• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Deskripsi Produk Pangan Olahan Kedelai

Bagian ini akan membahas mengenai produk-produk olahan kedelai untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengidentifikasi berbagai produk pangan berbahan baku kedelai. Kedelai yang memiliki nama ilmiah Glycine max Merill merupakan jenis polong-polongan yang dapat memenuhi kebutuhan kalori, serat, dan protein dari sumber nabati. Selain dapat dikonsumsi langsung, kedelai juga dapat diolah menjadi beberapa produk pangan seperti tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, serta camilan. Produk-produk olahan tersebut kemudian dapat diolah lagi menjadi berbagai jenis masakan. Cahyadi (2012) menjelaskan bahwa untuk membuat produk olahan kedelai yang bermutu, diperlukan beberapa bahan pokok dan bahan pendukung. Untuk bahan pokok atau bahan baku perlu diperhatikan jenis kedelai yang akan dipakai, yang dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

Kedelai kuning, adalah kedelai yang bijinya berwarna kuning atau putih atau juga hijau yang apabila dipotong melintang akan memperlihatkan warna kuning pada irisan kepingnya.

Kedelai hijau, adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hijau yang apabila dipotong melintang akan memeperlihatkan warna hijau pada irisan kepingnya.

Kedelai hitam, adalah kedelai yang bijinya berwarna hitam. Kedelai hitam inilah yang biasanya dijadikan kecap.

Kedelai cokelat, adalah kedelai yang kuit bijinya berwarna cokelat.

Tahu adalah ekstrak protein kedelai yang telah digumpalkan dengan asam, ion kalsium, atau bahan pengumpal lainnya (Cahyadi 2012). Kata “tah” berasal dari bahasa Cina, yaitu “tao-hu” atau teu-hu”. “Tao” atau ”teu berarti kacang kedelai, sedankan “hu” berarti hancur menjadi bubur. Dengan demikian, tahu adalah makanan berbahan baku kedelai yang dihancrkan menjadi bubur (Santoso 1995). Tahu telah dikonsumsi oleh masyarakat uas, baik sebagai lauk maupun sebagai makan ringan. Tahu dapat dijadikan aneka ragam masakan, mulai dari ekedar digoreng begitu saja sampai dengan dijadikan masakan istiewa bagi kaum elit seperti, tahu burger, lapis tahu guung, cake pisang tahu, dan sebagainya. Tahu juga dapat menajdi makanan khas suatu daerah seperti, tahu campur, tahu sumedang, dll.

Bahan makanan lainnya dari hasil olahan kedelai adalah tempe yang merupakan bahan makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang golongan Rhizopusyan berupa padatan dan berbau khas serta berwarna putih keabu-abuan. Dalam Serat Centini yang diterbitkan tahun 1815 di Keraton Solo menyebutkan bahwa orang Jawa memiliki budaya makan tempe. Santoso (1995) menyatakan bahwa dunia telah mengakui tempe sebagai makanan asli Indonesia yang kandungan gizinya patut diperhitungkan. Beberapa khasiat tempe antara lain dapat menurunkan kolesterol, meningkatkan penyerapan kalsium dan zat besi, meracuni sel tumor, sebagai antidiare, antioksidan, dan sebagainya (Cahyadi 2012). Tempe

merupakan makanan sehari-hari sebagai lauk pengganti ikan atau daging. Tempe dapat dijadikan masakan seperti disayur lodeh oseng-oseng kering tempe, ataupun dimasak lebih modern untuk dijadikan tempe burger, rolade tempe, stik tempe, dan sebagainya. Selain itu tempe juga digunakan sebagai makanan selingan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk keripik tempe yang juga merupakan oleh-oleh makanan khas Malang.

Selain menjadi bahan makanan, kedelai dapat diolah menjadi bumbu penyedap masakan yang seringkali digunakan dalam resep-resep masakan khas Indonesia. Salah satunya yaitu tauco. Tauco merupakan produk fermentasi tradisional Indonesia, berbentuk pasta atau encer, mempunyai bermacam-macam warna dari kuning keputihan sampai coklat kehitaman, dan rasa yang juga bermacam-macam dari asin sampai agak manis (Santoso 1995). Tauco berfungsi sebagai penyedap masakan karena bau dan rasanya yang menonjol dan sangat khas.

Bumbu penyedap lainnya adalah kecap. Menurut SNI tahun 2013, kecap kedelai adalah produk berbentuk cair yang dibuat dari cairan hasil fermentasi kedelai atau bungkil kedelai dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan. Bondan Winarno seorang pakar kuliner menceritakan dalam tulisannya yang berjudul “Kecap Manis: Pusaka Kuliner Nusantara” bahwa kecap sudah dikenal di Negeri Tiongkok sejak sekitar 2500-3000 tahun yang lalu. Aromanya yang harum dan citarasanya yang gurih membuat kecap diterima luas sebagai bumbu masak utama dalam budaya kuliner sia. Kecap dianggap sebagai kondimen dan bumbu masak yang dapat meningkatkan gairah makan. Di Indonesia, kecap tersedia mulai dari penjaja makanan di kaki lima, hingga di meja restoran hotel berbintang. Pada umumnya terdapat beberapa jenis kecap yang dikenal, yaitu kecap asin, kecap manis, kecap jamur, kecap ikan (fish sauce), kecap inggris (worchestershire sauce), dan kecap jepang.

Kecap manis, sebagian masyarakat Indonesia tidak lagi asing menggunakannya. Prof. Mary Astuti, peneliti dan penemu kedelai hitam dari Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), mengatakan bahwa meskipun belum ada dokumentasi yang rapi, bahan dasar kecap manis terdapat di Indonesia. Bahan baku yang dipakai dalam membuat kecap, yakni kedelai hitam serta gula kelapa. Kedua bahan ini telah ada di Indonesia sejak awal abad ke-9. Kedelai di Indonesia ada di buku serat Sri Tanjung, terdokumentasi ada di abad 12 dan 13, sementara gula jawa di abad kesembilan yang ditemukan dalam buku serat Ramayana. Mary menambahkan, dalam buku historis Java yang ditulis oleh Raffles, kecap manis sudah dibuat sejak awal abad ke-18. “Dari data yang saya miliki, kecap manis asli Indonesia sehingga negara lain tidak berhak mengklaim kecap manis miliknya,” tegasnya. (Sumber: Okezone.com, 4 Februari 2013).

Sedangkan menurut Bondan Winarno, kecap manis pada awalnya diduga dibuat oleh kaum Tionghoa untuk menyesuaikan dengan lidah Jawa yang menyukai masakan bernuansa manis. Di Tangerang, dekat Jakarta, kaum Cina Benteng (sebutan bagi keturunan Tionghoa di kawasan tersebut, berwarna kulit agak gelap) memiliki tradisi pembuatan kecap manis yang has dan dipertahankan hingga kini dengan sebutan “kecap benteng”. Selain di Tangerang, di Jawa Tengah dan Jawa Timur pun masi banyak pabrik kecap yang dioperasikan keluarga Tionghoa secara turun-temurun. Di kawasan Pecinan Jakarta, juga ada

kecap manis merk Jembatan yang masih banyak diburu penggemar favoritnya. Merk ini masi dibuat dalam skala rumahan dan tidak ada jaminan akan berlangsung ama lagi. Beberapa pabrik kecap rumahan di Jawa Tengah dan Jawa Timur pun mulai menghentikan operasi. Kecap manis dapat disimpulkan merupakan produk khas Indonesia – secara lebih khusus Jawa. Di Negeri Tiongkok sendiri tidak ada kecap manis, begitu juga di Negara-negara Asia lainnya. Di luar Jawa pun kecap manis tidak cukup popular. Di Makassar dan Manado, kecap manis disebut sebagai “kecap jawa”.

Sebaran contoh produk yang diamati

Total label pangan pada kemasan kecap yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebanyak 46 merek yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia, dan sebelas iklan dari tiga merek produk kecap yang sudah terkenal di Indonesia yang ditayangkan pada tahun 2012 dan 2013. Gambar 2 menunjukkan persentase merek kecap yang diperoleh berdasarkan daerah produksinya. Jumlah merek kecap yang paling banyak terkumpul diproduksi di Jawa Barat (41.3%) dan yang paling sedikit adalah dari DI Yogyakarta dan luar Jawa dengan nilai persentase yang sama yaitu 6.52 persen.

Gambar 2 Persentase sebaran merek kecap berdasarkan daerah produksi Produk-produk yang diamati merupakan produk hasil industri kecil rumah tangga sampai perusahaan besar yang terdiri dari beberapa macam bentuk dan ukuran yang berbeda yaitu botol besar, botol kecil, dan kemasan refill/sachet. Harga produk kecap yang diperoleh memiliki harga dengan kisaran Rp 4.000,-sampai dengan Rp25.000,-. Gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian besar produk telah terdaftar. Namun masih ada sebagian kecil (13%) yang belum atau tidak mencantumkan nomor pendaftaran pangan.

Gambar 3 Persentase sebaran produk berdasarkan nomor pendaftaran pangan

Pemenuhan Unsur Label Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan

Bagian ini akan membahas mengenai pemenuhan unsur label yang menjawab dua tujuan sekaligus yaitu menganalisis kesesuaian label pangan pada kemasan kecap nusantara terhadap PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan dan mengevaluasi pelanggaran yang terjadi di dalamnya.

Teknis Pencantuman Label

Teknis pencantuman label dijelaskan pada PP No. 69/1999 tentang iklan dan label pangan pasal 2, pasal 27 ayat 1, dan pasal 29 ayat a dan b. Total sampel yang dapat diamati secara teknis pencantuman label adalah sebanyak 37 sampel karena terdapat barang konkretnya, sedangkan sisanya sebanyak sembilan produk tidak bisa diamati eknis pencantuman labelnya karena hanya berbentuk dokumentasi labelnya saja. Secara keseluruhan lebih dari setengah produk yang dianalisis (51,4%) memenuhi unsur teknis pencantuman label dengan sempurna. Kriteria yang paling banyak dilanggar dalam teknis pencantuman label adalah kriteria kelima yaitu tentang tanggal kadaluarsa dicantumkan secara jelas. Pada hasil yang diperoleh hanya 56,8 persen merek/produk yang memenuhi kriteria tersebut. Kriteria yang dilanggar lainnya adalah bahwa label tidak mudah lepas dari kemasan, label tidak mudah luntur ataupun rusak, dan label pangan yang sudah diedarkan tidak diperbolehkan untuk dihapus, dicabut, ditutup, diganti, dan dilabel kembali.

Tabel 3 Kriteria pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label

No Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Teknis Pencantuman Label Merek yang

memenuhi %

1 Label dicantumkan pada, di dalam atau di kemasan pangan 37 100,0

2 Label tidak mudah lepas dari kemasan 34 91,9

3 Label tidak mudah luntur ataupun rusak 32 86,5

4 Label terletak pada sisi kemasan yang mudah untuk dilihat dan dibaca 37 100,0

5 Tanggal kadaluarsa dicantumkan secara jelas 21 56,8

6 Label pangan yang sudah diedarkan tidak diperbolehkan untuk

dihapus, dicabut, ditutup, diganti, dan dilabel kembali 36 97,3

7 Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa pada pangan yang diedarkan

tidak diperbolehkan untuk ditukar 37 100,0

Tulisan pada Label

Peraturan tentang tulisan pada label dijelaskan pada pasal 13 (ayat 1 dan 2) dan pasal 16 yang mengatur agar huruf dan angka harus jelas dan mudah dibaca. Keterangan pada label juga ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab, dan huruf latin. Namun dari seluruh merek/produk yang diamati masih ditemukan beberapa penulisan yang kurang jelas terutama pada penulisan tanggal kadarluarsa. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata persentase seluruh merek/produk yang memenuhi kriteria tulisan pada label adalah sebesar 73,9 persen.

Tabel 4 Kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label

No Kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label Merek yang

memenuhi %

1 Keterangan pada label ditulis atau dicetak dengan

menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab, dan huruf Latin 46 100,0

2 Huruf dan angka harus jelas dan mudah dibaca 34 73,9

Keterangan Minimum Label

Ketentuan mengenai keterangan minimum label yang terdapat pada PP No. 69/1999 yaitu nama produk pangan, daftar bahan, berat bersih/isi bersih, nama dan alamat produsen, serta tanggal kadaluarsa. Pada Tabel 5 dapat dilihat jumlah dan persentase merek/produk yang memenuhi syarat atau ketentuan unsur yang harus ada dalam keterangan minimum label.

Tabel 5 Jumlah produk dan persentase yang memenuhi syarat unsur keterangan minimum label

No Unsur Label Jumlah Produk yang Memenuhi %

1 Nama produk pangan 46 100,0

2 Daftar bahan yang digunakan 36 78,3

3 Berat bersih/isi bersih 44 95,7

4 Nama dan alamat produsen 43 93,5

5 Tanggal kadaluarsa 20 43,5

Nama Produk Pangan.Pada PP No. 69/1999 pasal 17 dan 18 dijelaskan bahwa nama produk dicantumkan dengan jelas di bagian utama label dan nama yang digunakan menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Nama produk ini merupakan deskripsi dari produk itu sendiri, misalnya kecap.

Tabel 6 Kriteria pemenuhan syarat unsur nama produk pangan

No Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Nama Produk Pangan %

1 Harus dicantumkan pada bagian utama label 100,0

2 Nama yang digunakan harus menunjukkan sifat atau keadaan yang

sebenarnya 100,0

Daftar Bahan. Berdasarkan penjelasan PP No. 69/1999 pasal 19 dan 20, komposisi atau bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan suatu produk dicantumkan secara berurutan dimulai dari bagian dengan jumlah terbanyak dengan nama yang lazim digunakan. Pada komposisinya, produk kecap tidak menambahkan vitamin. Hanya ada satu produk yang menambahkan mineral iodium yaitu kecap merek Nasional. Bahan-bahan yang lazim digunakan dalam pembuatan kecap yaitu, kacang kedelai, gula, dan rempah-rempah. Bahan lainnya yang ditambahkan dalam pembuatan kecap adalah air. Masih terdapat produk yang tidak mencantumkan air dalam daftar bahan, namun sebagian besar (76,1%) telah mencantumkannya.

Tabel 7 Kriteria pemenuan syarat unsur daftar bahan

No Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Nama Produk Pangan %

1 Daftar bahan dicantumkan secara berurutan dimulai dari bagian dengan

jumlah terbanyak (kecuali vitamin, mineral dan zat penambah gizi lainnya) 100,0

2 Nama bahan yang digunakan adalah nama yang lazim digunakan 100,0

3 Air yang ditambahkan harus dicantumkan sebagai komposisi pangan,

terkecuali air itu merupakan bagian dari bahan yang digunakan atau telah mengalami penguapan seluruhnya selama pengolahan

76,1

Berat Bersih/Isi Bersih. Keterangan pencantuman berat bersih terdapat pada pasal 23 dan 25. Kriteria pemenuhan syarat dapat dilihat pada Tabel 8. Sebagian besar (95,7%) dari keseluruhan produk, isi bersih telah dicantumkan pada label kemasan dengan satuan metrik mili-liter (ml).

Tabel 8 Kriteria pemenuhan syarat unsur berat bersih/isi bersih

No Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Nama Produk Pangan %

1 Harus dicantumkan pada bagian utama label 95,7

2 Dicantumkan dalam satuan metrik 95,7

3 Ukuran ‘isi’ harus dicantumkan untuk makanan cair, ‘berat’ untuk makanan

padat, dan ‘isi’ atau ‘berat’ untuk makanan semi padat atau kental 95,7

4 Berat bersih atau isi bersih tiap takaran saji harus dimuat pada label yang

memuat keterangan jumlah takaran saji 95,7

Nama dan Alamat Produsen. Peraturan pencantuman nama dan alamat produsen dijelaskan pada pasal 26. Nama dan alamat produsen ditampilkan pada bagian utama label. Berdasarkan Tabel 9, sebagian besar (93,5%) produk mencantumkan nama dan alamat produsen dengan jelas. Sementara sisanya masih terdapat produk yang tidak mencantumkan nama produsen. Dari semua produk yang mencantumkan nama dan alamat produsen, pihak yang meproduksi juga berperan sebagai pihak yang mengedarkan, karena seluruh produk yang diteliti adalah produk dari Indonesia yaitu produk kecap nusantara. Keterangan tentang nama dan alamat produsen seengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 9 Kriteria pemenuhan syarat unsur nama dan alamat produsen

No Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Nama Produk Pangan %

1 Harus dicantumkan pada bagian utama label. 93,5

2 Harus dicantukan nama dan alamat pihak yang memproduksi 93.5

3 Apabila pihak yang mengedarkan berbeda dengan pihak yang memasukan

pangan ke wilayah Indonesia, nama dan alamat pihak yang memasukan dan mengedarkan pangan di wilayah Indonesia harus dicantumkan

93,5

Tanggal Kadalarsa. Peraturan pencantuman tanggal kadaluarsa dituang pada PP No. 69.1999 dalam pasal 27, 28, dan 29. Kriteria yang menjadi landasan penulisan tanggal kadaluarsa pada produk pangan kemasan, sebagai berikut: Tabel 10 Kriteria pemenuhan syarat unsur tanggal kadaluarsa

No Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Tanggal Kaaluarsa %

1 Harus dicantumkan secara jelas pada tabel 54,4

2 Pencantuman tanggal, bulan, dan tahun kadarluarsa dilakukan setelah

pencantuman tulisan “baik digunakan sebelum”, sesuai dengan jenis dan daya tahan pangan; produk dengan masa kadarluarsa lebih dari 3 bulan boleh hanya mencantumkan bulan dan tahun kadarluarsa

52,2

3 Dilarang memeperdagangkan produk yang sudah kadarluarsa 100,0

4 Dilarang menghapus, mencabut, menutup, mengganti label, melabel

kembali pangan yang diedarkan; menukar tanggal, bulan dan tahun kadarluarsa yang diedarkan

100,0

Pada saat diamati, produk yang dijual belum melewati masa kadaluarsa. Namun secara keseluruhan, pada Tabel 5, hanya kurang dari setengah produk (43,5%) yang teah mencantumkan tanggal kadaluarsa yang telah sesuai dengan kriteria syarat pemenuhan unsur tanggal kadaluarsa. Sisanya ada yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa sama sekali, atau sudah mencantumkan tanggal kadaluarsa tetapi tidak dicantumkan dengan jelas seperti disebabkan oleh tinta yang mudah luntur, dan/atau pencantuman tanggal kadaluarsa tetapi tidak diletakkan pada tempat yang sesuai.

Perbandingan Keterangan Minimum Label Berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Ikan Pangan dengan UU Pangan Nomor 18 Tahun 2012 danFood and Drug Administration(FDA)

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa UU Pangan Nomor 18 Tahun 2012 mencantumkan empat keterangan lain yang minimal harus ditampilkan pada label, yaitu pernyataan halal, tanggal dan kode produksi, nomor izin edar, dan asal-usul bahan pangan tertentu yang pada PP No. 69/1999, empat keterangan tersebut termasuk ke dalam kategori keterangan lain pada label. Sedangkan pada FDA, persamaannya dengan PP No. 69/1999 adalah sama-sama mencantumkan nama produk pangan, berat bersih, dan terdaftar bahan. Perbedaannya pada FDA tidak mencantumkan nama dan alamat produsen serta tanggal kadaluasa, tetapi mencantumkan label gizi dan klaim (klaim nutrisi, klaim kesehatan, klaim fungsi). Sehingga dari Tabel 11 di bawah dapat dilihat bahwa UU Pangan nomor 18 Tahun 2012 merupakan peraturan yang paling lengkap dalam menetapkan ketentuan keterangan minimum yang harus dicantumkan pada label pangan.

Tabel 11 Perbandingan keterangan minimum label bedasarkan PP No. 69/1999 dengan UU No. 18/2012 dan FDA

PP No. 69/1999 UU No. 18/2012 FDA

1. Nama produk pangan 1. Nama produk pangan 1. Nama produk pangan 2. Daftar bahan 2. Daftar bahan 2. Berat bersih

3. Berat bersih/isi

bersih 3. Berat bersih/isi bersih 3. Daftar Bahan 4. Nama dan alamat

produsen 4. Nama dan alamat pihakyang memproduksi atau mengimpor

4. Label Gizi 5. Tanggal kadaluarsa 5. Halal bagi yang

dipersyaratkan 5. Klaim 6. Tanggal dan kode

produksi

7. Tanggal, buan, dan tahun kadaluarsa

8. Nomor izin edar bagi pangan olahan

9. Asal-usul bahan pangan tertentu

Keterangan Lain pada Label

Pencantuman mengenai keterangan lain pada label pangan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:

Manfaat Pangan bagi Kesehatan. Pada pasal 6, 21, 33 (1) dijelaskan bahwa keterangan mengenai manfaat pangan bagi kesehatan harus didukung oleh fakta ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.dan pencantuman pernyataan bahwa pangan telah ditambah, diperkaya, atau difortifikasi dengan vitamin, mineral, atau zat gizi lainnya diperkenankan sepanjang hal itu benar dilakukan. Dari keseluruhan contoh produk kecap yang diamati, hanya terdapat satu produk yang mencantumkan keterangan tersebut, yaitu Kecap Manis Nasional yang pada kemasannya terdapat keterangan bahwa kecap tersebut diperkaya mineral iodium yang baik untuk kesehatan.

Pernyataan tentang Halal. Pasal 10 dan 11 menjelaskan bahwa pernyataan tentang halal yang dicantumkan pada label wajib terlebih dahuu diperiksa oleh lembaga pemeriksaan yang terakreditasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. LPPOM -MUI merupakan lembaga yang dipercaya untuk mengkaji kehalalan suatu produk. Meskipun pencantuman label halal pada dasarnya tidak wajib (Kurniati 2004), tetapi ditemukan bahwa lebih dari setengah (65.2%) contoh produk kecap menampilkan logo halal LPPOM-MUI (lampiran), namun terdapat juga 7 produk yag menggunakan logo halal yang berbeda sehingga dianggap tidak memenuhi kriteria pemenuhan syarat unsur pernyataan tentang halal.

Nomor Pendaftaran Pangan. Nomor pendaftaran pangan adalah nomor yang diberikan bagi pangan olahan dalam rangka peredaran pangan. Sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku, pasal 30 pada PP No. 69/1999, nomor pendaftaran pangan harus dicantumkan pada pangan olahan (produksi dalam negeri dan luar negeri). Sebagian besar (87,0%) dari keseluruhan contoh produk kecap mencantumkan nomor pedaftaran pangan, yang ditandai dengan keterangan MD pada nomor pendaftaran pangan, dan keterangan lainnya yaitu P-IRT yang merupakan tanda bahwa produk yang dijual merupakan produksi rumah tangga, masing-masing sebanyak 43,5 persen.

Kode Produksi. Berdasarkan pasal 31, kode produksi pada label ataupun kemasan pangan harus dicantumkan pada pangan olahan dan sekurang-kurangnya memuat keterangan mengenai riwayat produksi pangan (waktu ataupun rangkaian produksi). Dari kriteria tersebut, kurang dari setengah (47,8%) contoh produk kecap memenuhi persyaratan tersebut karena menampilkan kode produksi pada kemasan label.

Keterangan tentang Kandungan Gizi. Pada unsur keterangan tentang kandungan gizi, dari keseluruhan contoh produk kecap, hanya 5 produk (10,9%) yang mencantumkannya. Keterangan kandungan gizi memuat a) ukuran takaran saji, (b) jumlah sajian per kemasan, (c) kandungan energi per takaran saji, (d) kandungan protein per sajian (dalam gram), (e) kandungan karbohidrat per sajian (dalam gram), (f) kandungan lemak per sajian (dalam gram), dan (g) persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan.

Keterangan tentang Iradiasi Pangan. Iradiasi pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan, baik dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan, membebaskan pangan dari jasad renik patogen serta mencegah pertumbuhan tunas. Pengaturan mengenai pangan iradiasi diaur pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 701/MENKES/PER/VIII/2009. Jenis pangan iradiasi yang beredar saat ini antara lain adalah umbi-umbian, seperti bawang putih, bawang merah, kentang, jahe; buah-buahan seperti mangga, anggur, pepaya, strawberi; udang beku, paha kodok beku, ikan kering/asin, rempah-rempah, biji-bijian, serelia, tepung (kedelai, terigu, ketan) (Buletin BPOM 2004).

Peraturan pencantuman keterangan tentang iradiasi pangan dalam pasal 34 PP No. 69/1999 yaitu, Wajib dicantumkan tulisan ‘pangan iradiasi’, tujuan iradiasi, dan apabila tidak boleh diradiasi ulang wajib mencantumkan tulisan ‘tidak boleh diiradiasi ulang’; selain pencantuman tulisan, pada label dapat dicantumkan logo khusus pangan iradiasi; dan wajib dicantumkan nama dan alamat penyelenggara iradiasi, tanggal, bulan, dan Tahun iradiasi, serta nama negara tempat iradiasi dilakukan. Namun pada seluruh contoh produk kecap yang diamati, keterangan ini tidak ditemukan.

Keterangan tentang Pangan Rekayasa Genetika. Rekayasa genetika atau juga dikenal dengan istilah transgenik merupakan salah satu teknik bioteknologi yang dilakukan dengan cara pemindahan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lain dengan tujuan untuk menghasilkan

tanaman/hewan/jasad renik yang memiliki siat-sifat tertentu sehingga

Dokumen terkait