• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelembagaan dan strategi peningkatan daya saing komoditas kentang (Solanum tuberosum L.) Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelembagaan dan strategi peningkatan daya saing komoditas kentang (Solanum tuberosum L.) Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN

DAYA SAING KOMODITAS KENTANG (

Solanum tuberosum

L.)

KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

RUWANTI EKA RAHAYU

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum tuberosum L.) Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

RUWANTI EKA RAHAYU. Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang (Solanum tuberosum L.) di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Dibimbing oleh LINDAWATI KARTIKA.

Kenaikan volume impor dan penurunan volume ekspor sayuran menuntut adanya upaya peningkatan daya saing terhadap produk sayuran lokal. Kentang merupakan komoditas sayuran dataran tinggi unggulan nasional dan daerah yang potensial untuk dikembangkan. Salah satu sentra produksi kentang di Jawa Tengah adalah Kabupaten Banjarnegara. Tujuan penelitian ini adalah merumuskan strategi dan Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dan data sekunder diperoleh melalui kajian literatur. Data dianalisis dengan analisis deskriptif, analisis TOWS, The House Model dan Pairwise Comparison. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang menjadi prioritas dalam peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah penyediaan koperasi pada indikator jumlah petani yang memasarkan produk di koperasi, peningkatan mutu hasil produksi kentang melalui penyediaan benih kentang bersertifikat bagi petani pada indikator peningkatan jumlah benih bersertifikat, dan peningkatan proteksi terhadap petani pada indikator regulasi dan kebijakan pemerintah.

Kata kunci: Daya Saing, Kentang, The House Model, Indikator Kinerja Utama, Strategi

ABSTRACT

RUWANTI EKA RAHAYU. Institutional Analysis and Strategy to Improve the Competitiveness of Potatoes (Solanum tuberosum L.) Commodity at Banjarnegara Regency, Center Java. Supervised by LINDAWATI KARTIKA.

The increase of import volume and the decrease of export volume of vegetables require the efforts to improve the competitiveness of local vegetable products. Potato is the core of highland vegetable commodities in national and regional areas that potential to be developed. One of the potatoes production centers in Central Java is Banjarnegara regency. The purpose of this study are to formulate strategy and Key Performance Indicators (KPIs) that will improve the competitiveness of potato in Banjarnegara. The source of primary data obtained from interviews and secondary data obtained from study of literature. Data have been analyzed by descriptive analysis, TOWS analysis, The House Model, and Pairwise Comparison. The results of this study indicate that the strategies that become the priorities to improve the competitiveness of potato in Banjarnegara are the provision of cooperation in indicator of the number of farmers who distribute their products in cooperative, quality improvement of potatoes production in indicator of increasing the number of certified seed potatoes that meet farmers needs, and increased protection against farmers in indicator of regulation and government policy.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN

DAYA SAING KOMODITAS KENTANG (

Solanum tuberosum

L.)

KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

RUWANTI EKA RAHAYU

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini merupakan hibah kompetitif penelitian strategis nasional. Tema yang dipilih pada penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini adalah ketahanan dan keamanan pangan dengan judul Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang Kabupaten Banjarnegara. Bagian dari penelitian ini dipublikasikan dalam paper dengan judul Partnership Institutional Analysis of Potatoes Commodity Supply Chain in Framework For Enhancing Competitiveness of Holticulture Product in Indonesia (Case Study: Banjarnegara District). Paper ini dipresentasikan dalam International Seminar on Agriculture Finance for Rural Development and Sustainability di IPB International Convention Center, Bogor pada tanggal 20-21 November 2014.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional yang berjudul Rancang Bangun Model Keputusan Manajemen Rantai Pasok dan Risiko Sayuran Dataran Tinggi di Indonesia Nomor: 046/SP2H/PL/Dit.Litabmas/III/2012. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Lindawati Kartika, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama penulisan karya ilmiah ini, Bapak Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM, dan Bapak M. Syaefudin Andrianto, STP, M.Si, selaku dosen penguji yang banyak memberi masukan. Di samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ketua Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan Dintankannak Ibu Herrina Indri Hastuti, SPt, M.Si. Bapak Sukamto, SP. selaku Koordinator Petugas Pertanian, Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Batur, Bapak Amin Didik Hartoji selaku Ketua Asosiasi Penangkaran Benih Kabupaten Banjarnegara, Bapak Dawam Raharjo selaku pedagang kentang di Desa Sumberejo, Bapak Ibraim selaku ketua kelompok tani Gri Lestari Desa Sumberejo, dan anggota petani dari Kelompok Tani Gri Lestari, Kecamatan Batur, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB Bapak Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr, serta Ayah dan Bunda dari Septina Candra Ariani yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan dukungan semangatnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Manajemen Rantai Pasok 5

Kelembagaan 5

Manajemen Strategi 5

Daya saing 6

Penelitian Terdahulu 6

METODE PENELITIAN 6

Kerangka Pemikiran 6

Tahapan Penelitian 8

Lokasi dan Waktu Penelitian 10

Jenis dan Sumber Data Penelitian 10

Metode dan Penentuan Ukuran Sampel 10

Metode Pengolahan dan Analisis Data 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Gambaran Umum Kabupaten Banjarnegara 13

Analisis Rantai Pasok Komoditas Kentang 14

Analisis Kelembagaan Rantai Pasok Kentang 18

Analisis TOWS 21

The House Model Komoditas Sayuran Dataran Tinggi Unggulan Kabupaten

Banjarnegara 23

(14)

Implikasi Manajerial 28

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 33

(15)

DAFTAR TABEL

1 Produksi kentang Kabupaten Banjarnegara 4

2 Matriks TOWS 11

3 Skala pada pairwise comparison 13

4 Wilayah sentra produksi sayuran dataran tinggi di Kabupaten

Banjarnegara 14

5 Produktivitas kentang di Kabupaten Banjarnegara 14

6 Grade Kentang di Kabupaten Banjarnegara 15

7 Analisis kondisi rantai pasok kentang 15

8 Analisis kelembagaan pertanian komoditas kentang di Kabupaten

Banjarnegara 19

9 Analisis TOWS komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara 21

10 Indikator Kinerja Utama Komoditas Kentang 25

11 Hasil prioritas dan bobot variabel Indikator Kinerja Utama 26 12 Bobot strategi peningkatan daya saing komoditas kentang 27

13 Implikasi Manajerial 28

DAFTAR GAMBAR

1 Volume ekspor-impor komoditas cabai dan kentang di Indonesia 1 2 Persentase share kumulatif produksi kentang nasional 2

3 Jumlah produksi kentang di Jawa Tengah 2

4 Struktur rantai pasok sederhana 5

5 Kerangka pemikiran penelitian 7

6 Tahapan penelitian 9

7 Kerangka The House Model 12

8 Struktur rantai pasok komoditas kentang Kabupaten Banjarnegara 15 9 The House Model peningkatan daya saing komoditas kentang

Kabupaten Banjarnegara 23

DAFTAR LAMPIRAN

1 Instrumen Wawancara 33

2 Kuesioner pembobotan IKU peningkatan daya saing komoditas kentang

di Kabupaten Banjarnegara 35

(16)
(17)

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000

2009 2010 2011 2012 2013

V

olum

e (

T

on)

Tahun

Ekspor Cabai Impor Cabai Ekspor Kentang Impor Kentang

6922 10979 9376 8366

6089 51418

63987

120412 116081

107900

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomis dan permintaan pasar tinggi di Indonesia. Berdasarkan kekuatan pasar dan prioritas kebijakan di pusat dan daerah, Direktorat Jendral Hortikultura pada Rencana Strategis (Renstra) untuk periode tahun 2010-2014 menetapkan sepuluh komoditas utama hortikultura nasional yang terdiri dari: Cabai, Bawang Merah, Kentang, Mangga, Manggis, Jeruk, Salak, Jambu Biji Kristal, Anggrek, dan Krisan.

Sejak perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang diberlakukan secara penuh pada tahun 2010, Indonesia dibanjiri produk-produk Cina tidak terkecuali produk-produk hortikultura. Kentang dan Cabai adalah komoditas sayuran dataran tinggi unggulan nasional dan daerah yang turut mengalami peningkatan impor. Adapun volume ekspor-impor kentang dan cabai pada tahun 2009 - 2013 disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Volume ekspor dan impor komoditas kentang dan cabai di Indonesia Sumber: Laporan Data Kinerja, Kementerian Pertanian 2013

(18)

2

Jawa Barat 25.57%

Jawa Tengah 24.63% Sulawesi

Utara 11.91% Sumatera

Utara 11.91% Jawa Timur

11.08% Jambi 7.70%

Lainnya 7.19%

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000

2010 2011 2012 2013

Juml

ah

P

roduk

si

(T

on)

Tahun

Banjarnegara

Brebes

Wonosobo

Batang

mendapat perhatian yang serius. Ketidakmampuan kentang lokal dalam bersaing perlu diketahui penyebabnya sehingga dapat dilakukan upaya peningkatan daya saing pada masing-masing sentra produksi kentang.

Berdasarkan rata-rata produksi kentang nasional tahun 2008-2012, sentra produksi kentang di Indonesia tersebar di enam provinsi dengan share kumulatif produksi nasional sebesar 92.81%. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi kentang di Indonesia di Indonesia disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Persentase share kumulatif produksi kentang nasional Sumber: Pusat Data dan Informasi, 2013

Diagram pada Gambar 2 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi sentra produksi kentang dengan share kumulatif terbesar kedua setelah Jawa Barat. Jawa Tengah menjadi sentra produksi kentang dengan luas panen 17.635 Ha dan produktivitas sebesar 15.5 ton/ha. Adapun produksi kentang di Jawa Tengah disajikan pada Gambar 3.

(19)

3 Gambar 3 menunjukkan bahwa Banjarnegara merupakan daerah yang memproduksi kentang paling tinggi jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Jawa Tengah. Kabupaten Banjarnegara merupakan sentra produksi kentang terluas yaitu 8.278 ha dari luas panen kentang di Jawa Tengah 17.635 ha pada tahun 2013. Adapun produksi kentang di beberapa wilayah sentra produksi kentang di Kabupaten Banjarnegara disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi kentang di Kabupaten Banjarnegara Wilayah

Kecamatan

Produksi (Kw)

2011 2012 2013

Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening

408270 573328 15135

440

275600 760182 27744

1874

365200 787736 26690

2562 Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara, 2014

Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa sentra produksi kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah Kecamatan Pajawaran, Kecamatan Batur, Kecamatan Wanayasa, dan Kecamatan Kalibening. Adapun kecamatan dengan produksi tertinggi yaitu Kecamatan Batur. Peningkatan produksi kentang di Banjarnegara sejak tahun 2010 hingga 2013 menunjukkan bahwa potensi Kabupaten Banjarnegara khususnya Kecamatan Batur menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor sayuran hortikultura ke pasar luar negeri. Namun fenomena peningkatan impor mengindikasikan bahwa produk kentang lokal kalah bersaing dengan kentang impor yang menawarkan harga lebih murah sehingga menurunkan harga jual petani.

Peningkatan daya saing komoditas kentang menjadi faktor kunci untuk mengembangkan usaha hortikultura Indonesia serta mengurangi dampak kerugian akibat perjanjian ACFTA maupun perdagangan bebas lainnya. Menurut Anantanyu (2011), upaya peningkatan daya saing petani perlu dilakukan dengan penguatan sistem kelembagaan terintegrasi. Pembangunan sistem kelembagaan terintegrasi dapat mengefisienkan rantai pasok yang akan mengurangi margin harga sehingga harga produk sayuran Indonesia bisa lebih murah dan berdaya saing. Selain itu, peningkatan daya saing dilakukan dengan menerapkan strategi yang tepat melalui analisis faktor internal dan eksternal pada usaha komoditas kentang sebagai sayuran dataran tinggi unggulan di Kabupaten Banjarnegara.

Perumusan Masalah

(20)

4

adalah: (1) Bagaimana rantai pasok kentang unggulan di Banjarnegara? (2) Bagaimana sistem kelembagaan pertanian komoditas kentang di Banjarnegara (3) Bagaimana rumusan strategi dalam upaya peningkatan daya saing kentang di Kabupaten Banjarnegara? (4) Bagaimana Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang di Banjarnegara? (5) Bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi struktur rantai pasok sayuran unggulan di Banjarnegara, (2) Menganalisis sistem kelembagaan pertanian untuk komoditas kentang di Banjarnegara, (3) Merancang strategi dalam upaya peningkatan daya saing kentang di Kabupaten Banjarnegara melalui analisis TOWS dan konsep The House Model, (4) Merumuskan Indikator Kinerja Utama untuk meningkatkan daya saing komoditas sayuran unggulan di Banjarnegara, (5) Menentukan strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan informasi yang dapat digunakan oleh berbagai pihak yang membutuhkan, antara lain: (1) Bagi Petani di wilayah Banjarnegara, penelitian dapat memberikan masukan dalam penetapan strategi untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara; (2) Bagi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Dinas Pertanian, Perikanan,dan Peternakan (Dintankannak), penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan, strategi, dan program-program untuk meningkatkan daya saing petani serta sayuran unggulan di Kabupaten Banjarnegara, serta mampu mengoptimalkan peran kelembagaan/mitra usaha pertanian; (3) Bagi Masyarakat Ilmiah, penelitian ini dapat menjadi referensi dalam membuat program-program pertanian yang terkait dengan upaya peningkatan daya saing komoditas sayuran dataran tinggi unggulan daerah, serta menambah pengetahuan dan wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan peningkatan daya saing komoditas sayuran.

Ruang Lingkup Penelitian

(21)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Rantai Pasok

Menurut Marimin dan Magfiroh (2010), manajemen rantai pasok merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien. Produk yang dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas, tempat, dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya serta memuaskan pelanggan.

Prinsip manajemen rantai pasokan pada dasarnya merupakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas terkait dengan aliran material/produk. Model Rantai pasok sederhana ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Struktur rantai pasok sederhana (Anatan dan Ellitan, 2008). Berdasarkan gambar tersebut, sebuah rantai pasokan sederhana memiliki komponen yang disebut channel. Channel terdiri atas pemasok, manufaktur, pusat distribusi, pedagang besar, dan pedagang pengecer yang semuanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir.

Kelembagaan

Menurut Uphoff (1986) dalam Elizabeth dan Anugrah (2010), tiga pilar kelembagaan yang menopang kehidupan suatu masyarakat, yaitu: Private Sector (kelembagaan pasar), voluntary sector (kelembagaan komunitas), dan public sector (kelembagaan pemerintahan). Menurut Arifin (2005), hal yang terpenting dalam jaringan kelembagaan adalah industri hilir dalam pertanian dan instrumen kebijakan mampu mendukung kebekerjaan pasar, khususnya pada komoditas pertanian.

Manajemen Strategi

Menurut Pears dan Robinson (2008), Strategi merupakan rencana permainan perusahaan yang berorientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan. Suatu organisasi atau perusahaan melakukan strategi-strategi dengan memanfaatkan peluang dan kekuatan, menetralkan ancaman, dan menghindari kelemahan berdasarkan hasil analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan (Heizer dan Render 2008).

(22)

6

Daya saing

Menurut Zuhal (2010), daya saing menjadi perhatian serius bagi para pengambil kebijakan ekonomi dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan kemakmuran suatu negara. Karaketristik usaha pertanian yang berdaya saing menurut Nainggolan (2005) adalah berorientasi pasar, meningkatkan pangsa pasar khususnya di pasar Internasional dan mengandalkan produktivitas serta nilai tambah melalui pemanfaatan modal, inovasi teknologi, dan keterampilan sumber daya manusia.

Penelitian Terdahulu

Sani (2014), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretive Structural Modeling menyatakan bahwa rantai pasok kentang berdasarkan tujuan akhir secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga jalur utama, yaitu pasar tradisional, pasar modern, dan industri pengolahan. Petani dan Gapoktan merupakan pelaku yang paling berpengaruh terhadap pelaku lain, dengan kebutuhan penyediaan infrastruktur, peningkatan penyuluhan dan bantuan kredit untuk modal. Kendala para pelaku yang menyebabkan kendala yang lainnya yaitu iklim dan cuaca yang mudah mengalami perubahan dan modal petani yang terbatas.

Pujiharto (2011), dalam jurnalnya yang berjudul Kajian Potensi Pengembangan Agribisinis Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa permasalahan pokok dalam pengembangan agribisnis sayuran dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara meliputi aspek teknis produksi, kelembagaan , dan pemasaran. Pola kemitraan usaha sayuran dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara adalah pola dagang umum dan pola kemitraan pembinaan-kredit bibit kentang antara petani dengan PT Indofood Fritolay Makmur. Konsep pengembangan agribisnis sayuran dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara harus dilaksanakan secara komprehensif dengan memperhatikan keseluruhan aspek dan segmen agribisnis dari hulu ke hilir dan perangkat penunjangnya.

Pada penelitian ini dilakukan perancangan indikator kinerja utama dalam upaya peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan hasil analisis melalui analisis TOWS dan The House Model.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

(23)

7

Gambar 5 Kerangka Pemikiran Penelitian

Komoditas Sayuran Dataran Tinggi Unggulan Nasional (Ketetapan Ditjen Hortikultura periode 2010-2014)

Kentang Cabai

Jawa Barat Jawa Tengah Sulawesi Utara Sumatera Utara

Kabupaten Banjarnegara

Identifikasi Struktur Rantai Pasok Komoditas Kentang

(Van der Vorst 2006)

Analisis pelaku dalam kelembagaan dengan Teori Quadruple Helix (Arnkil et al.

2010) yang terdiri dari:

Academic, Business, Government, Community.

Perumusan strategi peningkatan daya saing komoditas kentang dengan Analisis TOWS

Perancangan model peningkatan daya saing komoditas kentang dengan The House Model

Perumusan Indikator Kinerja Utama (IKU)

Analisis IKU prioritas utama dengan metode

Pairwise Comparison

Implikasi Manajerial dan Rekomendasi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang

(24)

8

Gambar 5 menjelaskan alur dari penelitian ini. Penelitian diawali dengan menentukan komoditas sayuran dataran tinggi unggulan berdasarkan dokumen Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura periode 2010-2014. Sayuran dataran tinggi unggulan yang ditetapkan oleh Ditjen Hortikultura adalah kentang dan cabai. Sayuran dataran tinggi terpilih pada penelitian ini adalah kentang. Salah satu sentra produksi kentang di Indonesia adalah Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah produksi tertinggi di Kabupaten Banjarnegara.

Kabupaten Banjarnegara menjadikan kentang sebagai komoditas sayuran unggulan daerah. Langkah pertama adalah mengidentifikasi rantai pasok (Van der Vorst 2006) dan sistem kelembagaan dengan teori Quadruple Helix (Arnkil et al. 2010). Analisis selanjutnya adalah analisis lingkungan internal dan eksternal dengan analisis TOWS (Threat, Opportunity, Weakness, Strength) dan The House Model untuk merumuskan dan merancang model strategi peningkatan daya saing. Kemudian merumuskan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan dilakukan pembobotan menggunakan metode pairwise comparison terhadap setiap IKU untuk menentukan IKU prioritas. Selanjutnya, menetapkan tindakan dalam meningkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara sebagai implikasi manajerial yang direkomendasikan kepada Dinas Pertanian, Perikanan dan Peterakan (Dintankannak) dan seluruh pelaku rantai pasok kentang di Kabupaten Banjarnegara.

Tahapan Penelitian

(25)

9

Gambar 6 Tahapan Penelitian Pengolahan Data

1. Tabulasi data dan informasi 2. Identifikasi sayuran unggulan 3. Identifikasi model rantai pasok 4. Identifikasi model kelembagaan 5. Perumusan Indikator Kinerja Utama (IKU)

1. Analisis rantai pasok --- analisis deskriptif 2. Analisis kelembagaan---analisis deskriptif

3. Analisis Strategi----Analisis TOWS dan The House Model

4. Pemilihan IKU prioritas – Pairwise Comparison

Implikasi manajerial

Kesimpulan dan saran A

Penyusunan desain penelitian

Data Primer a. Observasi dan wawancara b. Pengisian Kuesioner

P a. Buku, jurnal, tesis, disertasi b. Artikel dan data dariInternet c. Dokumen instansi terkait Pengumpulan data lapangan

Penentuan Topik Penelitian melalui grand design rancang bangun sayuran dataran tinggi

Perumusan Masalah 1. Bagaimana rantai pasok sayuran unggulan di Banjarnegara?

2. Bagaimana sistem kelembagaan pertanian untuk komoditas kentang di Banjarnegara? 3. Bagaimana rumusan strategi dalam upaya peningkatan daya saing kentang di Kabupaten

Banjarnegara?

4. Bagaimana Indikator Kinerja Utama untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang di Banjarnegara?

5. Bagaimana strategi yang tepat untuk meingkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara?

Rancangan Pengumpulan data

Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, dan pemilihan teknik analisis

1. Studi pendahuluan 2. Studi pustaka

(26)

10

Gambar 6 menunjukkan tahapan penelitian ini yang terdiri dari tahapan pra-penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pada tahapan pra-penelitian yang dilakukan yaitu: (1) penentuan topik penelitian; (2) perumusan masalah; (3) rancangan pengumpulan data. Pada tahapan pengolahan data terdiri dari; (1) studi pendahuluan dan studi pustaka; (2) penyusunan desain penelitian; (3) pengumpulan data lapangan. Pada tahapan pengolahan data yang dilakukan adalah pengolahan data dan implikasi manajerial. Tahapan terahkir adalah penarikan kesimpulan dan saran.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2014 di salah satu Kelompok Tani di wilayah Banjarnegara, yaitu Kelompok Tani Gri Lestari, Gapoktan Bumi Mulyo, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.

Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui metode observasi, yaitu berupa wawancara dengan pihak yang terlibat dalam rantai pasok kentang di Kabupaten Banjarnegara dengan instrumen kuesioner yang dilampirkan pada Lampiran 1, dan wawancara pakar dengan pihak yang mewakili pelaku bisnis, pemerintah, dan akademisi bidang hortikultura dengan instrumen kuesioner yang dilampirkan pada Lampiran 2. Adapun data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai literatur, seperti buku, artikel ilmiah, penelitian terdahulu, internet, dokumen-dokumen dari Badan Pusat Statistik (BPS), dokumen publikasi dari Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, Rencana Strategis (Renstra) Provinsi Jawa Tengah, Renstra Dintankannak Kabupaten Banjarnegara periode 2012-2016, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Banjarnegara tahun 2013.

Metode dan Penentuan Ukuran Sampel

(27)

11 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif-kualitatif, Analisis Matriks TOWS (Threat, Opportunity, Weakness, Strength), The House Model, Analisis Indikator Kinerja Utama (IKU), dan Pairwise Comparison. Analisis Deskriptif-Kualitatif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Analisis data bersifat kualitatif karena didasarkan pada fakta-fakta yang ditemukan di lapangan yang dikonstruksikan menjadi sebuah hipotesis (Sugiyono 2010). Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui struktur rantai pasokan dan sistem kelembagaan. Struktur rantai pasok dianalisis menggunakan metode yang dikembangkan oleh Van der Vorst (2006) terdiri dari struktur rantai, sasaran rantai, manajemen rantai, sumber daya rantai, dan proses bisnis rantai. Kelembagaan dianalisis berdasarkan pelaku pada pada rantai pasok dengan teori Quadruple Helix yang terdiri dari: akademisi (Academic), pelaku bisnis (Business), Pemerintah (Government), dan Komunitas (Community) atau lebih dikenal dengan konsep ABGC (Arnkil et al. 2010).

Analisis Matriks TOWS

Model Matriks TOWS dikembangkan oleh David (1989) sebagai model komprehensif berupa diagram yang menampilkan matriks enam kotak, dua paling atas adalah faktor internal yaitu kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan organisasi, sedangkan dua kotak paling kiri adalah peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan (Salusu 2006). Model matriks TOWS ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Matriks TOWS

Sumber: Salusu (2006)

Berdasarkan gambar tersebut, terdapat empat strategi yang ditampilkan dari hasil analisis TOWS, yaitu: (1) Strategi SO, digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal; (2) Strategi WO, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar; (3) Stategi ST, digunakan untuk menghindari, paling tidak

STRENGTHS WEAKNESSES

OPPORTUNITIES Memakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI SO

Menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang

STRATEGI WO THREATS Mamakai kekuatan untuk

menghindari ancaman

STRATEGI ST

Memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman

(28)

12

memperkecil dampak dari ancaman yang datang dari luar; (4) Strategi WT, digunakan sebagai taktik pertahanan yang diarahkan pada usaha untuk memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (Salusu 2006).

Pada penelitian ini, analisis TOWS digunakan untuk merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam peningkatan daya saing komoditas kentang dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi dalam peningkatan daya saing komoditas kentang.

The House Model

The House Model merupakan suatu alat yang digunakan oleh sebuah organisasi sebagai konsep yang dibangun untuk merubah mimpi menjadi sebuah tindakan. The House Model disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Kerangka The House Model

Horovitz dan Corbooz (2007) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen untuk membangun visi yang baik dimana impian yang terletak di atap, pilar terdiri dari cara-cara utama untuk mencapai visi tersebut, dan pondasi berupa indikator utama peningkatan kinerja dan perilaku pendukung.

Indikator Kinerja Utama

Menurut Moeheriono (2012), Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key Performance Indicators (KPIs) adalah indikator yang akan memberikan informasi sejauh mana keberhasilan pencapaian kinerja terhadap sasaran strategis yang telah ditetapkan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Pembuatan IKU dapat dibedakan menjadi dua,yaitu (1) IKU Lagging atau lag IKU adalah IKU yang bersifat output/outcome yang mengukur hasil kinerja, dan (2) IKU leading atau lead IKU adalah IKU yang bersifat proses, yang mendorong pencapaian lagging.. Kaplan dan Norton (1996) menganjurkan bahwa dalam penggunaan IKU tidak

Dream with a deadline

(mimpi dengan batas waktu)

Key Way

(cara utama)

Key Way

(cara utama)

Key Way

(cara utama)

Action and milestone (tindakan dan

batu pijakan yang digunakan)

Action and milestone (tindakan dan

batu pijakan yang digunakan) Action and

milestone (tindakan dan

batu pijakan yang digunakan)

Supporting behavior

(29)

13 lebih dari 25 indikator. Perumusan IKU harus memenuhi kriteria karakteristik indikator kinerja yang baik dan ideal yaitu dengan memenuhi prinsip SMART-C (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bounded, Continously).

Pairwise Comparison

Metode Pairwise Comparison (Saaty 1991) digunakan untuk mengetahui bobot tertinggi dari setiap elemen.Pada penelitian ini metode pairwise comparison digunakan untuk menentukan prioritas pada Indikator Kinerja Utama (IKU). Skala pada pembobotan pairwise comparison disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Skala pada Pairwise Comparison

Sumber: Saaty, 1991

Bobot prioritas diperoleh berdasarkan pendapat pakar yang bertindak sebagai responden melalui pengisian kuesioner yang terlampir pada Lampiran 2. Hasil dari jawaban responden diolah dengan bantuan software expert choice 11 sehingga menghasilkan bobot pada setiap sasaran strategis dan IKU. Rasio inkonsistensi harus bernilai 10 % atau kurang. Jika tidak, informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kabupaten Banjarnegara

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di bagian barat provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 106.970,99 hektar atau 3,1 persen dari luas provinsi Jawa Tengah. Potensi utamanya adalah sayuran dataran tinggi yang terdiri dari: kentang, kubis, bawang daun, wortel, dan tomat yang merupakan sayuran paling dominan ditanam di wilayah ini. Diantara komoditas sayuran dataran tinggi potensial tersebut, pemerintah daerah (Dintankannak) Kabupaten Banjarnegara menetapkan kentang sebagai komoditas sayuran unggulannya. Adapun sentra produksi sayuran dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara meliputi lima kecamatan yang disajikan pada Tabel 4.

Identitas

Kepentingan Definisi Nilai

9 Mutlak lebih penting 7 Sangat jelas lebih penting 5 Jelas lebih penting 3 Sedikit lebih penting 1 Sama penting

(30)

14

Tabel 4 Wilayah sentra produksi sayuran dataran tinggi Kabupaten Banjarnegara Wilayah Kecamatan

Sumber: Pujiharto, 2011

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa lokasi sentra komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah Kecamatan Batur, Kecamatan Pajawaran, Kecamatan Wanayasa, dan Kecamatan Kalibening. Produktivitas kentang pada keempat wilayah tersebut dalam kurun waktu tiga tahun terakhir yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Produktivitas kentang Kabupaten Banjarnegara Wilayah Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara, 2013

Berdasarkan data pada Tabel 5, kecamatan Batur merupakan wilayah penghasil kentang terbanyak di Kabupaten Banjarnegara. Kecamatan Batur menjadi satu-satunya wilayah di Kabupaten Banjarnegara yang distribusi kentangnya sampai masuk pasar ekspor ke Singapura. Saat ini di Kecamatan Batur tercatat delapan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), 79 Kelompok Tani, 13 Kelompok Wanita Tani, dan 16 Kelompok Tani Penangkar Benih.

Analisis Rantai Pasok Komoditas Kentang

(31)

15 Tabel 6 Grade kentang di Kabupaten Banjarnegara

Kentang yang didistribusikan disesuaikan dengan grade dari kentang tersebut. Biasanya grade AL, AB, ABC dan PL didistribusikan ke pasar induk, supermarket dan ekspor. Sedangkan DN, TO, dan rindil dijual ke pasar tradisional setempat atau diambil petani sebagai umbi untuk ditanam selanjutnya. Adapun rantai pasok kentang di Kabupaten Banjarnegara secara umum dapat dilihat pada Gambar 8.

Grade Ukuran Diameter Jumlah/kg Harga dari Petani

AL ≥ 6 cm 2-3 buah/kg 7000 – 10000

AB 5.5 cm – 6 cm 4-6 buah/kg 6500 – 9000

ABC 5 cm -5.5 cm 6-8 buah/kg 6000 – 7000

PL 4 cm – 4.5 cm 10 - 12 buah/kg 4500 – 5000 DN 3 cm - 4 cm 15 - 20 buah/kg 3500 – 4000 TO 2.5 cm – 3 cm 20 - 30 buah/kg 2000 – 3000 Rindil < 2,5 cm 30 - 50 buah/kg 1500 – 2000

(32)

16

Berdasarkan Gambar 8, rantai pasok kentang di Kabupaten Banjarnegara memiliki lima jalur yaitu, Pasar induk, Pasar luar negeri, supermarket, pasar lokal, dan industri pengolahan. Aliran komoditas kentang di Banjarnegara pada model rantai pasok diatas dibagi menjadi beberapa rantai, sebagai berikut:

1. Struktur Rantai 1

Kebanyakan petani di Banjarnegara khususnya di Kecamatan Batur menjual kentangnya kepada pedagang besar yang langsung datang ke petani untuk membeli kentang. Pedagang langsung mendistribusikan kentang jenis granola ke seluruh pasar induk di Indonesia setiap hari. Pasar induk yang menjadi tujuan distribusi kentang Banjarnegara adalah Pasar Keramat Jati dan Kemayoran (Jakarta), Pasar Caringin (Bandung), Pasar Johar (Semarang), Pasar Keputren (Surabaya), dan Pasar Tulungagung (Blitar).

2. Struktur Rantai 2

Kentang granola di Banjarnegara sudah menembus ekspor ke Singapura melalui perusahaan eksportir PT Anugerah Mandiri. Eksportir ini menyalurkan kentang dari daerah Batur salah satunya ke supermarket di Singapura. Kentang granola yang diekspor ke Singapura adalah grade PL. 3. Struktur Rantai 3

Distribusi kentang ke supermarket dilakukan melalui supplier yang telah ditunjuk berdasarkan kontrak. Supplier yang sudah bekerja sama dengan pedagang di wilayah Banjarnegara adalah PT Anugerah Mandiri. Supplier ini menyalurkan distribusi kentang dari pedagang besar ke supermarket dan ke pasar luar negeri. Untuk supermarket dalam negeri produk diidstribusikan ke Hero, Giant, Carrefour, dan Lotte Mart.

4. Struktur Rantai 4

Pedagang mendistribusikan produk kentang pada pasar lokal apabila kentang yang dikirim baik untuk ekspor maupun ke supermarket mengalami rejected maka pengumpul akan menjual kentangnya ke Pasar induk atau pasar tradisional di wilayah Banjarnegara.

5. Struktur Rantai 5

Rata-rata petani di wilayah Banjarnegara menjual kentang langsung pada pedagang besar. Akan tetapi masih ada pula petani yang menjual produknya langsung ke pasar tradisional setempat. Biasanya kentang yang dijual ini adalah kentang yang ukurannya kecil dan tidak dibeli oleh pedagang besar. 6. Struktur Rantai 6

Pada beberapa wilayah di Banjarnegara ditanam kentang jenis atlantik dan jenis agria untuk dioalah menjadi keripik kentang. Kentang jenis atlantik adalah jenis bibit kentang yang dipasok oleh PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) untuk petani yang menjadi mitranya dan kemudian kentang akan dijual kembali ke PT IFM untuk diolah menjadi keripik. Sedangkan jenis kentang agria langsung diolah sendiri oleh petani atau didistribusikan ke industri pengolahan keripik di sekitar Kabupaten Banjarnegara seperti Al-baeta, La Rizo, dan Tri Sakti.

(33)

17

Tabel 7 Analisis kondisi rantai pasok kentang

Analisis Deskriptif Komoditas Kentang

Struktur Rantai Anggota rantai pasok terdiri dari: produsen (petani/kelompok tani), distributor (pedagang, dan eksportir yaitu PT Anugerah Mandiri), pasar tradisional, supermarket, dan industri makanan (Home industry keripik kentang seperti Al-Baeta dan perusahaan besar seperti PT Indofood Fritolay Makmur) Sasaran Rantai 1 Sasaran pasar berdasarkan kualitas produk (grade) dan

jenis bibit. Grade AB dan AL didistribusikan ke pasar induk, supermarket, dan ekspor. Sedangkan DN, TO, dan Rindil dijual ke pasar lokal. Untuk kentang granola merupakan kentang sayur untuk konsumsi masyarakat. Sedangkan bibit atlantik atau agria digunakan untuk industri pengolahan keripik kentang

2 Sasaran pengembangan rantai pasok adalah penambahan mitra bisnis, dan memberdayakan koperasi sebagai institusi pelayanan pemasaran

Manajemen Rantai 1 Kerja sama antar pelaku rantai masih didasarkan pada kepercayaan yang bersifat informal dan fleksibel. Pembayaran dilakukan antara 7-14 hari.

2 Kesepakatan antara petani dan perusahaan didasarkan pada perjanjian yang dibayar setelah panen.

Sumber Daya Rantai Luas panen kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah 8.278 ha dengan produksi sebesar 1.182.188 ton (2013). Proses Bisnis Rantai Pola distribusi secara umum mengikuti pola distributor

storage with package carrier delivery (produk dikirim kepada konsumen melalui jasa distributor)

ditemukan pada struktur rantai 1, 2, 3, 4, dan 5 yang merupakan struktur rantai pasok pada jenis kentang granola. Pola dagang umum bersifat informal dan fleksibel. Petani di wilayah Batur umumnya didatangi banyak pedagang besar yang langsung datang untuk membeli kentang. Petani akan memberikan kentang tersebut kepada pedagang yang memberikan harga penawaran paling tinggi dan membayar dalam kurun waktu tidak lebih dari seminggu

Pola Contract farming terjadi pada struktur rantai 6 yang merupakan bentuk kemitraan antara petani dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) yang menyediakan benih atlantik untuk dibudidayakan oleh petani dan petani menjualnya ke perusahaan. Namun, pola kemitraan ini sudah berhenti di Kecamatan Batur dan hanya sebagian kecil yang masih menerapkan pola kemitraan ini karena petani merasa lebih banyak dirugikan.

Struktur rantai pasok dan pola kemitraan yang terjalin pada komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara dianalisis dengan metode deskriptif-kualitatif yang dikembangkan oleh Van der Vorst (2006) berdasarkan aspek-aspek pada struktur rantai, sasaran rantai, sumber daya rantai, manajemen rantai, dan proses bisnis rantai pasoknya. Analisis kondisi rantai pasok kentang secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 7.

(34)

18

menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang mendistribusikannya ke pasar-pasar induk di luar Kabupaten Banjarnegara. Petani lebih menyukai struktur rantai yang melalui pedagang karena biaya penyortiran dan pengangkutan ditanggung oleh pedagang. Sedangkan pedagang lebih banyak mendistribusikan produk kentang ke pasar induk karena tidak ada standar khusus untuk bisa masuk ke pasar induk. Berbeda dengan supermarket dan pasar luar negeri yang menuntut standar tertentu sehingga sulit untuk memasuki pasar tersebut karena kentang yang dihasilkan masih berkualitas rendah.

Analisis Kelembagaan Rantai Pasok Kentang

Pengembangan kelembagaan secara terintegratif akan meningkatkan daya saing agribisnis hortikultura yang bersifat relatif berkelanjutan (Saptana et al. 2006). Pembangunan kelembagaan kemitraan menjadi pertimbangan penting dalam memberikan jaminan pasar dan kepastian harga yang akan mengurangi risiko petani terutama dalam menghadapi fluktuasi harga dan menjamin keberlanjutan kemitraan usaha (Saptana et al. 2010).

(35)
(36)

Tabel 8 Analisis Kelembagaan Pertanian Komoditas Kentang di Kabupaten Banjarnegara

Pelaku Rantai Pasok Sebelum Budidaya Selama Budidaya Setelah Budidaya Permasalahan

Akademisi

Perguruan tinggi, Litbang pertanian, LIPI melakukan kegiatan pengumpulan plasma nutfah, pemuliaan, perlindungan varietas tanaman, dan penemuan varietas unggul

Penciptaan inovasi teknologi alat mesin pertanian yang ramah lingkungan

Melakukan analisis pasar dan nilai tambah produk dalam meningktakan daya saing

Hasil penelitian yang telah dilakukan tidak diimplementasikan secara berkelanjutan hanya sebatas laporan saja

Pelaku Bisnis

1. Lembaga non formal penyediaan modal dengan sistem Yarnen (dibayar setelah panen) dalam bentuk barang 2. Lembaga keuangan formal swasta

penyedia modal uang Bank Surya Yudha

3. Penangkar Benih swasta (BP Bronco dan BP Diva)

4. Toko-toko penyedia sarana produksi pertanian

1. Pada pola contract Farming, kentang dibeli oleh Indofood

2. Pada pola dagang umum kentang dibeli oleh pedagang besar dan di grading serta di bungkus untuk dikirim ke pasar induk, pasar lokal, supermarket, dan ekspor 3. Kentang diekspor dan disuplai ke

supermarket melalui PT Anugerah Mandiri dan Caraka

4. Kentang masuk ke industri pengolahan untuk diolah menjadi keripik kentang oleh industry keripik kentang seperti Al-baeta, La Rizo, dan Tri Sakti

1. Kemitraan dengan perusahaan tidak berjalan

2. Banyak pedagang tidak membayar sesuai kesepakatan

3. Pedagang sulit memilih petani yang produknya memenuhi standar ekspor sehingga eksportir kesulitan untuk memenuhi permintaan kentang di luar negeri

Pemerintah

1. Lembaga formal penyedia modal uang bagi petani kentang oleh pemerintah Bank BRI dan BKK

2. Penyuluhan budidaya tanaman kentang sesuai dengan SOP oleh PPL 3. Penyediaan subsidi benih, kultivator

dan pupuk organik

Pengawasan terhadap pelaksanaan budidaya kentang sesuai SOP oleh PPL (Petugas Penyuluh Lapang)

Kebijakan pemerintah daerah dalam penyediaan sarana pemasaran produk kentang

1. Akses informasi pasar masih terbatas sehingga melemahkan posisi petani dalam rantai pasok 2. Keterbatasan akses terhadap sarana

pemasaran produk kentang

Komunitas

1. Adanya Asosisasi penangkar benih di Kabupaten Banjarnegara yang menyediakan benih bersertifikat 2. Adanya Asosiasi Petani Kentang Dieng

yang memberikan pembinaan untuk peningkatan kompetenesi petani dan memberikan informasi pasar 3. Petani/kelompok tani yang melakukan

persiapan lahan, benih, pupuk, untuk penanaman

4. Kelompok tani yang melakukan penangkaran benih bersertifikat

Petani melakukan penanaman hingga kentang di panen dan dijual ke pedagang.

Petani memasukkan hasil panennya ke dalam karung untuk dijual ke pedagang pengumpul

1. Jumlah petani kompeten masih sangat sedikit

2. Jumlah benih kentang bersertifikat yang tersedia belum memenuhi kebutuhan ekspor

3. Penggunaan pestisida dalam jumlah melebihi batas

4. Sulitnya mengarahkan petani untuk melakukan budidaya dengan Good Agriculture Practice

(37)
(38)

20

Berdasarkan hasil analisis kelembagaan, permasalahan yang terjadi pada masing-masing pelaku rantai pasok adalah: (1) Jumlah petani kompeten masih sangat sedikit; (2) Jumlah benih kentang bersertifikat yang tersedia belum memenuhi kebutuhan ekspor; (3) Penggunaan pestisida dalam jumlah melebihi batas; (4) Sulitnya mengarahkan petani untuk melakukan budidaya dengan Good Agriculture Practice; (5) Akses informasi pasar masih terbatas sehingga melemahkan posisi petani dalam rantai pasok; (6) Keterbatasan akses terhadap sarana pemasaran produk kentang; (7) Kemitraan dengan perusahaan tidak berjalan; (8) Banyak pedagang tidak membayar sesuai kesepakatan; (9) Pedagang sulit memilih petani yang produknya memenuhi standar ekspor, (10) Hasil penelitian yang telah dilakukan tidak diimplementasikan secara berkelanjutan hanya sebatas laporan saja.

Analisis TOWS

(39)

21 Tabel 9 Analisis TOWS komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara

Analisis Internal

Analisis Eksternal

Kekuatan (S):

a. Komoditas unggulan daerah dan nacional (A)

b. Lahan yang sesuai untuk budi daya sayuran dataran tinggi (B)

c. Agroklimat sesuai untuk budidaya sayuran dataran tinggi (C)

Kelemahan (W):

a. Penggunaan Pestisida dalam jumlah yang melebihi batas (Biaya produksi tinggi, penurunan produktivitas lahan, dan residu tinggi menghambat ekspor) (D) b. Sulitnya mengarahkan petani untuk

melakukan budidaya dengan Good Agriculture Practice. (E)

c. Jumlah benih kentang bersertifikat yang tersedia belum memenuhi kebutuhan ekspor (F)

d. Keterbatasan akses informasi pasar yang melemahkan posisi petani rantai pasok (G)

e. Keterbatasan akses pemasaran produk baik kentang segar maupun olahan (H) f. Kemitraan dengan perusahaan masih

terbatas dan tidak berjalan (I)

g. Banyak pedagang yang tidak membayar sesuai kesepakatan sehingga merugikan petani (J)

h. Sulitnya Eksportir untuk memilih petani yang produk kentang yang memenuhi kebutuhan supermarket dan ekspor (K) i. Petani yang kompeten masih sangat

sedikit dalam meningkatkan daya saing produk pertanian (L)

j. Hasil penelitian yang telah dilakukan tidak diimplementasikan secara kontinyu hanya sebatas laporan saja (M)

Peluang (O):

a. Permintaan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk (1)

b. Memiliki potensi ekspor sebagai sumber devisa Negara (2)

c. Dukungan dari pemerintah nasional dan daerah (3)

Strategi S-O:

a. Peningkatan produktivitas kentang (BC-12)

b. Pengembangan usaha pengolahan produk kentang bernilai tambah dan berdaya saing (A-23)

Strategi W-O:

a. Peningkatan mutu produk kentang yang memenuhi standar baku dan ekspor (DEFK-3)

b. Perluasan jaringan kemitraan usaha berkelanjutan dengan sistem kontrak berbasis hokum (GHI-3)

c. Peningkatan kelas kemampuan Kelembagaan petani (GL-3)

d. Peningkatan kompetensi petani melaui pelatihan dan pembinaan pada petani dalam meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani (GL-3)

e. Regulasi terkait sistem kontrak kemitraan yang melindungi petani kentang (J-3)

Ancaman (T):

a. Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) berdampak pada peningkatan impor produk dan akan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (MEA). (4)

b. Adanya fluktuasi harga sayuran (5)

c. Isu kelestarian lingkungan hidup yang menuntut pengembangan pertanian berbasis kelestarian lingkungan (6)

Strategi S-T:

a. Peningkatan luas pertanian kentang ramah lingkungan (B-6)

b. Peningkatan mutu produk yang memenuhi standar ekspor. (A-4)

c. Upaya sinergitas kerjasama ABGC (Academic, Business, Government, Community) dalam meningkatkan daya saing produk pertanian (A-45)

Strategi W-T:

a. Perluasan pasar dan akses informasi pasar bagi petani terhadap pasar domestik dan internasional (G-4) b. Membangun kemitraan usaha

berkelanjutan dengan sistem kontrak berbasis hukum (I-45)

c. Kebijakan pembatasan impor produk hortikultura (K-45)

(40)

22

Analisis TOWS menghasilkan 4 strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T, dan strategi W-T. Strategi (S-O) terdiri dari; (a) Peningkatan produktivitas kentang; dan (b) Pengembangan usaha pengolahan kentang yang bernilai tambah dan berdaya saing. Strategi (W-O) terdiri dari; (a) Peningkatan mutu produk yang memenuhi standar ekspor; (b) Perluasan jaringan kemitraan usaha berkelanjutan dengan sistem kontrak berbadan hukum; (c) Peningkatan kelas kemampuan kelembagaan petani; (d) Peningkatan kompetensi petani melaui pelatihan dan pembinaan pada petani; (e) Peningkatan kompetensi petani melalui pelatihan dan pembinaan; (f) Regulasi terkait sistem kontrak kemitraan usahatani yang melindungi petani; Strategi (S-T) terdiri dari; (a) Peningkatan luas pertanian kentang ramah lingkungan; (b) Peningkatan mutu produk yang memenuhi standar ekspor; dan (c) Upaya sinergitas kerjasama ABGC (Academic, Business, Government, Community) dalam meningkatkan daya saing produk pertanian. Sedangkan strategi (W-T) terdiri dari; (a) Perluasan pasar dan akses informasi pasar bagi petani terhadap pasar domestik dan internasional; dan (b) membangun kemitraan usaha dengan sistem kontrak berbasis hukum.

The House Model Komoditas Kentang Kabupaten Banjarnegara

(41)

23

Berdasarkan hasil analisis House Model pada Gambar 9 menunjukkan bahwa untuk mencapai dream berupa peningkatan daya saing komoditas sayuran dataran tinggi Kabupaten Banjarnegara diperlukan adanya empat kunci dari segi produk, Sumber Daya Manusia, regulasi dan kebijakan, serta pemasaran. Pada segi produk, perlu diperlukan strategi (a) Peningkatan produktivitas kentang; (b) Peningkatan mutu hasil produksi; dan (c) perluasan lahan kentang ramah lingkungan. Pada segi sumber daya manusia diperlukan srtategi (a) Peningkatan kelas kemampuan kelembagaan kelompok petani; (b)Peningkatan kompetensi petani melalui pelatihan dan pembinaan pada petani dalam meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani; dan (c) Peningkatan jumlah usaha pengolahan produk kentang. Pada segi regulasi dan kebijakan strategi yang diperlukan adalah (a) Kebijakan pembatasan impor kentang, dan; (b) regulasi terkait dengan sistem kemitraan usaha tani. Sedangkan dari segi pemasaran, tindakan yang harus dilakukan adalah; (a) Perluasan pasar dan informasi pasar terhadap pasar nasional dan internasional; (b) Ketersediaan koperasi untuk memasarkan produk kentang di setiap daerah produksi; (c) Peningkatan jumlah mitra bisnis kentang antar petani dan perusahaan berkelanjutan. Semua tindakan ini harus didukung dengan upaya sinergitas kerjasama ABGC (Academic, Business, Government, Community) dalam meningkatkan daya saing produk

Gambar 9 The House Model peningkatan daya saing komoditas kentang Kabupaten Banjarnegara

Komoditas Kentang Berkualitas dan Berdaya Saing di Pasar Domestik dan Pasar

Internasional dalam 5 tahun (2015-2019)

Produk Sumber Daya

Manusia

Regulasi dan Kebijakan

Peningkatan jumlah produktivitas kentang (2016)

Peningkatan mutu hasil produksi (2016)

Peningkatan luas lahan komoditas kentang ramah lingkungan (2016)

Upaya sinergitas kerjasama ABGC (Academic, Business, Government, Community) dalam meningkatkan daya saing produk pertanian

Peningkatan kelas kemampuan kelembagaan kelompok petani (2016)

Peningkatan kompetensi petani melaui pelatihan dan pembinaan pada petani dalam meningkatkan kemandirian dan

kesejahteraan petani (2015) Pengembangan usaha pengolahan produk kentang di tingkat petani (2017)

Kebijakan pemerintah pembatasan impor produk hortikultura (2017)

Regulasi terkait sistem kontrak kemitraan yang melindungi petani kentang (2017)

Pemasaran

Perluasan pasar dan informasi pasar terhadap pasar nasional dan internasional (2017)

Ketersediaan koperasi untuk memasarkan produk kentang di setiap daerah produksi (2015)

Peningkatan jumlah mitra bisnis kentang antar petani dan perusahaan berkelanjutan (2019)

(42)

24

pertanian sebagai pondasi. Milestone pada peningkatan daya saing komoditas kentang Kabupaten Banjarnegara ini ditetapkan melalui pencapaian target per tahun pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang dirancang berdasarkan strategi yang telah dirumuskan.

Indikator Kinerja Utama Komoditas Kentang Banjarnegara

(43)

25 Tabel 10 Indikator Kinerja Utama Komoditas Kentang

Sasaran Strategis Indikator Pemicu Indikator Hasil Satuan

Peningkatan produktivitas, mutu

hasil produksi, dan luas lahan komoditas kentang

ramah lingkungan

1. Peningkatan produktivitas kentang

Kenaikan produktivitas

kentang per tahun Kw/ha

2.Peningkatan mutu hasil produksi kentang dan luas lahan kentang ramah lingkungan

Kenaikan jumlah luas lahan

teregister Ha

Persentase kenaikan jumlah kentang yang diekspor terhadap total hasil produksi

% Persentase kenaikan jumlah

benih kentang bersertifikat yang memenuhi kebutuhan petani kentang

%

Perluasan pasar dan akses informasi harga pasar serta jaringan kemitraan

usaha kentang

3. Perluasan pasar distribusi kentang baik pasar nasional dan internasional

Kenaikan jumlah pasar yang menjadi tujuan distribusi kentang Banjarnegara

Unit

4. Ketersediaan koperasi untuk memasarkan produk kentang di setiap daerah produksi

Jumlah petani yang memasarkan produknya di koperasi

orang

5. Peningkatan jumlah mitra bisnis kentang antar petani dan perusahaan

berkelanjutan

Jumlah mitra bisnis kentang antar petani dan perusahaan berkelanjutan

6. Peningkatan kelas kemampuan kelembagaan kelompok petani

Persentase peningkatan kelas kemampuan kelembagaan kelompok petani

% 7. Peningkatan kompetensi

petani melaui pelatihan dan pembinaan pada petani

Kenaikan jumlah petani yang menerapkan GAP (Good Agriculture Practice)

Orang

8. Peningkatan jumlah usaha pengolahan produk kentang

Kenaikan Jumlah industri pengolahan kentang oleh petani atau kelompok tani

Unit 9. Peningkatan Pendapatan

Petani Nilai Tukar Petani Rasio

Regulasi dan kebijakan pemerintah dalam

proteksi terhadap petani

10.Kebijakan pemerintah pembatasan impor produk hortikultura

Persentase kenaikan produksi kentang lokal yang memenuhi permintaan pasar domestic dan ekspor

Kw

11.Regulasi terkait sistem kontrak kemitraan yang melindungi petani kentang

Regulasi terkait sistem kontrak

pada kemitraan usaha kentang Dokumen

Penentuan Bobot Indikator Kinerja Utama

(44)

26

Tabel 11 Hasil prioritas dan bobot variabel Indikator Kinerja Utama (IKU) Variabel Bobot Prioritas Target

2014 Sumber

1 Kenaikan produktivitas

kentang per tahun 0,094 5 181.55

Persentase jumlah kentang yang diekspor terhadap total hasil produksi

Persentase peningkatan jumlah benih kentang bersertifikat yang memenuhi kebutuhan petani

0,127 2 60 % Hasil wawancara

5

Kenaikan jumlah pasar yang menjadi tujuan distribusi kentang

0,050 9 NA Hasil wawancara

6

Jumlah petani yang memasarkan produknya di koperasi

0,137 1 NA Hasil wawancara

7

Jumlah mitra bisnis kentang antar petani dan perusahaan yag berkelanjutan

0,058 7 2 Hasil wawancara

8

Persentase peningkatan kelas kemampuan kelembagaan kelompok petani 10 Kenaikan jumlah industri

pengolahan produk 0.025 12

2 kelompok

Persentase peningkatan produksi kentang lokal yang memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor

0.105 3 12.7 %

Renstra Kab.Banjarnegra

2012-2016

13

Adanya regulasi terkait sistem kontrak pada kemitraan usaha kentang

0.105 3 Satu

dokumen Hasil wawancara

(45)

27 Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kentang

Hasil pembobotan terhadap IKU pada peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara menghasilkan tiga indikator prioritas yamg merupakan bagian dari srategi peningkatan daya saing komoditas kentang. Berdasarkan analisis TOWS, The House Model, dan pembobotan IKU, strategi yang menjadi prioritas untuk mencapai ketiga IKU prioritas tersebut ditunjukkan pada Tabel 12.

Tabel 12 Bobot strategi peningkatan daya saing komoditas Kentang

Strategi Indikator Hasil Indikator Bobot Jumlah Bobot Peningkatan produktivitas

kentang Kenaikan produktivitas kentang per tahun 0,094 0.094

Peningkatan mutu hasil produksi kentang dan luas lahan kentang ramah lingkungan

Kenaikan jumlah luas lahan teregister 0,086

0.249 Persentase kenaikan jumlah kentang

yang diekspor terhadap total hasil produksi

0,036 Persentase kenaikan jumlah benih

kentang bersertifikat yang memenuhi kebutuhan petani kentang

0,127 Perluasan pasar distribusi

kentang baik pasar nasional dan internasional

Kenaikan jumlah pasar yang menjadi

tujuan distribusi kentang Banjarnegara 0,050 0.050 Penyediaan koperasi untuk

memasarkan produk kentang di setiap daerah produksi

Jumlah petani yang memasarkan

produknya di koperasi 0,137 0.137 Peningkatan jumlah mitra

bisnis kentang antar petani dan perusahaan berkelanjutan

Jumlah mitra bisnis kentang antar petani

dan perusahaan berkelanjutan 0,058 0.058 Peningkatan kelas kemampuan

kelembagaan kelompok petani

Persentase peningkatan kelas kemampuan

kelembagaan kelompok petani 0,029 0.029 Peningkatan kompetensi petani

melaui pelatihan dan pembinaan pada petani

Kenaikan jumlah petani yang menerapkan GAP (Good Agriculture Practice)

0,095 0.095 Peningkatan jumlah usaha

pengolahan produk kentang

Kenaikan Jumlah industri pengolahan

kentang oleh petani atau kelompok tani 0.025 0.025 Peningkatan Pendapatan Petani Nilai Tukar Petani 0.052 0.052 Peningkatan proteksiterhadap

petani melalui kebijakan pembatasan impor dan kemitraan berbadan hukum

Persentase kenaikan produksi kentang lokal yang memenuhi permintaan pasar domestic dan ekspor

0.105

0.11 Regulasi terkait sistem kontrak pada

kemitraan usaha kentang 0.105

(46)

28

Implikasi Manajerial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator kinerja yang menjadi prioritas dalam peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah pada aspek pemasaran, aspek produk, dan aspek sumber daya manusia. Pencapaian indikator hasil ini dilakukan melalui startegi dan tindakan yang didukung oleh intergrasi dari para pelaku kelembagaan dalam rantai pasok kentang seperti disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Implikasi Manajerial

No. Indikator Kinerja Pelaku Tindakan

1

Jumlah petani yang memasarkan produk di Koperasi

Pemerintah

Menyediakan anggaran untuk

penyelenggaraan koperasi di tingkat kecamatan

Asosiasi Petani Kentang Dieng

Menggunakan teknologi seperti media sosial untuk membantu memasarkan produk kentang dan membantu dalam menginformasikan harga pasar ke petani.

Pelaku Bisnis

Mendukung berjalannya koperasi

dengan membeli kentang sesuai dengan harga yang ditetapkan koperasi

2

Persentase peningkatan jumlah benih

kentang bersertifikat yang

memenuhi kebutuhan petani

Pemerintah

Menyediakan subsidi benih G0 dan bantuan terhadap penangkar benih, serta pemberian benih bersertifikat dengan harga murah yang bisa dijangkau petani.

Akademisi

Mengembangkan dan membudidayakan varietas kentang unggul terutama dalam kegiatan pemuliaan.

Asosiasi penangkaran

benih

Melaksanakan program-program

pelatihan kepada kelompok tani untuk menambah jumlah penangkar sehingga mendukung peningkatan jumlah benih bersertifikat untuk memenuhi kebutuhan benih kentang

Kelompok tani/Gapoktan

Mengikuti program pelatihan baik yang diselenggarakan pemerintah maupun asosiasi benih untuk meningkatkan kemandirian dan kompetensi. Terutama dalam kemampuan menangkar benih dan mengolah kentang.

Pelaku Bisnis

(47)

29 Lanjutan Tabel 13 Implikasi Manajerial

Pencapaian indikator kinerja ini harus didukung oleh para pelaku kelembagaan rantai pasok dengan upaya sinergitas kerjasama anatara akademisi, pelaku bisnis, pemerintah, dan komunitas yang merupakan pondasi dalam pencapaian visi yang ditetapkan pada The House Model. Menurut Asril (2009), Interaksi antar pelaku dalam kelembagaan dapat terjalin dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kelembagaan kemitraan rantai pasokan komoditas sayuran adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumber daya kelompok atau petani mitra, peningkatan skala usaha, menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra sehingga mampu meningkatkan daya saing kentang di pasar domestik dan pasar internasional.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian analisis kelembagaan dan peningkatan daya saing komoditas sayuran dataran tinggi Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:

1. Terdapat enam struktur rantai pasok dalam pendistribusian kentang di Kabupaten Banjarnegara dengan rantai pasok yang paling dominan digunakan adalah rantai pasok dari petani ke pedagang kemudian ke pasar induk.

No Indikator Kinerja Pelaku Tindakan

3 Regulasi dan Kebijakan

Pemerintah

Membuat regulasi tentang sistem kemitraan bisnis untuk melindungi petani dan melakukan pengawasan ketat terhadap implementasi kebijakan pembatasan impor kentang yang diberlakukan pada tahun 2012 agar produksi dan harga jual kentang dalam negeri tetap stabil.

Akademisi

Melakukan pengkajian dan evaluasi terhadap program baik yang akan, sedang, maupun telah dilaksanakan oleh pemerintah.

Kelompok Tani/Gapoktan

Meningkatkan produksi dan kualitas produk kentang lokal dengan melaksanakan praktek budidaya kentang sesuai SOP/ GAP (Good Agriculture Practice)

Pelaku Bisnis

(48)

30

2. Pelaku yang terlibat dalam kelembagaan rantai pasok terdiri dari: (1) akademisi (Perguruan Tinggi, Litbang, LIPI); (2) pelaku bisnis, yaitu: lembaga keuangan informal, lembaga keuangan swasta (Bank Surya Yudha), pemasok saprodi, perusahaan penangkar benih (BP Braco dan BP Diva), pedagang, dan eksportir (PT Anugerah Mandiri); (3) pemerintah terdiri dari: Dintankannak, dan lembaga keuangan formal (BRI dan BKK); dan (4) komunitas terdiri dari: petani dan kelompok tani/gapoktan, asosiasi penangkar benih kentang, dan asosiasi petani kentang Dieng.

3. Strategi yang dihasilkan pada matriks TOWS dikelompokkan menjadi empat pilar dalam konsep The House Model sebagai model peningkatan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara yang terdiri dari atap dengan visi menciptakan komoditas kentang unggul dan berdaya saing; empat pilar yaitu produk, sumber daya manusia, regulasi dan kebijakan, dan pemasaran; dan pondasi yaitu upaya integrasi kerjasama antara pelaku rantai pasok yang terdiri dari ABGC (Academic, Business, Government, Community) dalam meningkatkan daya saing kentang.

4. Indikator Kinerja Utama yang menjadi prioritas untuk meningkatkan daya saing komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara antara lain: Jumlah petani yang memasarkan produknya di koperasi menempati prioritas utama, persentase peningkatan jumlah benih kentang bersertifikat yang memenuhi kebutuhan petani sebagai prioritas kedua, dan aspek regulasi dan kebijakan yang menempati prioritas ketiga.

5. Strategi yang menjadi prioritas adalah penyediaan koperasi pada indikator jumlah petani yang memasarkan produk di koperasi, peningkatan mutu hasil produksi kentang melalui penyediaan benih kentang bersertifikat bagi petani pada indikator peningkatan jumlah benih bersertifikat, dan peningkatan proteksi terhadap petani pada indikator regulasi dan kebijakan.

Saran

Saran dari hasil penelitian analisis kelembagaan dan peningkatan daya saing komoditas sayuran dataran tinggi Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:

1. Para pelaku dalam rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara perlu melakukan tindakan yang tepat dan terintegrasi dalam upaya peningkatan daya saing komoditas kentang untuk mencapai indikator kinerja yang menjadi prioritas, yaitu: upaya pendirian koperasi dan pemanfaatan teknologi untuk mengakses informasi pasar pada indikator jumlah petani yang memasarkan produk di koperasi, upaya pemenuhan benih kentang bersertifikat bagi petani pada indikator peningkatan jumlah benih bersertifikat, dan upaya proteksi terhadap petani pada indikator regulasi dan kebijakan.

Gambar

Gambar 1 Volume ekspor dan impor komoditas kentang dan cabai di Indonesia
Diagram  pada  Gambar  2  menunjukkan  bahwa  Provinsi  Jawa  Tengah  merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi sentra produksi kentang  dengan share kumulatif terbesar kedua setelah Jawa Barat
Gambar 5 Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 7 Kerangka The House Model
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian, menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk berpengaruh terhadap jumlah daun, nisbah tajuk dan akar, berat kering pucuk dan berat kering total

Bila dibandingkan dengan hasil penelitian ini yang menghasilkan bahwa sebesar 18,18% usia lanjut di keluarga mengalami penganiayaan fisik, 97,73% penganiayaan emosi,

Data hasil respon siswa akan game edukasi 3D diperoleh dari 5 buah pernyataan akan ketertarikan siswa dalam bermain, konsistensi siswa dalam menggunakan game,

Prosedur pengaturan environment dan komunikasi wireless digunakan untuk mendifinisikan jenis komunikasi, protocol routing, jenis propagasi, jumlah node, serta variabel umum lain

Berdasarkan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh antara usia, status merokok orang tua, komunikasi dengan orang tua, komunikasi dengan

Berdasarkan fenomena di atas perlu dilakukan telaah lebih lanjut mengenai pengaruh beberapa variabel makroekonomi yaitu suku bunga, inflasi dan jumlah uang beredar, ekspor

Mengkonsumsi minuman keras yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sungai Jernih terutama oleh kalangan bapak-bapak muda ( batin budak ) dan kalangan pemuda, telah

Perhitungan diameter sedimen dalam hal ini adalah melalui pengujian analisa saringan dan analisa hidrometer yang dilakukan di laboratorium, sehingga dari hasil