• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Keanekaragaman Jenis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh 40 jenis vegetasi yang tersebar di Desa Batu Mbelin, 38 jenis vegetasi di Desa Sembahe, dan 46 jenis vegetasi di Taman Wisata Alam Sibolangit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Ada 6 jenis vegetasi yang selalu ditemukan di semua kawasan yaitu pisang, talas, durian, kopi, mahoni, dan asam glugur.

Kerapatan Vegetasi Hutan

Jenis vegetasi dan nilai kerapatan di masing-masing kawasan berbeda-beda. Di Desa Batu Mbelin jenis yang mendominasi yaitu pisang dengan nilai kerapatan 13,53 % dan yang terendah bunga bangkai dan kelapa sebesar 0,48%.

Di Desa Sembahe jenis yang mendominasi yaitu asam cikalat dengan nilai kerapatan 20,70 % dan yang terendah salak dan pepaya dengan sebesar 0,83 %. Di Taman Wisata Alam Sibolangit jenis yang mendominasi yaitu pisang dengan nilai kerapatan 19,30 % dan yang terendah palem raja dan pinang pendawa sebesar 0,44 % dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Bawah

No Nama Lokal Nama Latin Lokasi KR

2 Bunga Bangkai Amorphophallus titanum 0,48 1,47

3 Cabai Capsicum annum 10,14 5,88

Lanjutan Tabel 1

15 Talas Colocasia esculenta 3,87 7,35

16 Tebu Saccharum officinarum 9,66 2,94

17 Temulawak Curcuma xanthorrhiza 12,56 5,88

18 Terong Solanum melongena 3,87 2,94

3 Jelatang Toxicodendron radicans 10,10 8,33

4 Nira Arenga pinnata 5,26 12,50

5 Pakis Hutan Cycas rumphii 8,34 2,08

6 Palem Chamaedorea erumpens 2,63 6,25

7 Palem Raja Roystenia regia 0,44 1,04

8 Pinang Pendawa Actinorhytis callaparia 0,44 1,04

9 Pisang Musa paradisiaca 19,30 15,60

10 Riman Calamus blumei 1,76 3,13

11 Rotan Calamus zollingeri 14,9 15,60

12 Salak Hutan Eleiodoxa conferta 0,87 1,04

13 Sidodok Melastoma malabathricum 3,07 4,17

14 Sirih Hutan Piper caducibracteum 1,76 3,13

15 Talas Colocasia esculenta 11,80 9,38

Total 100,00 100,00

Untuk lahan agroforestry di Desa Batu Mbelin tanaman pisang merupakan tanaman pokok karena memiliki nilai jual tinggi dan masa panen pisang yang cepat berkisar 6-9 bulan. Sedangkan di Desa Sembahe, asam cikalat menjadi tanaman pokok masyarakat karena asam cikalat tumbuh dan menyebar dengan cepat. Bunga asam cikalat merupakan bumbu masakan tradisional Karo baik dalam upacara adat maupun dikonsumsi sehari-hari. Nilai jual bunga asam

cikalat juga tinggi dan frekuensi panen yang cepat sehingga menguntungkan petani. Di Taman Wisata Alam Sibolangit, tanaman yang mendominasi adalah pisang. Hal ini disebabkan karena penyebaran alami yang dilakukan oleh hewan mamalia seperti monyet, tupai, dan burung-burung pemakan biji yang berada disekitar Taman Wisata Alam Sibolangit. Biji pisang ini berasal dari ladang masyarakat di sekitar Taman Wisata Alam Sibolangit.

Perbedaan jenis yang mendominasi dan yang terendah di masing-masing kawasan disebabkan karena bedanya kepentingan dan persepsi petani terhadap masing-masing jenis. Untuk lahan agroforestry di Desa Batu Mbelin bunga bangkai tumbuh secara liar dan tidak memiliki nilai jual yang tinggi sehingga petani mengganti dengan tanaman lain seperti pisang yang lebih mengguntungkan. Di Desa Sembahe, tanaman salak dan pepaya tumbuh secara liar dan perbungaan yang jarang terjadi serta nilai jual yang rendah sehingga mengurangi pendapatan petani. Di Taman Wisata Alam Sibolangit, palem raja dan pinang pendawa merupakan tanaman intoleran sehingga pertumbuhan kedua jenis ini terhambat akibat persaingan cahaya dari pohon-pohon yang tumbuh tinggi.

Struktur dan Komposisi di Taman Wisata Alam a. Tingkat Semai

Semai merupakan permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m. Jenis yang mendominasi, yaitu kopi dengan nilai kerapatan 96,32 % dan yang terendah adalah jambu hutan sebesar 0,29 % dapat dilihat pada Tabel 5.

16

Tabel 5. Indeks Nilai Penting Semai di Taman Wisata Alam

Mendominasinya tanaman kopi di tingkat pertumbuhan semai disebabkan karena banyaknya mamalia pemakan biji kopi seperti musang, monyet dan burung-burung di sekitar Taman Wisata Alam Sibolangit (Aak, 1980). Biji kopi ini berasal dari ladang masyarakat disekitar Taman Wisata Alam Sibolangit, seperti di Desa Batu Layang dan Kabupaten Karo yang mayoritas menanam kopi sebagai tanaman utamanya. Berbeda dengan jambu hutan, tanaman ini sering tumbuh di jalur masuk kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit dan cabangnya sangat rapuh sehingga ditebang untuk menghindari tamu dari kecelakaan yang tidak diduga.

b. Tingkat Pancang

Pancang merupakan permudaan dengan tinggi diatas 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm. Jenis yang mendominasi yaitu kopi dengan nilai kerapatan sebesar 50,81 % dan yang terendah adalah asam glugur, asoka, kayu igeng, dan trembesi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Indeks Nilai Penting Pancang di Taman Wisata Alam No Nama Lokal

Lanjutan Tabel 6

Mendominasinya tanaman kopi di tingkat pertumbuhan semai disebabkan karena banyaknya mamalia pemakan biji kopi seperti musang, monyet dan burung-burung di sekitar Taman Wisata Alam Sibolangit (Aak, 1980). Biji kopi ini berasal dari ladang masyarakat disekitar Taman Wisata Alam Sibolangit, seperti di Desa Batu Layang dan Kabupaten Karo yang mayoritas menanam kopi sebagai tanaman utamanya.

Asam glugur, asoka, kayu igeng, dan trembesi merupakan jenis tanaman yang intoleran sehingga pertumbuhan tanaman terhambat apabila jenis tanaman ini berada di sekitar tanaman yang tinggi. Akar dari tanaman muda juga sering dimakan hama seperti babi hutan sehingga tanaman ini sering mati muda dan tanaman ini sering tumbuh di jalur masuk Taman Wisata Alam Sibolangit, sehingga sering ditebang oleh pegawai Taman Wisata Alam Sibolangit.

18

c. Tingkat Tiang

Tiang merupakan permudaan dengan tinggi diatas 1,5 m dan berdiameter kurang dari 20 cm. Pada Tabel 7, jenis yang mendominasi yaitu kali tartar dengan nilai kerapatan sebesar 15,20 % dan yang terendah adalah jambu hutan, kedaung, mindi, dan trembesi sebesar 1,12 %.

Tabel 7. Indeks Nilai Penting Tiang di Taman Wisata Alam No

Mendominasinya kali tartar di tingkat pertumbuhan pancang karena tanaman ini memiliki fungsi sebagai tanaman obat, sehingga pegawai Taman Wisata Alam Sibolangit merawat bahkan menanam bibit kali tartar. Buah dari kali tartar ini sering digunakan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Sibolangit sebagai obat sakit mata. Sedangkan tanaman jambu hutan, kedaung, mindi, dan trembesi termasuk jenis tanaman intoleran sehingga pertumbuhan tanaman ini

menjadi terhambat ketika berada di antara tanaman-tanaman yang tinggi dan memiliki luas tajuk yang besar. Jambu hutan sering tumbuh di jalur masuk Taman Wisata Alam Sibolangit, dan cabang tanaman ini sangat rapuh sehingga dapat membahayakan tamu ketika berkunjung. Oleh sebab itu, pegawai Taman Wisata Alam Sibolangit sering menebang tanaman ini apabila tumbuh di sekitar jalur masuk Taman Wisata Alam Sibolangit.

d. Tingkat Pohon

Pohon adalah tanaman berkambium yang berdiameter 20 cm atau lebih.

Jenis yang mendominasi yaitu angsana dan trembesi dengan nilai kerapatan sebesar 10,10 %. Jenis yang terendah adalah asoka, galagala rube, ingul, jambu hutan, kayu igeng, mangga, nyamplung, nungkaw, petai cina, dan rambutan hutan sebesar 0,92 % dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Indeks Nilai Penting Pohon di Taman Wisata Alam No 11 Jambu Mete Anacardium

occidentale

17 Krei Payung Filicium decipiens 3,67 4,76 2,95 11,40 0,12 18 Mahoni Swietenia mahagoni 3,67 3,57 5,08 12,30 0,13 19 Mangga Mangifera indica 0,92 0,60 3,78 5,29 0,02

20 Mindi Melia azedarach 2,75 3,57 3,63 9,96 0,10

21 Nyamplung Calophyllum inophillum

Angsana dan trembesi merupakan tanaman intoleran dan mampu menyerap banyak air sehingga mampu tumbuh dengan baik di daerah lembab seperti kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit. Ketika tinggi tanaman ini berada diatas tanaman lain maka pertumbuhan kedua jenis tanaman ini semakin pesat karena tidak adanya persaingan cahaya matahari dan angin sehingga mempercepat pertumbuhan dan perkembangbiakan tanaman ini. Tanaman asoka, galagala rube, ingul, jambu hutan, kayu igeng, mangga, nungkaw, petai cina, dan rambutan hutan merupakan intoleran, akan tetapi tinggi tanaman ini relatif pendek sehingga persaingan cahaya matahari dan angin yang membantu pertumbuhan dan perkembangbiakan tanaman semakin besar.

Jenis stratum yang terdapat pada Gambar 3, yaitu tipe stratum A dan B.

Stratum A merupakan lapisan tajuk hutan paling atas yang dibentuk oleh pepohonan yang tingginya lebih dari 30 m. Pada umumnya berbatang lurus, batang bebas cabang tinggi dan bersifat intoleran. Stratum B merupakan lapisan tajuk kedua dari atas yang dibentuk oleh pepohonan yang tingginya 20-30 m.

Tajuk-tajuk saling bersentuhan satu dengan yang lain sehingga membentuk lapisan tajuk yang kontiniu (Indriyanto, 2010).

Keterangan :

Struktur dan Komposisi di Desa Batu Mbelin a. Tingkat Semai

Jenis yang mendominasi yaitu durian dengan nilai kerapatan sebesar 36,84 % dan yang terendah adalah langsat dan sirsak sebesar 5,26 % dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Indeks Nilai Penting Semai di Desa Batu Mbelin No

Gambar 3. Strata Tajuk Plot 6 dan 7 Taman Wisata Alam Sibolangit

Durian memiliki nilai jual yang tinggi. Selain buahnya yang dijual, durian yang sudah menurun produktivitasnya bisa ditebang dan dijual kayunya.

Hal ini membuat keuntungan bagi petani, sehingga durian menjadi tanaman pokok petani (Setiawan, 2000). Tanaman durian pasti berbuah sepanjang tahun, karena masih banyaknya hewan-hewan perantara penyerbukan seperti tupai yang berasal dari hutan alam.

Langsat merupakan salah satu tanaman utama yang ditanam petani, akan tetapi tanaman ini mulai terkena penyakit jamur yang meneyrang batang sehingga tanaman ini mati. Hal ini membuat petani mengalami kerugian dan mengganti dengan tanaman lain seeprti tanaman durian. Berbeda dengan tanaman sirsak, dimana buahnya ditentukan dengan musim. Apabila terjadinya perubahan antara musim kemarau dengan musim hujan maka produktivitas menjadi menurun. Hal ini membuat petani menjadi rugi apabila perbandingan jumlah musim kemarau dan musim hujan tidak begitu jelas.

b. Tingkat Pancang

Pancang adalah permudaan dengan tinggi diatas 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm. Jenis yang mendominasi yaitu jeruk nipis dengan nilai kerapatan sebesar 26,09 % dan yang terendah adalah asam glugur, kemiri, dan pucuk merah sebesar 4,35 % dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Indeks Nilai Penting Pancang di Desa Batu Mbelin No

Lanjutan Tabel 10

2,09 7 Manggis Garcinia mangostana 8,70 11,76 20,46 0,21 8 Petai cina Leucaena leucocephala 8,70 11,76 20,46 0,21 9 Pucuk Merah Syzygium oleina 4,35 5,88 10,23 0,14

10 Sirsak Annona muricata 8,70 11,76 20,46 0,21

Total 100,00 100,00 200,00 2,15

Mendominasinya jeruk nipis disebabkan karena jeruk nipis sering digunakan petani sebagai bumbu masakan tradisional Karo ataupun dikonsumsi sehari-hari. Penjualan jeruk nipis juga tidak sulit, dan waktu panen dari tanaman ini sangat cepat sehingga menanmbah pendapatan petani sampai menunggu tanaman utama seperti durian dapat dipanen.

Asam glugur merupakan salah satu tanaman utama di desa ini, akan tetapi tanaman ini sangat mudah terkena hama penyakit sehingga tanaman ini dapat mati muda. Sehingga banyak petani yang mengalami kerugian akibat mati mudanya tanaman asam glugur. Kemiri dan pucuk merah ditanam hanya untuk sebagai peneduh ketika petani sedang istirahat dan tanda pembatas antara lahan yang satu dengan lahan yang lain. Sehingga tanaman ini bukan tanaman utama petani.

c. Tingkat Tiang

Tiang adalah permudaan dengan tinggi diatas 1,5 m dan berdiameter kurang dari 20 cm. Jenis yang mendominasi yaitu durian dengan nilai kerapatan sebesar 27, 50 % dan yang terendah petai dan mahoni sebesar 2,50 % dapat dilihat pada Tabel 11.

24

Tabel 11. Indeks Nilai Penting Tiang di Desa Batu Mbelin durian yang sudah menurun produktivitasnya bisa ditebang dan dijual kayunya.

Hal ini membuat keuntungan bagi petani, sehingga durian menjadi tanaman pokok petani (Setiawan, 2000). Tanaman durian pasti berbuah sepanjang tahun, karena masih banyaknya hewan-hewan perantara penyerbukan seperti tupai yang berasal dari hutan alam.

Petai merupakan salah satu tanaman utama petani, akan tetapi tanaman ini mulai terkena penyakit jamur yang menyerang batang. Sehingga batang tanaman mengeluarkan lendir dan mati. Oleh sebab itu, petani mengganti tanaman petai dengan tanaman utama lain seperti durian. Mahoni ditanaman oleh petani hanya sebagai tanda pembatas lahan antara lahan yang satu dengan lahan lainnya.

Bagi petani, mahoni kurang memiliki nilai jual yang tinggi selain dari kayunya.

Oleh sebab itu mahoni bukan merupakan tanaman komoditi petani.

d. Tingkat Pohon

Pohon merupakan tanaman berkambium yang berdiameter 20 cm atau lebih. Jenis yang mendominasi yaitu durian dengan nilai kerapatan 25,00 % dan

yang terendah cengkeh, kemiri, ketapang, mahoni, nangka, rambe, dan rambutan sebesar 8,33 % dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Indeks Nilai Penting Pohon di Desa Batu Mbelin No

Durian memiliki nilai jual yang tinggi. Selain buahnya yang dijual, durian yang sudah menurun produktivitasnya bisa ditebang dan dijual kayunya. Hal ini membuat keuntungan bagi petani, sehingga durian menjadi tanaman pokok petani (Setiawan 2000). Tanaman durian pasti berbuah sepanjang tahun, karena masih banyaknya hewan-hewan perantara penyerbukan seperti tupai yang berasal dari hutan alam.

Tanaman cengkeh, nangka, rambe, dan rambutan merupakan tanaman musiman. Sehingga waktu panen tanaman ini tergantung dari jumlah musim kemarau dan musim hujan. Apabila perbandingan jumlah musim tidak jelas maka produktivitas menjadi menurun, oleh sebab itu petani mengganti dengan tanaman yang tidak tergantung pada musim seperti tanaman durian. Tanaman Kemiri, ketapang, dan mahoni ditanam petani hanya sebagai tanda pembatas lahan antara lahan yang satu dengan lahan yang lain. Sehingga tanaman ini bukan merupakan tanaman utama bagi petani.

26

Jenis stratum yang terdapat pada Gambar 4, yaitu tipe stratum C dan D.

Stratum C merupakan lapisan tajuk ketiga dari atas yang dibentuk oleh pepohonan yang tingginya 4-20 m. Tajuk yang berubah-ubah, tetapi membentuk suatu lapisan yang tebal. Stratum D merupakan lapisan tajuk keempat yang dibentuk oleh spesies tumbuhan semak dan perdu yang tingginya 1-4 m. Pada strata ini dibentuk oleh spesies pohon yang masih muda atau dalam fase anakan, (Indriyanto, 2010).

Struktur dan Komposisi di Desa Sembahe a. Tingkat Semai

Semai merupakan permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m. Jenis yang mendominasi yaitu jambu biji dan petai dengan nilai kerapatan 20,00 % dan yang terendah adalah durian, kakao, kopi, mangga, petai cina, dan sirsak sebesar 10 % dapat dilihat pada Tabel 13.

1 1 2 3

Gambar 4. Strata Tajuk Plot 23 dan 24 Desa Batu Mbelin

Tabel 13. Indeks Nilai Penting Semai di Sembahe obat sakit perut bagi petani sehingga mengguntungkan petani (Cahyono, 2010).

Nilai jual petai sangat tinggi dan tanaman ini termasuk tanaman yang cepat berbunga dan tidak membutuhkan perlakuan khusus dari petani. Desa Sembahe terkenal di Kecamatan Sibolangit sebagai desa petai, karena mayoritas petani di Desa Sembahe menanam petai sebagai tanaman utama.

Kopi merupakan tanaman liar yang berasal dari burung-burung pemakan biji, dimana biji kopi berasal dari lahan petani di Desa Batu Layang dimana petani di desa tersebut mayoritas menanam kopi. Durian merupakan salah satu tanaman komoditi petani, akan tetapi tanaman ini mengalami penurunan produktivitas akibat berkurangnya jumlah kalong dan tupai akibat perburuan manusia sebagai media penyerbukan alami dari durian. Tanaman kakao terserang penyakit kanker batang, pada kulit batang tampak adanya warna gelap atau kehitaman dan agak berlekuk. Pada bercak hitam ini sering ditemukan cairan kemerah-merahan yang lama-kelamaan menjadi seperti lapisan karat (PPKKI, 2004). Mangga, petai cina, dan sirsak juga mengalami penurunan produktivitas akibat tidak jelasnya musim 28

kemarau dengan musim hujan sehingga petani mengganti tanaman ini dengan tanaman utama seperti petai.

b. Tingkat Pancang

Pancang merupakan permudaan dengan tinggi diatas 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm. Jenis yang mendominasi yaitu kopi dengan nilai kerapatan sebesar 46,67 % dan yang terendah kayu manis, manggis, sirsak, dan sukun sebesar 6,67 % dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Indeks Nilai Penting Pancang di Sembahe No

Mendominasinya tanaman kopi di tingkat pertumbuhan semai disebabkan karena banyaknya mamalia pemakan biji kopi seperti musang, monyet dan burung-burung (Aak, 1980). Biji kopi ini berasal dari ladang masyarakat disekitar desa, seperti di Desa Batu Layang dan Kabupaten Karo yang mayoritas menanam kopi sebagai tanaman utamanya. Kayu manis dan manggis merupakan salah satu tanaman utama petani, akan tetapi tanaman ini sangat mudah terkena penyakit seperti jamur sehingga tanaman ini dapat mati muda. Karena mudahnya terkena penyakit maka petani mengganti tanaman ini dengan tanaman yang lebih menguntungkan seperti jeruk nipis.

Sirsak dan sukun merupakan tanaman yang buahnya hanya dikonsumsi sehai-hari dan tidak untuk dijual ke pasar. Sehingga petani hanya menanam tanaman ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Daun sirsak juga bermanfaat

sebagai tanaman obat, sehingga petani menanam tanaman ini sebagai kebutuhan sehari-hari.

c. Tingkat Tiang

Tiang merupakan permudaan dengan tinggi diatas 1,5 m dan berdiameter kurang dari 20 cm. Jenis yang mendominasi yaitu kakao dengan nilai kerapatan sebesar 31,58 % dan yang terendah asam glugur, durian, jengkol, langsat, mahoni, dan sirsak sebesar 5,26 % dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Indeks Nilai Penting Tiang di Sembahe No

Tanaman kakao yang dijumpai saat ini merupakan tanaman lama, dimana dulunya petani menanam kakao sebagai tanaman utama. Akan tetapi, baru-baru ini tanaman kakao terkena penyakit jamur sehingga petani mengganti tanaman kakao dengan tanaman lain. Tanaman kakao yang tidak terkena penyakit akan dibiarkan hidup dan dilihat perkembangan tanaman ini apakah bisa kembali dijadikan tanaman utama. Asam glugur, durian, dan jengkol merupakan salah satu tanaman utama di Desa Sembahe. Akan tetapi tanaman ini mulai terkena penyakit jamur di batang, sehingga tanaman ini mulai mengeluarkan lendir dan akhirnya

mati. Untuk saat ini, petani Desa Sembahe mengganti tanaman utama dengan tanaman semusim seperti jeruk nipis.

Langsat merupakan tanaman baru yang ditanam oleh petani, petani mulai mencari pengganti utama durian, asam glugur, dan jengkol yang terkena penyakit jamur. Sirsak ditanam oleh petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari petani.

Sirsak sendiri sangat murah dijual di pasar dan hanya merugikan petani bila dibandingkan dengan ongkos angkut buah yang cukup mahal. Mahoni merupakan tanaman sebagai pembatas lahan antara lahan yang satu dengan lahan yang lainnya.

d. Tingkat Pohon

Pohon merupakan tanaman berkambium dengan berdiameter 20 cm atau lebih. Jenis yang mendominasi yaitu angsana dan cengkeh dengan nilai kerapatan sebesar 22,20 %. Nilai kerapatan yang terendah adalah asam glugur, jengkol, manggis, nangka, dan sukun sebesar 11,10 % dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Indeks Nilai Penting Pohon di Sembahe No

Cengkeh merupakan tanaman pengganti tanaman utama seperti asam glugur, durian, dan jengkol yang terkena penyakit jamur. Tanaman cengkeh merupakan tanaman baru yang ditanam petani untuk merotasi sistem agroforestry

di lahannya. Dengan masa panen yang cepat dan harga jual yang tinggi, sehingga menarik perhatian petani untuk mencoba menanam cengkeh di lahannya.Angsana ditanam sebagai penanda batas lahan antara lahan yang satu dengan lahan yang lain.

Asam glugur, cengkeh, dan manggis merupakan salah satu tanaman utama. Akan tetapi penyakit jamur yang menyerang batang tanaman ini membuat tanaman ini mati. Penyakit ini membuat petani mengalami kerugian besar dan mengganti jenis tanaman ini, karena belum ada sosialisasi dari pemerintah terhadap penyakit tanaman ini. Nangka dan sukun merupakan tanaman yang ditanam petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk nangka sendiri dikonsumsi sebagai sayur masakan tradisional Karo. Apabila dijual ke pasar, kemungkinan besar buah nangka kurang laku dan lama lakunya.

Jenis stratum yang terdapat pada Gambar 5, yaitu tipe stratum C dan D.

Stratum C merupakan lapisan tajuk ketiga dari atas yang dibentuk oleh pepohonan yang tingginya 4-20 m. Tajuk yang berubah-ubah, tetapi membentuk suatu lapisan yang tebal. Stratum D merupakan lapisan tajuk keempat yang dibentuk oleh spesies tumbuhan semak dan perdu yang tingginya 1-4 m. Pada strata ini dibentuk oleh spesies pohon yang masih muda atau dalam fase anakan, (Indriyanto, 2010).

Keterangan : 1. Kopi

2. Asam Glugur 3. Cengkeh 4. Serai 5. Duku 6. Durian 7. Sirsak

Gambar 5. Strata Tajuk Plot 6 dan 7 Desa Sembahe

Kerapatan Vegetasi di Hutan Alam dan di Lahan Agroforestry a. Indeks Nilai Penting Hutan Alam

INP yang tertinggi di hutan alam yaitu kopi sebesar 187 % untuk tingkat pertumbuhan semai (Tabel 5). INP yang terendah di hutan alam yaitu asam glugur, asoka, kayu igeng dan trembesi sebesar 1,46 % untuk tingkat pertumbuhan pancang (Tabel 6).

Mendominasinya tanaman kopi di tingkat pertumbuhan semai disebabkan karena banyaknya mamalia pemakan biji kopi seperti musang, monyet dan burung-burung di sekitar Taman Wisata Alam Sibolangit (Aak, 1980). Biji kopi ini berasal dari ladang masyarakat disekitar Taman Wisata Alam Sibolangit, seperti di Desa Batu Layang dan Kabupaten Karo yang mayoritas menanam kopi sebagai tanaman utamanya. Pertumbuhan kopi ini tidak di intervensi oleh siapa

1 1 1 1 1

2

3

4 4 5

6 7

Skala 1:400

pun walaupun tanaman kopi tumbuh liar. Sehingga tanaman ini tumbuh dengan pesat di Taman Wisata Alam Sibolangit.

Asam glugur, asoka, kayu igeng, dan trembesi merupakan jenis tanaman yang intoleran sehingga pertumbuhan tanaman terhambat apabila jenis tanaman ini berada di sekitar tanaman yang tinggi. Akar dari tanaman muda juga sering dimakan hama seperti babi hutan sehingga tanaman ini sering mati muda dan tanaman ini sering tumbuh di jalur masuk Taman Wisata Alam Sibolangit, sehingga sering ditebang oleh pegawai Taman Wisata Alam Sibolangit.

b. Indeks Nilai Penting Lahan Agroforestry

INP yang tertinggi di lahan agroforestry yaitu kopi sebesar 71,67 % untuk tingkat pertumbuhan pancang (Tabel 14). INP yang terendah di lahan agroforestry yaitu petai dan mahoni sebesar 6, 20 % untuk tingkat pertumbuhan

INP yang tertinggi di lahan agroforestry yaitu kopi sebesar 71,67 % untuk tingkat pertumbuhan pancang (Tabel 14). INP yang terendah di lahan agroforestry yaitu petai dan mahoni sebesar 6, 20 % untuk tingkat pertumbuhan

Dokumen terkait