D2016-65). Dari hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar air kulit pohon pada setiap letak (pangkal, tengah, ujung) pada satu pohon adalah sama yaitu dalam kondisi kering udara.

Kelarutan Dalam Air Dingin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan kelarutan zat ekstrakif kulit kayu Eucalyptus grandis dalam pelarut air dingin berkisar antara 13,33% sampai dengan 30,00% dengan rata-rata 20,83% seperti yang terlihat pada Tabel 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 2. Rataan kelarutan zat Ekstraktif kulit kayu Eucalyptus grandis (%) dalam pelarut air dingin.

Umur pohon Letak kulit Rataan

Pangkal Tengah Ujung

4 20,00±5,00 20,00±8,66 18,33±7,63 19,44±5,85 8 23,33±10,40 30,00±14,40 13,33±2,88 22,22±8,55

Hasil analisis sidik ragam kandungan zat ekstraktif kulit kayu Eucalyptus

grandis dengan menggunakan pelarut air dingin tidak menunjukkan perbedaan

yang nyata antara letak ketinggian kulit pada batang dan umur pohon (Lampiran 3). Hal ini diduga karena sebagian kecil saja senyawa yang larut dalam air dingin.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rataan kandungan zat ekstraktif pada setiap letak kulit pada batang mempunyai hasil yang berbeda, akan tetapi data yang diperoleh tidak menunjukkan bahwa kandungan zat ekstraktif pada bagian kulit pangkal lebih tinggi dari bagian tengah dan ujung ataupun sebaliknya. Rataan kandungan zat ekstraktif kulit pada bagian pangkal adalah 21,66% pada bagian tengah 25,00% dan bagian ujung 15,83% dengan rata-rata 20,83%. Data ini menunjukkan kandungan zat ekstraktif kulit pada bagian tengah memiliki kelarutan yang paling tinggi yaitu 25,00%.

Bahan-bahan yang larut dalam air dingin adalah glukosa, fruktosa, sukrosa, karbohidrat, garam-garam, pektin, zat warna dan enzim-enzim tertentu. Hal yang sama dikemukakan pula oleh Achmadi (1990) bahwa komponen utama yang larut air terdiri dari karbohidrat, protein, dan garam-garam anorganik.

Kelarutan Dalam Air Panas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan kelarutan zat ekstraktif kulit kayu Eucalyptus grandis dalam pelarut air panas berkisar antara 23,33% sampai dengan 35,00% dengan rata-rata 29,16% seperti yang terlihat pada Tabel 3. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 3. Rataan kelarutan zat Ekstraktif kulit kayu Eucalyptus grandis (%) dalam pelarut air panas.

Umur Pohon Letak kulit Rataan

Pangkal Tengah Ujung

4 26,66±7,63 25,00±5,00 23,33±5,70 24,99±4,40

8 33,33±5,70 35,00±13,20 31,66±11,50 33,33±10,14

Rataan 29,99 30,00 27,49 29,16

Hasil analisis sidik ragam kandungan zat ekstraktif kulit kayu Eucalyptus

grandis dengan menggunakan pelarut air panas menunjukkan perbedaan yang

nyata pada perlakuan umur pohon (Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan umur pohon mempunyai kandungan zat ekstraktif yang berbeda pula.

Rataan kandungan zat ekstraktif kulit pada bagian pangkal adalah 29,99% pada bagian tengah 30,00% dan bagian ujung 27,49% dengan rata-rata 29,16%. Hal ini menunjukkan bahwa rataan kandungan zat ekstraktif yang paling tinggi adalah pada bagian pangkal, tengah dan semakin ke ujung semakin rendah

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata kandungan zat ekstraktif pada umur 8 tahun lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata kandungan zat ekstraktif pada umur 4 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umur pohon yang semakin tua memiliki kandungan zat ekstraktif yang semakin tinggi pula, bahkan lebih tinggi dari kandugan zat ekstraktif kayu.

Hal ini sesuai dengan pendapat Fengel dan Wegener (1995) yang menyatakan bahwa kandungan ekstraktif dalam kulit lebih tinggi daripada dalam kayu. Ia tidak hanya tergantung pada spesies tetapi juga pada pelarut yang digunakan. Keanekaragaman senyawa yang dapat diekstraksi biasanya membutuhkan serangkaian ekstraksi, yang biasanya memberikan ciri awal komposisinya. Variasi komposisi ini dapat sangat besar bahkan di dalam kayu

satu genus. Biasanya, bagian-bagian yang berbeda dari pohon yang sama, yaitu, batang, cabang, akar, kulit kayu dan tugi, berbeda banyak jumlah maupun komposisi ekstraktifnya.

Kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin lebih sedikit dibandingkan dengan kelarutan zat ekstraktif dalam air panas. Hal ini diduga karena dalam kelarutan zat ekstraktif pada air panas terdapat komponen-komponen utama kayu seperti karbohidrat, protein dan garam-garam anorganik mudah larut atau terlarut dalam air panas dalam jumlah yang besar.

Sesuai dengan pendapat Achmadi (1990) komponen utama yang larut air terdiri dari karbohidrat, protein, dan garam-garam organik. Dalam kasus manapun tidak ada perbedaan yang tegas antara komponen ekstraktif yang dipisahkan dengan pelarut berbeda. Misalnya, tanin larut dalam air panas, tetapi juga ditemukan dalam ekstrak alkohol.

Kelarutan Dalam NaOH 1%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan kelarutan zat ekstraktif kulit kayu Eucalyptus grandis dalam pelarut NaOH 1% berkisar antara 43,33% sampai dengan 50% dengan rata-rata 47,22% seperti yang terlihat pada Tabel 4. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 4. Rataan kelarutan zat Ekstraktif kulit kayu Eucalyptus grandis (%) dalam pelarut NaOH 1%.

Umur pohon Letak kulit Rataan

Pangkal Tengah Ujung

4 45,00±5,00 45,00±0,00 43,33±2,80 44,44±1,92

8 50,00±0,00 50,00±0,00 50,00±0,00 50,00±0,00

Hasil analisis sidik ragam kandungan zat ekstraktif kulit kayu Eucalyptus

grandis dengan menggunakan pelarut NaOH 1% menunjukkan perbedaan yang

nyata pada perlakuan umur pohon. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Rataan kandungan zat ekstraktif kulit pada setiap bagian adalah 47,50% pada bagian pangkal, 47,50% pada bagian tengah dan 46,66% pada bagian ujung dengan rata-rata 47,22%. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan zat ekstraktif pada bagian pangkal dan tengah mempunyai nilai yang sama (47,50%). Namun kandungan zat ekstraktif bagian ujung lebih rendah.

Rataan kandungan zat ekstraktif dalam pelarut NaOH 1% merupakan yang paling tinggi, hal ini disebabkan karena zat ekstraktif yang larut dalam NaOH berupa senyawa karbohidrat dan lignin banyak terlarut (Soenardi, 1976). NaOH juga mampu melarutkan sebagian besar hemiselulosa khususnya rantai cabangnya baik dari pentosa, heksosa maupun asam organik. Oleh karena itu hasil kelarutan yang diperoleh dari pelarut NaOH 1% merupakan hasil yang paling efektif dalam pemanfaatannya karena mempunyai kandungan zat ekstraktif yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sjőstrőm (1998) yang menyatakan bahwa Ekstraktif tidak hanya penting untuk mengerti taksonomi dan biokimia pohon-pohon, tetapi penting juga bila dikaitkan dengan aspek-aspek teknologi. Ekstraktif merupakan bahan dasar yang berharga untuk pembuatan bahan kimia organik dan memainkan peranan penting dalam proses pembuatan pulp dan kertas.

Banyaknya kandungan asam pada saat ekstraksi dalam pelarut NaOH mengharuskan untuk dicuci dengan aquades panas berulang kali sampai bebas asam yang dicek dengan kertas lakmus. Ekstraksi kulit lebih asam bila

dibandingkan dengan ekstraksi kayu, sesuai dengan pendapat Haygreen (1989) bahwa ekstraktif terlarut kebanyakan kulit berkisar dari sedang sampai keasaman tinggi, dengan nilai pH berkisar dari 3,5 sampai 6. Ekstrak kulit biasanya jauh lebih asam daripada ekstrak kayu spesies yang sama. Sifat asam kulit mungkin memerlukan sejumlah perubahan dalam metode pengolahan tempat bahan itu akan digunakan.

Kelarutan Dalam Alkohol 96%

Data hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat bahwa rataan kelarutan zat ekstraktif kulit kayu Eucalyptus grandis dalam pelarut Alkohol 96% berkisar antara 20% sampai dengan 31,66% dengan rata-rata 24,44% seperti yang terlihat pada Tabel 5. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 8

Tabel 5. Rataan kelarutan zat Ekstraktif kulit kayu Eucalyptus grandis (%) dalam pelarut Alkohol 96%.

Umur pohon Letak kulit Rataan

Pangkal Tengah Ujung

4 21,66±5,70 20,00±0,00 20,00±5,00 20,55±3,47

8 28,33±5,70 31,66±16,07 25,00±0,00 28,33±7,26

Rataan 24,99 25,83 22,50 24,44

Hasil analisis sidik ragam kandungan zat ekstraktif kulit kayu

Eucalyptus grandis dengan menggunakan pelarut Alkohol 96% tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata antara letak kulit pada batang dan umur pohon . Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 9.

Rataan kandungan zat ekstraktif kulit pada setiap bagian adalah 24,99% pada bagian pangkal, 25,83% pada bagian tengah dan 22,50% pada bagian ujung dengan rata-rata 24,44%. Dari data tersebut dapat diketahui pada bagian tengah mempunyai nilai rataan yang paling tinggi.

Rataan kandungan zat ekstraktif kulit dalam pelarut alkohol tidak menunjukkan bahwa letak kulit pada batang (pangkal, tengah, ujung) mempunyai batasan yang jelas, misalnya kulit pada bagian pangkal mempunyai kadar zat ekstraktif yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kulit bagian tengah maupun bagian ujung. Hal ini tidak hanya terdapat pada pelarut alkohol akan tetapi hal ini juga terdapat pada pelarut lainnya yaitu air dingin, air panas dan NaOH. Seperti yang diungkapkan oleh Simatupang (1988) Pada umumnya kadar zat ekstraktif tidak dipengaruhi oleh tingginya batang. Tetapi kayu dari cabang menunjukkan kadar zat ekstraktif yang umumnya lebih rendah daripada batang dan batang yang dekat pada akar mempunyai kadar zat ekstraktif yang paling tinggi.

Banyaknya nilai kandungan zat ekstraktif yang terdapat pada kulit membuat perhatian banyak orang untuk memanfaatkan kulit sebagai bahan pengawet alami ataupun dalam bentuk pemanfaatan lainnya. Apabila dibandingkan dengan kayu, kulit lebih banyak mengandung zat ekstraktif, ekstraksi kulit kayu meliputi berbagai pati, resin dan lilin. Hal ini sesuai dengan pendapat Haygreen (1989) bahwa kandungan ekstraktif (berdasar atas ekstraksi yang berurutan dengan bensen alkohol 95%, dan air panas) kulit adalah tinggi dibandingkan dengan kayu, umumnya sebanyak 15-26%-nya untuk kulit dan 2-9% untuk kayu.

Bagian utama dari bahan kimia yang dapat diekstraksi, seperempat sampai setengah beratnya, adalah asam tanat, suatu bahan kimia yang sering digunakan sebagai suatu komponen lumpur pengeboran sumur untuk membantu mengendalikan viskositas dan kekuatan gel. Asam tanat juga digunakan sebagai

agen tanin dalam pengolahan kulit sepatu dan bahan tambahan penting dalam pembuatan tinta dan bahan pewarna.

Dokumen terkait