PENGARUH PRICE BOOK VALUE (PBV), PRICE
EARNING RATIO (PER) DAN DEBT TO EQUITY
RATIO (DER) TERHADAP RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN J ASA TRANSPORTASI YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 J ur usan Manajemen
Oleh :
CANDRA ARDIANSYAH 0812010001 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”
Yang diajukan
Candr a Ar diansyah
0812010001 / FE / EM
Telah dipertahankan dihadapkan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Manajemen Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 14 Desember 2012
Pembimbing Utama Tim Penguji :
Ketua
Dr. Eko Pur wanto, MSi Dra.Ec.Luky Susilowati,MP
Sekr etaris
Dra.Ec.Nurjanti Takarini,Msi Anggota
Rizky Der mawan,SE,MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi penelitian dengan judul “Pengaruh Price Book Value (PBV),
Price Earning Ratio (PER) dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Return
Saham Pada Perusahaan Jasa Transportasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Penulisan Proposal Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi dan untuk memperoleh gelar Sarjana S1 Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak, Ibu dan keluargaku dan semua teman-teman yang selalu memberikan doa dan restunya kepada penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa Proposal Skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang hati demi sempurnanya Proposal Skripsi ini.
Surabaya, Agustus 2012
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAK ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Informasi Keuangan ... 10
2.2.1.1. Pengertian Informasi ... 10
2.2.1.2. Sifat informasi ... 11
2.2.2. Laporan Keuangan ... 12
2.2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 12
2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 14
2.2.3. Analisis Rasio ... 17
2.2.3.1. Pengertian Analisis Rasio ... 17
2.2.3.6. Debt To Equity Ratio (DER) ... 27
2.2.4. Saham ... 28
2.2.4.1. Keuntungan Membeli Saham ... 31
2.2.4.2. Karakteristik Saham ... 33
2.2.5. Return Saham ... 36
2.2.6. Teori Sinyal ... 38
2.2.7. Pengaruh PER Terhadap Return Saham ... 38
2.2.8. Pengaruh PBV Terhadap Return Saham ... 39
2.2.9. Pengaruh DER Terhadap Return Saham ... 40
2.3. Kerangka Konseptual ... 41
2.4. Hipotesis ... 42
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 43
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 44
3.2.1. Populasi ... 44
3.2.2. Sampel ... 46
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 47
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48
3.4.1. Uji Normalitas ... 48
3.4.3.2. Multikolinieritas ... 51
3.4.3.3. Heteroskedastisitas ... 51
3.4.4. Uji Hipotesis ... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53
4.1.Deskripsi Obyek Penelitian ... 53
4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia ... 53
4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 53
4.2.Deskripsi Hasil Penelitian ... 54
4.2.1. Deskripsi Variabel Price Earning Ratio (X1) ... 55
4.2.2. Deskripsi Variabel Price to Book Value (X2) ... 55
4.2.3. Deskripsi Variabel Dept Equity Ratio (X3) ... 57
4.2.4. Deskripsi Variabel Return Saham (Y) ... 58
4.3.Deskripsi Hasil Pengujian ... 59
4.3.1. Hasil Pengujian Normalitas ... 60
4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 60
4.3.3. Pengujian Regresi Linier Berganda ... 64
4.3.3.1. Hasil Pengujian Secara Simultan ... 65
4.3.3.2. Hasil Pengujian Secara Parsial ... 66
4.4.Pembahasan ... 68
4.4.1. Pengaruh variabel PER terhadap Return Saham ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72 5.1.Kesimpulan ... 72 5.2.Saran ... 74
Tahun 2008-2010 ... 4
Tabel 4.1 : Rekapitulasi Variabel Price Earning Ratio (X1) ... 55
Tabel 4.2 : Rekapitulasi Variabel Price to Book Value (X2) ... 56
Tabel 4.3 : Rekapitulasi Variabel Dept Equity Ratio (X3) ... 57
Tabel 4.4 : Rekapitulasi Variabel Return Saham (Y) ... 58
Tabel 4.5 : Hasil Pengujian Normalitas ... 60
Tabel 4.6 : Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 61
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Autokorelasi ... 62
Tabel 4.8 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 63
ix
PENGARUH PRICE TO BOOK VALUE (PBV), PRICE EARNING RATIO (PER), DAN DEB T TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN J ASA TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Oleh :
Candr a Ar diansyah
ABSTRAKSI
Setiap investor dalam menanamkan modalnya, selalu mengharapkan
return saham yang tinggi. Oleh sebab itu para investor harus dapat menilai
perusahaan mana yang memiliki laba yang tinggi sehingga return sahamnya juga tinggi. Harga saham cenderung mengalami fluktuasi yang kebanyakan disebabkan oleh factor fundamental dan teknikal. Dalam melakukan analisa fundamental, maka diperlukan informasi laporan keuangan perusahaan. Dalam hal ini emiten wajb memberikan semua data yang menyangkut laporan keuangan perusahaan kepada investor. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, diperlukan analisis rasio keuangan diantaranya PER (Price Earning Rasio), DER (Debt to Equity Ratio) dan PBV (Price to Book Value).
Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek penelitian adalah perusahaan Jasa Transportasi yang terdaftar di BEI sebanyak 18 perusahaan. Obyek penelitian diambil sampel sebanyak 10 perusahaan Jasa Transportasi yang terdaftar di BEI. Peneliti menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, Price Earning Rasio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham yang
diharapkan atas investasi yang dilakukan dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui suatu portofolio. Kinerja keuangan yang baik dari sebuah perusahaan merupakan pertimbangan utama bagi investor. Semakin baik tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan maka diharapkan harga saham meningkat dan akanmemberikan keuntungan (return) saham bagi investor, karena return saham merupakan selisih antara harga saham sekarang dan harga saham sebelumnya. Return saham yang tinggi merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan dananya di pasar modal. Dengan demikian kalau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat maka harga saham juga meningkat. Semakin tinggi return atau keuntungan yang diperoleh, maka semakin baik posisi pemilik perusahaan (Husnan, 2004).
Return saham merupakan suatu faktor yang mempengaruhi minat
Keadaan tersebut menuntut kebutuhan dana yang cukup bagi perusahaan jasa transportasi untuk bertahan dan bersaing. Salah satu cara yang diambil perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana guna mengembangkan agar tetap dapat bersaing adalah penjualan saham perusahaan kepada masyarakat melalui pasar modal. Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara karena memiliki fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Husnan, 2003). Dengan semakin banyaknya investor yang menanamkan saham di pasar modal maka akan meningkatkan nilai perusahaan, karena dengan banyaknya investor yang percaya pada perusahaan tersebut, berarti perusahaan dapat menggunakan asset dan aktiva yang dimiliki secara efisien, sehingga harga saham perusahaan tersebut akan meningkat serta
return saham perusahaan pun meningkat, serta efek yang positif bagi
pertumbuhan ekonomi Negara.
Semua perusahaan jasa transportasi di Indonesia dalam era globalisasi selayaknya berusaha untuk memproduksi barang dan jasa berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka meningkatkan daya saing baik di pasar domestik maupun di pasar global. Sebab tujuan utama investor adalah memaksimalkan kekayaan atau investasinya.
Perkembangan jumlah perusahaan jasa transportasi tersebut tidak atau belum didukung oleh pengawasan yang ketat, hal ini menimbulkan banyak permasalahan dalam dunia bisnis yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami pailit (dilikuidasi). Sebagaimana diketahui perusahaan jasa transportasi merupakan industry yang dalam kegiatannya mengandalkan modal dari investor, oleh karena itulah perusahaan jasa transportasi harus dapat menjaga kesehatan uang atau likuiditasnya.
Untuk pengambilan keputusan ekonomi para pelaku bisnis dan pemerintah membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan. Analisis keuangan merupakan alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan bermanfaat untuk melakukan prediksi harga saham. Apabila harga saham meningkat berarti pula nilai perusahaan meningkat. Tujuannya untuk memaksimumkan nilai perusahaan, bagi perusahaan yang go public akan lebih mudah mengukur nilai perusahaan dibanding dengan perusahaan yang tidak go public.
untuk menguji apakah informasi keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan perusahaan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap return saham di pasar modal. Dengan analisis rasio keuangan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan dibidang keuangan. Investor sebelum melakukan investasi pada perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan analisis kinerja perusahaan antara lain menggunakan rasio keuangan untuk mengetahui return saham perusahaan. Investor akan memanfaatkan semua informasi dan kinerja keuangan perusahaan terhadap harga pada pengambilan keputusan beli atau jual sehingga saham sekarang merefleksikan semua informasi yang diketahui.
Berdasarkan Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010 mencatat data empiris mengenai perkembangan Return saham tertinggi dan terendah selama periode tersebut, yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Return Saham Perusahaan J asa Transportasi di BEI Tahun 2008-2010
No Emiten 2008 2009 2010
1 PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL) -0,67 0,00 -0,44 2 PT. Berlian Laju Tangker Tbk (BLTA) -0,78 0,12 -0,49 3 PT. Centris Multi Persada Pratama (CMPP) 0,15 -0,17 -0,30 4 PT. Humpus Intermoda Transpostasi Tbk (HITS) -0,10 0,09 -0,33 5 PT. Indonesia Air Transport Tbk (IATA) -0,55 0,00 0,00 6 PT. Mitra Internasional Resources Tbk (MIRA) -0,32 -0,39 -0,24
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa return saham pada perusahaan jasa transportasi mengalami pergerakan fluktuatif yang cenderung menurun. Dimana hal tersebut ditengarai dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah price earning ratio, price to book
value dan dept to equity ratio. Hal tersebut didukung dengan penelitian
terdahulu yang mengalami permasalahan yang sama dimana diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Suhardiyah (2010) yang menyatakan bahwa dalam melakukan investasi pada saham sebaiknya investor melakukan pembelian pada saham yang memiliki PER yang rendah karena saham tersebut memiliki peluang yang lebih besar untuk meningkatkan harganya sehingga dapat memberikan peluang untuk mendapatkan capital gain. Sebaliknya pada saat saham perusahaan memiliki PER yang lebih tinggi dari PER rata-rata industri sebaiknya pemodal melakukan penjualan sahamnya untuk mendapatkan return yang tinggi.
Demikian halnya penelitian yang dilakukan oleh Suwarno dalam Suardana (2008) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Rato (DER) menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.
Berdasarkan permasalahan dan dukungan beberapa penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PRICE TO BOOK VALUE (PBV), PRICE
EARNING RATIO (PER), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER),
TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN J ASA
TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjalasan dan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. untuk menganalisa Price Book Value (PBV), berpengaruh terhadap Return Saham pada Perusahaan Jasa Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
2. Untuk menganalisa Price Earning Ratio (PER), berpengaruh terhadap Return Saham pada Perusahaan Jasa Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
3. Untuk menganalisa Debt to Equity Ratio (DER), berpengaruh terhadap Return Saham pada Perusahaan Jasa Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi : 1. Perusahaan
Memberikan informasi dan diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan nantinya dalam mengambil kebijakan manajemen khususnya yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan 2. Investor
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1.Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian pernah dilakukan oleh :
A. Poernamawatie (2010) dengan judul : Pengaruh Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa Price Book Value (PBV) dan
Price Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh secara bersama-sama
atau simultan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Price Book Value (PBV) dan Price
Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh secara parsial terhadap return
saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. Natariasari (2009) Dengan judul : Hubungan PBV dan Beta Serta Pengaruhnya Terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta
memprediksi sejauh mana penilaian pasar terhadap harga sahan sekuritas tersebut.
C. Susilowati (2011) Dengan judul : Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan.
Hasil dari penelitian ini menyatakan menunjukkan bahwa DER terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan EPS, NPM, ROA dan ROE tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Disamping itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel EPS, NPM, ROA, ROE dan DER, mempunyai kemampuan prediksi terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Infor masi Keuangan 2.2.1.1. Pengertian Infor masi
nilai yang nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau yang akan dating
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya, menggambarkan suatu kejadian dan suatu kejadian nyata yang dapat digunakan sebagai dasar peramalan atau pengambilan keputusan sekarang maupun masa depan.
2.2.1.2. Sifat informasi
Suatu informasi bagi perusahaan sangatlah penting, oleh karena itu pihak manajemen perusahaan harus memperhatikan sifat-sifat dari informasi tersebut karena akan sangat mempengaruhi kualitas pengambilan keputusan.
Menurut Rosyidi (1999) dalam Jogiyanto (2001) sifat-sifat informasi adalah sebagai berikut :
1. Dapat dipahami, kualitas informasi dapat membantu atau memberi kesempatan kepada para pemakai untuk memahami maknanya.
2. Relevan, kapasitas informasi yang dapat mendorong keputusan tertentu atau keputusan yang berbeda apabila dimanfaatkan oleh para pemakainya untuk kepentingan memprediksi hasil pada masa yang akan datang, yang didasarkan atas kejadian waktu lampau dan saat sekarang. 3. Dapat dipercaya, informasi bebas dari kesalahan serta telah dinilai dan
4. Tepat waktu, informasi yang siap digunakan oleh para pemakainya sebelum kehilangan makna dan kapasitasnya dalam mempengaruhi dan menentukan berbagai keputusan.
5. Netralitas, informasi yang disajikan tidak memihak dan bebas dari penyimpangan.
2.2.2.Laporan Keuangan
2.2.2.1.Pengertian Laporan Keuangan
Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Agar para pemakai jasa laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada standar akuntansi yang lazim. Di Indonesia standar akuntansi tersebut disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia dengan nama Standar Akuntansi Keuangan.
Menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada suatu saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan ini memberikan suatu sejarah yang berkesinambungan yang dikualifikasikan dalam suatu satuan yang berkenaan dengan sumber daya ekonomi dan kewajiban dari suatu perusahaan bisnis dan aktivitas ekonomi yang mengubah sumber daya dan kewajiban.
aktivasi suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan pihak yang berkepentingan. Menurut Harahap (2001:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Bagi para analis, Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainyapun dilakukannya ia tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahaan. Oleh karena itu maka yang paling penting adald media laporan keuangan ini. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dpat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi pelajaran yang merupakan bagian dari integral dari laporan keuangan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak luar perusahaan, agar para pemakai jasa laporan keuangan tadi memperoleh gambaran dengan jelas. Oleh karena itu laporan keuangan yang disusun harus berdasarkan Standar Akuntansi yang lazim Di Indonesia, Standar Akuntansi tersebut disusun oleh Ikatan Akuntan dengan Nama Standar Akuntansi Keuangan.
2.2.2.2.Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009:132) Tujuan umum laporan keuangan dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam penaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban dalam suatu perusahaan, seperti informasi aktivitas pembiayaan dan investasi.
e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
2.2.2.3. J enis-J enis Laporan Keuangan
Berdasarkan Harahap (2009:133) jenis-jenis laporan keuangan meliputi: 1) Laporan Komitmen dan Kontinjensi
2) Laporan laba-rugi ( income statement)
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang meng-gambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir 2003:243).
3) Laporan Arus Kas (Statement Of Cash Flow)
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan (Kasmir 2003:243).
4) Catatan atas laporan keuangan
Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai Posisi Devisa Neto, menurut jenis masa uang dan aktivitas lainnya. (Kasmir 2003:243).
5) Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
2.2.3. Analisis Rasio
2.2.3.1.Pengertian Analisis Rasio
Analisa rasio merupakan bentuk cara yang umum digunakan dalam menganalisis laporan finansial. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan rasio perbandingan digunakan sebagai standar (Harahap, 2009:297).
Menggunakan analisa laporan finansiil dari perusahaan, manajer akan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansiil dari perusahaan dan akan dapat diketahui hasil-hasil finansiil yang telah dicapai dari waktu lalu dan waktu yang sedang berjalan. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya diusahakan agar dapat diperbaiki. Analisa yang dilakukan oleh manajer disebut analisis intern (Harahap, 2009:298).
2.2.3.2. Rasio Keuangan
Bagi para pemegang saham, laporan keuangan memiliki arti yang penting. Atas dasar laporan keuangan perusahaan para investor dapat melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan terutama keputusan dalam melakukan investasi. Bagi para pemilik saham bermanfaat untuk melihat tingkat pengembalian yang tercermin dalam laporan rugi laba dan besarnya deviden yang menjadi hak para pemegang saham (Suryanto et al, 2002).
menguntungkan membeli saham perusahaan yang bersangkutan atau tidak (Suryanto et al., 2002)
Analisis rasio keuangan ini dapat dibagi atas dua jenis berdasarkan
variate yang digunakan dalam analisis, yaitu (Ang, 1997) dalam
Susilowati (2011):
1. Univariate Ratio Analysis
Univariate Ratio Analysis merupakan analisis rasio keuangan yang
menggunakan satu variate didalam melakukan analisis. Contohnya seperti Profit Margin Ratio, Return On Asset (ROA) dan Return On
Equity (ROE).
2. Multivariate Ratio Analysis
Multivariate Ratio Analysis merupakan analisis rasio keuangan yang
menggunakan lebih dari satu variate di dalam melakukan analisis, seperti Alman’s Z-Score dan Zeta Score.
Rasio keuangan merupakan perbandingan dari dua data yang terdapat dalam laporan keuangan peusahaan. Rasio keuangan digunakan kreditur untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan dengan melihat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya (Dennis, 2006).
2.2.3.3. J enis-jenis Rasio Keuangan
rentabilitas (profitability ratios), rasio solvabilitas (levareges ratios), dan rasio pasar (Harahap, 2009), antara lain :
1) Rasio likuiditas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun). Menurut Munawir (2004), rasio likuiditas dapat dibagi menjadi tiga:
a. Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan
hutang Lancar.
b. Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar
dikurangi persediaan terhadap hutang lancar.
c. Working Capital to Total Asset (WCTA) yaitu perbandingan antara
aktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva. 2) Rasio leverage
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini dapat diproksikan dengan (Ang, 1997 dan Ediningsih, 2004) :
a. Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan
total asset.
b. Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah
hutang lancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan
d. Times Interest Earned (TIE) yaitu perbandingan antara pendapatan
sebelum pajak (earning before tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap bunga hutang jangka panjang.
e. Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara
hutang lancar terhadap persediaan.
f. Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan
antara laba operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total hutang.
3) Rasio aktivitas
Menurut Ang (1997) dalam Susilowati (2011) rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turnover) dari aktiva-aktiva. Rasio aktivitas dapat diproksikan dengan:
a. Total Asset Turnover (TAT) yaitu perbandingan antara penjualan
bersih dengan jumlah aktiva.
b. Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokok
penjualan dengan persediaan rata-rata.
c. Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara
piutang rata-rata dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit. d. Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara
4) Rasio profitabilitas
Menurut Harahap (2009:304), rasio profitabilitas/rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada melalui kegiatan penjualan. Rasio profitabilitas dapat diproksikan dengan:
a. Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih
setelah pajak (NIAT) terhadap total penjualannya.
b. Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotor
terhadap penjualan bersih.
c. Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah
pajak dengan jumlah aktiva.
d. Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah
pajak terhadap modal sendiri. 5) Rasio Pasar
Rasio Pasar (Market Ratio) atau rasio saham adalah rasio yang digunakan untuk mengukur nilai saham. Rasio Pasar antara lain
Earning Per Share (EPS) dan Price Book Value (PBV).
a. Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba
EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham.
b. Price Book Value (PBV) merupakan rasio pasar yang digunakan
untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Menurut Ratnasari (2003) Nilai Price Book Value (PBV) yang semakin besar menunjukkan harga pasar dari saham tersebut semakin tinggi pula. Jika harga pasar dari suatu saham semakin tinggi, maka capital gain (actual return) juga akan semakin tinggi. Perusahaan yang kinerjanya baik biasanya nilai rasio PBV-nya diatas satu, hal ini menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya. Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar, yaitu oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham, karena aktiva bersih adalah sama dengan total equitas pemegang saham. Sehingga nilai buku perlembar saham adalah total equitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
c. Price to Earning Ratio (PER)
menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah untuk setiap perolehan laba. Husnan (1998) dalam Susilowati (2011) mendefinisikan PER sebagai perbandingan antara harga saham pada saat penutupan (closing price) dengan pendapatan per lembar saham (earning per share atau EPS).
2.2.3.4. Price Earning Ratio
2.2.3.5. Pr ice Book Value Ratio (PBV)
Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham, karena aktiva bersih adalah sama dengan total equitas pemegang saham. Sehingga nilai buku perlembar saham adalah total equitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar (Ang, 1997) Poernamawatie (2010). Nilai buku (BV) secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Sehubungan dengan hal tersebut, Price Book Value (PBV) sebagai pengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya dapat dirumuskan sebagai berikut :
sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. Sedangkan nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar. Nilai likuidasi itu adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung dengan cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan likuidasi. Jika mekanisme pasar berfungsi dengan baik, maka harga saham tidak mungkin berada di bawah nilai likuidasi. Karena nilai likuidasi ini hanya dihitung bila perusahaan akan dilikuidasi maka investor bisa menggunakan nilai buku sebagai pengganti untuk tujuan yang sama yaitu memperkirakan batas bawah harga saham.
tercatat dalam laporan keuangan karena belum diatur pelaporannya oleh standar akuntansi keuangan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep yang paling representatif untuk menentukan nilai perusahaan adalah pendekatan konsep nilai intrinsik. Tetapi memperkirakan nilai intrinsik sangat sulit, sebab untuk menentukannya orang membutuhkan kemampuan mengidentifikasi variabel-variabel signifikan yang menentukan keuntungan suatu perusahaan. Variabel itu berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Selain itu, penentuan nilai intrinsik juga memerlukan kemampuan memprediksi arah kecenderungan yang akan terjadi di kemudian hari. Karena itulah, maka nilai pasar digunakan dengan alasan kemudahan data juga didasarkan pada penilaian yang moderat. 2.2.3.6. Debt To Equity Ratio (DER)
Keputusan pendanaan berkaitan dengan sumber dana, baik yang berasal
dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Penciptaan suatu struktur
modal dapat mempengaruhi kebijakan dimana selanjutnya dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan strategis. Keputusan modal yang tepat sangat penting
bagi perusahaan karena adanya kebutuhan untuk memaksimalkan keuntungan
pada berbagai macam organisasi bisnis, keputusan tersebut juga berdampak
pada suatu kemampuan perusahaan untuk dapat berjalan dengan lingkungan
persaingannya (Restiyani, 2006).
Debt to Equity Ratio selain digunakan untuk melihat struktur
Susilowati (2011). DER yang tinggi menandakan modal usaha lebih banyak dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri. Secara
matematis DER dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997) dalam Susilowati (2011):
Salah satu hal yang mempengaruhi tingkat return yang diperoleh oleh
investor adalah financial risk. Tingkat financial risk menyatakan variabilitas
laba yang akan diterima pemegang saham. Dan financial leverages adalah salah
satu faktor yang mempengaruhi tingkat financial risk. Semakin banyak
penggunaan financial leverages maka semakin banyak penggunaan biaya tetap
(jangka panjang) yang dibutuhkan oleh perusahaan, sehingga laba operasional
akan semakin kecil karena digunakan untuk menutup biaya jangka panjang dan
beban bunganya. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai rasio DER
maka akan menyebabkan meningkatnya nilai hutang yang akan menyebabkan
penurunan laba bersih yang pada akhirnya akan mengurangi laba yang diterima
oleh pemegang saham (Sartono, 2001).
2.2.4. Saham
Saham menurut Tandellin (2001:26) dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Saham Preferen
pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa.
2. Saham Biasa
Adalah Sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa tersebut mempunnyai hak kepemilikan atas asset-aset perusahaan. Oleh karena itu, pemegang saham mempunnyai hak suara (voting rights) untuk memilih direktur maupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
Jika dilihat menurut tingkatannya dalam perdagangan saham tersebut menurut Sitompul (1996:4-6) dalam Tandellin (2001:28), saham-saham dapat dibedakan atas:
a. Saham Utilitas (Utility Stock)
Saham ini merupakan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan di bidang sarana dan prasarana umum misalnya telekomunikasi, listrik, energi dan yang berkaitan dengan kepentingan umum lainnya. Saham-saham dari perusahaan ini banyak diminati pata pemodal sebab kebanyakan dari perusahaan tersebut memegang monopoli dari pemerintah, dengan demikian beresiko kecil meskipun tidak dapat dikatakan tidak mempunnyai resiko.
b. Saham Blue Chip (Blue Chip Stock)
perusahaan-perusahaan besar terutama perusahaan multinasional seperti IBM, General Electric dan sebagainya, di Indonesia dapat dikatakan antara lain Astra. Namun demikian bukannya tanpa resiko menanamkan modal diperusahaan tersebut, Karena dengan besarnya perusahaan, maka deviden yang diterima para pemodal akan kecil jumlah persahamnya, sehingga bagi pemodal-pemodal kecil tidak begitu menguntungkan.
c. Saham Establish Growth
Yaitu saham dari perusahaan yang sedang berkembang dengan pesat, saham perusahaaan seperti ini menjanjikan keuntungan yang besar di masa depan, perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan yang baik namun kekuatan finansial kurang, sehingga memerlukan investasi yang relative besar untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya. Menanamkan modal pada perusahaan ini penuh resiko, namun bila pertumbuhan berhasil baik maka para pemodal akan mendapat keuntungan yang besar sesuai dengan resiko yang dihadapi.
d. Saham Emerging Growth
e. Saham Penny (Penny stock)
Perusahannya juga biasa disebut perusahaan Penny, yaitu perusahaan yang baru memulai usahanya dan tentunya memerlukan dana yang besar untuk menjalankan bisnisnya. Pemidal yang memiliki saham perusahaan ini harus siap menerima resiko kehilangan seluruh investasi.
2.2.4.1. Keuntungan Membeli Saham
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu :
yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian deviden tersebut.
2. Capital Gain, merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya, seorang investor membeli saham Telkom (TLKM) dengan harga per saham Rp 3.000, kemudian menjualnya kembali dengan harga per saham Rp 3.500, maka investor tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Investor seperti ini bisa saja membeli saham pada pagi hari, lalu menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami kenaikkan.
3. Saham Bonus (jika ada), adalah saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisi antara harga jual terhadap harga nominal saham pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana. Misalnya, setiap saham dengan nominal Rp 500 dijual dengan harga Rp 800, maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp 300.
terbentuk atas permintaan dan penawaran saham. Supply dan demand terjadi karena beberapa faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak), maupun yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial-politik, maupun rumor-rumor yang berkembang.
2.2.4.2. Karakteristik Saham
1. Saham Preferen, mempunyai beberapa karateristik antara lain :
o Memiliki hak lebih dahulu memperoleh deviden.
o Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal
saham lebih dahulu setelah kreditor, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan).
o Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba
perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap.
o Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh
pembagian kekayaan perusahaan diatas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
Kelebihan Dan Kelemahan Saham Preferen
o Kelebihannya adalah lebih aman daripada saham biasa karena
o Kelemahannya yaitu :
Dibandingkan dengan investasi dalam bentuk pinjaman/ utang, saham preferen kurang aman karena deviden secara hukum bukan kewajiban.
Tidak memiliki waktu jatuh tempo.
Sulit diperjualbelikan dibanding saham biasa karena biasanya jumlah saham preferen yang beredar jauh lebih sedikit.
Pada saaat perusahaan dilikuidasi, yang dibayarkan hanyalah nilai nominalnya.
2. Saham Biasa, mempunyai beberapa karakteristik, antara lain :
o Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. o Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (satu
saham satu suara atau one share one vote).
o Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan
perusahaan jika perusahaan dilikuidasi setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
o Hak untuk memiliki saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan
terlebih dahulu (preemptive right).
Saham dikenal dengan karakteristik “imbal hasil tinggi, resiko tinggi” (high risk, high return). Artinya, saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan dan potensi resiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan imbal hasil atau
capital gain yang besar dalam waktu singkat. Namun, seiring
mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Resiko investor yang memiliki saham diantaranya :
1. Tidak mendapat deviden
Perusahaan akan membagikan deviden jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan deviden jika mengalami kerugian. Dengan demikian, potensi keinginan investor untuk mendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
2. Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya
investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss. Misalnya, seorang investor membeli saham Indosat (ISAT) dengan harga Rp 9.000, namun beberap waktu kemudian dijual dengan harga Rp 8.000 per saham, maka investor tersebut mengalami capital loss Rp 1.000 untuk setiap saham yang dijual. Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang ssemakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual sahamnya dengan harga rendah.
3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
secara otomatis saham perusahaan akan dikeluarkan dari bursa atau
di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham
menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi. Ini berarti setelah semua aset perusahaan dijual hasil penjualan terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.
4. Saham dikeluarkan dari bursa (delisting)
Jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek atau
di-delist. Saham perusahaan dikeluarkan dari bursa umumnya
dikarenakan kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai Peraturan Pencatatan Efek di Bursa.
2.2.5. Retur n Saham
Investor bersedia membeli saham perusahaan tertentu karena adanya return saham yang diharapkan akan direalisasikan pada masa mendatang dalam bentuk dividen dan capital gain. Astika (2003:2) menyatakan bahwa return saham merupakan suatu variabel yang muncul dari perubahan harga saham sebagai akibat dari reaksi pasar karena adanya penyampaian informasi keuangan suatu entitas ke dalam pasar modal.
Return saham yang diterima investor dinyatakan sebagai berikut (Jogianto,
[ Pi,t – Pi (t-1) ]
Ri,t = X 100 % Pi(t-1)
Ri,t = tingkat keuntungan saham i pada periode t Pi,(t+1) = harga saham i pada periode t+1
Pi (t) = harga saham i pada periode t
Risiko atau kerugian yang ditanggung oleh pemegang saham adalah (1) tidak mendapat dividen dan (2) capital losss. Perusahaan akan membagikan keuntungan jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan dan mendapat persetujuan dari pemegang saham (dalam RUPS). Dengan demikian, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan mengalami kerugian. Sementara itu, dalam aktivitas perdagangan tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah daripada harga belinya sehingga pemodal mengalami kerugian atau capital loss. Di samping risiko di atas, seorang investor juga masih dihadapkan dengan potensi kerugian lainnya, yaitu kebangkrutan perusahaan, saham dikeluarkan dari pencatatan di bursa efek, dan saham dihentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek.
2.2.6. Teori Sinyal
manajer perusahaan ini disebut informasi asimetris. Namun dalam kenyatannya manajer sering memiliki informasi asimetris. Namun dalam kenyatannya manajer sering memiliki informasi lebih baik dari investor luar. Hal ini disebut informasi asimetris, dan ini memiliki dampak penting pada struktur modal yang optimal (Brigham, 2005).
Signaling Theory juga menjelaskan mengapa perusahaan
mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak internal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi tersebut adalah karena terdapat asimetri informasi antara investor dengan pihak perusahaan karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai prospek yang akan datang dibanding pihak luar (investor dan kreditor) (Simanungkalit, 2009).
Pada motivasi signaling manajemen melakukan kebijakan akrual yang mengarah pada presistensi laba. Motivasi signaling mendorong manajemen menyajikan laporan laba yang dapat mencerminkan laba sesungguhnya.
2.2.7. Pengaruh PER Ter hadap Retur n Saham
memperhatikan tingkat resiko yang diperoleh ketika akan menginvestasikan sahamnya.
Tandelilin (2001) : menyatakan yang dimaksud dengan PER adalah besarnya harga satu rupiah earning perusahaan. di samping itu, PER juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah perusahan. PER dapat dihitung dengan membagi harga per lembar saham dengan laba per lembar saham yang terdapat dalam perusahaan tersebut.
Suhardiyah (2010) : Dalam melakukan investasi pada saham sebaiknya investor melakukan pembelian pada saham yang memiliki PER yang rendah karena saham tersebut memiliki peluang yang lebih besar untuk meningkatkan harganya sehingga dapat memberikan peluang untuk mendapatkan capital gain. Sebaliknya pada saat saham perusahaan memiliki PER yang lebih tinggi dari PER rata-rata industri sebaiknya pemodal melakukan penjualan sahamnya untuk mendapatkan return yang tinggi.
2.2.8. Pengaruh PBV Terhadap Retur n Saham
dibandingkan dengan perusahaan yang lain yang sejenisnya sebagai petunjuk adanya undervaluation/overvaluation.
Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Darmadji dan Fakhruddin, 2001) yang menyatakan bahwa ilai buku (book
value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang
dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham, karena aktiva bersih adalah sama dengan total equitas pemegang saham. Sehingga nilai buku perlembar saham adalah total equitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
2.2.9. Pengaruh DER Ter hadap Retur n Saham
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan. Menurut Suwarno dalam Suardana, (2008:7) jika rasio solvabilitas dalam hal ini Debt to Equity Rato (DER) meningkat, maka modal sendiri yang dimiliki bank meningkat sehingga tersedia dana murah yang cukup besar untuk mengakselerasi pemberian kredit dan pengembangan.
terhadap pihak luar (kreditur) sehingga tingkat resiko perusahaan semakin besar. Hal ini membawa dampak pada menurunnya harga saham di bursa, sehingga return saham akan menurun. Nilai DER ditujukkan dengan total debts yang dibagi dengan nilai total sareholders equity. Semakin tinggi DER menunjukkan semakin besar total hutang terhadap total ekuitas (Ang, 1997) dalam Susilowati (2011), juga akan menunjukkan semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) sehingga tingkat resiko perusahaan semakin besar. Hal ini membawa dampak pada menurunnya harga saham di bursa, sehingga return saham akan menurun. Dengan demikian, rasio solvabilitas berpengaruh negatif terhadap return saham.
2.3. Kerangka Konseptual
Untuk mengetahui adanya hubungan kinerja perusahaan dan return saham, dapat digambarkan dalam suatu bagan kerangka konseptual sebagai berikut :
Gambar. 1
Diagram Kerangka Konseptual PER
( X1 )
PBV ( X2 )
Return Saham ( Y )
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Adanya pengaruh yang signifikan positif antara PER terhadap Return
Saham
2. Adanya pengaruh yang signifikan positif antara PBV terhadap Return Saham
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dalam suatu penelitian adalah untuk memberikan petunjuk tentang bagaimana suatu penelitian diukur. Variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam variabel. Yaitu variabel independen (bebas) dan variable dependen (terikat).
Adapun definisi secara operasional dari setiap variabel yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel terikat / variabel yang dipr ediksi : Retur n Saham (sebagai variabel Y)
Return saham adalah suatu variabel yang muncul dari perubahan harga saham sebagai akibat dari reaksi pasar karena adanya penyampaian informasi keuangan suatu entitas ke dalam pasar modal dengan rumus (Jogianto, 2001) :
[ Pi,t – Pi (t-1) ]
Ri,t = X 100 % Pi(t-1)
b. Variabel bebas / variabel yang memprediksi, antara lain : 1) PER
Rentabilitas PER adalah perbandingan antara harga saham pada saat penutupan dengan pendapatan per lembar saham (Natariasari, 2009:79) PER = Harga saham Penutupan
2) PBV
PBV, merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan (Natariasari, 2009:79)
PBV = Harga pasar saham Nilai buku saham
3) DER
DER menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang dapat dirumuskan dengan (Ang, 1997)
dalam Susilowati (2011):
DER = Total Hutang x 100% Total Equitas
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi disini adalah keseluruhan perusahaan yang menjadi obyek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Jasa Transportasi yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007-2010 yakni sebanyak 18 perusahaan.
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara pendekatan “non
probability sampling“ dengan metode “purposive sampling”. Adapun
pengertian non probability sampling adalah cara pengambilan sampel dimana peneliti tidak memberikan kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan sampel. Sedangkan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan tertentu (Sugiyono, 2005:61), penggunaan metode
purposive sampling dalam penelitian ini dilakukan agar sampel yang
diperoleh sesuai dengan pertimbangan peneliti. Maka kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008 hingga 2010 secara berturut-turut.
2. Menerbitkan laporan keuangan lengkap sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 secara berturut-turut.
3. Mengeluarkan nilai harga saham pada tahun 2008-2010.
4. Sampel yang dipilih masuk kategori saham aktif diperdagangkan pada kurun waktu pengamatan, berdasarkan surat edaran BEJ No. SE. 03/BEJ/ II.I/1994.
Berdasarkan kriteria diatas, terdapat 10 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini. Perusahaan tersebut adalah :
4. HITS = PT. Humpus Intermoda Transpostasi Tbk. 5. MIRA = PT. Mitra Internasional Resources Tbk. 6. RIGS = PT. RIG Tanders Tbk.
7. SAFE = PT. Steady Safe Tbk
8. SMDR = PT. Samudra Indonesia Tbk. 9. TMAS = PT. Pelayaran Tempuran Mas Tbk. 10.WEHA = PT. Panorama Transportasi Tbk.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari : a. Metode Dokumentasi
Yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang berupa laporan keuangan perusahaan.
b. Observasi
Yaitu melakukan pengamatan dan penelaahan kondisi keuangan dari masing-masing perusahaan melalui laporan keuangan.
3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :
• Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.
• Jika nilai signifikansi lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.
3.4.2. Teknik Analisis
Data yang diperoleh akan dianalisis. Dalam penelitian ini termasuk dalam analisis kuantitatif yaitu teknik analisis dimana data-data yang berbentuk angka-angka akan dianalisis dengan cara melakukan perhitungan dengan menggunakan metode statistik analisis regresi linier berganda dengan bantuan program komputer yang menggunakan SPSS sebagai program analisis (pengolahan data).
Dimana metode analisis regresi berganda yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ei Dimana :
Y = Return Saham X1 = PER
β0 = Bilangan konstanta β1, β2, β3 = Koefisien Regresi ei = standar error
3.4.3. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE ( Best
Linier Unbiased Estimator ), artinya pengambilan keputusan melalui uji F
dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda yaitu :
a. Tidak boleh ada autokorelasi b. Tidak boleh ada multikolinieritas c. Tidak boleh ada heteroskedasitas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persaman regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.
3.4.3.1. Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
cara membandingkan nilai Durbin Watson yang dihitung dengan dL dan dU yang ada dalam tabel.
Banyaknya data time series minimal yang dapat dihitung dengan Durbin Wtson enam buah data dengan satu variabel. Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini :
ada daerah daerah ada
auto keragu keragu auto
korelasi raguan raguan
positif Tidak ada autokorelasi
negatif
positif dan tidak ada autokorelasi negatif
0 dL dU 4 - dU 4- dL 4
3.4.3.2. Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
3.4.3.3. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya Heteroskedastisitas adalah dengan cara menggunakan uji rank spearman yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variabel bebas.
Menurut Santoso (2002:301) deteksi adanya Heteroskedastisitas adalah : 1) Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari Heteroskedastisitas 2) Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena Heteroskedastisitas
3.4.4. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas yaitu : terhadap variabel terikat, maka digunakan uji F dan uji t. (Anonim, 2003:L-21) a. Uji F
1. Menentukan rumusan hipotesis statistik:
Ho: β1 = β2 = β3= 0 (model regresi yang dihasilkan tidak cocok untuk mengetahui penegaruh variabel bebas terhadap pertumbuhan laba (Y). Hi : β1 = β2 = β3 ≠ 0 (model regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui penegaruh variabel bebas terhadap pertumbuhan laba (Y). 2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikasi 0,05 dengan derajat
bebas (n-k-1), dimana n : jumlah pengamatan variabel dan k : jumlah variabel.
3. Dengan F hitung =
R2/ k
Fhit = …..….(Sudjana,2002:108) (1-R2) / ( n-k-1)
F hitung = F hasil perhitungan R2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel n = jumlah sampel
4. Kriteria pengujian sebagai berikut (Santoso, 2002: 168) :
a. Apabila nilai probabilitas ≥ 0,05 , maka Ho diterima dan Hi ditolak. b. Apabila nilai probabilitas < 0,05 , maka Ho ditolak dan Hi diterima b. Uji t
1. Menentukan rumusan hipotesis statistik :
Ho : β1 = β2 = β3 = 0 (variabel bebas (X) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba (Y).
Hi: β1 = β2 = β3 ≠ 0 (variabel bebas (X) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba (Y).
1. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikasi 0,05 dengan derajat bebas (n-k-1) dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.
2. t hitung =
bj
thit = (Anonim, 2003:L-21) se (bj)
Dimana:
t hitung = t hasil perhitungan
bj = koefisien regresi variabel bebas
se (bj) = standar error untuk masing-masing koefisien regresi j = 1,2,…k (variabel ke j sampai ke k) 3. Kriteria pengujian sebagai berikut (Santoso, 2002: 168) :
a. Apabila nilai probabilitas ≥ 0,05 , maka Ho diterima dan Hi ditolak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum PT. Bur sa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini adalah gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange dan Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange merupakan akhir dari perjalanan panjang Pasar Modal Indonesia. Sejarah Pasar Modal Indonesia dimulai dengan dibentuknya bursa efek di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1912 oleh Vereniging Voor de Effectenhandel, kemudian pada tahun 1925 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi dua bursa, yaitu Bursa Efek Semarang dan Surabaya. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang invasi Jepang pada tahun 1942, dan dimulai kembali dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta pada tahun1952. program nasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun1956, mengkibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.
4.1.2. Visi dan Misi Bur sa Efek Indonesia
sebagai bursa efek yang berskala Internasional yang menawarkan kesempatan berinvestasi secara luas sejalan dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga bertekad mewujudkan sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi yang terpercaya, lengkap, dan tepat waktu serta mempunyai sumber daya manusia yang profesional dan berintegritas tinggi, dengan demikian Bursa Efek Indonesia dapat menjadi bursa efek yang transparan, likuid, wajar, dan efisien sehingga dapat membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan bursa-bursa efek lain di dunia.
Bursa Efek Indonesia aktif berpartisipasi di dalam mengembangkan basis investor lokal yang luas dan kokoh sebagai stabilisator Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga menawarkan beragam efek berkualitas sejalan dengan pertumbuhan instrumen pasar modal yang semakin meningkat sehingga Bursa Efek Indonesia dapat memberikan manfaat optimal bagi pemodal domestic maupun asing.
4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian
4.2.1. Deskr ipsi Variabel Pr ice Earning Ratio (X1)
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio pasar yang berhubungan
No Emiten 2008 2009 2010 1 PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL) 71,67 -0,96 -0,22 2 PT. Berlian Laju Tangker Tbk (BLTA) 1,11 -1,45 -1,42 3 PT. Centris Multi Persada Pratama (CMPP) -1,72 -1,28 43,75 4 PT. Humpus Intermoda Transpostasi Tbk (HITS) -39,29 2000,00 -2,81 5 PT. Mitra Internasional Resources Tbk (MIRA) -4,87 -0,49 -0,50
6 PT. RIG Tanders Tbk (RIGS) 11,35 12,46 243,33
7 PT. Steady Safe Tbk (SAFE) 4,48 -1,85 14,38
8 PT. Samudra Indonesia Tbk (SMDR) 2,66 -40,00 9,96 9 PT. Pelayaran Tempuran Mas Tbk (TMAS) 1,62 -1,34 -1,83 10 PT. Panorama Transportasi Tbk (WEHA) 11,82 10,00 200,00 Sumber : Bursa Efek Indnesia
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai PER tertinggi dimiliki oleh PT. Humpus Intermoda Transpostasi Tbk (HITS) yakni pada tahun 2009 dengan nilai sebesar Rp. 2000,-. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut laba yang dimiliki oleh perusahaan cukup tinggi sehingga potensi dividen yang dapat direalisasikan akan semakin tinggi pula. Sedangkan nilai PER terendah juga dimiliki oleh PT. Humpus Intermoda Transpostasi Tbk (HITS) pada tahun 2008 dengan nominal sebesar Rp. 39,286,-, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2008 perusahaan tidak mendapatkan laba sehingga kecil kemungkinan untuk dapat membagikan dividen.
4.2.2. Deskr ipsi Variabel Pr ice to Book Value (X2)
Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net
assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham,
ini selama tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2. Rekapitulasi Variabel Pr ice to Book Value (X2)
No Emiten 2008 2009 2010
1 PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL) 1,16 1,16 2,08 2 PT. Berlian Laju Tangker Tbk (BLTA) 0,11 0,10 0,19 3 PT. Centris Multi Persada Pratama (CMPP) 3,33 4,00 5,71 4 PT. Humpus Intermoda Transpostasi Tbk (HITS) 0,09 0,08 0,13 5 PT. Mitra Internasional Resources Tbk (MIRA) 0,22 0,36 0,47
6 PT. RIG Tanders Tbk (RIGS) 0,23 0,14 0,14
7 PT. Steady Safe Tbk (SAFE) 4,85 4,35 4,35
8 PT. Samudra Indonesia Tbk (SMDR) 0,18 0,13 0,12 9 PT. Pelayaran Tempuran Mas Tbk (TMAS) 0,57 0,60 0,68 10 PT. Panorama Transportasi Tbk (WEHA) 0,77 0,83 0,50 Sumber : Bursa Efek Indnesia
Debt to Equity Ratio selain digunakan untuk melihat struktur permodalan
perusahaan juga bisa digunakan untuk melihat tingkat solvabilitas (penggunaan
hutang) terhadap total shareholder’s equity. Di samping itu keputusan pendanaan berkaitan dengan sumber dana, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari
luar (eksternal). Penciptaan suatu struktur modal dapat mempengaruhi kebijakan
dimana selanjutnya dapat mempengaruhi pengambilan keputusan strategis. Keputusan
modal yang tepat sangat penting bagi perusahaan karena adanya kebutuhan untuk
memaksimalkan keuntungan pada berbagai macam organisasi bisnis, keputusan
tersebut juga berdampak pada suatu kemampuan perusahaan untuk dapat berjalan
dengan lingkungan persaingannya. Besarnya nilai DER perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini selama tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut : Tabel 4.3. Rekapitulasi Variabel Dept Equity Ratio (X3)
No Emiten 2008 2009 2010
1 PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL) 351,84 770,46 -720,37 2 PT. Berlian Laju Tangker Tbk (BLTA) 323,34 304,00 314,44 3 PT. Centris Multi Persada Pratama (CMPP) 125,41 144,07 132,40 4 PT. Humpus Intermoda Transpostasi Tbk (HITS) 82,30 64,60 194,32 5 PT. Mitra Internasional Resources Tbk (MIRA) 1058,35 -622,76 -314,46
6 PT. RIG Tanders Tbk (RIGS) 67,33 54,79 46,63
7 PT. Steady Safe Tbk (SAFE) -370,02 161,60 179,80 8 PT. Samudra Indonesia Tbk (SMDR) 146,49 195,09 186,55 9 PT. Pelayaran Tempuran Mas Tbk (TMAS) 161,29 389,16 487,20 10 PT. Panorama Transportasi Tbk (WEHA) 92,73 129,99 215,44 Sumber : Bursa Efek Indnesia