• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Singkat Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi

Kebun Bah Jambi adalah salah satu Unit Usaha dari PT. Perkebunan Nusantara IV berada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara dan berkantor pusat di Jl. Letjend. Suprapto, Medan. Bergerak dibidang Usaha Perkebunan dan Pengolahan Kelapa sawit yang menghasilkan minyak (CPO) dan inti (PK).

Pada mulanya Kebun Bah Jambi adalah milik Swasta Asing HVA (Handle

Veroniging Amsterdam) dari Negeri Belanda, komoditinya Budidaya Sisal (Agave Sisalana).

Tanggal 2 Mei 1959 diambil alih oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Nomor 19 dalam Lembaran Negara nomor 31, tahun 1959 dengan peralihan status menjadi PPN Baru sampai dengan tahun 1963.

Pada tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1963, Perusahaan Perkebunan Negara dibagi menurut wilayah dari PPN Aneka Tanaman (Antan) I s.d XIII dan Kebun Bah Jambi masuk dalam PPN Sumut III selanjutnya berubah nama PPN Antan III sampai dengan tahun 1968.

Tahun 1968 sebagaimana Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1968 dalam regrouping perkebunan dari PPN Aneka Tanaman III, IV, PPN Karet V dan PPN Serat Sumut menjadi Perusahaan Negara Perkebunan VII (PN. Perkebunan VII).

Tanggal 14 Januari 1985, PN. Perkebunan VII diperserokan menjadi PT. Perkebunan VII (PTP VII).

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 9 tahun 1996, PT. Perkebunan VII dilebur, selanjutnya dilaksanakan penggabungan (merger) PTP di wilayah

Sumatera Utara dan PT. Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, PT. Perkebunan VIII dilebur menjadi satu Badan Usaha PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dengan akte notaris Harun Kamil, SH nomor 37 tanggal 11 Maret 1996 dan Keputusan Menteri Kehakiman No. C2.8335 HT.01.01 Tahun 1996 tanggal 8 Agustus 1996 yang dicantumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 81 tanggal 8 Oktober 1996.

Lokasi Pabrik

Lokasi Kebun Bah Jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalunggun. Jarak dengan Kota Medan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara berkisar 147 kilometer, dan dari Kota Pematang Siantar 19 kilometer.

Keadaan topografi tanah di Kebun Bah Jambi sedikit bergelombang dan berbukit. Jenis tanah Podsolik Coklat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC). Kebun Bah Jambi memiliki luas HGU 8.060,5 Ha, terdiri dari 8 Afdeling Tanaman Kelapa Sawit, Emplasmen, Pembibitan, Pabrik dan Kolam Limbah.

Pada tahun 1998 dilaksanakan pembenahan tata letak, tata ruang serta penyempurnaan mesin-mesin PKS dari kapasitas 50 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam menjadi 60 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam.

PKS Unit Kebun Bah Jambi mengolah buah kelapa sawit menjadi Crude

Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) yang merupakan bahan setengah jadi yang

selanjutnya dikirim ke PT. SAN Belawan, PAMINA Belawan dan sejak tahun 2000 PK diolah ke PPIS Pabatu menjadi Palm Kernel Oil dan Palm Kernel Meal.

Analisis Data dengan Diagram Pencar

Analisis dilakukan berdasarkan pada penghimpunan data dan pengamatan yang dilakukan di PKS Bah Jambi terhadapkadar kehilangan minyak pada ampas kempa, kadar air pada ampas kempa, kadar biji pecah, kadar kehilangan minyak pada biji ampas kempa dan rendemen mulai dari periode Januari 2010 sampai dengan Maret 2011.Selanjutnya analisisdilakukan dengan menggunakan diagram pencar untuk mencari keterkaitan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.Diagram pencar tersebut dibuat dengan bantuan software minitab 14.

Penggunaan diagram pencar dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara faktor yang bersifat khusus terhadap faktor yang bersifat umumatau hubungan antarasatu faktor terhadap faktor yang lain. Setelah menggunakan diagram pencar, jika diketahui terdapat hubungan antara faktor-faktor tersebut, kemudian dilakukan analisis korelasi terhadap hubungan tersebut untuk melihat besarnya pengaruh antara satu faktor terhadap faktor yang lain.

Selanjutnya hasil dari analisis dengan diagram pencar dan analisis korelasitersebut digunakan dalam penyusunan diagram sebab-akibat. Dimana faktor-faktor yang memiliki korelasi yang lebih besar akan diprioritaskan menjadi penyebab yang lebih dominan terhadap suatu akibat. Sehingga akan mempermudah penggunaan dari diagram sebab-akibat dalam menentukan urutan prioritas penyebab yang mempengaruhi kinerja proses dalam teknik pengendaliandan perbaikan kualitas.

Karakteristik Kehilangan CPO pada Ampas Kempa

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa

Gambar 3. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 3 menunjukkan bahwaada kecenderungan titik-titik terpusat pada satu bagian dari pola yang terbentuk. Namun, apabila diperhatikan lebih lanjut dari keseluruhan pola yang terbentuk terlihat hubungan kenaikan kadar air berbanding lurus dengan kenaikankadar kehilangan minyak pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang positif.

Selanjutnyaapabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,222. Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 3. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang cukup lemah antara kadar minyak pada ampas kempa dengan kadar air pada ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga

KADAR AI R ( % ) L O S S IS A M P A S K E M P A ( % ) 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 4.0 3.9 3.8

dapat dikatakan pengaruh kadar air pada ampas kempa tidak terlalu besar terhadap kadar minyak pada ampas kempa.

Pengaruh kadar air juga berdampak terhadap kapasitas dari ruang pembakaran. Dimana bila kadar air yang diberikan terlalu banyak maka ampas kempa akan akan basah karena mengandung air yang lebih banyak sehingga akan mengurangi nilai kalor untuk proses pembakaran dalam boiler. Hal ini sesuai dengan pernyataan Naibaho (1996) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin menurun yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi boiler.

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah

Gambar 4. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 4 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik tersebar merata membentuk pola yang menurun. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar biji pecahberbanding terbalik dengan

BI JI PECAH ( % ) L O S S IS A M P A S K E M P A ( % ) 16 14 12 10 8 6 4 2 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 4.0 3.9 3.8

kenaikankadar minyak pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang negatif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,203. Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 4. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang lemah antara kadar minyak dengan kadar biji pecah pada ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Akan tetapi nilai koefisien ini lebih kecildaripada nilai koefisien korelasi antara kehilangan minyak dengan kadar air pada ampas kempa. Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar biji pecah lebih kecil daripada kadar air pada ampas kempa terhadap kadar minyak pada ampas kempa.

Pengaruh biji pecah terhadap kehilangan CPO pada ampas kempa biasanya berhubungan dengan tekanan kempa yang diberikan. Apabila tekanan kempanya tinggimaka akan terjadipersinggungan antara biji-biji tersebut sehingga kadar inti yang pecah akan tinggi. Namun hal tersebut akan mengurangi kadar minyak yang hilang pada proses pengempaan karena minyak diperas secara optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) yang menyatakan bahwa kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh karena itu pilihan tekanan kempa adalah kompromi antara kedua hal tersebut.

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa

Gambar 5. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 5 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik tersebar merata membentuk pola yang menaik. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar kehilangan minyak pada biji ampas kempa berbanding lurus dengan kenaikankadar minyak pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang positif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,028.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 5. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang sangat lemah antara kadar minyak pada ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati nol (0).

LOSSI S BI JI ( % ) L O S S IS A M P A S K E M P A ( % ) 0.60 0.55 0.50 0.45 0.40 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 4.0 3.9 3.8

Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar minyak pada biji ampas kempa sangat kecil terhadap kadar minyak pada ampas kempa.

Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar air ampas kempa

Gambar 6. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas dengan kempa kadar air ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 6 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik tersebar membentuk pola yang sedikit menaik. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikankadar air pada ampas kempa berbanding lurus dengan kenaikankadar minyak pada biji ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang positif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,008.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 6. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang sangat lemah antara kadar air dengan kadar minyak pada biji ampas kempa,

KADAR AI R ( % ) L O S S IS B IJ I (% ) 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 0.60 0.55 0.50 0.45 0.40

karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar air pada ampas kempa sangat kecil atau hampir tidak ada pengaruh terhadapkadar minyak pada biji ampas kempa.

Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadarbiji pecah

Gambar 7. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 7 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik tersebar merata membentuk pola yang mendatar. Namun, bila diperhatikan pola yang terbentuk sedikit menurun. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikankadar minyak pada biji ampas kempa berbanding terbalik dengan kenaikankadar biji pecahpada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang negatif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,016.Adapun nilai tersebut diperoleh

BI JI PECAH ( % ) L O S S IS B IJ I (% ) 16 14 12 10 8 6 4 2 0.60 0.55 0.50 0.45 0.40

dari hasil perhitungan pada Lampiran 7. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang sangat lemah antara kadar biji pecahdengan kadar kehilangan minyak pada biji ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar biji pecah pada ampas kempa sangat kecil atau hampir tidak ada pengaruh terhadap kadar minyak pada biji ampas kempa.

Kadar biji pecah dengan kadar air ampas kempa

Gambar 8. Diagram pencar hubungan kadar biji pecah pada ampas kempa dengan kadar air ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 8 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik yang tersebar membentuk pola yang menurun. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar air berbanding terbalik dengan kenaikan kadar biji pecah pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang negatif.

KADAR AI R ( % ) B IJ I P E C A H ( % ) 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 16 14 12 10 8 6 4 2

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,107.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 8. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang lemah antara kadar air dengan kadar biji pecah pada ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar air kecil terhadap kadar biji pecah pada ampas kempa.

Rendemen

Rendemen dengan kadar minyak ampas kempa

Gambar 9. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar minyak ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 9 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik yang tersebar membentuk pola yang menaik. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar rendemen berbanding lurus dengan kenaikankadar minyak pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi

LOSSI S AMPAS KEMPA ( % )

R E N D E M E N ( % ) 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 4.0 3.9 3.8 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 21.5 21.0

yang positif. Namun demikian, hubungan ini tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan, dimana seharusnya kehilangan minyak pada ampas kempa menyebabkan rendemen minyak menjadi berkurang. Diduga ada faktor-faktor penyebab lain yang lebih dominan yang dapat mempengaruhi rendemen minyak di pabrik. Sehingga perlu dilakukan analisis lebih lanjut dalam pemecahan masalah ini.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,108.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 9. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang lemah antara rendemen dengan kehilangan minyak pada ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar minyak pada ampas kempa cukup kecil terhadap rendemen minyak.

Rendemen dengan kadar air ampas kempa

Gambar 10. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar air ampas kempa

KADAR AI R ( % ) R E N D E M E N ( % ) 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 21.5 21.0

Hasil visualisasi dari Gambar 10 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik yang tersebar membentuk pola yang menaik. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar rendemen berbanding lurus dengan kenaikankadar air pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang positif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,038.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 10. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang sangat lemah antara rendemen dengan kehilangan minyak pada ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar air pada ampas kempa sangat kecil terhadap rendemen minyak. Rendemen dengan kadar biji pecah

Gambar 11. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar biji pecah pada ampas kempa BI JI PECAH ( % ) R E N D E M E N ( % ) 16 14 12 10 8 6 4 2 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 21.5 21.0

Hasil visualisasi dari Gambar 11 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik tersebar merata membentuk pola yang menurun. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar rendemen berbanding terbalik dengan kenaikankadar biji pecah pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang negatif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,147.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 11. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang cukup lemah antara rendemen dengan kadar biji pecah pada ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar biji pecah pada ampas kempa cukup kecil terhadap rendemen minyak. Rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa

Gambar 12. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa LOSSI S BI JI ( % ) R E N D E M E N ( % ) 0.60 0.55 0.50 0.45 0.40 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 21.5 21.0

Hasil visualisasi dari Gambar 12 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik yang tersebar membentuk pola yang menurun. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar rendemen berbanding terbalik dengan kenaikankadar minyak pada biji ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang negatif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,091.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 12. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang lemah antara rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar minyak pada biji ampas sangat kecil terhadap rendemen minyak.

Penyusunan Diagram Sebab-Akibat Kehilangan minyak pada ampas kempa

Kehilangan minyak pada ampas kempa adalah minyak yang melekat pada ampas yang keluar dari mesin kempa. Agar kehilangan minyak pada ampas kempa sedikit maka diperlukan tekanan kempa dan proses pengolahan yang baik, ini berhubungan dengan kondisi mesin pengolahan terutama mesin kempa di pabrik tersebut. Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan melalui data-data dan literatur yang tersedia, pengamatan di lapangan serta tanya-jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan, maka penyebab utama yang mempengaruhi kehilangan minyak pada ampas kempa adalah mesin pengolahan dan proses pengolahan.

Pada proses pengempaan, kehilangan minyak yang tinggi pada ampas kempa dikarenakan tekanan kempa yang tidak sesuai, silinder kempa yang rusak atau tersumbat akibat dari kondisi mesin kempa yang kurang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryadi (2011) yang menyatakan bahwa pengambilan cairan minyak menjadi kurang efektif apabila di screw press terjadi: silinder press tersumbat akibat jarang dikosongkan, air panas (air pengencer) diberikan pada adonan tidak cukup, tekanan screw press dibawah ketentuan.

Proses pengolahan juga mempengaruhi kehilangan minyak pada ampas kempa, dimulai dari proses penyortiran buah hingga sampai proses pelumatan buah. Siklus perebusan yang kurang baik mengakibatkan buah belum matang atau terlalu matangsehingga kehilangan minyak yang terjadi akan lebih banyak lagi. Selain itu, tidak optimalnya kinerja mesin kempa dapat terjadi karena kelalaian operator dalam mengawasi proses pengolahan.

Kadar air pada ampas kempa

Kadar air adalah jumlah kandungan air (%) yang terdapat dalam ampas kempa. Dalam pembahasnya tentang masalah kadar air dalam ampas kempa, maka sudah pasti dipengaruhi oleh proses pengolahan di pabrik yang nyatanya banyak menggunakan air selama proses pengolahan terutama pada proses perebusan dan pelumatan buah.

Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan melalui data-data dan literatur yang tersedia, pengamatan di lapangan serta tanya-jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan, maka penyebab utama yang mempengaruhi kadar air ampas kempa adalah proses pengolahan. Kadar air yang tinggi pada umumnya disebabkan karena proses perebusan dan pelumatan yang tidak

sempurna. Pada proses pelumatan, air yang diberikan disesuaikandengan massa lumatan yang akan dikempa. Air digunakan untuk mengencerkan massa lumatan agar mempermudah proses pengempaan.Jumlah air diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, apabila terlalu sedikit dapat menyebabkan kerusakan pada screwpress dan apabila terlalu banyak akan menyebabkan ampas terlalu basah. Hal ini dapat terjadi akibat kelalaian operator ataupun akibat kinerja mesin yang rendah.

Kadar biji pecah pada ampas kempa

Kadar biji pecah adalah banyaknya perbandingancangkang, biji pecah dan inti yang pecahdengan jumlah keseluruhan biji yang terdapat pada ampas kempa, biasanya berbanding terbalik dengan kehilangan minyak pada ampas kempa, semakin tinggi ampas kempa maka semakin rendah kadar biji pecahnya. Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan melalui data-data dan literatur yang tersedia, pengamatan di lapangan serta tanya-jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan, maka penyebab utama yang mempengaruhi kadar biji pecahadalah bahan baku dan kondisi mesin kempa.

Agar kandungan biji pecah pada ampas rendah, maka buah kelapa sawit yang diolah di pabrik haruslah buah yang benar-benar matang karena bila buah tersebut mentah maka intinya akan lebih mudah pecah dibandingkan dengan buah matang. Selain itu, ukuran biji yang tidak seragam juga menyebabkan kadar biji pecah yang tinggi. Tinggi kadar inti pecah dapatmenyebabkan terserapnya minyak pada cangkang dan biji yang pecah sehingga perlu ada penyesuaian antara kadar kehilangan minyak dengan kadarbiji pecah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) yang menyatakan bahwa tekanan kempa juga mempengaruhi jumlah biji dan inti yang pecah dalam ampas kempa, yang

sebagian besarnya hilang dalam cangkang atau debu pemecah biji. Dengan demikian harus ada kompromi antara kehilangan minyak yang rendah dalam ampas dengan persentase biji pecah yang tinggi dalam ampas kempa atau sebaliknya.

Kehilangan minyak pada biji ampas kempa

Kehilangan minyak pada biji ampas kempa adalah minyak yang melekat pada biji dari ampas yang keluar dari mesin kempa. Sama halnya dengan kehilangan minyak pada ampas kempa,kehilangan minyak pada biji jugaberhubungan dengan kondisi mesin pengolahan terutama mesin kempa di pabrik tersebut. Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan melalui data-data dan literatur yang tersedia, pengamatan di lapangan serta tanya-jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan, maka penyebab utama yang mempengaruhi kehilangan minyak pada ampas kempa adalah mesin pengolahan dan proses pengolahan.

Pada proses pengempaan, kehilangan minyak pada biji yang tinggi dikarenakan tekanan kempa yang tidak sesuai, silinder kempa yang rusak atau tersumbat akibat dari kondisi mesin kempa yang kurang baik. Proses pengolahan

Dokumen terkait