• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum

Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog, Ciawi, Bogor terletak pada ketinggian 650 m diatas permukaan laut dan agak jauh dengan pemukiman penduduk. Hal ini membuat satwa-satwa yang tinggal di PPS Gadog cukup terjaga kenyamanannya. Salah satu jenis satwa yang ada di PPS Gadog adalah owa Jawa (H. moloch). Lokasi kandang owa Jawa terletak kurang lebih 40 meter dari jalan raya dan berjarak kira-kira 20 meter dari dapur pakan. Lokasi kandang owa Jawa terletak berdekatan dengan satwa primata lainnya yaitu empat ekor siamang, empat ekor lutung dan satu ekor owa ungko, sehingga bila salah satu primata bersuara maka akan timbul kebisingan karena semua primata akan bersahut-sahutan. Sumber kebisingan selain suara satwa primata yang bersahut-sahutan adalah suara motor dan suara kendaraan lainnya, namun karena kendaraan jarang lewat di dekat kandang maka owa Jawa tidak terganggu dengan suara bising tersebut. Hal yang membuat owa Jawa stress atau mengalami tekanan adalah kedatangan orang asing yang berkunjung untuk melihat-lihat satwa di PPS Gadog. Stress ini menyebabkan aktivitas konsumsi pakan pada owa Jawa menjadi terganggu, khususnya owa Jawa betina. Dapur pakan terletak di depan kandang beruang madu. Di sebelah kanan dapur pakan terdapat gudang penyimpanan pakan (Gambar 7).

Foto : Rasmada (2007) Foto : Rasmada (2007)

Suhu udara adalah faktor eksternal yang turut mempengaruhi jumlah konsumsi pakan pada satwa. Pada saat suhu udara tinggi dan kelembaban udara rendah maka owa Jawa akan beristirahat jika tidak ada suara bising atau orang asing yang berkunjung. Owa Jawa tidak terlalu sering mengkonsumsi air minum karena pakan yang dikonsumsinya mengandung kadar air yang cukup tinggi. Rataan suhu udara dan kelembaban (RH) selama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2. Rataan suhu (27,240C) dan kelembaban udara (68,40%) di PPS Gadog mendekati suhu dan kelembaban habitat asli owa Jawa. Hal ini sesuai dengan pendapat Supriatna dan Wahyono (2000) yang menyatakan bahwa owa Jawa merupakan satwa primata yang hidup di daerah tropis khususnya di hutan-hutan di Jawa Barat.

Tabel 2. Rataan Suhu dan Kelembaban (RH) selama Pengamatan Rataan ± sd Waktu Suhu (oC) Kelembaban (%) 06.00 (pagi) 19,46 ± 1,22 94,15 ± 4,13 12.00 (siang) 31,92 ± 1,77 56,23 ± 5,16 16.00 (sore) 30,33 ± 3,02 54,81 ± 6,72 Rataan ± sd 27,24 ± 5,96 68,40 ± 19,11 Tingkat Palatabilitas

Jenis bahan pakan yang diberikan pada owa Jawa selama penelitian didasarkan pada ketersediaan pakan, keadaan ekonomi PPS, musim dan kesukaan satwa terhadap pakan. Jenis bahan pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan nutrisi owa Jawa agar dapat terjaga keberlangsungan hidupnya. Pakan yang diberikan yaitu apel malang (Pyrus malus), ubi jalar (Ipomoea batatas), semangka (Citrullus vulgaris), kangkung (Ipomoea aquatica), pisang (Musa paradisiaca), jambu biji (Psidium guajava) dan markisa (Passiflora quadragularis). Jenis bahan pakan yang diberikan didominasi oleh buah-buahan karena menurut Kuester (2000), owa Jawa merupakan primata pemakan buah (frugivora).

Palatabilitas bahan pakan pada masing-masing waktu pemberian pakan berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8 yang menunjukkan urutan palatabilitas jenis bahan pakan menurut waktu pemberian pakan (pagi dan siang hari) yang dilakukan selama pengamatan.

Tingkat palatabilitas bahan pakan atau yang paling disukai pada pagi hari berturut-turut adalah ubi jalar, semangka, pisang, jambu biji, kangkung, markisa dan apel. Ubi jalar merupakan pakan yang paling disukai pada pagi hari karena rasanya yang manis dan mudah untuk dimakan selain itu pada pagi hari ubi jalar digunakan sebagai sumber energi setelah pada malam sebelumnya owa Jawa tidak mendapatkan makanan. Semangka merupakan pakan yang paling disukai owa Jawa setelah ubi jalar, hal ini disebabkan semangka mengandung air yang banyak sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya akan air.

Pada siang hari urutan palatabilitas dari jenis bahan pakan berturut-turut adalah ubi jalar, semangka, pisang, jambu biji, kangkung, markisa dan apel. Ubi jalar merupakan pakan yang paling palatable, namun pada siang hari konsumsi ubi jalar yang tinggi juga diimbangi dengan tingginya konsumsi buah-buahan yang mengandung kadar air lebih tinggi. Tingginya konsumsi buah-buahan pada siang hari disebabkan oleh tingginya temperatur udara sehingga dengan mengkonsumsi buah-buahan akan dapat memenuhi kebutuhan air bagi owa Jawa.

Gambar 8. Tingkat Palatabilitas Owa Jawa selama Pengamatan

Perbedaan berdasarkan waktu pemberian pakan ini terjadi karena jarak waktu pemberian pakan berikutnya yang memiliki rentang waktu yang berbeda. Pemberian pakan pada pagi hari memiliki rentang waktu dari pukul 08.00 WIB, lalu pemberian pakan berikutnya yaitu pada pukul 13.00 WIB. Perbedaan palatabilitas juga terjadi karena kandungan kadar air masing-masing bahan pakan berbeda. Palatabilitas pakan

buahan pada siang hari lebih tinggi dibandingkan dengan palatabilitas buah-buahan pada pagi hari. Hal ini disebabkan suhu udara pada siang hari yang tinggi sehingga owa Jawa cenderung menyukai pakan segar yang mengandung banyak air, dan keadaan ini dapat menghilangkan rasa haus serta mengurangi rasa panas dari dalam tubuh.

Palatabilitas bahan pakan yang berbeda juga terjadi karena adanya perbedaan jenis kelamin. Pada Gambar 9 dapat dilihat tingkat palatabilitas owa Jawa menurut jenis kelamin (jantan dan betina) selama pengamatan.

Gambar 9. Tingkat Palatabilitas Owa Jawa selama Pengamatan

Owa Jawa jantan memiliki tingkat palatabilitas jenis bahan pakan yang diberikan yaitu: ubi jalar, pisang, semangka, jambu biji, kangkung, apel dan markisa. Ubi jalar merupakan pakan yang paling palatable karena ubi jalar memiliki tekstur yang lembut dan mudah dimakan. Ubi jalar dan pisang mengandung pati sehingga mudah untuk dirombak didalam tubuh menjadi sumber energi bagi owa jantan. Owa Jawa jantan dalam memenuhi kebutuhan air terkadang menjilati kandangnya yang terbuat dari besi ketika basah oleh air setelah kandang dibersihkan, selain itu owa Jawa jantan juga mengkonsumsi semangka untuk memenuhi kebutuhan air dalam kehidupan sehari-harinya.

Owa Jawa betina memiliki urutan palatabilitas yaitu: semangka, ubi jalar, pisang, markisa, jambu biji, kangkung dan apel. Semangka dan ubi jalar merupakan pakan yang palatable pada owa Jawa betina karena semangka dan ubi dapat saling

melengkapi yaitu semangka sebagai sumber air dan ubi jalar sebagai sumber energi bagi owa Jawa betina untuk menjalani aktivitas sehari-harinya.

Tingkat palatabilitas jenis bahan pakan berdasarkan jenis kelamin pada owa Jawa ini dapat disebabkan oleh perbedaan asal tempat sebelum berada di penangkaran, aktivitas sehari-hari dan fisiologi. Owa Jawa jantan sebelum ditangkarkan dipelihara oleh warga Jakarta, sehingga pakan yang diberikan oleh pemilik sebelumnya adalah pakan yang mudah didapat dan murah di lingkungan sekitar pemilik tersebut. Hal ini menyebabkan owa Jawa jantan lebih menyukai ubi jalar yang direbus terlebih dahulu dan pisang. Owa Jawa betina sebelum berada di PPS Gadog merupakan hasil sitaan dari Bandung. Bandung memiliki kelembaban yang tinggi sepanjang hari, hal ini berbeda dengan Gadog yang memiliki kelembaban tinggi hanya pada pagi hari. Keadaan ini menyebabkan owa betina mudah merasa haus sehingga pakan semangka lebih palatable baginya.

Owa Jawa jantan melakukan aktivitas bersuara dan lokomosi yang lebih rendah dibandingkan dengan owa Jawa betina. Hal ini menyebabkan owa Jawa betina memerlukan asupan nutrisi yang lebih tinggi dari pakan karena dengan aktivitas yang tinggi tersebut maka dibutuhkan energi yang lebih besar. Owa Jawa betina memiliki suara yang lebih nyaring dan sering bersahut-sahutan dengan primata lainnya, sedangkan owa Jawa jantan cenderung lebih tenang.

Pada penelitian ini, umur owa Jawa jantan lebih tua daripada owa Jawa betina sehingga owa Jawa jantan sukar untuk mengkonsumsi pakan yang agak keras dan cenderung memilih pakan yang lembut dan mudah untuk dikonsumsi. Pada saat pengamatan, owa Jawa betina sedang mengalami menstruasi sehingga memerlukan asupan nutrisi yang lebih tinggi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

Konsumsi Pakan

Pakan yang diberikan kepada owa Jawa selama penelitian didominasi oleh buah-buahan (pisang, markisa, semangka, jambu biji, apel) daripada umbi-umbian (ubi jalar) dan sayuran (kangkung). Hal ini sesuai dengan pendapat Kuester (2000) yang menyatakan bahwa owa Jawa adalah primata pemakan buah (frugivora) selain itu owa Jawa juga memakan daun-daunan dan bunga.

Konsumsi Bahan Pakan Segar

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa owa Jawa lebih menyukai pakan buah-buahan dengan rataan jumlah konsumsi bahan segar sebesar 420,55 gram/ekor/hari atau sebesar 65,59% dari rataan total konsumsi bahan segar. Ubi jalar berada di urutan kedua dengan jumlah konsumsi bahan segar sebesar 148,53 gram/ekor/hari atau 23,17% dari rataan total konsumsi bahan segar, sedangkan kangkung dikonsumsi sebesar 72,05 gram/ekor/hari atau 11,24% dari rataan total konsumsi bahan segar. Tingginya konsumsi pakan buah-buahan ini disebabkan owa Jawa termasuk primata pemakan buah-buahan (frugivora) maka owa Jawa lebih menyukai pakan buah-buahan yang diberikan dalam penelitian ini. Pada Tabel 3 dapat juga dilihat bahwa owa Jawa jantan dan betina memiliki konsumsi pakan ubi jalar yang tinggi. Hal ini diduga karena ubi jalar yang diberikan telah direbus terlebih dahulu sehingga teksturnya menjadi lembut dan memudahkan owa Jawa dalam mencerna bahan pakan tersebut. Ubi jalar juga memiliki kandungan BETN yang tinggi. Menurut Tillman et al. (1991), BETN mengandung pati yang mudah dicerna.

Pada owa Jawa jantan pakan yang paling banyak dikonsumsi adalah ubi jalar sebesar 122,04 gram/ekor/hari. Hal ini dikarenakan ubi jalar merupakan sumber energi yang baik dalam bentuk karbohidrat (Sulistiyo, 2006) dan ubi jalar yang telah dimasak memiliki kandungan gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan ubi jalar mentah (Honestin, 2007) sehingga owa Jawa jantan mengkonsumsinya lebih banyak ditambah lagi dengan pisang yang digunakan sebagai sumber karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan energi yang berasal dari karbohidrat. Owa Jawa betina lebih menyukai semangka dengan konsumsi sebesar 177,88 gram/ekor/hari, namun karena ubi jalar memiliki kadar bahan kering lebih tinggi daripada semangka maka ubi jalar merupakan jenis bahan pakan yang dikonsumsi paling banyak. Rataan konsumsi pakan segar pada owa Jawa jantan dan betina menunjukkan bahwa keduanya menyukai ubi jalar dengan rataan konsumsi bahan segar sebesar 148,53 gram/ekor/hari.

Pagi hari owa Jawa jantan mengkonsumsi pisang dengan rataan 55,21 gram/ekor/hari. Hal ini disebabkan pisang memiliki daging buah yang agak keras, aroma yang harum dan rasa yang manis serta mengandung air dan karbohidrat yang tinggi (Satuhu dan Supriyadi, 1998), sehingga owa jantan mengkonsumsi pisang

pada pagi hari untuk dijadikan sebagai sumber energi dalam aktivitasnya. Pada siang hari owa Jawa jantan mengkonsumsi ubi jalar sebesar 87,46 gram/ekor/hari karena suhu siang hari yang relatif tinggi yaitu 31,920C menyebabkan terjadinya penurunan konsumsi sehingga diperlukan pakan yang memiliki kadar protein tinggi agar oleh tubuh tidak langsung diubah menjadi panas.

Tabel 3. Rataan Konsumsi Bahan Pakan Segar pada Owa Jawa

Jantan Betina Rataan Pakan

Pagi Siang Total Pagi Siang Total Pagi Siang Total ---gram / ekor / hari---

Ubi Jalar 34,58 87,46 122,04 87,08 87,94 175,02 60,83 87,7 148,53 Kangkung 30,79 38,25 69,04 34,71 40,35 75,06 32,75 39,3 72,05 Pisang 55,21 59,58 114,79 55,63 60 115,63 55,42 59,79 115,21 Markisa 5,83 5 10,83 24,58 70,96 95,54 15,21 37,98 53,19 Semangka 35 60 95 80,17 97,71 177,88 57,59 78,86 136,45 Jambu biji 40,33 41,29 81,62 36,58 41,5 78,08 38,46 41,4 79,86 Apel 6,25 19,42 25,67 19,58 26,42 46 12,92 22,92 35,84 Jumlah 207,99 311 518,99 338,33 424,88 763,21 273,18 367,95 641,13

Owa Jawa betina pada pagi hari mengkonsumsi ubi lebih tinggi (87,08 gram/ekor/hari) dibanding pakan lainnya, karena owa betina memerlukan energi yang besar untuk melakukan aktivitasnya sepanjang hari (aktivitas istirahat dan lokomosi) yang lebih tinggi daripada owa jantan. Pada siang hari owa betina mengkonsumsi semangka sebesar 97,71 gram/ekor/hari karena suhu di PPS Gadog yang tinggi sehingga menyebabkan owa betina merasa panas dan haus setelah banyak melakukan aktivitas. Semangka diketahui memiliki sifat yang dingin, penyejuk tubuh dan menghilangkan haus (Safuan, 2007). Berdasarkan Tabel 4 yang menyajikan kandungan nutrien pakan dapat dilihat bahwa semangka mengandung protein kasar yang tinggi (35,20%) sehingga semangka dapat digunakan untuk meningkatkan konsumsi pada owa Jawa betina yang memiliki aktivitas tinggi.

Tabel 4. Kandungan Nutrien pada Bahan Pakan

Pakan BK BO Abu LK PK SK BETN GE

% ---100 % BK--- Kal/100 gram BK Ubi Jalar 26,63 97,21 2,79 1,00 3,57 9,37 83,27 4137,20 Kangkung 6,47 88,81 11,19 3,39 30,30 14,65 40,48 4504,94 Pisang 19,87 97,06 2,94 0,15 5,78 0,87 90,25 4086,47 Markisa 13,78 94,90 5,10 1,91 14,87 24,19 53,93 4932,05 Semangka 1,01 81,37 18,63 4,90 35,29 11,76 29,42 39938,04 Jambu biji 28,07 95,87 4,13 1,46 4,66 33,97 55,78 4649,11 Apel 28,94 97,26 2,74 2,61 3,54 34,34 56,77 4580,33 Keterangan : BK = Bahan Kering, BO = Bahan Organik, LK = Lemak Kasar, PK = Protein Kasar, SK

= Serat Kasar, BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dan GE = Gross Energy (Energi Bruto)

Konsumsi Bahan Kering

Konsumsi bahan kering pada owa Jawa selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Dalam Tabel 5 diketahui bahwa bahan pakan yang paling tinggi konsumsinya baik pada owa Jawa jantan maupun owa Jawa betina adalah pakan buah-buahan yaitu 64,39 gram/ekor/hari atau sebesar 59,29% dari total rataan konsumsi bahan kering pakan. Menurut Conservation International Indonesia (2000), owa Jawa di habitat alaminya mengkonsumsi buah sebanyak 61%. Hal ini menyebabkan owa Jawa di PPS Gadog lebih banyak mengkonsumsi pakan buah-buahan. Ubi jalar berada di peringkat dua dengan total konsumsi 39,55 gram/ekor/hari atau sebesar 36,42 % dan kangkung memiliki konsumsi yang paling sedikit yaitu 4,66 gram/ekor/hari sebesar 4,29% dari total rataan konsumsi bahan kering pakan. Menurut Kappeler (1984), H. moloch merupakan primata bermarga

Hylobates yang paling banyak mengkonsumsi buah-buahan dalam makanannya. Persentase konsumsi buah, dedaunan dan bunga masing-masing adalah 61, 38 dan 1%. Kappeler (1981) menyatakan bahwa buah banyak dikonsumsi karena memiliki energi yang tinggi dan kaya akan gula, sedangkan dedaunan yang juga dimakan oleh owa Jawa mengandung banyak protein.

Tabel 5. Rataan Konsumsi Bahan Kering Owa Jawa

Jantan Betina Rataan Pakan

Pagi Siang Total Pagi Siang Total Pagi Siang Total ---gram / ekor / hari--- Ubi Jalar 9,21 23,29 32,5 23,19 23,42 46,61 16,2 23,35 39,55 Kangkung 1,99 2,47 4,46 2,25 2,61 4,86 2,12 2,54 4,66 Pisang 10,97 11,84 22,81 11,05 11,92 22,97 11,01 11,88 22,89 Markisa 0,80 0,69 1,49 3,39 9,78 13,17 2,1 5,23 7,33 Semangka 0,35 0,61 0,96 0,81 0,99 1,8 0,58 0,80 1,38 Jambu biji 11,32 11,59 22,91 10,27 11,65 21,92 10,8 11,62 22,42 Apel 1,81 5,62 7,43 5,67 7,65 13,32 3,74 6,63 10,37 Jumlah 36,45 56,11 92,56 56,63 68,02 124,65 46,55 62,05 108,6

Owa Jawa jantan memiliki jumlah konsumsi bahan kering yang lebih kecil (92,56 gram/ekor/hari) daripada owa Jawa betina (124,65 gram/ekor/hari). Hal ini terjadi karena owa Jawa jantan memiliki aktivitas sehari-hari yang lebih sedikit dibanding dengan owa Jawa betina. Aktivitas tinggi menyebabkan konsumsi pakan juga tinggi. Owa Jawa jantan dan betina mengkonsumsi ubi jalar dengan jumlah konsumsi 32,5 dan 46,61 gram/ekor/hari. Menurut Cullison et al. (2003), pati dicerna didalam mulut dan di usus halus dengan bantuan enzim yang tersedia untuk dipecah menjadi glukosa. Glukosa tersebut kemudian dimanfaatkan menjadi sumber energi bagi owa Jawa. Konsumsi ubi jalar yang rendah pada owa jantan menyebabkan konsumsi energi lebih kecil dibandingkan dengan owa betina. Konsumsi energi yang rendah menyebabkan aktivitas owa jantan lebih sedikit daripada aktivitas owa betina. Konsumsi bahan pakan yang sangat berbeda terjadi pada bahan pakan markisa, semangka dan apel, karena ketiganya mengandung serat kasar yang cukup tinggi masing-masing 24,19; 11,76 dan 34,34%. Menurut Yulianti et al. (2006), serat yang terdapat dalam apel berasal dari pektin yang merupakan serat larut yang biasa terdapat dalam buah-buahan dan sayuran. Owa Jawa merupakan hewan yang memiliki mikroorganisme dengan kemampuan dapat menguraikan serat dalam saluran pencernaannya sehingga jika pakan yang dikonsumsi mengandung serat yang tinggi maka serat tersebut akan diurai menjadi glukosa yang dimanfaatkan sebagai sumber energi. Konsumsi markisa dan apel yang rendah oleh owa Jawa jantan

menyebabkannya mengkonsumsi energi yang rendah. Semangka memiliki kandungan protein dan abu yang tinggi. Kandungan protein yang tinggi diduga berasal dari biji semangka yang turut dikonsumsi oleh owa Jawa. Kandungan abu yang tinggi diduga berasal dari mineral yaitu kalsium, natrium, kalium dan fosfor (Made dan Kasih, 2008). Kandungan protein yang tingi pada semangka menyebabkan konsumsi yang rendah pada owa jantan.

Konsumsi bahan kering yang paling tinggi pada pagi hari oleh owa Jawa jantan adalah jambu biji dengan rataan 11,32 gram/ekor/hari. Jambu biji mengandung air dan karbohidrat yang tinggi sehingga owa Jawa jantan menggunakan kandungan air sebagai sumber air dan karbohidrat. Pada pagi hari, karbohidrat diperlukan sebagai sumber energi untuk aktivitas owa Jawa jantan dimana pada waktu tersebut lebih banyak aktivitas bermain dan lokomosi. Konsumsi pakan yang mengandung energi tinggi menyebabkan konsumsi pakan yang lainnya menjadi rendah. Pada siang hari owa Jawa jantan banyak mengkonsumsi ubi jalar dengan konsumsi sebesar 23,29 gram/ekor/hari. Ubi jalar mengandung karbohidrat mudah dicerna lebih tinggi dibandingkan dengan bahan pakan lainnya. Konsumsi bahan kering owa jantan pada siang hari (56,11 gram/ekor/hari) lebih tinggi dibandingkan dengan pagi hari (36,45 gram/ekor/hari). Hal ini disebabkan perbedaan jarak pemberian pakan sebelumnya dan suhu lingkungan yang meningkat.

Owa Jawa betina mengkonsumsi ubi jalar cukup tinggi pada pagi dan siang hari, masing-masing 23,19 dan 23,42 gram/ekor/hari. Konsumsi pakan owa Jawa betina pada siang hari (68,02 gram/ekor/hari) sedikit mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan konsumsi pakan pada pagi hari (56,63 gram/ekor/hari). Hal ini disebabkan oleh tingginya aktivitas owa Jawa betina pada pagi hari sehingga pada saat siang hari owa betina memerlukan asupan makanan yang lebih banyak.

Rataan total dari konsumsi bahan kering pada owa Jawa jantan dan betina menunjukkan bahwa konsumsi yang paling tinggi adalah ubi jalar masing-masing dengan rataan 32,5 dan 46,61 gram/ekor/hari. Dari hasil konsumsi bahan kering ini dapat disimpulkan bahwa pakan yang paling disukai oleh owa Jawa adalah ubi jalar karena menurut pernyataan Sulistiyo (2006) ubi jalar merupakan sumber energi dalam bentuk karbohidrat yang baik. Sebagian besar karbohidrat pada ubi jalar terdapat dalam bentuk pati. Komponen lain selain pati adalah serat dan beberapa

jenis gula yang bersifat larut seperti maltosa, sukrosa, fruktosa dan glukosa. Sukrosa merupakan gula yang banyak terdapat dalam ubi jalar. Kandungan gula dalam ubi jalar yang telah dimasak jumlahnya meningkat bila dibandingkan jumlah gula pada ubi jalar mentah. Total gula dalam ubi jalar berkisar antara 0,38 - 5,64 % dalam berat basah (Sulistiyo, 2006).

Pisang dan jambu biji merupakan pakan buah-buahan yang paling tinggi konsumsinya dibandingkan dengan konsumsi pakan buah lainnya. Konsumsi pisang dan jambu biji masing-masing adalah 22,89 dan 22,42 gram/ekor/hari. Tingginya konsumsi pisang kemungkinan disebabkan oleh tekstur daging buah yang lembut dan agak keras dan rasanya yang manis. Jambu biji diduga banyak dikonsumsi karena tekstur daging buah yang lembut, berair dan rasanya yang manis.

Konsumsi Nutrien dan Gross Energy

Owa Jawa merupakan salah satu satwa yang hampir punah sehingga kebutuhan nutrien pakan sangat perlu diperhatikan. Semakin baik kandungan nutrien dalam pakan maka konsumsi hewan tersebut akan meningkat, selain itu owa Jawa juga dapat mempertahankan hidupnya. Konsumsi zat makanan dan energi bruto pada masing-masing owa Jawa dapat dilihat pada Tabel 6.

Konsumsi pakan pada owa Jawa dalam bentuk segar, kering, zat-zat makanan dan energi terdapat perbedaan antar jenis kelamin. Hal ini disebabkan adanya perbedaan palatabilitas bahan pakan yang berakibat konsumsi pakan total menjadi berbeda. Owa Jawa jantan memiliki konsumsi pakan total yang lebih rendah baik dalam bentuk bahan segar maupun bahan kering nutrien dan energi dibanding owa Jawa betina. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah aktivitas sehari-hari dimana owa Jawa jantan cenderung lebih tenang daripada owa Jawa betina sehingga owa Jawa jantan memerlukan asupan makanan yang lebih sedikit dan membutuhkan energi yang lebih kecil dibandingkan dengan owa Jawa betina.

Menurut Church dan Pond (1988), konsumsi pakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal, eksternal dan lingkungan. Faktor internal berasal dari hewan itu sendiri yaitu status fisiologi dari hewan tersebut. Faktor eksternal berasal dari pakan dan suhu. Pakan yang diberikan pada owa Jawa merupakan pakan budidaya sehingga pakan tersebut berbeda dengan pakan pada habitat asalnya. Hal ini disebabkan owa Jawa yang berada di PPS Gadog telah

beradaptasi dengan pakan yang ada di PPS Gadog sehingga konsumsi pakan pada owa Jawa tinggi.

Tabel 6. Konsumsi Nutrien dan Energi Bruto pada Owa Jawa Owa Jawa

Bahan Pakan dan Nutrien

Jantan Betina Rataan ---gram / ekor / hari--- Pakan Segar 518,99 763,21 641,1 Bahan Kering 92,57 124,64 108,61 Bahan Organik 89,09 118,76 103,92 Abu 3,48 4,73 4,11 Protein Kasar 5,72 8,51 7,12 Lemak Kasar 1,11 1,66 1,39 Serat Kasar 14,71 20,59 17,65 BETN 67,54 88,00 77,77

Gross Energy (kal/ekor/hari) 4340,18 6035,75 5187,97

Lingkungan PPS Gadog memiliki suhu yang rendah pada pagi hari dan tinggi pada siang dan sore hari. Perbedaan suhu ini menyebabkan jumlah konsumsi pakan menjadi berbeda pada owa Jawa. Tabel 5 memperlihatkan bahwa konsumsi pakan pada pagi hari lebih rendah dibandingkan pada siang hari. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan air dalam bahan pakan yang dikonsumsi adalah tinggi sehingga pada siang hari owa Jawa membutuhkan air yang lebih tinggi dan berusaha memenuhi kebutuhan air melalui pakan yang diberikan selain melakukan aktivitas minum yang tinggi.

Konsumsi nutrien pakan yang tinggi adalah bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), bahan organik (BO) dan serat kasar. Konsumsi BETN yang tinggi disebabkan sebagian besar pakan yang diberikan di PPS Gadog mengandung BETN yang tinggi kecuali semangka (29,42% BK), namun semangka dimanfaatkan sebagai salah satu sumber air bagi owa Jawa. Konsumsi serat kasar pada owa Jawa jantan dan betina relatif tinggi, hal ini disebabkan owa Jawa memungkinkan untuk mencerna serat kasar yang berasal dari bahan pakan pada saluran pencernaannya

Dokumen terkait