• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Kabupaten Banjarnegara

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di bagian barat provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 106.970,99 hektar atau 3,1 persen dari luas provinsi Jawa Tengah. Potensi utamanya adalah sayuran dataran tinggi yang terdiri dari: kentang, kubis, bawang daun, wortel, dan tomat yang merupakan sayuran paling dominan ditanam di wilayah ini. Diantara komoditas sayuran dataran tinggi potensial tersebut, pemerintah daerah (Dintankannak) Kabupaten Banjarnegara menetapkan kentang sebagai komoditas sayuran unggulannya. Adapun sentra produksi sayuran dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara meliputi lima kecamatan yang disajikan pada Tabel 4.

Identitas

Kepentingan Definisi Nilai

9 Mutlak lebih penting 7 Sangat jelas lebih penting 5 Jelas lebih penting 3 Sedikit lebih penting 1 Sama penting

2, 4, 6, 8 Apabila terdapat sedikit saja perbedaan atau keragu-raguan antar dua nilai faktor yang berdekatan

14

Tabel 4 Wilayah sentra produksi sayuran dataran tinggi Kabupaten Banjarnegara Wilayah Kecamatan Kecamatan Batur Kecamatan Pejawaran Kecamatan Wanayasa Kecamatan Karang Kobar Kecamatan Kalibening Komoditas Sayuran Kentang Kubis Bawang Daun Wortel Kentang Kubis Bawang daun Wortel Tomat Kentang Kubis Bawang Daun Wortel Tomat Kubis Bawang Daun Tomat Bawang Daun Kentang Tomat Sumber: Pujiharto, 2011

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa lokasi sentra komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah Kecamatan Batur, Kecamatan Pajawaran, Kecamatan Wanayasa, dan Kecamatan Kalibening. Produktivitas kentang pada keempat wilayah tersebut dalam kurun waktu tiga tahun terakhir yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Produktivitas kentang Kabupaten Banjarnegara Wilayah Kecamatan Produktivitas (Kw/Ha) 2011 2012 2013 Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening 120.08 148.07 64.13 146.67 107.66 171.52 134.03 110.24 107.73 168.07 144.27 160.13 Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara, 2013

Berdasarkan data pada Tabel 5, kecamatan Batur merupakan wilayah penghasil kentang terbanyak di Kabupaten Banjarnegara. Kecamatan Batur menjadi satu-satunya wilayah di Kabupaten Banjarnegara yang distribusi kentangnya sampai masuk pasar ekspor ke Singapura. Saat ini di Kecamatan Batur tercatat delapan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), 79 Kelompok Tani, 13 Kelompok Wanita Tani, dan 16 Kelompok Tani Penangkar Benih.

Analisis Rantai Pasok Komoditas Kentang

Pada studi kasus di Kabupaten Banjarnegara. jenis kentang yang di budidaya adalah jenis kentang granola untuk konsumsi (sayur), jenis atlantik dan jenis agria (belum tersertifikasi) untuk industri pengolahan. Jenis kentang yang paling banyak diproduksi adalah kentang jenis granola untuk konsumsi sayur. Kentang jenis granola yang akan didistribusikan, disortir terlebih dahulu kemudian dilakukan grading agar sesuai dengan permintaan di masing-masing tempat tujuan distribusi. Adapun grade kentang granola yang dihasilkan di Banjarnegara secara umum dapat dilihat pada Tabel 6.

15 Tabel 6 Grade kentang di Kabupaten Banjarnegara

Kentang yang didistribusikan disesuaikan dengan grade dari kentang tersebut. Biasanya grade AL, AB, ABC dan PL didistribusikan ke pasar induk, supermarket dan ekspor. Sedangkan DN, TO, dan rindil dijual ke pasar tradisional setempat atau diambil petani sebagai umbi untuk ditanam selanjutnya. Adapun rantai pasok kentang di Kabupaten Banjarnegara secara umum dapat dilihat pada Gambar 8.

Grade Ukuran Diameter Jumlah/kg Harga dari Petani AL ≥ 6 cm 2-3 buah/kg 7000 – 10000 AB 5.5 cm – 6 cm 4-6 buah/kg 6500 – 9000 ABC 5 cm -5.5 cm 6-8 buah/kg 6000 – 7000 PL 4 cm – 4.5 cm 10 - 12 buah/kg 4500 – 5000 DN 3 cm - 4 cm 15 - 20 buah/kg 3500 – 4000 TO 2.5 cm – 3 cm 20 - 30 buah/kg 2000 – 3000 Rindil < 2,5 cm 30 - 50 buah/kg 1500 – 2000

16

Berdasarkan Gambar 8, rantai pasok kentang di Kabupaten Banjarnegara memiliki lima jalur yaitu, Pasar induk, Pasar luar negeri, supermarket, pasar lokal, dan industri pengolahan. Aliran komoditas kentang di Banjarnegara pada model rantai pasok diatas dibagi menjadi beberapa rantai, sebagai berikut:

1. Struktur Rantai 1

Kebanyakan petani di Banjarnegara khususnya di Kecamatan Batur menjual kentangnya kepada pedagang besar yang langsung datang ke petani untuk membeli kentang. Pedagang langsung mendistribusikan kentang jenis granola ke seluruh pasar induk di Indonesia setiap hari. Pasar induk yang menjadi tujuan distribusi kentang Banjarnegara adalah Pasar Keramat Jati dan Kemayoran (Jakarta), Pasar Caringin (Bandung), Pasar Johar (Semarang), Pasar Keputren (Surabaya), dan Pasar Tulungagung (Blitar).

2. Struktur Rantai 2

Kentang granola di Banjarnegara sudah menembus ekspor ke Singapura melalui perusahaan eksportir PT Anugerah Mandiri. Eksportir ini menyalurkan kentang dari daerah Batur salah satunya ke supermarket di Singapura. Kentang granola yang diekspor ke Singapura adalah grade PL. 3. Struktur Rantai 3

Distribusi kentang ke supermarket dilakukan melalui supplier yang telah ditunjuk berdasarkan kontrak. Supplier yang sudah bekerja sama dengan pedagang di wilayah Banjarnegara adalah PT Anugerah Mandiri. Supplier ini menyalurkan distribusi kentang dari pedagang besar ke supermarket dan ke pasar luar negeri. Untuk supermarket dalam negeri produk diidstribusikan ke Hero, Giant, Carrefour, dan Lotte Mart.

4. Struktur Rantai 4

Pedagang mendistribusikan produk kentang pada pasar lokal apabila kentang yang dikirim baik untuk ekspor maupun ke supermarket mengalami rejected maka pengumpul akan menjual kentangnya ke Pasar induk atau pasar tradisional di wilayah Banjarnegara.

5. Struktur Rantai 5

Rata-rata petani di wilayah Banjarnegara menjual kentang langsung pada pedagang besar. Akan tetapi masih ada pula petani yang menjual produknya langsung ke pasar tradisional setempat. Biasanya kentang yang dijual ini adalah kentang yang ukurannya kecil dan tidak dibeli oleh pedagang besar. 6. Struktur Rantai 6

Pada beberapa wilayah di Banjarnegara ditanam kentang jenis atlantik dan jenis agria untuk dioalah menjadi keripik kentang. Kentang jenis atlantik adalah jenis bibit kentang yang dipasok oleh PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) untuk petani yang menjadi mitranya dan kemudian kentang akan dijual kembali ke PT IFM untuk diolah menjadi keripik. Sedangkan jenis kentang agria langsung diolah sendiri oleh petani atau didistribusikan ke industri pengolahan keripik di sekitar Kabupaten Banjarnegara seperti Al-baeta, La Rizo, dan Tri Sakti.

Hasil identifikasi terhadap struktur rantai pasok kentang di Kabupaten Banjarnegara menunjukkan bahwa terdapat dua pola kemitraan yaitu pola dagang umum dan contract farming (Pujiharto 2011). Pola dagang umum dapat

17

Tabel 7 Analisis kondisi rantai pasok kentang

Analisis Deskriptif Komoditas Kentang

Struktur Rantai Anggota rantai pasok terdiri dari: produsen (petani/kelompok tani), distributor (pedagang, dan eksportir yaitu PT Anugerah Mandiri), pasar tradisional, supermarket, dan industri makanan (Home industry keripik kentang seperti Al-Baeta dan perusahaan besar seperti PT Indofood Fritolay Makmur) Sasaran Rantai 1 Sasaran pasar berdasarkan kualitas produk (grade) dan

jenis bibit. Grade AB dan AL didistribusikan ke pasar induk, supermarket, dan ekspor. Sedangkan DN, TO, dan Rindil dijual ke pasar lokal. Untuk kentang granola merupakan kentang sayur untuk konsumsi masyarakat. Sedangkan bibit atlantik atau agria digunakan untuk industri pengolahan keripik kentang

2 Sasaran pengembangan rantai pasok adalah penambahan mitra bisnis, dan memberdayakan koperasi sebagai institusi pelayanan pemasaran

Manajemen Rantai 1 Kerja sama antar pelaku rantai masih didasarkan pada kepercayaan yang bersifat informal dan fleksibel. Pembayaran dilakukan antara 7-14 hari.

2 Kesepakatan antara petani dan perusahaan didasarkan pada perjanjian yang dibayar setelah panen.

Sumber Daya Rantai Luas panen kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah 8.278 ha dengan produksi sebesar 1.182.188 ton (2013). Proses Bisnis Rantai Pola distribusi secara umum mengikuti pola distributor

storage with package carrier delivery (produk dikirim kepada konsumen melalui jasa distributor)

ditemukan pada struktur rantai 1, 2, 3, 4, dan 5 yang merupakan struktur rantai pasok pada jenis kentang granola. Pola dagang umum bersifat informal dan fleksibel. Petani di wilayah Batur umumnya didatangi banyak pedagang besar yang langsung datang untuk membeli kentang. Petani akan memberikan kentang tersebut kepada pedagang yang memberikan harga penawaran paling tinggi dan membayar dalam kurun waktu tidak lebih dari seminggu

Pola Contract farming terjadi pada struktur rantai 6 yang merupakan bentuk kemitraan antara petani dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) yang menyediakan benih atlantik untuk dibudidayakan oleh petani dan petani menjualnya ke perusahaan. Namun, pola kemitraan ini sudah berhenti di Kecamatan Batur dan hanya sebagian kecil yang masih menerapkan pola kemitraan ini karena petani merasa lebih banyak dirugikan.

Struktur rantai pasok dan pola kemitraan yang terjalin pada komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara dianalisis dengan metode deskriptif-kualitatif yang dikembangkan oleh Van der Vorst (2006) berdasarkan aspek-aspek pada struktur rantai, sasaran rantai, sumber daya rantai, manajemen rantai, dan proses bisnis rantai pasoknya. Analisis kondisi rantai pasok kentang secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 7.

Berdasarkan hasil identifikasi dari kondisi struktur rantai pasok, hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok yang paling dominan digunakan oleh petani kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah Struktur Rantai 1 yaitu petani

18

menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang mendistribusikannya ke pasar-pasar induk di luar Kabupaten Banjarnegara. Petani lebih menyukai struktur rantai yang melalui pedagang karena biaya penyortiran dan pengangkutan ditanggung oleh pedagang. Sedangkan pedagang lebih banyak mendistribusikan produk kentang ke pasar induk karena tidak ada standar khusus untuk bisa masuk ke pasar induk. Berbeda dengan supermarket dan pasar luar negeri yang menuntut standar tertentu sehingga sulit untuk memasuki pasar tersebut karena kentang yang dihasilkan masih berkualitas rendah.

Analisis Kelembagaan Rantai Pasok Kentang

Pengembangan kelembagaan secara terintegratif akan meningkatkan daya saing agribisnis hortikultura yang bersifat relatif berkelanjutan (Saptana et al. 2006). Pembangunan kelembagaan kemitraan menjadi pertimbangan penting dalam memberikan jaminan pasar dan kepastian harga yang akan mengurangi risiko petani terutama dalam menghadapi fluktuasi harga dan menjamin keberlanjutan kemitraan usaha (Saptana et al. 2010).

Analisis pada penelitian ini dilakukan terhadap pelaku rantai pasok komoditas kentang pada masing-masing pilar kelembagaan (kelembagaan pasar, kelembagaan komunitas, dan kelembagaan pemerintahan) dengan model Quadruple Helix yang terdiri dari: akademisi, pelaku bisnis, pemerintah, dan komunitas. Model ini merupakan kerangka sistem inovasi yang menunjukkan keterkaitan antar aktor dan bersifat jangka panjang (Arnkil et al. 2010). Berdasarkan hasil tinjauan pustaka maupun kajian di lapangan menunjukkan bahwa pada semua pola kelembagaan kemitraan baik pada pola dagang umum maupun contract farming masih menempatkan petani pada posisi tawar terendah serta bentuk transaksi yang masih belum transparan terutama pada informasi harga pasar bagi para petani (Pujiharto 2011). Menurut Zulkarnain (2009), pengembangan kelembagaan di tingkat petani perlu diarahkan sebagai upaya peningkatan posisi tawar petani sebagai pelaku usaha. Adapun hasil analisis kelembagaan rantai pasok kentang di Kabupaten Banjarnegara disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Analisis Kelembagaan Pertanian Komoditas Kentang di Kabupaten Banjarnegara

Pelaku Rantai Pasok Sebelum Budidaya Selama Budidaya Setelah Budidaya Permasalahan

Akademisi

Perguruan tinggi, Litbang pertanian, LIPI melakukan kegiatan pengumpulan plasma nutfah, pemuliaan, perlindungan varietas tanaman, dan penemuan varietas unggul

Penciptaan inovasi teknologi alat mesin pertanian yang ramah lingkungan

Melakukan analisis pasar dan nilai tambah produk dalam meningktakan daya saing

Hasil penelitian yang telah dilakukan tidak diimplementasikan secara berkelanjutan hanya sebatas laporan saja

Pelaku Bisnis

1. Lembaga non formal penyediaan modal dengan sistem Yarnen (dibayar setelah panen) dalam bentuk barang 2. Lembaga keuangan formal swasta

penyedia modal uang Bank Surya Yudha

3. Penangkar Benih swasta (BP Bronco dan BP Diva)

4. Toko-toko penyedia sarana produksi pertanian

1. Pada pola contract Farming, kentang dibeli oleh Indofood

2. Pada pola dagang umum kentang dibeli oleh pedagang besar dan di grading serta di bungkus untuk dikirim ke pasar induk, pasar lokal, supermarket, dan ekspor 3. Kentang diekspor dan disuplai ke

supermarket melalui PT Anugerah Mandiri dan Caraka

4. Kentang masuk ke industri pengolahan untuk diolah menjadi keripik kentang oleh industry keripik kentang seperti Al-baeta, La Rizo, dan Tri Sakti

1. Kemitraan dengan perusahaan tidak berjalan

2. Banyak pedagang tidak membayar sesuai kesepakatan

3. Pedagang sulit memilih petani yang produknya memenuhi standar ekspor sehingga eksportir kesulitan untuk memenuhi permintaan kentang di luar negeri

Pemerintah

1. Lembaga formal penyedia modal uang bagi petani kentang oleh pemerintah Bank BRI dan BKK

2. Penyuluhan budidaya tanaman kentang sesuai dengan SOP oleh PPL 3. Penyediaan subsidi benih, kultivator

dan pupuk organik

Pengawasan terhadap pelaksanaan budidaya kentang sesuai SOP oleh PPL (Petugas Penyuluh Lapang)

Kebijakan pemerintah daerah dalam penyediaan sarana pemasaran produk kentang

1. Akses informasi pasar masih terbatas sehingga melemahkan posisi petani dalam rantai pasok 2. Keterbatasan akses terhadap sarana

pemasaran produk kentang

Komunitas

1. Adanya Asosisasi penangkar benih di Kabupaten Banjarnegara yang menyediakan benih bersertifikat 2. Adanya Asosiasi Petani Kentang Dieng

yang memberikan pembinaan untuk peningkatan kompetenesi petani dan memberikan informasi pasar 3. Petani/kelompok tani yang melakukan

persiapan lahan, benih, pupuk, untuk penanaman

4. Kelompok tani yang melakukan penangkaran benih bersertifikat

Petani melakukan penanaman hingga kentang di panen dan dijual ke pedagang.

Petani memasukkan hasil panennya ke dalam karung untuk dijual ke pedagang pengumpul

1. Jumlah petani kompeten masih sangat sedikit

2. Jumlah benih kentang bersertifikat yang tersedia belum memenuhi kebutuhan ekspor

3. Penggunaan pestisida dalam jumlah melebihi batas

4. Sulitnya mengarahkan petani untuk melakukan budidaya dengan Good Agriculture Practice

20

Berdasarkan hasil analisis kelembagaan, permasalahan yang terjadi pada masing-masing pelaku rantai pasok adalah: (1) Jumlah petani kompeten masih sangat sedikit; (2) Jumlah benih kentang bersertifikat yang tersedia belum memenuhi kebutuhan ekspor; (3) Penggunaan pestisida dalam jumlah melebihi batas; (4) Sulitnya mengarahkan petani untuk melakukan budidaya dengan Good Agriculture Practice; (5) Akses informasi pasar masih terbatas sehingga melemahkan posisi petani dalam rantai pasok; (6) Keterbatasan akses terhadap sarana pemasaran produk kentang; (7) Kemitraan dengan perusahaan tidak berjalan; (8) Banyak pedagang tidak membayar sesuai kesepakatan; (9) Pedagang sulit memilih petani yang produknya memenuhi standar ekspor, (10) Hasil penelitian yang telah dilakukan tidak diimplementasikan secara berkelanjutan hanya sebatas laporan saja.

Analisis TOWS

Berdasarkan hasil identifikasi rantai pasok dan kelembagaan rantai pasok komoditas kentang, permasalahan yang terjadi pada masing-masing pelaku rantai pasok dianalisis dengan Matriks TOWS untuk merumuskan strategi alternatif yang dapat diambil dalam mengatasi permasalahan tersebut. Perumusan strategi peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara melalui analisis TOWS yang disajikan pada Tabel 9.

21 Tabel 9 Analisis TOWS komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara

Analisis Internal

Analisis Eksternal

Kekuatan (S):

a. Komoditas unggulan daerah dan nacional (A)

b. Lahan yang sesuai untuk budi daya sayuran dataran tinggi (B)

c. Agroklimat sesuai untuk budidaya sayuran dataran tinggi (C)

Kelemahan (W):

a. Penggunaan Pestisida dalam jumlah yang melebihi batas (Biaya produksi tinggi, penurunan produktivitas lahan, dan residu tinggi menghambat ekspor) (D) b. Sulitnya mengarahkan petani untuk

melakukan budidaya dengan Good Agriculture Practice. (E)

c. Jumlah benih kentang bersertifikat yang tersedia belum memenuhi kebutuhan ekspor (F)

d. Keterbatasan akses informasi pasar yang melemahkan posisi petani rantai pasok (G)

e. Keterbatasan akses pemasaran produk baik kentang segar maupun olahan (H) f. Kemitraan dengan perusahaan masih

terbatas dan tidak berjalan (I)

g. Banyak pedagang yang tidak membayar sesuai kesepakatan sehingga merugikan petani (J)

h. Sulitnya Eksportir untuk memilih petani yang produk kentang yang memenuhi kebutuhan supermarket dan ekspor (K) i. Petani yang kompeten masih sangat

sedikit dalam meningkatkan daya saing produk pertanian (L)

j. Hasil penelitian yang telah dilakukan tidak diimplementasikan secara kontinyu hanya sebatas laporan saja (M)

Peluang (O):

a. Permintaan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk (1)

b. Memiliki potensi ekspor sebagai sumber devisa Negara (2)

c. Dukungan dari pemerintah nasional dan daerah (3)

Strategi S-O:

a. Peningkatan produktivitas kentang (BC-12)

b. Pengembangan usaha pengolahan produk kentang bernilai tambah dan berdaya saing (A-23)

Strategi W-O:

a. Peningkatan mutu produk kentang yang memenuhi standar baku dan ekspor (DEFK-3)

b. Perluasan jaringan kemitraan usaha berkelanjutan dengan sistem kontrak berbasis hokum (GHI-3)

c. Peningkatan kelas kemampuan Kelembagaan petani (GL-3)

d. Peningkatan kompetensi petani melaui pelatihan dan pembinaan pada petani dalam meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani (GL-3)

e. Regulasi terkait sistem kontrak kemitraan yang melindungi petani kentang (J-3)

Ancaman (T):

a. Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) berdampak pada peningkatan impor produk dan akan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (MEA). (4)

b. Adanya fluktuasi harga sayuran (5)

c. Isu kelestarian lingkungan hidup yang menuntut pengembangan pertanian berbasis kelestarian lingkungan (6)

Strategi S-T:

a. Peningkatan luas pertanian kentang ramah lingkungan (B-6)

b. Peningkatan mutu produk yang memenuhi standar ekspor. (A-4)

c. Upaya sinergitas kerjasama ABGC (Academic, Business, Government, Community) dalam meningkatkan daya saing produk pertanian (A-45)

Strategi W-T:

a. Perluasan pasar dan akses informasi pasar bagi petani terhadap pasar domestik dan internasional (G-4) b. Membangun kemitraan usaha

berkelanjutan dengan sistem kontrak berbasis hukum (I-45)

c. Kebijakan pembatasan impor produk hortikultura (K-45)

d. Upaya sinergitas kerjasama ABGC (Academic, Business, Government, Community) dalam meningkatkan daya saing produk pertanian (M-45)

22

Analisis TOWS menghasilkan 4 strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T, dan strategi W-T. Strategi (S-O) terdiri dari; (a) Peningkatan produktivitas kentang; dan (b) Pengembangan usaha pengolahan kentang yang bernilai tambah dan berdaya saing. Strategi (W-O) terdiri dari; (a) Peningkatan mutu produk yang memenuhi standar ekspor; (b) Perluasan jaringan kemitraan usaha berkelanjutan dengan sistem kontrak berbadan hukum; (c) Peningkatan kelas kemampuan kelembagaan petani; (d) Peningkatan kompetensi petani melaui pelatihan dan pembinaan pada petani; (e) Peningkatan kompetensi petani melalui pelatihan dan pembinaan; (f) Regulasi terkait sistem kontrak kemitraan usahatani yang melindungi petani; Strategi (S-T) terdiri dari; (a) Peningkatan luas pertanian kentang ramah lingkungan; (b) Peningkatan mutu produk yang memenuhi standar ekspor; dan (c) Upaya sinergitas kerjasama ABGC (Academic, Business, Government, Community) dalam meningkatkan daya saing produk pertanian. Sedangkan strategi (W-T) terdiri dari; (a) Perluasan pasar dan akses informasi pasar bagi petani terhadap pasar domestik dan internasional; dan (b) membangun kemitraan usaha dengan sistem kontrak berbasis hukum.

The House Model Komoditas Kentang Kabupaten Banjarnegara

Perancangan konsep The House Model, didasarkan pada rumusan strategi yang dihasilkan dari analisis TOWS. Tiga belas strategi yang dihasilkan, dianalisis dan dikelompokkan menjadi empat pilar berdasarkan aspek produk, sumber daya manusia, regulasi dan kebijakan, dan pemasaran. Dream yang akan dicapai adalah komoditas kentang Banjarnegara yang berdaya saing di pasar domestik dan pasar internasional. The House Model komoditas sayuran dataran tinggi unggulan Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Gambar 9.

23

Berdasarkan hasil analisis House Model pada Gambar 9 menunjukkan bahwa untuk mencapai dream berupa peningkatan daya saing komoditas sayuran dataran tinggi Kabupaten Banjarnegara diperlukan adanya empat kunci dari segi produk, Sumber Daya Manusia, regulasi dan kebijakan, serta pemasaran. Pada segi produk, perlu diperlukan strategi (a) Peningkatan produktivitas kentang; (b) Peningkatan mutu hasil produksi; dan (c) perluasan lahan kentang ramah lingkungan. Pada segi sumber daya manusia diperlukan srtategi (a) Peningkatan kelas kemampuan kelembagaan kelompok petani; (b)Peningkatan kompetensi petani melalui pelatihan dan pembinaan pada petani dalam meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani; dan (c) Peningkatan jumlah usaha pengolahan produk kentang. Pada segi regulasi dan kebijakan strategi yang diperlukan adalah (a) Kebijakan pembatasan impor kentang, dan; (b) regulasi terkait dengan sistem kemitraan usaha tani. Sedangkan dari segi pemasaran, tindakan yang harus dilakukan adalah; (a) Perluasan pasar dan informasi pasar terhadap pasar nasional dan internasional; (b) Ketersediaan koperasi untuk memasarkan produk kentang di setiap daerah produksi; (c) Peningkatan jumlah mitra bisnis kentang antar petani dan perusahaan berkelanjutan. Semua tindakan ini harus didukung dengan upaya sinergitas kerjasama ABGC (Academic, Business, Government, Community) dalam meningkatkan daya saing produk

Gambar 9 The House Model peningkatan daya saing komoditas kentang Kabupaten Banjarnegara

Komoditas Kentang Berkualitas dan Berdaya Saing di Pasar Domestik dan Pasar

Internasional dalam 5 tahun (2015-2019)

Produk Sumber Daya

Manusia Regulasi dan Kebijakan Peningkatan jumlah produktivitas kentang (2016) Peningkatan mutu hasil produksi (2016) Peningkatan luas lahan komoditas kentang ramah lingkungan (2016)

Upaya sinergitas kerjasama ABGC (Academic, Business, Government, Community) dalam meningkatkan daya saing produk pertanian

Peningkatan kelas kemampuan kelembagaan kelompok petani (2016) Peningkatan kompetensi petani melaui pelatihan dan pembinaan pada petani dalam meningkatkan kemandirian dan

kesejahteraan petani (2015) Pengembangan usaha pengolahan produk kentang di tingkat petani (2017)

Kebijakan pemerintah pembatasan impor produk hortikultura (2017)

Regulasi terkait sistem kontrak kemitraan yang melindungi petani kentang (2017)

Pemasaran

Perluasan pasar dan informasi pasar terhadap pasar nasional dan internasional (2017)

Ketersediaan koperasi untuk memasarkan produk kentang di setiap daerah produksi (2015)

Peningkatan jumlah mitra bisnis kentang antar petani dan perusahaan berkelanjutan (2019)

24

pertanian sebagai pondasi. Milestone pada peningkatan daya saing komoditas kentang Kabupaten Banjarnegara ini ditetapkan melalui pencapaian target per tahun pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang dirancang berdasarkan strategi yang telah dirumuskan.

Indikator Kinerja Utama Komoditas Kentang Banjarnegara

Strategi yang dirancang pada konsep The House Model diuraikan menjadi indikator kinerja pemicu dan indikator kinerja hasil sebagai indikator kinerja utama yang menjadi tolak ukur dalam peningkatan daya saing komoditas kentang Kabupaten Banjarnegara. Komponen kunci pada The House Model yang terdiri dari; produk, sumber daya manusia, regulasi dan kebijakan, dan pemasaran menjadi sasaran strategis. Setelah dilakukan perumusan IKU, selanjutnya perhitungan bobot untuk setiap IKU melalui pairwise comparison. Berdasarkan pengolahan dengan software Expert Choice, diperoleh hasil prioritas dan bobot dari masing-masing indikator kinerja utama hasil untuk komoditas kentang nasional. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 10.

25 Tabel 10 Indikator Kinerja Utama Komoditas Kentang

Sasaran Strategis Indikator Pemicu Indikator Hasil Satuan

Peningkatan produktivitas, mutu

hasil produksi, dan luas lahan komoditas kentang ramah lingkungan 1. Peningkatan produktivitas kentang Kenaikan produktivitas

kentang per tahun Kw/ha

Dokumen terkait