• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kebutuhan nutrien dan kecernaan pakan pada Owa jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kebutuhan nutrien dan kecernaan pakan pada Owa jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi Bogor"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN PAKAN

PADA OWA JAWA (Hylobates moloch) DI PUSAT

PENYELAMATAN SATWA GADOG-CIAWI

BOGOR

SKRIPSI SADA RASMADA

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

SADA RASMADA. D24104085. 2008. Analisis Kebutuhan Nutrien dan Kecernaan Pakan pada Owa Jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi Bogor. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Didid Diapari, MS Pembimbing Anggota 1 : Dr. Wartika Rosa Farida

Pembimbing Anggota 2 : Ir. Anita Sardiana Tjakradidjaja, MRur.Sc.

Owa Jawa (Hylobates moloch) merupakan salah satu fauna khas Indonesia dan saat ini populasinya sudah semakin berkurang. Hal ini membutuhkan perhatian khusus dari masyarakat luas khususnya pemerintah. Salah satu wujud kepedulian tersebut adalah berdirinya Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog. PPS Gadog merupakan salah satu habitat ex situ bagi owa Jawa. Habitat ex situ perlu ditunjang dengan manajemen pemeliharaan yang sesuai. Salah satu manajemen pemeliharaan tersebut adalah pemberian pakan berdasarkan kebutuhan nutrien owa Jawa. Kebutuhan nutrien yang tercukupi membuat owa Jawa dapat mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan kebutuhan zat nutrisi dan kecernaan owa Jawa berdasarkan konsumsinya di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi, Bogor.

Pakan yang diberikan adalah ubi jalar, kangkung, pisang, markisa, semangka, jambu biji dan apel. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari antara pukul 08.00-09.00 WIB dan pada siang hari antara pukul 13.00-14.00 WIB. Pakan diberikan secara restricted feeding dan air diberikan ad libitum. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, jumlah zat-zat makanan yang dikonsumsi setiap hari, kecernaan semu nutrien, total digestible nutrient (TDN) dan digestible energy

(DE).

Urutan palatabilitas pakan pada owa Jawa jantan adalah ubi jalar, pisang, semangka, jambu biji, kangkung, apel dan markisa. Pada owa Jawa betina adalah semangka, ubi jalar, pisang, markisa, jambu biji, kangkung dan apel. Pada pagi dan siang hari urutan palatabilitas pakan pada owa Jawa adalah ubi jalar, semangka, pisang, jambu biji, kangkung, markisa dan apel.

Konsumsi pakan segar adalah 641,13 gram/ekor/hari atau dalam bahan kering sebesar 108,61 gram/ekor/hari. Rataan konsumsi zat-zat makanan pada owa Jawa adalah abu = 4,11 gram/ekor/hari, protein kasar (PK) = 7,12 gram/ekor/hari, lemak kasar (LK) = 1,39 gram/ekor/hari, serat kasar (SK) = 17,65 gram/ekor/hari, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) = 77,77 gram/ekor/hari serta GE = 5187,97 kalori/ekor/hari. Dari hasil konsumsi dapat dihitung pendugaan kebutuhan nutrien owa Jawa berdasarkan konsumsi bahan kering yaitu abu = 3,81%; PK = 6,52%; LK = 1,27%; SK = 16,25% dan BETN = 72,16%. Nilai koefisien cerna pada owa Jawa relatif tinggi yaitu abu 96,38%; PK 89,78%; LK 90%; SK 96,7% dan BETN 99,38%. Nilai TDN 95,81% dan nilai DE 98,16%.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah owa Jawa termasuk primata

(3)

owa Jawa, sedangkan konsumsi serat kasar (SK) owa Jawa relatif tinggi. Koefisien cerna dari masing-masing nutrient adalah tinggi dan menyebabkan owa Jawa memiliki total digestible nutrient (TDN) dan digestible energy (DE) yang tinggi.

(4)

ABSTRACT

Nutrient Requirement and Digestibility Analyzes for Java Gibbon (Hylobates moloch) in the Gadog Wildlife Rescue Centre-Ciawi, Bogor

S. Rasmada, D.Diapari, W. R. Farida and A. S. Tjakradidjaja

This experiment is aimed at studying nutrient requirement and digestibility of Java gibbon (Hylobates moloch) in the Gadog Wildlife Rescue Centre-Ciawi, Bogor. This experiment used two Java gibbon, one female and one male to measure their feed consumption and digestibility. Variables of this experiment are feed consumption, total nutrient consumption, nutrient digestibility, TDN and DE. Descriptive method was used in this experiment. During the experiment, Java gibbon ate banana, watermelon, sweet potato, apple, creeping water-plant, passion fruit and guava. The most palatable feed for male Java gibbon is sweet potato and the most palatable feed for female Java gibbon is watermelon. Feed consumption with dry-matter basis is 108.5 gram/head/day. The average for nutrient consumption are ash 4.11 gram/head/day, crude protein 7.12 gram/head/day, crude fiber 17.65 gram/head/day, ether extract 1.39 gram/head/day and N-free extractives 77.77 gram/head/day. Digestibility coefficients for Java gibbon are ash 96.38%, crude protein 89.78%, ether extract 90 %, crude fiber 96.7% and N-free extractives 99.38%. The value of TDN and DE for Java gibbon is 95.81 % and 98.16 %.

(5)

ANALISIS KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN PAKAN

PADA OWA JAWA (Hylobates moloch) DI PUSAT

PENYELAMATAN SATWA GADOG-CIAWI

BOGOR

SADA RASMADA D24104085

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

ANALISIS KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN PAKAN

PADA OWA JAWA (Hylobates moloch) DI PUSAT

PENYELAMATAN SATWA GADOG-CIAWI

BOGOR

Oleh

SADA RASMADA D24104085

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 19 Agustus 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Pembimbing Anggota

Ir.Didid Diapari,MS Dr.Wartika Rosa Farida Ir.Anita S.T, MRur,Sc. NIP : 131 878 940 NIP : 320 004 822 NIP : 131 624 189

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Desember 1986 di Jakarta. Penulis adalah

anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Jonnie R. Hutabarat, BA, MA

dan Ibu Shizue Rasmada.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1998 di SD Sekolah

Indonesia Kuala Lumpur, Malaysia. Penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan

menengah pertama di SLTP Mardi Yuana Depok pada tahun 2001 dan pendidikan

lanjutan menengah atas pada tahun 2004 di SMAN 3 Depok.

Penulis diterima sebagai mahasiswi pada Departemen Ilmu Nutrisi dan

Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004

melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Komisi Pelayanan Siswa Unit

Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen Institut Pertanian Bogor

sebagai tenaga pengajar agama Kristen Protestan di SMA Kornita. Penulis pernah

menjalani praktek lapang di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta pada bulan Juli –

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih dan

karuniaNya penulisan skripsi yang berjudul Analisis Kebutuhan Nutrien dan Kecernaan Pakan pada Owa Jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog, Ciawi, Bogor dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dengan latar belakang owa Jawa merupakan salah satu fauna khas Indonesia yang semakin langka

sehingga salah satu cara untuk menyelamatkannya yaitu dengan memberikan pakan

pada owa Jawa berdasarkan kebutuhan nutrisinya agar kebutuhan hidupnya dapat

terpenuhi. Pada habitat alaminya owa Jawa mengkonsumsi pakan buah-buahan yang

lebih banyak sehingga pakan yang diberikan pada penelitian ini didominasi oleh

pakan buah-buahan. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari dengan enam hari

masa preliminary dan 24 hari masa perlakuan. Pada masa perlakuan diambil data

yang berisi konsumsi pakan dan produksi feses selain itu, diamati juga aktivitas yang

dikerjakan oleh owa sepanjang hari.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu bagi para

pengelola habitat konservasi secara ex-situ khususnya habitat konservasi owa Jawa.

Hasil dari penelitian ini kiranya dapat dijadikan referensi atau rujukan dalam

mengatur pemberian pakan bagi owa Jawa yang berada di luar habitat alaminya.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan penulis sangat mengharapkan

adanya kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini boleh menjadi lebih baik

lagi. Semoga hasil penelitian yang ada dalam skripsi ini boleh menyumbang ilmu

dalam mengembangkan usaha pelestarian owa Jawa agar di masa yang akan datang

populasi owa Jawa meningkat.

Bogor,September 2008

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN………... ii

ABSTRACT………... iv

RIWAYAT HIDUP………... vii

KATA PENGANTAR………... viii

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR GAMBAR……… xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiii

PENDAHULUAN………

Owa Jawa (Hylobates moloch)………. Morfologi………... Sistem Pencernaan……… Program Konservasi…………..……… Pusat Penyelamatan Satwa Gadog……… Bahan Pakan………...

(10)

Analisa Data………. 17

HASIL DAN PEMBAHASAN………

Keadaan Umum……… Tingkat Palatabilitas………. Konsumsi Pakan………... Konsumsi Bahan Pakan Segar….………. Konsumsi Bahan Kering………... Konsumsi Nutrien dan Gross Energy………... Pendugaan Kebutuhan Nutrien………. Koefisien Cerna Nutrien………...………

Total Digestible Nutrient (TDN) dan Digestibility Energy (DE)…

18

UCAPAN TERIMA KASIH……… 36

DAFTAR PUSTAKA………... 37

(11)

ANALISIS KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN PAKAN

PADA OWA JAWA (Hylobates moloch) DI PUSAT

PENYELAMATAN SATWA GADOG-CIAWI

BOGOR

SKRIPSI SADA RASMADA

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

RINGKASAN

SADA RASMADA. D24104085. 2008. Analisis Kebutuhan Nutrien dan Kecernaan Pakan pada Owa Jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi Bogor. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Didid Diapari, MS Pembimbing Anggota 1 : Dr. Wartika Rosa Farida

Pembimbing Anggota 2 : Ir. Anita Sardiana Tjakradidjaja, MRur.Sc.

Owa Jawa (Hylobates moloch) merupakan salah satu fauna khas Indonesia dan saat ini populasinya sudah semakin berkurang. Hal ini membutuhkan perhatian khusus dari masyarakat luas khususnya pemerintah. Salah satu wujud kepedulian tersebut adalah berdirinya Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog. PPS Gadog merupakan salah satu habitat ex situ bagi owa Jawa. Habitat ex situ perlu ditunjang dengan manajemen pemeliharaan yang sesuai. Salah satu manajemen pemeliharaan tersebut adalah pemberian pakan berdasarkan kebutuhan nutrien owa Jawa. Kebutuhan nutrien yang tercukupi membuat owa Jawa dapat mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan kebutuhan zat nutrisi dan kecernaan owa Jawa berdasarkan konsumsinya di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog-Ciawi, Bogor.

Pakan yang diberikan adalah ubi jalar, kangkung, pisang, markisa, semangka, jambu biji dan apel. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari antara pukul 08.00-09.00 WIB dan pada siang hari antara pukul 13.00-14.00 WIB. Pakan diberikan secara restricted feeding dan air diberikan ad libitum. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, jumlah zat-zat makanan yang dikonsumsi setiap hari, kecernaan semu nutrien, total digestible nutrient (TDN) dan digestible energy

(DE).

Urutan palatabilitas pakan pada owa Jawa jantan adalah ubi jalar, pisang, semangka, jambu biji, kangkung, apel dan markisa. Pada owa Jawa betina adalah semangka, ubi jalar, pisang, markisa, jambu biji, kangkung dan apel. Pada pagi dan siang hari urutan palatabilitas pakan pada owa Jawa adalah ubi jalar, semangka, pisang, jambu biji, kangkung, markisa dan apel.

Konsumsi pakan segar adalah 641,13 gram/ekor/hari atau dalam bahan kering sebesar 108,61 gram/ekor/hari. Rataan konsumsi zat-zat makanan pada owa Jawa adalah abu = 4,11 gram/ekor/hari, protein kasar (PK) = 7,12 gram/ekor/hari, lemak kasar (LK) = 1,39 gram/ekor/hari, serat kasar (SK) = 17,65 gram/ekor/hari, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) = 77,77 gram/ekor/hari serta GE = 5187,97 kalori/ekor/hari. Dari hasil konsumsi dapat dihitung pendugaan kebutuhan nutrien owa Jawa berdasarkan konsumsi bahan kering yaitu abu = 3,81%; PK = 6,52%; LK = 1,27%; SK = 16,25% dan BETN = 72,16%. Nilai koefisien cerna pada owa Jawa relatif tinggi yaitu abu 96,38%; PK 89,78%; LK 90%; SK 96,7% dan BETN 99,38%. Nilai TDN 95,81% dan nilai DE 98,16%.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah owa Jawa termasuk primata

(13)

owa Jawa, sedangkan konsumsi serat kasar (SK) owa Jawa relatif tinggi. Koefisien cerna dari masing-masing nutrient adalah tinggi dan menyebabkan owa Jawa memiliki total digestible nutrient (TDN) dan digestible energy (DE) yang tinggi.

(14)

ABSTRACT

Nutrient Requirement and Digestibility Analyzes for Java Gibbon (Hylobates moloch) in the Gadog Wildlife Rescue Centre-Ciawi, Bogor

S. Rasmada, D.Diapari, W. R. Farida and A. S. Tjakradidjaja

This experiment is aimed at studying nutrient requirement and digestibility of Java gibbon (Hylobates moloch) in the Gadog Wildlife Rescue Centre-Ciawi, Bogor. This experiment used two Java gibbon, one female and one male to measure their feed consumption and digestibility. Variables of this experiment are feed consumption, total nutrient consumption, nutrient digestibility, TDN and DE. Descriptive method was used in this experiment. During the experiment, Java gibbon ate banana, watermelon, sweet potato, apple, creeping water-plant, passion fruit and guava. The most palatable feed for male Java gibbon is sweet potato and the most palatable feed for female Java gibbon is watermelon. Feed consumption with dry-matter basis is 108.5 gram/head/day. The average for nutrient consumption are ash 4.11 gram/head/day, crude protein 7.12 gram/head/day, crude fiber 17.65 gram/head/day, ether extract 1.39 gram/head/day and N-free extractives 77.77 gram/head/day. Digestibility coefficients for Java gibbon are ash 96.38%, crude protein 89.78%, ether extract 90 %, crude fiber 96.7% and N-free extractives 99.38%. The value of TDN and DE for Java gibbon is 95.81 % and 98.16 %.

(15)

ANALISIS KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN PAKAN

PADA OWA JAWA (Hylobates moloch) DI PUSAT

PENYELAMATAN SATWA GADOG-CIAWI

BOGOR

SADA RASMADA D24104085

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(16)

ANALISIS KEBUTUHAN NUTRIEN DAN KECERNAAN PAKAN

PADA OWA JAWA (Hylobates moloch) DI PUSAT

PENYELAMATAN SATWA GADOG-CIAWI

BOGOR

Oleh

SADA RASMADA D24104085

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 19 Agustus 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Pembimbing Anggota

Ir.Didid Diapari,MS Dr.Wartika Rosa Farida Ir.Anita S.T, MRur,Sc. NIP : 131 878 940 NIP : 320 004 822 NIP : 131 624 189

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Desember 1986 di Jakarta. Penulis adalah

anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Jonnie R. Hutabarat, BA, MA

dan Ibu Shizue Rasmada.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1998 di SD Sekolah

Indonesia Kuala Lumpur, Malaysia. Penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan

menengah pertama di SLTP Mardi Yuana Depok pada tahun 2001 dan pendidikan

lanjutan menengah atas pada tahun 2004 di SMAN 3 Depok.

Penulis diterima sebagai mahasiswi pada Departemen Ilmu Nutrisi dan

Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004

melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Komisi Pelayanan Siswa Unit

Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen Institut Pertanian Bogor

sebagai tenaga pengajar agama Kristen Protestan di SMA Kornita. Penulis pernah

menjalani praktek lapang di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta pada bulan Juli –

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih dan

karuniaNya penulisan skripsi yang berjudul Analisis Kebutuhan Nutrien dan Kecernaan Pakan pada Owa Jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog, Ciawi, Bogor dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dengan latar belakang owa Jawa merupakan salah satu fauna khas Indonesia yang semakin langka

sehingga salah satu cara untuk menyelamatkannya yaitu dengan memberikan pakan

pada owa Jawa berdasarkan kebutuhan nutrisinya agar kebutuhan hidupnya dapat

terpenuhi. Pada habitat alaminya owa Jawa mengkonsumsi pakan buah-buahan yang

lebih banyak sehingga pakan yang diberikan pada penelitian ini didominasi oleh

pakan buah-buahan. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari dengan enam hari

masa preliminary dan 24 hari masa perlakuan. Pada masa perlakuan diambil data

yang berisi konsumsi pakan dan produksi feses selain itu, diamati juga aktivitas yang

dikerjakan oleh owa sepanjang hari.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu bagi para

pengelola habitat konservasi secara ex-situ khususnya habitat konservasi owa Jawa.

Hasil dari penelitian ini kiranya dapat dijadikan referensi atau rujukan dalam

mengatur pemberian pakan bagi owa Jawa yang berada di luar habitat alaminya.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan penulis sangat mengharapkan

adanya kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini boleh menjadi lebih baik

lagi. Semoga hasil penelitian yang ada dalam skripsi ini boleh menyumbang ilmu

dalam mengembangkan usaha pelestarian owa Jawa agar di masa yang akan datang

populasi owa Jawa meningkat.

Bogor,September 2008

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN………... ii

ABSTRACT………... iv

RIWAYAT HIDUP………... vii

KATA PENGANTAR………... viii

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR GAMBAR……… xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiii

PENDAHULUAN………

Owa Jawa (Hylobates moloch)………. Morfologi………... Sistem Pencernaan……… Program Konservasi…………..……… Pusat Penyelamatan Satwa Gadog……… Bahan Pakan………...

(20)

Analisa Data………. 17

HASIL DAN PEMBAHASAN………

Keadaan Umum……… Tingkat Palatabilitas………. Konsumsi Pakan………... Konsumsi Bahan Pakan Segar….………. Konsumsi Bahan Kering………... Konsumsi Nutrien dan Gross Energy………... Pendugaan Kebutuhan Nutrien………. Koefisien Cerna Nutrien………...………

Total Digestible Nutrient (TDN) dan Digestibility Energy (DE)…

18

UCAPAN TERIMA KASIH……… 36

DAFTAR PUSTAKA………... 37

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jenis Bahan Pakan Segar yang Diberikan pada Owa Jawa…… 14

2. Rataan Suhu dan Kelembaban (RH) selama Pengamatan…….. 19

3. Rataan Konsumsi Bahan Pakan Segar Owa Jawa……….. 24

4. Kandungan Nutrien pada Bahan Pakan……….. 25

5. Rataan Konsumsi Bahan Kering Owa Jawa………... 26

6. Konsumsi Nutrien dan Energi Bruto pada Owa Jawa………... 29

7. Pendugaan Kebutuhan Nutrien Owa Jawa…….……… 30

8. Koefisien Cerna Nutrien Pakan……….. 31

9. Konsumsi, Produksi Feses dan Koefisien Cerna

Bahan Kering pada Owa Jawa………... 32

10. Gross Energy (GE), Total Digestible Nutrient (TDN) dan

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Owa Jawa………... 4

2. Saluran Pencernaan Kelompok Frugivora………. 6

3. Owa Jawa Jantan……… 12

4. Owa Jawa Betina……… 12

5. Kandang Owa Jawa……… 13

6. Pakan dalam Baki Plastik………... 15

7. Dapur (a) dan Gudang Pakan (b)……… 18

8. Tingkat Palatabilitas Owa Jawa Selama Pengamatan………… 20

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Konsumsi Segar Owa Jawa Jantan Selama Pengamatan…... 42

2. Konsumsi Segar Owa Jawa Betina Selama Pengamatan….. 43

3. Konsumsi Bahan Kering Owa Jawa Jantan Selama

Pengamatan……… 44

4. Konsumsi Bahan Kering Owa Jawa Betina Selama

Pengamatan……… 45

5. Konsumsi Nutrien Bahan Pakan pada Owa Jawa Jantan….. 46

6. Konsumsi Nutrien Bahan Pakan pada Owa Jawa Betina….. 46

7. Kandungan Nutrien Feses Owa Jawa……… 46

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna.

Salah satu keanekaragaman fauna di Indonesia adalah owa Jawa (Hylobates moloch)

yang memiliki habitat asli di pulau Jawa. Habitat asli owa Jawa semakin terancam

sehingga populasi owa Jawa semakin berkurang. Owa Jawa merupakan satwa yang

banyak diburu karena satwa ini banyak dipelihara pejabat untuk dijadikan tanda mata

yang akan diberikan kepada pejabat bersangkutan (Kompas, 2008).

Menurut Asquith et al. (1995), populasi owa Jawa yang pada awalnya

berjumlah 7.900 ekor semakin berkurang menjadi 2.700 ekor, sehingga

membutuhkan perhatian khusus dari masyarakat luas khususnya pemerintah. Salah

satu dari wujud kepedulian tersebut adalah berdirinya pusat penyelamatan satwa di

beberapa tempat dan salah satunya adalah Pusat Penyelamatan Satwa Gadog, Ciawi,

Bogor. Kelemahan dari pusat penyelamatan satwa ini adalah kurangnya informasi

mengenai manajemen pemeliharaan yang baik dan salah satunya adalah manajemen

pemberian pakan. Pakan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam

keberlangsungan hidup owa Jawa, sesuai dengan kebutuhannya. Owa Jawa

memperoleh energi untuk hidup dan produksinya dari asupan makanan. Pemberian

pakan yang sesuai dengan kebutuhan diperlukan untuk menunjang keberlangsungan

hidup satwa liar yang ada di Indonesia. Hal ini sangat dibutuhkan terutama dalam

pemeliharaan owa Jawa di penangkaran, karena adanya perbedaan dalam penyediaan

pakan yang ada di habitat alaminya.

Perumusan Masalah

Owa Jawa merupakan salah satu primata endemik Indonesia yang habitatnya

semakin berkurang. Keberlangsungan hidup owa Jawa harus dibantu oleh manusia

salah satunya di pusat konservasi dengan manajemen pemeliharaan yang sesuai

dengan kebiasaan di habitat aslinya. Salah satu hal yang mendukung manajemen

pemeliharaan adalah informasi mengenai kebutuhan nutrien dan kecernaan owa Jawa

berdasarkan konsumsinya agar pakan yang diberikan di pusat konservasi sesuai

dengan kebutuhan hidup owa Jawa. Informasi yang sangat dibutuhkan ini belum

tersedia sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai konsumsi dan kecernaan

(25)

untuk menduga kebutuhan nutrien dari owa Jawa sehingga pakan yang diberikan

sesuai dengan kebutuhan nutriennya.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan kebutuhan nutrien

dan kecernaan owa Jawa berdasarkan konsumsinya di Pusat Penyelamatan Satwa

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Owa Jawa (Hylobates moloch) Morfologi

Keluarga Ungko (Owa) merupakan marga tunggal dari suku Hylobatidae

(Conservation International Indonesia, 2000). Genus ini terdiri dari enam spesies dan

terdapat di kawasan Asia Tenggara. Owa Jawa memiliki bantalan duduk (ischial

callosities) dan gigi taring yang panjang (Sajuthi, 1984). Primata ini sepenuhnya

hidup di pohon dan dikenal sebagai pemain akrobat yang ulung. Owa memiliki suara

yang nyaring dan saling bersahut-sahutan (Conservation International Indonesia,

2000). Klasifikasi H. moloch menurut Napier dan Napier (1967) adalah sebagai

berikut :

Bangsa : Primata

Induk Suku : Hominoidea

Suku : Hylobatidae

Marga : Hylobates

Spesies : Hylobates moloch (Audebert, 1798)

Tubuh owa Jawa ditutupi bulu yang berwarna kecoklatan sampai keperakan

atau kelabu. Bagian atas kepalanya berwarna hitam. Muka seluruhnya juga berwarna

hitam dengan alis berwarna abu-abu yang menyerupai warna keseluruhan tubuh.

Dagu pada beberapa individu berwarna gelap. Panjang tubuh jantan dan betina

dewasa sekitar 750-800 mm. Berat tubuh jantan berkisar antara 4-8 kg, sedangkan

betina antara 4-7 kg. Hylobates moloch dibedakan menjadi dua anak jenis, yaitu H.

m. moloch yang berwarna lebih gelap dan H. m. pangoalsoni yang warna bulunya

lebih terang (Conservation International Indonesia, 2000). Gambar 1 menunjukkan

owa Jawa yang terdapat di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog, Ciawi, Bogor.

Menurut Napier dan Napier (1967), owa Jawa mempunyai susunan gigi 2 1 2

3 / 2 1 2 3 = 32. Owa Jawa memiliki gigi seri kecil dan sedikit ke depan, sehingga

memudahkan untuk menggigit dan memotong makanan. Gigi taring panjang dan

berbentuk seperti pedang yang berfungsi untuk menggigit dan mengupas makanan.

Gigi geraham atas dan bawah digunakan untuk mengunyah makanan (Napier dan

(27)

Foto : Rasmada (2007) Gambar 1. Owa Jawa

Owa Jawa merupakan primata endemik yang hanya ditemukan di pulau Jawa.

Sebaran H. m. moloch terbatas pada hutan-hutan di Jawa Barat, terutama pada

daerah-daerah yang dilindungi seperti Taman Nasional Ujung Kulon, gunung

Halimun, gunung Gede-Pangrango dan cagar alam gunung Simpang dan Leuweung

Sancang. Sebaran H. m. pangoalsoni hanya ditemukan disekitar gunung Slamet

sampai ke sekitar pegunungan Dieng di Jawa Tengah (Supriatna dan Wahyono,

2000). Menurut hasil penelitian Rinaldi (1998), H. moloch ditemukan di Curug

Cikacang dan Sungai Cicanolong dan sekitarnya. Owa Jawa hidup di hutan tropik,

mulai dari dataran rendah, pesisir hingga pegunungan pada ketinggian 1400-1600

meter diatas permukaan laut (Conservation International Indonesia, 2000).

Hasil dari beberapa penelitian diketahui bahwa owa Jawa mengkonsumsi

lebih kurang 125 jenis tumbuhan yang berbeda (Conservation International

Indonesia, 2000). Bagian tumbuhan yang sering dimakan adalah buah, biji, bunga

dan daun muda. Selain itu, owa Jawa juga diketahui memakan ulat pohon, rayap,

madu dan beberapa jenis serangga lainnya. Owa Jawa mengkonsumsi lebih kurang

61% buah, 38% daun dan sisanya berbagai jenis makanan seperti bunga dan berbagai

jenis serangga. Farida dan Harun (2000) melaporkan ada 54 jenis tumbuhan hutan

yang dikonsumsi owa Jawa di Taman Nasional Gunung Halimun dan bagian

tumbuhan yang terbanyak dikonsumsi dalam bentuk buah.

Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan

yang dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan,

(28)

(saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut sampai ke anus. Disamping itu sistem

pencernaan bertanggung jawab pula atas pengeluaran (ekskresi) bahan-bahan

makanan yang tidak terserap atau tidak dapat diserap kembali (Parakkasi, 1983).

Bagian organ pencernaan yang pertama pada sistem ini adalah faring yang

merupakan saluran kecil yang bergabung dengan sistem respirasi, lalu dari organ ini

berlanjut ke esofagus yang merupakan salah satu organ dalam sistem pencernaan.

Primata memiliki sekum dan kolon yang relatif tidak besar. Sistem pencernaan ini

beradaptasi sejajar dengan pemilihan pakan dan keduanya berkorelasi dengan ukuran

tubuh. Banyak primata yang telah beradaptasi sistem pencernaannya sehingga sistem

ini terdiri dari lambung, sekum dan/atau kolon (Tunquist dan Hong, 1995). Owa

Jawa termasuk ke dalam kelompok apes yang masuk ke dalam klasifikasi yang sama

dengan manusia yaitu ke dalam Hominoidea (Dolhinow dan Fuentes, 1999). Oleh

sebab itu owa Jawa memiliki umbai cacing sama seperti manusia dan organ asesoris

pada saluran pencernaan terdiri dari hati dan pankreas (Tunquist dan Hong, 1995).

Owa Jawa merupakan satwa frugivorous (Kuester, 2000 dan Maheshwari,

2007). Kelompok primata frugivora memiliki lambung yang relatif sederhana dan

dinding yang licin, diikuti oleh saluran usus kecil yang pendek, memiliki sekum yang

menyokong mikrobakteri memecahkan bahan makanan dari tanaman, contohnya

adalah pada Macaca sp. dan Papio sp. yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Pembesaran kolon atau sekum pada gibon (Hylobates sp.) konsisten dengan bakteri

untuk memfermentasi bahan pakan yang berasal dari tanaman (NRC, 2003).

Program Konservasi

Berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang-binatang Liar nomor 134

yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, owa Jawa telah ditetapkan

sebagai salah satu satwa yang dilindungi sejak tahun 1931 (Dit. PPA, 1978 dalam

Maheshwari et al., 2006). Juga dalam Peraturan pemerintah RI No. 7 tahun 1999

disebutkan bahwa semua jenis primata yang termasuk dalam famili Hylobatidae

merupakan satwa yang dilindungi..

Secara ekonomis, owa Jawa sebenarnya tidak mempunyai arti penting, karena

tidak seperti jenis-jenis primata lainnya, jenis primata ini tidak diperlukan untuk

kegiatan penelitian dibidang biomedis. Kelestarian satwa ini menjadi terganggu

(29)

betina dengan tujuan mengambil anaknya untuk diperdagangkan, namun harga jual

anakan owa Jawa di pasar gelap tergolong murah, yakni hanya Rp 200.000 per ekor

(Kompas, 2008). Selain itu ancaman terbesar bagi punahnya owa Jawa ini adalah

karena deforestasi dari hutan hujan tropis yang menjadi habitat alamnya (Asquith et

al., 1995). Maheshwari et al. (2006) menyatakan bahwa beberapa upaya telah

dilakukan dengan tujuan akhir adalah penangkaran, baik secara in-situ maupun

ex-situ, namun banyak kendala yang harus dihadapi dan menyebabkan usaha

penangkaran di tempat-tempat penangkaran maupun di tempat-tempat rehabilitasi

tidak menunjukkan hasil yang optimum.

(a) Macaca sp. (b) Papio sp.

Gambar 2. Saluran Pencernaan Kelompok Frugivora Sumber : NRC (2003)

Pusat Penyelamatan Satwa Gadog

Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog terletak kurang lebih 10 km dari

arah kota Bogor pada ketinggian 650 meter diatas permukaan laut dengan rataan

temperatur dan kelembaban udara masing-masing adalah 22,89 0C dan 59,7%. Pusat

Penyelamatan Satwa Gadog beralamat di Jalan Raya Gadog RT 01/ RW 01, Desa

Sukakarya, Kecamatan Megamendung, Ciawi, Bogor. Secara administratif, PPS

Gadog berada di perbatasan antara dua desa yaitu desa Sukakarya dan desa

Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Ciawi, Bogor.

Pusat Penyelamatan Satwa Gadog berdiri sejak tanggal 25 September 2003

(30)

Gadog bergerak dalam bidang pelestarian satwa liar di Indonesia dengan tujuan

membantu pemerintah dalam penanganan masalah satwa liar dan habitatnya. Pusat

Penyelamatan Satwa Gadog dijadikan sebagai tempat transit satwa sebelum

dilepaskan ke habitat aslinya atau ditranslokasikan ke pusat rehabilitasi maupun

tempat konservasi. Kegiatan di PPS Gadog meliputi penyediaan fasilitas (sarana dan

prasarana) tempat transit, pengelolaan dan penanganan satwa liar serta sosialisasi

program.

Bahan Pakan

Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh

hewan. Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan pakan adalah bahan yang dapat

dimakan (edible). Bahan pakan mengandung zat makanan yaitu komponen yang ada

dalam bahan pakan tersebut dan dapat digunakan oleh hewan (Tillman et al., 1991).

Apel Malang (Pyrus malus)

Apel memiliki tekstur yang mengeripik (crispy) dengan rasa yang agak asam.

Buah apel mengandung senyawa pektin (IPTEK, 2005). Setiap 100 g bagian buah

apel yang dapat dimakan mengandung kira-kira: 85 g air; 10-13,5 g karbohidrat

(fruktosa); 10 mg kalsium; 10 mg fosfor; 0,2 mg besi; 150 mg kalium; 10 mg vitamin

C; sedikit vitamin A dan sedikit vitamin B1, B2 dan B6. Kandungan protein dan

lemak rendah, nilai energi 165-235 KJ/100 g atau 39,29-55,95 kkal/100 g (Verheij

dan Coronel, 1997).

Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang penting (Sastrapradja et al.,

1977). Ubi jalar memiliki kandungan karbohidrat tinggi yaitu 123 kal/100 g atau 0,12

kkal/100 g, kandungan vitamin A cukup besar terutama ubi jalar merah yaitu 7700

SI, mengandung vitamin C, mineral-mineral utama seperti kalsium (kapur) dan besi

(ferum). Jenis ubi jalar putih memiliki kandungan air yang lebih sedikit daripada ubi

jalar merah (Lingga et al., 1989).

Kangkung (Ipomoea aquatica)

Kangkung memiliki dua tipe yaitu 1). Forma daun sempit dan batang hijau

yang merupakan kangkung darat, dan 2). Forma daun lebar dan batang putih yang

(31)

Kasih (2008), kangkung memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, yaitu protein 3

g; lemak 0,3 g; Ca 73 mg; fosfor 50 mg; vitamin A 6300 mg; vitamin C 32 mg;

karbohidrat 5,4 g dan air 89,7 g. Nilai energi kangkung adalah 29 kkal.

Jambu Biji (Psidium guajava)

Buah jambu biji biasanya dimakan dalam keadaan segar, baik sewaktu masih

hijau maupun setelah matang. Pada kultivar yang baik hampir seluruh bagian

buahnya dapat dimakan. Tiap 100 g bagian buah jambu yang dapat dimakan

mengandung: 83,3 g air; 1 g protein; 0,4 g lemak; 6,8 g karbohidrat; 3,8 g serat; 0,7 g

abu dan 337 mg vitamin C. Nilai energinya per 100 g adalah 150-210 KJ atau

35,71-50 kkal/100 g (Verheij dan Coronel, 1997).

Pisang (Musa paradisiaca)

Berbagai kultivar pisang, berbeda dalam komposisi kandungan haranya.

Dalam buah pisang yang matang, untuk 100 g bagian yang dapat dimakan kira-kira

terkandung: 70 g air; 1,2 g protein; 0,3 g lemak; 27 g karbohidrat dan 0,5 g serat.

Buah pisang kaya akan kalium (400 mg/100 g) dan menduduki tempat khusus dalam

diet yang rendah lemak, kolesterol dan garam. Pisang juga merupakan sumber yang

baik untuk vitamin C dan B6, dengan sedikit sekali vitamin A, tiamin, riboflavin dan

niasin. Nilai energi pisang matang berkisar antara 275 - 465 KJ/100 g atau

65,48-110,71 kkal/100 g (Verheij dan Coronel, 1997).

Markisa (Passiflora quadrangularis)

Daging buahnya dapat dimakan dan memiliki rasa yang khas (lembut).

Menurut Murray et al. (1972) dalam Syamsu dan Syahriani (1997), data penelitian

menunjukkan bahwa buah markisa terdiri atas kulit 51% dan isi 49% yang terdiri atas

biji 20,2% dan sari buah 28,8%. Daging buah kaya akan gizi dan setiap 100 g berisi:

88 g air; 0,9 g protein; 0,2 g lemak; 10,1 g karbohidrat; 0,9 g abu; 10 mg kalsium; 22

mg fosfor; 0,6 mg besi; 70 SI vitamin A; 2,7 mg niasin dan 20 mg vitamin C. Nilai

energi mencapai 170 KJ/100 g atau 40,48 kkal/100 g (Verheij dan Coronel, 1997).

Semangka (Citrullus vulgaris)

Setiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan, semangka memiliki kadar

air 92,1%; energi 28 kal atau 0,028 kkal; protein 0,5 g; lemak 0,2 g; vitamin A 590

(32)

memiliki kulit dan daging buah yang rasanya manis dan sifatnya dingin. Semangka

berkhasiat sebagai penyejuk tubuh pada saat cuaca panas, peluruh kencing (diuretic),

anti radang, pelumas usus, dan menghilangkan haus (Safuan, 2007).

Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake / VFI) adalah jumlah makanan

yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum

(Parakkasi, 1999). Konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor

internal, faktor eksternal dan lingkungan. Faktor internal berasal dari dalam ternak

itu sendiri. Faktor eksternal berasal dari pakan, sedangkan faktor lingkungan

berhubungan dengan lingkungan sekitar dimana ternak tersebut hidup. Konsumsi

pakan dipengaruhi oleh palatabilitas, sedangkan palatabilitas pakan tergantung pada

bau, rasa, tekstur dan temperatur pakan yang diberikan (Church dan Pond, 1988).

Penelitian Wardani (2005) menyatakan bahwa tarsius mengkonsumsi

serangga yang merupakan sumber protein, namun serangga yang dikonsumsi

(jangkrik) memiliki kandungan protein yang lebih rendah dibandingkan dengan

belalang. Hal ini disebabkan protein kasar dari belalang mengandung nitrogen dalam

bentuk senyawa khitin. Tarsius mengkonsumsi jangkrik karena menyukainya

walaupun kandungan proteinnya lebih rendah daripada belalang. Pada penelitian

Puspitasari (2003) diketahui bahwa kukang menyukai pakan yang berasal dari bahan

yang lunak, rasanya manis dan mengandung karbohidrat yang tinggi misalnya roti

tawar dan jagung manis. Dari kedua penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh palatabilitas hewan terhadap pakan

tersebut.

Parakkasi (1985) menyatakan bahwa faktor pakan yang meliputi sifat dan

komposisi kimia akan mempengaruhi tingkat konsumsi. Jika dalam pakan

mengandung zat yang membentuk senyawa yang tidak dapat dicerna oleh hewan

maka pakan tersebut memiliki tingkat konsumsi yang rendah (Wardani, 2005). Pakan

yang berkualitas baik, tingkat konsumsinya relatif tinggi dibandingkan dengan pakan

yang berkualitas rendah. Semakin tinggi kandungan energi dalam pakan maka

semakin rendah tingkat konsumsinya (Wahju, 1985). Menurut McDonald et al.

(33)

komposisi kimia makanan, pergerakan makanan dalam saluran pencernaan dan status

fisiologi hewan.

Koefisien Cerna Pakan

Koefisien cerna adalah suatu peubah yang menunjukkan seberapa banyak dari

pakan yang dikonsumsi dapat diserap oleh tubuh, karena dalam suatu proses

pencernaan selalu ada bagian pakan yang tidak dapat dicerna dan dikeluarkan

bersama feses (Sulistyowati, 2002). Nilai koefisien cerna pakan dapat

menggambarkan kemampuan hewan dalam mencerna suatu pakan, selain itu nilai

kecernaan dapat menentukan kualitas pakan yang dikonsumsi oleh hewan

(Anggorodi, 1979). Kecernaan adalah bagian yang tidak diekskresikan dalam feses,

bagian tersebut diasumsikan diserap oleh tubuh hewan. Koefisien cerna biasanya

dinyatakan dalam persen dari bahan kering (Cullison et al., 2003).

Tillman et al. (1991) menyatakan ada dua metode untuk menentukan

koefisien cerna yaitu metode koleksi total dan metode indikator, sedangkan

pengukurannya dapat dilakukan secara in vitro, in vivo dan perhitungan berdasarkan

analisa. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien cerna zat-zat makanan adalah

suhu, laju perjalanan bahan pakan di dalam seluruh saluran pencernaan, bentuk fisik

pakan, komposisi ransum dan pengaruh zat makanan satu terhadap zat makanan yang

lain (Anggorodi, 1979). Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien cerna pakan

menurut Tillman et al. (1991) adalah bentuk fisik pakan dan kandungan nutrien pada

bahan pakan.

Pada penelitian Puspitasari (2003) disimpulkan bahwa kemampuan kukang

mencerna zat-zat makanan sangat tinggi yaitu lebih dari 90 % dan ini disebabkan gigi

kukang yang berfungsi untuk mengoyak dan memotong makanan masih utuh,

sehingga dapat mengunyah dengan baik, sedangkan pada penelitian Wardani (2005)

disimpulkan bahwa semakin tinggi konsumsi pakan maka nilai koefisien cernanya

menjadi semakin rendah.

Parakkasi (1983) menyatakan bahwa secara umum nilai Total Digestible

Nutrient (TDN) suatu bahan makanan sebanding dengan energi dapat dicerna,

bervariasi sesuai dengan jenis bahan makanan atau ransum. Kadar TDN dari

(34)

pada percobaan digesti. Kadar TDN bahan makanan umumnya berhubungan terbalik

(35)

METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan bulan

September 2007 bertempat di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog-Ciawi, Bogor.

Analisa bahan pakan dan nutrisi feses dilakukan dari bulan Februari sampai dengan

bulan Mei 2008 di Laboratorium Pengujian Nutrisi Pusat Penelitian Biologi-LIPI,

Cibinong.

Materi Owa Jawa (H. moloch)

Penelitian ini menggunakan dua ekor owa Jawa yang terdiri dari satu ekor

jantan dan satu ekor betina. Owa Jawa jantan dapat dilihat pada Gambar 3 sedangkan

owa Jawa betina dapat dilihat pada Gambar 4.

Foto : Rasmada (2007) Foto : Mahardika (2007)

Gambar 3. Owa Jawa Jantan Gambar 4. Owa Jawa Betina

Kandang

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua kandang individu

berukuran masing-masing 1,20 m x 4,60 m x 3 m. Kandang terbuat dari besi galvanis

dengan diameter 10 mm dan berbentuk rumah panggung sehingga feses dapat

langsung jatuh ke bawah yang memudahkan untuk dibersihkan (Gambar 5). Di

dalam masing-masing kandang disediakan mangkuk aluminium yang berdiameter 15

cm untuk tempat air minum dan terdapat tempat pakan permanen yang berbentuk

(36)

Foto : Mahardika (2007) Gambar 5. Kandang Owa Jawa

Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah timbangan, baki plastik atau keranjang,

peralatan kebersihan, pisau, termohygrometer, kantung plastik, freezer, oven,

aluminium foil, blender, sarung tangan, masker, alat tulis, label, desikator, tanur

listrik, soxtec system dan kjeltec auto sampler.

Jadwal Pemberian Pakan

Pemberian pakan dilakukan secara restricted feeding dan diberikan pada pagi

(08.00-09.00 WIB) dan siang hari (13.00-14.00 WIB), dan air minum diberikan ad

libitum sehingga air selalu tersedia. Semua bahan pakan diberikan secara bersamaan.

Perlakuan preliminary dilakukan selama enam hari untuk tujuan agar owa Jawa dapat

beradaptasi terhadap pakan yang diberikan.

Bahan Pakan

Bahan pakan yang diberikan dalam penelitian ini adalah buah-buahan dan

pakan tambahan sesuai dengan ketersediaan pakan yang ada di Pusat Penyelamatan

(37)

Tabel 1. Jenis Bahan Pakan Segar yang Diberikan pada Owa Jawa

Jumlah Pemberian Bahan Pakan

gram/ekor/hari persentase

Pisang Ambon Lumut (Musa paradisiaca) 160 15,10

Semangka (Citrullus vulgaris) 200 18,87

Ubi Jalar (Ipomoea batatas) 200 18,87

Apel Malang (Pyrus malus) 100 9,43

Kangkung (Ipomoea aquatica) 100 9,43

Markisa (Passiflora quadrangularis) 200 18,87

Jambu Biji (Psidium guajava) 100 9,43

Jumlah 1060 100,00

Semua jenis pakan diletakkan dalam baki plastik kemudian dimasukkan ke

dalam tempat pakan permanen yang terdapat di masing-masing kandang. Prinsip

pemberian ini adalah restricted feeding (Pratas, 2006) yang berarti pemberian pakan

dibatasi, namun hewan dapat bebas memilih pakan yang diberikan.

Prosedur

Prosedur yang dikerjakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Kandang

Persiapan yang dilakukan adalah pembersihan kandang dengan cara

disemprot air dan dilakukan dua kali yaitu pagi dan siang hari sebelum pemberian

pakan, sedangkan pembersihan kandang dengan menggunakan desinfektan

dilakukan seminggu sekali.

2. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Lingkungan

Pengukuran suhu dan kelembaban lingkungan dilakukan dengan

menggunakan termohygrometer yang diletakkan di sisi kandang. Pencatatan suhu

dan kelembaban lingkungan dilakukan tiga kali sehari pada pukul 06.00 (pagi

hari), pukul 12.00 (siang hari) dan pada pukul 16.00 WIB (sore hari).

3. Penimbangan dan Pemberian Pakan, dan Penimbangan Sisa Pakan

Penimbangan setiap jenis pakan dilakukan sebelum pakan diberikan baik

pada pagi maupun siang hari. Penimbangan sisa pakan pagi hari dilakukan pada

(38)

harinya. Pakan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam baki plastik (Gambar

6) lalu dibawa ke kandang dan dimasukkan ke tempat pakan pada masing-masing

kandang. Pemberian air minum dilakukan ad libitum yang berarti air minum

dijaga agar tidak habis (selalu tersedia). Sebelum masa perlakuan selama 24 hari,

terlebih dahulu dilakukan masa preliminary (masa adaptasi) selama enam hari.

Masa preliminary dilakukan agar satwa terbiasa terhadap pakan penelitian dan

peneliti. Cara pemberian tiap bahan pakan yang berbeda tergantung jenis bahan

pakannya. Ubi jalar direbus terlebih dahulu lalu didiamkan agar agak dingin,

kemudian dibelah dua agar owa Jawa dapat dengan mudah mengkonsumsinya.

Pemberian apel, jambu biji dan semangka dipotong-potong terlebih dahulu agar

owa Jawa mudah mengkonsumsinya, sedangkan markisa diberikan secara utuh.

Semua bahan pakan dibersihkan terlebih dahulu dengan air yang mengalir agar

kotoran dan sisa pestisida yang menempel dapat larut dengan air, kemudian baru

diberikan pada owa Jawa.

Foto : Rasmada (2007)

Gambar 6. Pakan dalam Baki Plastik

4. Pengumpulan Feses

Pengumpulan feses dilakukan untuk menganalisa kecernaan pakan. Koleksi

feses diambil pada pagi hari selama masa perlakuan. Feses yang diambil adalah

produksi feses setelah 24 jam. Feses yang terkumpul ditimbang, kemudian

dijemur matahari selama kurang lebih tiga hari. Feses kering dimasukkan ke

dalam plastik, diberi label agar tidak tertukar. Feses disimpan di freezer hingga

saatnya dianalisa.

5. Analisa Proksimat

Analisa proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan zat-zat makanan

dari masing-masing jenis bahan pakan dan feses yaitu kadar air dan abu, protein

(39)

6. Pendugaan Kebutuhan Nutrisi

Kebutuhan nutrisi dapat ditentukan dengan menghitung konsumsi zat-zat

makanan setiap hari per ekor, kemudian dirata-ratakan sebagai patokan kebutuhan.

Peubah

Beberapa peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1. Konsumsi Pakan (gram/ekor/hari)

Konsumsi pakan didapatkan dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan

dikurangi jumlah pakan yang tersisa setiap hari untuk setiap ekor. Konsumsi

dihitung dalam bentuk segar dan bahan kering.

2. Jumlah Zat Makanan yang Dikonsumsi (gram/ekor/hari)

Perhitungan zat makanan yang dikonsumsi adalah dengan mengalikan jumlah

bahan pakan yang dikonsumsi dengan jumlah kandungan zat makanan yang

terkandung di dalamnya.

3. Kecernaan Semu Zat Makanan

Kecernaan semu zat-zat makanan ini adalah perbandingan antara selisih zat

makanan yang dikonsumsi dan zat makanan dalam feses dengan konsumsi zat

makanan dan dinyatakan dalam persen.

4. Total Digestible Nutrient (TDN)

Nilai TDN zat makanan yang dapat dicerna dihitung berdasarkan rumus :

% TDN = % PK dd + 2,25 % LK dd + % SK dd + % BETN dd

Keterangan: TDN = Total Digestible Nutrient; PK = Protein Kasar; LK = Lemak

Kasar; SK = Serat Kasar; BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

dan dd = dapat dicerna

5. Digestible Energy (DE)

Nilai DE adalah untuk mengetahui berapa banyak energi bahan makanan yang

tercerna dihitung berdasarkan rumus :

% DE = Konsumsi GE – Ekskresi GE dalam feces x 100 %

Konsumsi GE

(40)

Analisa Data

Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan metode

deskriptif. Cara tersebut digunakan dalam penelitian ini karena jumlah materinya

yang sangat terbatas. Pengolahan data dilakukan dengan mendeskripsikan data dalam

bentuk tabel atau grafik hasil penelitian ke dalam suatu kalimat pernyataan yang

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog, Ciawi, Bogor terletak pada

ketinggian 650 m diatas permukaan laut dan agak jauh dengan pemukiman

penduduk. Hal ini membuat satwa-satwa yang tinggal di PPS Gadog cukup terjaga

kenyamanannya. Salah satu jenis satwa yang ada di PPS Gadog adalah owa Jawa (H.

moloch). Lokasi kandang owa Jawa terletak kurang lebih 40 meter dari jalan raya

dan berjarak kira-kira 20 meter dari dapur pakan. Lokasi kandang owa Jawa terletak

berdekatan dengan satwa primata lainnya yaitu empat ekor siamang, empat ekor

lutung dan satu ekor owa ungko, sehingga bila salah satu primata bersuara maka

akan timbul kebisingan karena semua primata akan bersahut-sahutan. Sumber

kebisingan selain suara satwa primata yang bersahut-sahutan adalah suara motor dan

suara kendaraan lainnya, namun karena kendaraan jarang lewat di dekat kandang

maka owa Jawa tidak terganggu dengan suara bising tersebut. Hal yang membuat

owa Jawa stress atau mengalami tekanan adalah kedatangan orang asing yang

berkunjung untuk melihat-lihat satwa di PPS Gadog. Stress ini menyebabkan

aktivitas konsumsi pakan pada owa Jawa menjadi terganggu, khususnya owa Jawa

betina. Dapur pakan terletak di depan kandang beruang madu. Di sebelah kanan

dapur pakan terdapat gudang penyimpanan pakan (Gambar 7).

Foto : Rasmada (2007) Foto : Rasmada (2007)

(42)

Suhu udara adalah faktor eksternal yang turut mempengaruhi jumlah

konsumsi pakan pada satwa. Pada saat suhu udara tinggi dan kelembaban udara

rendah maka owa Jawa akan beristirahat jika tidak ada suara bising atau orang asing

yang berkunjung. Owa Jawa tidak terlalu sering mengkonsumsi air minum karena

pakan yang dikonsumsinya mengandung kadar air yang cukup tinggi. Rataan suhu

udara dan kelembaban (RH) selama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2. Rataan

suhu (27,240C) dan kelembaban udara (68,40%) di PPS Gadog mendekati suhu dan

kelembaban habitat asli owa Jawa. Hal ini sesuai dengan pendapat Supriatna dan

Wahyono (2000) yang menyatakan bahwa owa Jawa merupakan satwa primata yang

hidup di daerah tropis khususnya di hutan-hutan di Jawa Barat.

Tabel 2. Rataan Suhu dan Kelembaban (RH) selama Pengamatan

Rataan ± sd

Jenis bahan pakan yang diberikan pada owa Jawa selama penelitian

didasarkan pada ketersediaan pakan, keadaan ekonomi PPS, musim dan kesukaan

satwa terhadap pakan. Jenis bahan pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan

nutrisi owa Jawa agar dapat terjaga keberlangsungan hidupnya. Pakan yang diberikan

yaitu apel malang (Pyrus malus), ubi jalar (Ipomoea batatas), semangka (Citrullus

vulgaris), kangkung (Ipomoea aquatica), pisang (Musa paradisiaca), jambu biji

(Psidium guajava) dan markisa (Passiflora quadragularis). Jenis bahan pakan yang

diberikan didominasi oleh buah-buahan karena menurut Kuester (2000), owa Jawa

merupakan primata pemakan buah (frugivora).

Palatabilitas bahan pakan pada masing-masing waktu pemberian pakan

berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8 yang menunjukkan urutan palatabilitas

jenis bahan pakan menurut waktu pemberian pakan (pagi dan siang hari) yang

(43)

Tingkat palatabilitas bahan pakan atau yang paling disukai pada pagi hari

berturut-turut adalah ubi jalar, semangka, pisang, jambu biji, kangkung, markisa dan

apel. Ubi jalar merupakan pakan yang paling disukai pada pagi hari karena rasanya

yang manis dan mudah untuk dimakan selain itu pada pagi hari ubi jalar digunakan

sebagai sumber energi setelah pada malam sebelumnya owa Jawa tidak mendapatkan

makanan. Semangka merupakan pakan yang paling disukai owa Jawa setelah ubi

jalar, hal ini disebabkan semangka mengandung air yang banyak sehingga dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhannya akan air.

Pada siang hari urutan palatabilitas dari jenis bahan pakan berturut-turut

adalah ubi jalar, semangka, pisang, jambu biji, kangkung, markisa dan apel. Ubi jalar

merupakan pakan yang paling palatable, namun pada siang hari konsumsi ubi jalar

yang tinggi juga diimbangi dengan tingginya konsumsi buah-buahan yang

mengandung kadar air lebih tinggi. Tingginya konsumsi buah-buahan pada siang hari

disebabkan oleh tingginya temperatur udara sehingga dengan mengkonsumsi

buah-buahan akan dapat memenuhi kebutuhan air bagi owa Jawa.

Gambar 8. Tingkat Palatabilitas Owa Jawa selama Pengamatan

Perbedaan berdasarkan waktu pemberian pakan ini terjadi karena jarak waktu

pemberian pakan berikutnya yang memiliki rentang waktu yang berbeda. Pemberian

pakan pada pagi hari memiliki rentang waktu dari pukul 08.00 WIB, lalu pemberian

pakan berikutnya yaitu pada pukul 13.00 WIB. Perbedaan palatabilitas juga terjadi

(44)

buahan pada siang hari lebih tinggi dibandingkan dengan palatabilitas

buah-buahan pada pagi hari. Hal ini disebabkan suhu udara pada siang hari yang tinggi

sehingga owa Jawa cenderung menyukai pakan segar yang mengandung banyak air,

dan keadaan ini dapat menghilangkan rasa haus serta mengurangi rasa panas dari

dalam tubuh.

Palatabilitas bahan pakan yang berbeda juga terjadi karena adanya perbedaan

jenis kelamin. Pada Gambar 9 dapat dilihat tingkat palatabilitas owa Jawa menurut

jenis kelamin (jantan dan betina) selama pengamatan.

Gambar 9. Tingkat Palatabilitas Owa Jawa selama Pengamatan

Owa Jawa jantan memiliki tingkat palatabilitas jenis bahan pakan yang

diberikan yaitu: ubi jalar, pisang, semangka, jambu biji, kangkung, apel dan markisa.

Ubi jalar merupakan pakan yang paling palatable karena ubi jalar memiliki tekstur

yang lembut dan mudah dimakan. Ubi jalar dan pisang mengandung pati sehingga

mudah untuk dirombak didalam tubuh menjadi sumber energi bagi owa jantan. Owa

Jawa jantan dalam memenuhi kebutuhan air terkadang menjilati kandangnya yang

terbuat dari besi ketika basah oleh air setelah kandang dibersihkan, selain itu owa

Jawa jantan juga mengkonsumsi semangka untuk memenuhi kebutuhan air dalam

kehidupan sehari-harinya.

Owa Jawa betina memiliki urutan palatabilitas yaitu: semangka, ubi jalar,

pisang, markisa, jambu biji, kangkung dan apel. Semangka dan ubi jalar merupakan

(45)

melengkapi yaitu semangka sebagai sumber air dan ubi jalar sebagai sumber energi

bagi owa Jawa betina untuk menjalani aktivitas sehari-harinya.

Tingkat palatabilitas jenis bahan pakan berdasarkan jenis kelamin pada owa

Jawa ini dapat disebabkan oleh perbedaan asal tempat sebelum berada di

penangkaran, aktivitas sehari-hari dan fisiologi. Owa Jawa jantan sebelum

ditangkarkan dipelihara oleh warga Jakarta, sehingga pakan yang diberikan oleh

pemilik sebelumnya adalah pakan yang mudah didapat dan murah di lingkungan

sekitar pemilik tersebut. Hal ini menyebabkan owa Jawa jantan lebih menyukai ubi

jalar yang direbus terlebih dahulu dan pisang. Owa Jawa betina sebelum berada di

PPS Gadog merupakan hasil sitaan dari Bandung. Bandung memiliki kelembaban

yang tinggi sepanjang hari, hal ini berbeda dengan Gadog yang memiliki kelembaban

tinggi hanya pada pagi hari. Keadaan ini menyebabkan owa betina mudah merasa

haus sehingga pakan semangka lebih palatable baginya.

Owa Jawa jantan melakukan aktivitas bersuara dan lokomosi yang lebih

rendah dibandingkan dengan owa Jawa betina. Hal ini menyebabkan owa Jawa

betina memerlukan asupan nutrisi yang lebih tinggi dari pakan karena dengan

aktivitas yang tinggi tersebut maka dibutuhkan energi yang lebih besar. Owa Jawa

betina memiliki suara yang lebih nyaring dan sering bersahut-sahutan dengan

primata lainnya, sedangkan owa Jawa jantan cenderung lebih tenang.

Pada penelitian ini, umur owa Jawa jantan lebih tua daripada owa Jawa betina

sehingga owa Jawa jantan sukar untuk mengkonsumsi pakan yang agak keras dan

cenderung memilih pakan yang lembut dan mudah untuk dikonsumsi. Pada saat

pengamatan, owa Jawa betina sedang mengalami menstruasi sehingga memerlukan

asupan nutrisi yang lebih tinggi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

Konsumsi Pakan

Pakan yang diberikan kepada owa Jawa selama penelitian didominasi oleh

buah-buahan (pisang, markisa, semangka, jambu biji, apel) daripada umbi-umbian

(ubi jalar) dan sayuran (kangkung). Hal ini sesuai dengan pendapat Kuester (2000)

yang menyatakan bahwa owa Jawa adalah primata pemakan buah (frugivora) selain

(46)

Konsumsi Bahan Pakan Segar

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa owa Jawa lebih menyukai pakan

buah-buahan dengan rataan jumlah konsumsi bahan segar sebesar 420,55 gram/ekor/hari

atau sebesar 65,59% dari rataan total konsumsi bahan segar. Ubi jalar berada di

urutan kedua dengan jumlah konsumsi bahan segar sebesar 148,53 gram/ekor/hari

atau 23,17% dari rataan total konsumsi bahan segar, sedangkan kangkung

dikonsumsi sebesar 72,05 gram/ekor/hari atau 11,24% dari rataan total konsumsi

bahan segar. Tingginya konsumsi pakan buah-buahan ini disebabkan owa Jawa

termasuk primata pemakan buah-buahan (frugivora) maka owa Jawa lebih menyukai

pakan buah-buahan yang diberikan dalam penelitian ini. Pada Tabel 3 dapat juga

dilihat bahwa owa Jawa jantan dan betina memiliki konsumsi pakan ubi jalar yang

tinggi. Hal ini diduga karena ubi jalar yang diberikan telah direbus terlebih dahulu

sehingga teksturnya menjadi lembut dan memudahkan owa Jawa dalam mencerna

bahan pakan tersebut. Ubi jalar juga memiliki kandungan BETN yang tinggi.

Menurut Tillman et al. (1991), BETN mengandung pati yang mudah dicerna.

Pada owa Jawa jantan pakan yang paling banyak dikonsumsi adalah ubi jalar

sebesar 122,04 gram/ekor/hari. Hal ini dikarenakan ubi jalar merupakan sumber

energi yang baik dalam bentuk karbohidrat (Sulistiyo, 2006) dan ubi jalar yang telah

dimasak memiliki kandungan gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan ubi jalar

mentah (Honestin, 2007) sehingga owa Jawa jantan mengkonsumsinya lebih banyak

ditambah lagi dengan pisang yang digunakan sebagai sumber karbohidrat untuk

memenuhi kebutuhan energi yang berasal dari karbohidrat. Owa Jawa betina lebih

menyukai semangka dengan konsumsi sebesar 177,88 gram/ekor/hari, namun karena

ubi jalar memiliki kadar bahan kering lebih tinggi daripada semangka maka ubi jalar

merupakan jenis bahan pakan yang dikonsumsi paling banyak. Rataan konsumsi

pakan segar pada owa Jawa jantan dan betina menunjukkan bahwa keduanya

menyukai ubi jalar dengan rataan konsumsi bahan segar sebesar 148,53

gram/ekor/hari.

Pagi hari owa Jawa jantan mengkonsumsi pisang dengan rataan 55,21

gram/ekor/hari. Hal ini disebabkan pisang memiliki daging buah yang agak keras,

aroma yang harum dan rasa yang manis serta mengandung air dan karbohidrat yang

(47)

pada pagi hari untuk dijadikan sebagai sumber energi dalam aktivitasnya. Pada siang

hari owa Jawa jantan mengkonsumsi ubi jalar sebesar 87,46 gram/ekor/hari karena

suhu siang hari yang relatif tinggi yaitu 31,920C menyebabkan terjadinya penurunan

konsumsi sehingga diperlukan pakan yang memiliki kadar protein tinggi agar oleh

tubuh tidak langsung diubah menjadi panas.

Tabel 3. Rataan Konsumsi Bahan Pakan Segar pada Owa Jawa

Jantan Betina Rataan Pakan

Pagi Siang Total Pagi Siang Total Pagi Siang Total

---gram / ekor / hari---

Ubi Jalar 34,58 87,46 122,04 87,08 87,94 175,02 60,83 87,7 148,53

Kangkung 30,79 38,25 69,04 34,71 40,35 75,06 32,75 39,3 72,05

Pisang 55,21 59,58 114,79 55,63 60 115,63 55,42 59,79 115,21

Markisa 5,83 5 10,83 24,58 70,96 95,54 15,21 37,98 53,19

Semangka 35 60 95 80,17 97,71 177,88 57,59 78,86 136,45

Jambu biji 40,33 41,29 81,62 36,58 41,5 78,08 38,46 41,4 79,86

Apel 6,25 19,42 25,67 19,58 26,42 46 12,92 22,92 35,84

Jumlah 207,99 311 518,99 338,33 424,88 763,21 273,18 367,95 641,13

Owa Jawa betina pada pagi hari mengkonsumsi ubi lebih tinggi (87,08

gram/ekor/hari) dibanding pakan lainnya, karena owa betina memerlukan energi

yang besar untuk melakukan aktivitasnya sepanjang hari (aktivitas istirahat dan

lokomosi) yang lebih tinggi daripada owa jantan. Pada siang hari owa betina

mengkonsumsi semangka sebesar 97,71 gram/ekor/hari karena suhu di PPS Gadog

yang tinggi sehingga menyebabkan owa betina merasa panas dan haus setelah

banyak melakukan aktivitas. Semangka diketahui memiliki sifat yang dingin,

penyejuk tubuh dan menghilangkan haus (Safuan, 2007). Berdasarkan Tabel 4 yang

menyajikan kandungan nutrien pakan dapat dilihat bahwa semangka mengandung

protein kasar yang tinggi (35,20%) sehingga semangka dapat digunakan untuk

(48)

Tabel 4. Kandungan Nutrien pada Bahan Pakan

Keterangan : BK = Bahan Kering, BO = Bahan Organik, LK = Lemak Kasar, PK = Protein Kasar, SK = Serat Kasar, BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dan GE = Gross Energy (Energi Bruto)

Konsumsi Bahan Kering

Konsumsi bahan kering pada owa Jawa selama penelitian dapat dilihat pada

Tabel 5. Dalam Tabel 5 diketahui bahwa bahan pakan yang paling tinggi

konsumsinya baik pada owa Jawa jantan maupun owa Jawa betina adalah pakan

buah-buahan yaitu 64,39 gram/ekor/hari atau sebesar 59,29% dari total rataan

konsumsi bahan kering pakan. Menurut Conservation International Indonesia (2000),

owa Jawa di habitat alaminya mengkonsumsi buah sebanyak 61%. Hal ini

menyebabkan owa Jawa di PPS Gadog lebih banyak mengkonsumsi pakan

buah-buahan. Ubi jalar berada di peringkat dua dengan total konsumsi 39,55

gram/ekor/hari atau sebesar 36,42 % dan kangkung memiliki konsumsi yang paling

sedikit yaitu 4,66 gram/ekor/hari sebesar 4,29% dari total rataan konsumsi bahan

kering pakan. Menurut Kappeler (1984), H. moloch merupakan primata bermarga

Hylobates yang paling banyak mengkonsumsi buah-buahan dalam makanannya.

Persentase konsumsi buah, dedaunan dan bunga masing-masing adalah 61, 38 dan

1%. Kappeler (1981) menyatakan bahwa buah banyak dikonsumsi karena memiliki

energi yang tinggi dan kaya akan gula, sedangkan dedaunan yang juga dimakan oleh

(49)

Tabel 5. Rataan Konsumsi Bahan Kering Owa Jawa

Jantan Betina Rataan Pakan

Pagi Siang Total Pagi Siang Total Pagi Siang Total

---gram / ekor / hari---

Jumlah 36,45 56,11 92,56 56,63 68,02 124,65 46,55 62,05 108,6

Owa Jawa jantan memiliki jumlah konsumsi bahan kering yang lebih kecil

(92,56 gram/ekor/hari) daripada owa Jawa betina (124,65 gram/ekor/hari). Hal ini

terjadi karena owa Jawa jantan memiliki aktivitas sehari-hari yang lebih sedikit

dibanding dengan owa Jawa betina. Aktivitas tinggi menyebabkan konsumsi pakan

juga tinggi. Owa Jawa jantan dan betina mengkonsumsi ubi jalar dengan jumlah

konsumsi 32,5 dan 46,61 gram/ekor/hari. Menurut Cullison et al. (2003), pati dicerna

didalam mulut dan di usus halus dengan bantuan enzim yang tersedia untuk dipecah

menjadi glukosa. Glukosa tersebut kemudian dimanfaatkan menjadi sumber energi

bagi owa Jawa. Konsumsi ubi jalar yang rendah pada owa jantan menyebabkan

konsumsi energi lebih kecil dibandingkan dengan owa betina. Konsumsi energi yang

rendah menyebabkan aktivitas owa jantan lebih sedikit daripada aktivitas owa betina.

Konsumsi bahan pakan yang sangat berbeda terjadi pada bahan pakan

markisa, semangka dan apel, karena ketiganya mengandung serat kasar yang cukup

tinggi masing-masing 24,19; 11,76 dan 34,34%. Menurut Yulianti et al. (2006),

serat yang terdapat dalam apel berasal dari pektin yang merupakan serat larut yang

biasa terdapat dalam buah-buahan dan sayuran. Owa Jawa merupakan hewan yang

memiliki mikroorganisme dengan kemampuan dapat menguraikan serat dalam

saluran pencernaannya sehingga jika pakan yang dikonsumsi mengandung serat yang

tinggi maka serat tersebut akan diurai menjadi glukosa yang dimanfaatkan sebagai

(50)

menyebabkannya mengkonsumsi energi yang rendah. Semangka memiliki

kandungan protein dan abu yang tinggi. Kandungan protein yang tinggi diduga

berasal dari biji semangka yang turut dikonsumsi oleh owa Jawa. Kandungan abu

yang tinggi diduga berasal dari mineral yaitu kalsium, natrium, kalium dan fosfor

(Made dan Kasih, 2008). Kandungan protein yang tingi pada semangka

menyebabkan konsumsi yang rendah pada owa jantan.

Konsumsi bahan kering yang paling tinggi pada pagi hari oleh owa Jawa

jantan adalah jambu biji dengan rataan 11,32 gram/ekor/hari. Jambu biji

mengandung air dan karbohidrat yang tinggi sehingga owa Jawa jantan

menggunakan kandungan air sebagai sumber air dan karbohidrat. Pada pagi hari,

karbohidrat diperlukan sebagai sumber energi untuk aktivitas owa Jawa jantan

dimana pada waktu tersebut lebih banyak aktivitas bermain dan lokomosi. Konsumsi

pakan yang mengandung energi tinggi menyebabkan konsumsi pakan yang lainnya

menjadi rendah. Pada siang hari owa Jawa jantan banyak mengkonsumsi ubi jalar

dengan konsumsi sebesar 23,29 gram/ekor/hari. Ubi jalar mengandung karbohidrat

mudah dicerna lebih tinggi dibandingkan dengan bahan pakan lainnya. Konsumsi

bahan kering owa jantan pada siang hari (56,11 gram/ekor/hari) lebih tinggi

dibandingkan dengan pagi hari (36,45 gram/ekor/hari). Hal ini disebabkan perbedaan

jarak pemberian pakan sebelumnya dan suhu lingkungan yang meningkat.

Owa Jawa betina mengkonsumsi ubi jalar cukup tinggi pada pagi dan siang

hari, masing-masing 23,19 dan 23,42 gram/ekor/hari. Konsumsi pakan owa Jawa

betina pada siang hari (68,02 gram/ekor/hari) sedikit mengalami peningkatan bila

dibandingkan dengan konsumsi pakan pada pagi hari (56,63 gram/ekor/hari). Hal ini

disebabkan oleh tingginya aktivitas owa Jawa betina pada pagi hari sehingga pada

saat siang hari owa betina memerlukan asupan makanan yang lebih banyak.

Rataan total dari konsumsi bahan kering pada owa Jawa jantan dan betina

menunjukkan bahwa konsumsi yang paling tinggi adalah ubi jalar masing-masing

dengan rataan 32,5 dan 46,61 gram/ekor/hari. Dari hasil konsumsi bahan kering ini

dapat disimpulkan bahwa pakan yang paling disukai oleh owa Jawa adalah ubi jalar

karena menurut pernyataan Sulistiyo (2006) ubi jalar merupakan sumber energi

dalam bentuk karbohidrat yang baik. Sebagian besar karbohidrat pada ubi jalar

(51)

jenis gula yang bersifat larut seperti maltosa, sukrosa, fruktosa dan glukosa. Sukrosa

merupakan gula yang banyak terdapat dalam ubi jalar. Kandungan gula dalam ubi

jalar yang telah dimasak jumlahnya meningkat bila dibandingkan jumlah gula pada

ubi jalar mentah. Total gula dalam ubi jalar berkisar antara 0,38 - 5,64 % dalam berat

basah (Sulistiyo, 2006).

Pisang dan jambu biji merupakan pakan buah-buahan yang paling tinggi

konsumsinya dibandingkan dengan konsumsi pakan buah lainnya. Konsumsi pisang

dan jambu biji masing-masing adalah 22,89 dan 22,42 gram/ekor/hari. Tingginya

konsumsi pisang kemungkinan disebabkan oleh tekstur daging buah yang lembut dan

agak keras dan rasanya yang manis. Jambu biji diduga banyak dikonsumsi karena

tekstur daging buah yang lembut, berair dan rasanya yang manis.

Konsumsi Nutrien dan Gross Energy

Owa Jawa merupakan salah satu satwa yang hampir punah sehingga

kebutuhan nutrien pakan sangat perlu diperhatikan. Semakin baik kandungan nutrien

dalam pakan maka konsumsi hewan tersebut akan meningkat, selain itu owa Jawa

juga dapat mempertahankan hidupnya. Konsumsi zat makanan dan energi bruto pada

masing-masing owa Jawa dapat dilihat pada Tabel 6.

Konsumsi pakan pada owa Jawa dalam bentuk segar, kering, zat-zat makanan

dan energi terdapat perbedaan antar jenis kelamin. Hal ini disebabkan adanya

perbedaan palatabilitas bahan pakan yang berakibat konsumsi pakan total menjadi

berbeda. Owa Jawa jantan memiliki konsumsi pakan total yang lebih rendah baik

dalam bentuk bahan segar maupun bahan kering nutrien dan energi dibanding owa

Jawa betina. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah aktivitas sehari-hari

dimana owa Jawa jantan cenderung lebih tenang daripada owa Jawa betina sehingga

owa Jawa jantan memerlukan asupan makanan yang lebih sedikit dan membutuhkan

energi yang lebih kecil dibandingkan dengan owa Jawa betina.

Menurut Church dan Pond (1988), konsumsi pakan dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor internal, eksternal dan lingkungan. Faktor internal

berasal dari hewan itu sendiri yaitu status fisiologi dari hewan tersebut. Faktor

eksternal berasal dari pakan dan suhu. Pakan yang diberikan pada owa Jawa

merupakan pakan budidaya sehingga pakan tersebut berbeda dengan pakan pada

Gambar

Gambar 1. Owa Jawa
Gambar 2. Saluran Pencernaan Kelompok Frugivora  Sumber : NRC (2003)
Gambar 3. Owa Jawa Jantan
Gambar 5. Kandang Owa Jawa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 259 Evaluasi pelaksanaan tahap Input yang terdiri dari 5M (Man, Machine, Method, Money, Materials),

Pada saat penelitian diperoleh jumlah pangan tradisional adalah sebanyak 12 (dua belas) jenis, yang terdiri dari: jumlah makanan atau lauk pauk adalah 6

Setelah didapatkan model regresi logistik yang signifikan dalam parameternya dilakukan uji diagnostik model melalui uji pendekatan normal Osius-Rojek untuk mengevaluasi apakah

- Penerapan pointer sebagai parameter yaitu jika diinginkan agar nilai suatu variabel internal dapat diubah oleh fungsi yang dipanggil. - Penerapan pointer

Masyarakat Desa Menanga khususnya keluarga Bapak I Wayan Sarina yang senantiasa terbuka menerima kunjungan saya.. Semua teman-teman mahasiswa kelompok KKN-PPM

Dalam penelitian sastra, sumber data berupa teks novel, cerita pendek, drama, dan lain-lain (Siswantoro, 2005: 53). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Unit pelaksana akademik memiliki fleksibilitas untuk melakukan pengembangan SPMA dengan tetap mengacu pada SPMA di tingkat universitas sesuai dengan: (a) Kebijakan Akademik,

“Pengaruh Penyajian Neraca daerah dan Aksebilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah”.. Yogyakarta: Universitas