• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Perusahaan PT Astra Internasional, Tbk

Pendirian dan Informasi Umum

Astra memulai bisnisnya sebagai sebuah perusahaan perdagangan umum dengan nama PT Astra International Inc. Pada tahun 1990, dilakukan perubahan nama menjadi PT Astra International Tbk, seiring dengan pelepasan saham ke publik beserta pencatatan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dengan ticker ASII. Hingga akhir tahun 2013, Astra telah memiliki 197.434 karyawan pada 179 anak perusahaan, perusahaan asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang menjalankan enam segmen usaha, yaitu Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur, Logistik dan lainnya, serta Teknologi Informasi.

Rantai bisnis otomotif Astra telah dikenal dan dipercaya sebagai sahabat dan mitra yang andal untuk kebutuhan transportasi bagi keluarga, korporasi dan masyarakat umum di seluruh Indonesia. Astra menawarkan ragam pilihan dan model terbaru kendaraan bermotor sesuai kebutuhan konsumen, mulai dari sepeda motor Honda hingga berbagai ukuran mobil dan truk bermerek Toyota, Daihatsu, Isuzu, BMW, Peugeot dan UD Trucks. Astra juga memastikan kemudahan jangkauan bagi konsumen untuk pembelian, pemeliharaan dan perawatan kendaraan dengan jaringan distribusi dan layanan terluas di Indonesia, didukung oleh jajaran perusahaan pembiayaan Astra yang menawarkan kredit konvensional dan syariah yang terjangkau, serta variasi jenis suku cadang dan aksesoris otomotif hasil produksi Astra Otoparts.

Nilai kapitalisasi pasar PT Astra International Tbk ditutup di penghujung tahun 2013 sebesar Rp275,3 triliun. Selama 56 tahun, Astra telah menjadi saksi pasang surut ekonomi Indonesia dan terus berkembang dengan memanfaatkan peluang bisnis berbasis sinergi yang luas dengan pihak eksternal maupun internal Grup Astra. Sebagai salah satu grup usaha terbesar nasional saat ini, Astra telah mampu membangun reputasi yang baik dan menjadi bagian dari keseharian dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di tanah air. Hal ini diwujudkan dengan persembahan berupa ragam produk dan jasa terbaik yang ditawarkan serta sumbangsih non-bisnis melalui program tanggungjawab sosial yang luas di bidang pendidikan, lingkungan, pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) dan kesehatan, sebagai bagian dari perjalanan Astra untuk menjadi perusahaan kebanggaan bangsa yang turut berperan dalam upaya berkelanjutan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Karyawan, Direktur dan Komisaris

Susunan dewan komisaris dan direksi perusahaan Astra Internasional per 31 Desember 2013 terdiri dari dewan komisaris dan direksi perusahaan. Dewan komisaris dipimpin oleh Budi Setiadharma yang memiliki enam anggota komisaris dan tiga anggota komisaris independen. Sedangkan, direksi perusahaan dipimpin oleh Prijono Sugiarto didampingi oleh tujuh direktur lainnya. PT Astra

Internasional, Tbk memiliki jumlah karyawan perusahaan dan anak perusahaan 197.434 orang.

Kondisi Keuangan Perusahaan

Ringkasan Laporan Keuangan PT Astra Internasional, Tbk terlampir pada Lampiran 1 yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi periode 2009 sampai 2013. Perusahaan cenderung mengalami peningkatan yang dapat dilihat pada grafik Gambar 4.

Gambar 4 Grafik laporan Neraca dan Laba/Rugi PT Astra Internasional Tbk Periode 2009-2013 (laporan keuangan PT Astra Internasional Tbk 2009-2013)

Pada Gambar 4 dijelaskan bahwa terdapatnya penambahan aktiva yang tertinggi pada tahun 2011 sebesar 36,03% atau setara Rp40.664 miliar, dari tahun 2010 sebesar Rp112.857 Miliar menjadi Rp153.521 Miliar. Peningkatan ini dikarenakan bertambahnya aktiva lancar dan aktiva tidak lancar pada tahun bersangkutan. Aktiva lancar meningkat 40,85 % dan aktiva tidak lancar meningkat 36,61 %. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Total kewajiban PT Astra Internasional ikut mengalami peningkatan yang paling tinggi pada tahun 2011 sebesar 43,41% atau setara Rp23.515 Miliar dari tahun 2010 sebesar Rp54.168 Miliar menjadi Rp77.683 Miliar. Peningkatan kewajiban ini didasari adanya peningkatan pada kewajiban tidak lancar dan kewajiban lancar. Tingginya penambahan kewajiban tidak lancar terbilang cukup signifikan mencapai 71,98%, sedangkan peningkatan pada kewajiban lancar 30,30%.

Laba bersih pada tahun berjalan yang dihasilkan PT Astra Internasional mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 46,71% atau setara Rp6.711 Miliar dari Rp14.366 Miliar menjadi Rp21.077 Miliar. Sedangkan, pada akhir tahun 2013 mengalami penurunan 1,96% atau setara Rp445 Miliar. Penurunan ini dapat terjadi karena adanya peningkatan pada beban penjualan dan beban usaha, sehingga dapat mengurangi laba tahun berjalan perusahaan yang masing-masing peningkatannya 4,42% dan 4,44%.

PT Gajah Tunggal, Tbk

Pendirian dan Informasi Umum

PT Gajah Tunggal Tbk memulai produksi bannya dengan ban sepeda. Sejak itu Perusahaan bertumbuh menjadi produsen ban terpadu terbesar di Asia

Tenggara. Perusahaan memperluasan produksi dengan membuat variasi produk melalui produksi ban sepeda motor tahun 1971, diikuti oleh ban biasa untuk penumpang dan komersial di tahun 1981. Awal tahun 1990an, perusahaan mulai memproduksi ban radial untuk mobil berpenumpang dan truk. Tak berhenti sampai di situ, perkembangan perusahaan terlihat sangat nyata dengan tercatatnya saham perusahaan untuk pertama kalinya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1990. Setahun kemudian, perusahaan ini mengakuisisi GT Petrochem Industries yang merupakan produsen kain ban (TC) dan benang nilon. Produksi ban Gajah Tunggal semakin meningkat, tercatat pada tahun 1993 perusahaan mulai melakukan produksi secara komersial ban radial untuk mobil penumpang dan truk ringan.

Saat ini Perusahaan mengoperasikan lima pabrik pembuat ban dan ban dalam yang telah dimodernisasi untuk memproduksi berbagai tipe dan ukuran ban radial, biasa, dan sepeda motor, serta dua pabrik penghasil produk yang berhubungan dengan ban yang memproduksi kain ban dan Styrene Butadiene Rubber (SBR). Kelima pabrik ban dan pabrik kain ban berlokasi di Tangerang, sekitar 30 kilometer sebelah barat Jakarta, Indonesia. Pabrik SBR milik Perusahaan bertempat di komplek Industri Kimia di Merak, Banten, sekitar 90 km barat dari Jakarta. Selama 2005, Perusahaan telah memulai ekspansi kapasitas produksi ban radial dan ban sepeda motor di lokasi berdekatan dengan pabrik ban saat ini. Proyek ini masih berjalan, dan diperkirakan akan mengalami peningkatan produksi ban radial dari 30.000 ban/hari menjadi 45.000 ban/hari. Kapasitas ekspansi ini akan selesai tiga tahap dan akan selesai tahun 2010. Ban sepeda motor juga akan mengalami peningkatan kapasitas secara bertahap dari 37.000 ban/hari di tahun 2005 menjadi 105.000 ban/hari pada awal 2011. Saat ini kapasitas ban sepeda motor 45.000 ban/hari.

Karyawan, Direktur dan komisaris

Susunan dewan komisaris dan direksi perusahaan Gajah Tunggal per 31 Desember 2013 terdiri dari dewan komisaris dan direksi perusahaan. Dewan komisaris dipimpin oleh Sutanto yang memiliki satu wakil presiden komisaris, tiga anggota komisaris dan dua anggota komisaris independen. Sedangkan, direksi perusahaan dipimpin oleh Christopher Chan Siew Choong didampingi oleh sembilan direktur lainnya. PT Gajah Tunggal, Tbk memiliki jumlah karyawan perusahaan dan anak perusahaan 10.887 orang.

Kondisi Keuangan Perusahaan

Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal, Tbk periode 2009 sampai 2013 (Lampiran 2) selalu mengalami penambahan aktiva. Penambahan aktiva yang paling tertinggi adalah pada tahun 2013 sebesar 19,28% atau setara Rp2.480.961 juta dari tahun 2012 sebesar Rp12.869.793 juta menjadi Rp15.350.754 juta pada akhir tahun 2013. Penambahan aktiva ini tidak lepas dari bertambahnya aktiva lancar dan aktiva tidak lancar yang masing-masing 31,76% dan 10,83%. Secara garis besarnya dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 5.

Gambar 5 Grafik laporan Neraca dan Laba/Rugi PT Gajah Tunggal Tbk Periode 2009-2013 (laporan keuangan PT Gajah Tunggal Tbk 2009-2013)

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa total kewajiban PT Gajah Tunggal juga mengalami peningkatan yang paling tinggi pada tahun 2013 sebesar 30,24% atau setara Rp2.235.002 juta dari tahun 2012 sebesar Rp7.391.409 juta menjadi Rp9.626.411 juta. Peningkatan kewajiban ini didasari karena adanya peningkatan cukup nyata pada kewajiban tidak lancar. Tingginya penambahan kewajiban tidak lancar mencapai 52,40% meskipun pada kewajiban lancar pada tahun 2013 mengalami penurunan 1,85%.

Berbeda dengan aktiva dan kewajiban yang mengalami peningkatan tertinggi pada tahun 2013. Laba bersih tahun berjalan PT Gajah Tunggal mengalami peningkatan yang tertinggi pada tahun 2012 sebesar 65,62% atau setara Rp448.618 juta dari Rp683.629 juta pada tahun 2011 menjadi Rp1.132.247 juta pada tahun 2012. Sedangkan, pada akhir tahun 2013 mengalami penurunan cukup drastis 89,37% atau setara Rp1.011.917 juta dari tahun 2012 sebesar Rp1.132.247 juta menjadi Rp120.330 juta. Penurunan ini dapat disebabkan kenaikan beban kerugian bersih selisih kurs pada tahun 2013 sebesar Rp889.998 juta, sehingga mengurangi laba perusahaan.

PT Indomobil Sukses Internasional, Tbk Pendirian dan Informasi Umum

PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (Perseroan) merupakan suatu kelompok usaha terpadu yang memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang otomotif yang terkemuka di Indonesia. Perseroan didirikan pada tahun 1976 dengan nama PT. Indomobil Investment Corporation dan pada tahun 1997 dilakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT. Indomulti Inti Industri Tbk. Sejak saat itulah status Perseroan berubah menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk, dengan kantor pusatnya di Wisma Indomobil I, lantai 6, Jl. MT. Haryono Kav 8, Jakarta Timur-13330.Bidang usaha utama Perseroan dan anak perusahaan meliputi: pemegang lisensi merek, distributor penjualan kendaraan, layanan purna jual, jasa pembiayaan kendaraan bermotor, distributor suku cadang dengan merek “IndoParts”, perakitan kendaraan bermotor, produsen komponen otomotif dan kelompok usaha pendukung lainnya.

Semua produk dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan dengan standar mutu yang dijamin oleh perusahaan prinsipal serta didukung oleh layanan purna jual yang prima melalui jaringanjaringan 3S (Sales, Service, dan Spareparts) yang tersebar di seluruh Indonesia. Perseroan mengelola merk-merk terkenal dengan reputasi internasional yang meliputi Audi, Foton, Great Wall, Hino, Kalmar, Liugong, Manitou, Nissan, Renault, Renault Trucks, Suzuki, Volkswagen, Volvo, Volvo Trucks dan Mack Trucks.

Produk-produk yang ditawarkan meliputi jenis kendaraan bermotor roda dua, kendaraan bermotor roda empat, bus, truk, forklift, dan alat berat lainnya. Melalui sinergi 4.224 karyawan tetap yang tersebar di seluruh anak perusahaan di Indonesia telah mampu menopang Perseroan menjadi salah satu perusahaan di bidang Otomotif yang terkemuka.

Karyawan, Direktur dan komisaris

Susunan dewan komisaris dan direksi perusahaan Indomobil Sukses Internasional per 31 Desember 2013 terdiri dari dewan komisaris dan direksi perusahaan. Dewan komisaris dipimpin oleh Soebronto Laras yang memiliki satu wakil presiden komisaris, dua anggota komisaris dan tiga anggota komisaris independen. Sedangkan, direksi perusahaan dipimpin oleh Jusak Kertowidjojo didampingi oleh enam direktur lainnya. PT Gajah Tunggal, Tbk memiliki jumlah karyawan perusahaan dan anak perusahaan 4.224 orang.

Kondisi Keuangan Perusahaan

Pada Laporan Keuangan PT Indomobil Sukses Internasional, Tbk periode 2009-2013 (Lampiran 3) selalu mengalami penambahan aktiva. Penambahan aktiva yang paling tertinggi adalah pada tahun 2011 sebesar 61,73% atau setara Rp4.928.923 juta, dari tahun 2010 sebesar Rp7.985.018 juta menjadi Rp12.913.941 juta. Peningkatan ini dikarenakan oleh bertambahnya aktiva lancar dan aktiva tidak lancar pada tahun bersangkutan. Aktiva lancar meningkat 64,23% dan aktiva tidak lancar meningkat 58,47%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Grafik laporan Neraca dan Laba/Rugi PT Indomobil Sukses Internasional Tbk Periode 2009-2013 (laporan keuangan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk 2009-2013)

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa total kewajiban PT Indomobil Sukses Internasional mengalami peningkatan paling tinggi pada tahun 2012 sebesar

51,59% atau setara Rp4.039.458 juta dari tahun 2011 sebesar Rp7.829.760 juta menjadi Rp11.869.218 juta. Peningkatan kewajiban ini didasari adanya peningkatan yang pada kewajiban lancar dan kewajiban tidak lancar. Tingginya penambahan kewajiban lancar mencapai 47,08% dan diikuti oleh kewajiban lancar pada tahun 2013 mengalami peningkatan 61,70%.

Berbeda dengan aktiva dan kewajiban yang mengalami peningkatan tertinggi pada tahun 2011 dan 2012. Laba bersih tahun berjalan PT Indomobil Sukses Internasional mengalami peningkatan yang tertinggi pada tahun 2010 sebesar 281,55 % atau setara Rp331.080 juta dari Rp117.593 juta pada tahun 2009 menjadi Rp1448.673 juta pada tahun 2012. Sedangkan, pada akhir tahun 2013 mengalami penurunan yang cukup drastis 30,91% atau setara Rp277.953 juta dari tahun 2012 sebesar Rp899.092 juta menjadi Rp621.139 juta. Penurunan ini dapat disebabkan karena adanya kenaikan beban keuangan pada tahun 2013 sebesar Rp517.425 juta, sehingga mengurangi laba perusahaan.

Perhitungan EVA PT Astra Internasional, Tbk

Biaya Modal Saham (Ke)

Berdasarkan hasil perhitungan dari tahun 2009-2013 (Lampiran 7), PT ASII memiliki beta (β) berturut-turut adalah 1,07; 1,48; 1,14; 0,38; 0,78. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012 dan 2013 memiliki tingkat risiko yang kecil daripada risiko pasar karena β kurang dari 1, sedangkan tahun 2009, 2010 dan 2011 memiliki tingkat risiko yang lebih besar dibandingkan risiko pasar karena β

lebih dari 1 yang artinya bahwa risiko terhadap saham tersebut tinggi sehingga memiliki tingkat pengembalian investasi yang tinggi juga.

Biaya modal saham PT ASII dari tahun 2009-2013 mengalami nilai yang fluktuatif sebesar 5,49%; 1,82%; -0,50%; 3,98% dan 1,19%. Jika dilihat bahwa pada tahun 2011, perusahaan memiliki biaya modal saham yang terkecil, hal ini dapat diakibatkan karena adanya nilai β tinggi dan rendahnya nilai pengembalian atas risiko pasar (Rm)

Biaya Hutang (Kd)

PT ASII menghasilkan persentase biaya bunga terhadap hutang pada periode 2009-2013 (Lampiran 10) berturut-turut 2,77%; 2,30%; 1,98%; 2,17% dan 2,45%. Persentase pada tahun 2010 dan 2011 sedikit mengalami penurunan dikarenakan meningkatnya nilai biaya bunga Rp226 miliar di tahun 2011 menjadi Rp710 miliar. Setelah itu, pada tahun 2012 ke 2013, persentase biaya bunga terhadap hutang kembali meningkat seiring dengan menurunnya total hutang jangka panjang menjadi Rp36.667.

EVA

Pada tahap pertama menghitung EVA adalah menghitung besarnya laba usaha setelah pajak atau yang disebut dengan NOPAT. Perhitungan NOPAT dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan perhitungan NOPAT menunjukan nilai pada tahun 2009 memiliki nilai yang paling rendah Rp12.929 miliar dan tertinggi pada tahun 2012 sebesar Rp23.763 miliar. Pada tahun 2010, nilai NOPAT mengalami

peningkatan 35,26% dari tahun sebelumnya atau setara Rp4.559 miliar dari Rp12.929 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp17.488 miliar. Peningkatan ini disebabkan terjadinya peningkatan laba bersih setelah pajak 36,64% atau setara Rp4.560 miliar dari tahun 2009. Selain itu biaya bunga juga mengalami penurunan 0,2% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, NOPAT perusahaan juga mengalami peningkatan 24,58% atau setara Rp4,299 miliar dari Rp17.488 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp21.787 miliar. Peningkatan NOPAT ini disebabkan terjadinya peningkatan laba bersih setelah pajak 23.95% atau setara Rp4.073 miliar dari tahun 2010. Selain itu biaya bunga mengalami peningkatan 46,69% yaitu naik dari Rp484 miliar menjadi Rp710 miliar.

Begitu juga dengan tahun 2012 yang mengalami peningkatan NOPAT 9,07% atau setara Rp1.976 miliar dari tahun 2011 sebesar Rp21.787 miliar menjadi Rp23.763 miliar. Peningkatan disebabkan terjadinya peningkatan laba bersih setelah pajak 7,9% dan peningkatan biaya bunga 43,80%. Berbeda dengan tahun 2013 yang mengalami penurunan nilai NOPAT 1.50% atau setara Rp357 miliar dari tahun 2012 sebesar Rp23.763 miliar menjadi 23.406 miliar. Hal ini disebabkan oleh penurunan laba bersih setelah pajak 1,96% atau setara Rp445 miliar dan mengalami peningkatan biaya bunga 8,62% pada tahun bersangkutan.

Pada tahap kedua dalam perhitungan EVA, perusahaan menghitung modal yang diinvestasikan atau yang disebut Invested Capital untuk tahun 2009 sampai 2013. Perhitungan modal yang diinvestasikan dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan hasil perhitungan modal yang diinvestasikan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan. Total modal yang diinvestasikan paling rendah terjadi pada tahun 2009 dan yang tertinggi pada tahun 2013. Hal ini disebabkan adanya peningkatan kas, aktiva tetap dan working capital requirement. Pada tahun 2009 modal yang diinvestasikan meningkat 27,87% atau setara Rp21.899 miliar dari Rp78.588 miliar menjadi Rp100.487 miliar pada tahun 2010. Pada tahun 2011 modal yang diinvestasikan meningkat lagi 33,07% atau naik Rp33.231 miliar sehingga total modal yang diinvestasikan pada tahun 2011 menjadi Rp133.718 miliar. Pada tahun 2012 modal yang diinvestasikan kembali meningkat 23.06% atau setara Rp30.834 miliar sehingga total modal yang diinvestasikan meningkat menjadi Rp164.522 miliar. Begitu juga terjadi pada tahun 2013 meningkat 15,92% atau setara Rp 26.184 miliar, sehingga total modal yang diinvestasikan menjadi Rp190.706 miliar.

Pada tahap ketiga dalam perhitungan EVA adalah menghitung besarnya biaya modal rataan tertimbang atau yang disebut WACC. Perhitungan WACC PT Astra Internasional, Tbk dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan perhitungan WACC menunjukan nilai pada tahun 2011 adalah yang paling rendah 0,13% dan tertinggi adalah pada tahun 2009 sebesar 3,44%. Pada tahun 2009 nilai WACC penurunan 2,14%, sehingga WACC tahun 2010 adalah 1,30%. Penurunan WACC disebabkan terjadinya penurunan Cost of Equity 3,67%, yaitu dari 5,49% pada tahun 2009 menjadi 1,82% pada tahun 2010. Pada tahun 2011, 2012, dan 2013 nilai WACC menunjukkan penurunan dan peningkatan. Pada tahun 2011 kembali terjadi penurunan WACC 1,16% yaitu dari 1,30% pada tahun 2010 menjadi 0,13% pada tahun 2011. Hal ini disebabkan adanya penurunan Cost of Debt

0,32% dari tahun 2010 dan diikuti penurunan Cost of Equity 2,32% pada tahun bersangkutan. Tahun 2012 WACC mengalami peningkatan 2,28% yaitu dari 0,13% pada tahun 2011 menjadi 2,42%, dimana hasil perhitungan Cost of Equity

meningkat pada tahun 2012 sebesar 4,48% dibandingkan tahun sebelumnya. Selanjutnya, tahun 2013 nilai WACC mengalami penurunan kembali menjadi 1,01% disebabkan adanya penurunan Cost of Equity sebesar 2,79%.

Tahap keempat dalam perhitungan EVA adalah menghitung nilai biaya modal atau yang disebut Capital Charges. Perhitungan biaya modal PT Astra Internasional, Tbk dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai biaya modal pada tahun 2009-2013 mengalami penurunan dan peningkatan. Nilai yang paling rendah terjadi pada tahun 2011 yaitu Rp1.78 miliar dan tertinggi adalah pada tahun 2009 sebesar Rp2.700 miliar. Terjadinya peningkatan dan penurunan biaya modal dipengaruhi oleh tidak stabilnya nilai WACC meskipun nilai Invested Capital selalu mengalami peningkatan.

Setelah hasil perhitungan NOPAT, WACC dan total modal yang diinvestasikan, maka tahapan berikutnya menghitung nilai EVA perusahaan dari tahun 2009-2013 yang terlampir pada Lampiran 12. Pada tahun 2009 nilai EVA perusahaan Rp10.229 miliar dan meningkat pada tahun 2010 dengan nilai yang tetap positif Rp16.186 miliar. Hal ini terjadi disebabkan adanya peningkatan nilai NOPAT yang jauh lebih besar dibandingkan biaya modal. Begitu juga dengan tahun 2011, 2012 dan 2013 nilai EVA tetap positif meskipun terjadi penurunan di tahun 2012 dan kembali meningkat pada tahun 2013 dengan nilai masing-masing Rp21.609 miliar, Rp19.787 miliar dan Rp21.481 miliar. Nilai EVA yang positif atau lebih besar dari nol ini menunjukkan bahwa pada tahun bersangkutan, manajemen telah mampu menjaga kinerja keuangannya dan dapat menciptakan nilai tambah, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan baik, karena dianggap sudah memenuhi harapan investor dan kreditur.

PT Gajah Tunggal, Tbk Biaya Modal Saham (Ke)

Berdasarkan hasil perhitungan dari tahun 2009-2013 (Lampiran 7), PT GJTL memiliki beta (β) berturut-turut adalah 0,59; 1,35; 1,10; -0,12; 2,07. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2009 dan 2012 perusahaan memiliki tingkat risiko yang kecil daripada risiko pasar, karena β kurang dari 1, sedangkan tahun 2010, 2011 dan 2013 memiliki tingkat risiko lebih besar dibandingkan risiko pasar karena β lebih dari 1, yang artinya risiko terhadap saham tersebut tinggi, sehingga memiliki tingkat pengembalian investasi tinggi.

Biaya modal saham PT GJTL dari tahun 2009-2013 mengalami nilai yang tidak stabil sebesar 6,24%; 2,23%; -0,19%; 6,35% dan -7,57%. Jika dilihat bahwa pada tahun 2013, perusahaan memiliki biaya modal saham terkecil dan bernilai negatif, diakibatkan adanya nilai β yang tinggi, sehingga mendorong nilai biaya modal saham kearah yang negatif diikuti oleh menurunnya SBI di tahun bersangkutan.

Biaya Hutang (Kd)

PT GJTL menghasilkan persentase biaya bunga terhadap hutang pada periode 2009-2013 (Lampiran 15), berturut-turut adalah 6,13%; 6,33%; 6,56%; 6,89% dan 6,25%. Persentase pada tahun 2010, 2011 dan 2012 sedikit mengalami peningkatan dikarenakan menurunnya nilai biaya bunga di tahun 2010 dan 2011 masing-masing Rp53.728 juta dan Rp 19.742 juta. Setelah itu, pada tahun 2012 ke 2013, persentase biaya bunga terhadap hutang kembali menurun seiring dengan

meningkatnya biaya bunga Rp188.376, sehingga menjadi Rp 576.137 dan terjadinya peningkatan total hutang jangka panjang menjadi Rp6.662.176.

EVA

Berdasarkan perhitungan NOPAT PT Gajah Tunggal Tbk pada Lampiran 13, terlihat pada tahun 2013 memiliki nilai paling rendah Rp696.467 juta dan yang tertinggi pada tahun 2012 sebesar Rp1.520.008 juta. Pada tahun 2010, 2011 dan 2013 nilai NOPAT mengalami penurunan masing-masing 9,69%, 13,93%, dan 54,18% dari tahun sebelumnya. Untuk tahun 2010 penurunan setara Rp128.434 juta dari Rp1.325.610 juta pada tahun 2009 menjadi Rp1.197.176 juta. Penurunan ini disebabkan terjadinya penurunan laba bersih setelah pajak 8,25% atau setara Rp74.706 juta dari tahun 2009. Selain itu biaya bunga mengalami penurunan 12,78% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 mengalami penurunan Rp166.737 juta dari tahun 2010 menjadi Rp1.030.439 juta. Penurunan NOPAT ini disebabkan terjadinya penurunan laba bersih setelah pajak 17,70% atau setara Rp146.995 juta dari tahun 2010. Selain itu, biaya bunga mengalami penurunan 5,39%, yaitu turun dari Rp366.552 menjadi Rp346.810. Begitu juga ditahun 2013 yang mengalami penurunan NOPAT menjadi Rp696.467 juta. Hal ini terjadi karena adanya nilai penurunan yang cukup besar pada laba bersih setelah pajak 89,37% dan adanya peningkatan biaya bunga menjadi Rp576.137 di tahun bersangkutan. Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun 2012 mengalami peningkatan nilai NOPAT 47,51% atau setara Rp489.569 juta dari tahun 2011 sebesar Rp1.030.439 juta menjadi Rp1.520.008 juta. Peningkatan disebabkan terjadinya peningkatan laba bersih setelah pajak 65,62% dan peningkatan biaya bunga 11,81%.

Berdasarkan hasil perhitungan modal yang diinvestasikan pada Lampiran 14, tahun 2009-2013 terus mengalami peningkatan. Total modal yang diinvestasikan paling rendah terjadi pada tahun 2009 sebesar Rp8.031.479 juta dan tertinggi pada tahun 2013 sebesar Rp13.694.752 juta, karena adanya peningkatan pada kas, aktiva tetap dan working capital requirement. Pada tahun 2009 modal yang diinvestasikan meningkat 13,35% atau setara Rp1.072.433 juta dari Rp8.031.479 juta menjadi Rp9.103.912 juta pada tahun 2010. Sedangkan, pada tahun 2010 modal yang diinvestasikan meningkat lagi 9,87% atau naik Rp898.567 juta, sehingga total modal yang diinvestasikan pada tahun 2011

Dokumen terkait