• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Gambaran Umum Produk Day Cream Berbahan Baku Rumput Laut

Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai institusi pendidikan berperan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan berkontribusi nyata dalam kehidupan. Berbagai produk yang diciptakan maupun dikembangkan telah membantu kalangan civitas akademika dan masyarakat luas dalam memenuhi kebutuhannya. Produk-produk yang telah dibuat yaitu produk pangan dan nonpangan yang dihasilkan oleh civitas akademika IPB sendiri dan UKM yang menjadi binaan IPB. Semua produk yang telah dihasilkan dijual di sekitar kampus/kantin kampus, toko/minimarket sekitar kampus, serta outlet resmi yang berlambangkan logo IPB seperti Serambi Botani. Produk IPB yang telah dikomersialkan banyak yang berupa produk pangan seperti beras analog, jambu kristal, teh rosela, mi jagung, dan makanan lain yang dihasilkan terdapat logo IPB pada kemasannya. Produk nonpangan lebih bervariasi dari produk pangan, salah satu contoh produk non pangan yaitu personal care dan produk IPB lain yang memiliki ciri khas dan merupakan kreasi dari kalangan civitas akademika.

Produk day cream berbahan baku rumput laut merupakan salah satu produk nonpangan IPB yang termasuk kategori personal care yang dijual di Serambi Botani. Produk tersebut merupakan hasil pengembangan penelitian ekstrak rumput laut yang dilakukan oleh salah seorang staf pengajar IPB dan telah dikomersialkan oleh CV Ocean Fresh. Produk tersebut dijual di Serambi Botani dalam kemasan 30 gr dengan harga Rp 98 000. Berbagai kandungan yang ada pada produk tersebut memiliki manfaat diantaranya ekstrak rumput laut yang

13 berfungsi melembabkan kulit, chitosan untuk meregenerasi kulit, pandan laut sebagai antioksidan, dan ekstrak biji mangrove sebagai pelindung dari matahari.

Karakteristik Mahasiswi

Kotler dan Amstrong (2006) mengungkapkan karakteristik demografis merupakan kelompok yang didasarkan pada usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, tahapan dalam keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, ras, agama, generasi, dan kewarganegaraan. Beberapa karakteristik mahasiswi yang dibahas pada penelitian ini yaitu usia, asal daerah, dan uang saku mahasiswi.

Usia Mahasiswi. Sebagian besar (98.2%) mahasiswi termasuk kategori remaja akhir (Tabel 3) rata-rata hampir berusia 20 tahun (Hurlock 1980). Lebih dari separuh (51.8%) mahasiswi merupakan angkatan 48 atau masuk pada tahun 2011 yang berusia tidak terlalu berbeda jauh dengan mahasiswi angkatan 47 atau masuk pada tahun 2010. Bila terdapat perbedaan usia individu maka cenderung menyebabkan perbedaan kesukaan terhadap selera dan merek suatu produk (Sumarwan 2011).

Tabel 3 Sebaran mahasiswi berdasarkan usia

Usia Jumlah n % Remaja akhir (18-21 th) 393 98.2 Dewasa awal (22-40 th) 7 1.8 Total 400 100 Min-maks 18-24 19.9±0.8 Rataan ± Sd

Asal Daerah. Mahasiswi dapat berasal dari berbagai daerah di Indonesia maupun berasal dari luar negeri. Sumarwan (2011) mengungkapkan asal daerah merupakan lokasi geografik tempat individu tinggal yang akan memengaruhi pola konsumsinya. Sebaran mahasiswi berdasarkan asal daerah menunjukkan mahasiswi lebih banyak yang berasal dari Jawa Barat dan Banten (28.8%) dan sebanyak dua mahasiswi berasal dari Malaysia dan Vietnam (Tabel 4). Asal daerah pada penelitian ini merupakan data dengan kategori nominal, sehingga dilakukan dummy menjadi bogor dan nonbogor dengan alasan penjualan produk

14

Tabel 1 Sebaran mahasiswi berdasarkan asal daerah

Asal daerah Jumlah

n %

Jakarta Bogor

Jawa Barat dan Banten Jawa Tengah

Jawa Timur Sumatera

Kalimantan dan Sulawesi Bali dan Nusa Tenggara Maluku dan Papua

Lainnya (Vietnam dan Malaysia)

49 63 115 43 41 68 11 4 4 2 12.2 15.8 28.8 10.8 10.2 16.9 2.8 1.0 1.0 0.5 Total 400 100.0

Uang Saku. Uang saku sebagai indikator pendapatan utama mahasiswi yang bersumber dari orang tua, beasiswa, usaha mandiri (kerja), anggota keluarga lain, bahkan gabungan dari orang lain maupun usaha mandiri (kerja). Rata-rata uang saku yang diperoleh mahasiswi sejumlah Rp877 325 (Tabel 5) dan sekitar separuh (50.2%) uang saku mahasiswi masuk pada rentang rata-rata. Lebih dari setengah (65.8%) mahasiswi memeroleh uang saku dari orang tua.

Tabel 2 Sebaran mahasiswi berdasarkan uang saku

Uang saku/bulan (Rp) Jumlah

n % ≤ 700 000 147 36.8 700 001-1 000 000 201 50.2 > 1 000 000 52 13.0 Total 400 100.0 Min-maks 300 000 - 4 000 000 Rataan ± Sd 877 325 ± 373 271

Karakteristik Keluarga Mahasiswi

Konsumen melakukan interaksi dengan sekelilingnya termasuk keluarga (Sumarwan 2011). Kotler dan Keller (2008) mengungkapkan bahwa keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan anggota keluarga merepresentasikan kelompok referensi utama yang paling berpengaruh. Pada penelitian ini terdapat beberapa karakteristik keluarga yang diperhitungkan yaitu usia orangtua, lama pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga.

Usia Orangtua. Usia ayah mahasiswi memiliki kisaran dari 39 hingga 70 tahun (Tabel 6). Jumlah ayah yang meninggal (7.5%) lebih banyak dibandingkan jumlah ibu (1.3%) mahasiswi yang meninggal dunia. Rata-rata usia ayah juga lebih tua dibandingkan rata-rata usia ibu. Bila usia dikategorikan menurut Hurlock (1980), usia ayah (86.0%) dan usia ibu (89.5%) mahasiswi didominasi pada kategori separuh baya.

15 Tabel 6 Sebaran orangtua berdasarkan usia

Usia Ayah Ibu

n % n % Dewasa awal (22-40 th) 7 1.7 36 9.0 Separuh baya (41-60 th) 344 86.0 358 89.5 Lanjut usia (> 60 th) 19 4.8 1 0.2 Lainnya* 30 7.5 5 1.3 Total 400 100.0 400 100.0 Min-maks 39-70 35-62 Rataan ± Sd 47 ± 14.3 46.2 ± 7.1

Lainnya*: meninggal dunia

Lama Pendidikan Orangtua. Lama pendidikan ayah dan ibu mahasiswi berada pada kisaran 3 hingga 21 tahun (Tabel 7). Hal itu menunjukkan bahwa masih terdapat orang tua mahasiswi yang tidak berhasil tamat SD. Jenjang pendidikan terakhir yang ditekuni oleh ayah dan ibu mahasiswi adalah pascasarjana demi memperoleh gelar Doktor. Pada penelitian yang dilakukan, pendidikan terakhir yang ditekuni oleh ayah dan ibu mahasiswi mendominasi pada jenjang SMA.

Tabel 3 Sebaran orangtua berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Ayah Ibu

n % n % SD 21 5.2 36 9.0 SMP 37 9.3 41 10.3 SMA 140 35.0 152 38.0 D1/D2/D3/sederajatnya 42 10.5 45 11.2 Sarjana 111 27.8 110 27.5 Megister/Doktor 49 12.2 16 4.0 Total 400 100.0 400 100.0 Min-maks 3-21 3-21 Rataan ± Sd 13.6 ± 3.3 12.8 ± 3.4

Pekerjaan Orangtua. Jenis pekerjaan orang tua mahasiswi cenderung menjadi tolak ukur pendapatan yang diperoleh keluarga. Berdasarkan data yang diperoleh, ibu mahasiswi lebih banyak yang tidak bekerja sehingga ayah yang berperan sebagai kepala keluarga atau pencari nafkah utama. Ayah mahasiswi lebih mendominasi pada jenis pekerjaan PNS (38.5%), sedangkan untuk ibu mahasiswi didominasi pada jenis pekerjaan tidak bekerja/IRT (55.0%) (Tabel 8). Pekerjaan orang tua merupakan data dengan kategori nominal, sehingga dilakukan

dummy berupa orangtua bekerja dan tidak bekerja. Hal tersebut dilakukan untuk

16

Tabel 8 Sebaran orangtua berdasarkan jenis pekerjaan

Pekerjaan Ayah Ibu

n % n % Petani/nelayan 14 3.5 2 0.5 Pegawai swasta 75 18.7 17 4.3 Wiraswasta/pedagang 84 21.0 43 10.7 Buruh 23 5.8 6 1.5 PNS 154 38.5 104 26.0 Tidak bekerja/IRT 9 2.2 220 55.0 Lainnya* 41 10.3 8 2.0 Total 400 100.0 400 100.0

Lainnya*: BUMN dan pensiunan

Pendapatan Keluarga per Bulan. Pendapatan maksimum keluarga mahasiswi (Tabel 9) sejumlah Rp35 000 000 yang merupakan gabungan penghasilan dari ayah dan ibu mahasiswi yang bekerja dibidang kewirausahaan dan sektor BUMN. Sayangnya masih ada keluarga mahasiswi yang jumlah pendapatan keluarganya masih kurang dari Rp1 000 000 akibat pekerjaan orang tua mahasiswi yang bersifat tidak pasti menghasilkan uang. Rata-rata pendapatan yang diperoleh keluarga mahasiswi sejumlah Rp4 879 500 untuk jumlah anggota keluarga yang bervariasi dan sudah termasuk alokasi uang saku mahasiswa.

Tabel 9 Sebaran berdasarkan pendapatan keluarga per bulan

Pendapatan keluarga per Kapita per Bulan. Besar pendapatan keluarga akan menentukan status ekonomi keluarga. Pendapatan per kapita keluarga mahasiswi diperoleh dari pendapatan keluarga dibagi dengan besar keluarga. Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar (95%) mahasiswi memiliki pendapatan per kapita per bulan (>Rp271 626). Hal ini berarti sebagian besar keluarga mahasiswi berada pada status ekonomi tidak miskin (BPS Indonesia 2013). Selain itu, terdapat 5 persen keluarga mahasiswi memliki pendapatan per kapita per bulan (≤Rp271 626) yang berada pada status ekonomi miskin. Rata-rata pendapatan per kapita berada pada Rp1 061 817.26 per kapita.

Pendapatan kel/bln (Rp) Jumlah

n % ≤ 2 300 000 2300001 - 3500000 3500 001 - 5 000 000 5 000 001 - 6 500 000 > 6 500 000 82 81 111 54 72 20.5 20.3 27.8 13.5 18.0 Total 400 100.0 Min-max (Rp) 850 000 – 35 000 000 Rataan ± Sd (Rp) 4 879 500 ± 3 587 898

17 Tabel 10 Sebaran berdasarkan kategori pendapatan keluarga per kapita per bulan

Besar Keluarga. Kategori besar keluarga menurut BKKBN (1998) adalah keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga besar. Lebih dari separuh (53.5%) keluarga mahasiswi termasuk kategori besar keluarga sedang yang terdiri dari lima hingga tujuh anggota keluarga (Tabel 11).

Tabel 11 Sebaran berdasarkan kategori besar keluarga

Pendekatan Theory of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan teori yang dicetuskan oleh

Icek Ajzen. TPB merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang digagas oleh Fishbein dan Ajzen (1975). TPB memprediksi bahwa perilaku yang direncanakan oleh minat sangat dipengaruhi oleh sikap individu, norma subjektif, dan kontrol atas perilaku mereka (Ajzen 1985).

Sikap. Komponen pertama yang membentuk minat seseorang untuk melakukan suatu perilaku adalah sikap. Menurut Setiadi (2010), sikap mengarahkan orang-orang berperilaku secara konsisten terhadap obyek yang serupa. Sikap terhadap perilaku yaitu untuk mengetahui sejauh mana kinerja dari perilaku tersebut positif atau negatif untuk dihargai (Fishbein & Ajzen 1975). Menurut Peter dan Olson (2010), hal tersebut dibentuk oleh dua komponen yaitu, 1) kepercayaan bahwa perilaku akan menghasilkan suatu kepercayaan terhadap konsekuensi karena melakukan perilaku (behavioral beliefs); 2) evaluasi terhadap konsekuensi dari kepercayaan (outcomes evaluation). Sikap dalam penelitian ini terdiri dari dua komponen tersebut. Sebaran mahasiswi berdasarkan item pertanyaan sikap terhadap produk day cream berbahan baku rumput laut dapat dilihat pada Tabel 12.

Pendapatan kel/kap/bln (Rp) Jumlah

n % Miskin (≤ 271 626) Tidak miskin (> 271 626) 20 380 5.0 95.0 Total 400 100.0 Min-max (Rp) 150 000 - 8 750 000 Rataan ± Sd (Rp) 1 061 817.26 ± 815 942.36

Besar keluarga (orang) Jumlah

n % Keluarga kecil (≤ 4) 172 43.0 Keluarga sedang (5-7) 214 53.5 Keluarga besar (>7) 14 3.5 Total 400 100.0 Min-maks (org) 2 - 10 Rataan ± Sd 4.8 ± 1.3

18

Tabel 12 Sebaran mahasiswi berdasarkan jawaban sikap terhadap produk day

cream berbahan baku rumput laut

No Atribut Sikap (%) Rataan

1 2 3 4 5

Keyakinan Perilaku

1. Mendapat kulit wajah sehat 1.2 7.0 47.0 32.5 12.3 3.5

2. Mendapat rasa aman menggunakan produk alami

1.5 5.7 32.3 42.3 18.2 3.7

3. Bangga sebagai civitas IPB 2.8 7.7 32.7 35.5 21.3 3.6

4. Bangga menggunakan produk ramah

lingkungan

1.2 4.0 31.5 39.5 23.8 3.8

5. Mendapat rasa aman karena produk teruji klinis

2.2 3.8 34.5 39.0 20.5 3.7

6. Mendapat kualitas produk lebih baik dari produk non-IPB

0.8 10.0 47.0 30.7 11.5 3.4

7. Ketergantungan menggunakan produk 6.0 21.5 43.5 19.5 9.5 2.9

8. Tidak butuh produk lain karena kandungannya sudah baik

2.5 18.5 56.5 17.8 4.7 3.0

9. Tidak perlu mengkonsumsi makanan sehat untuk kulit

45.5 31.8 16.7 4.2 1.8 4.1

10. Mengalami alergi karena berasal laut 6.5 18.5 46.5 19.3 9.2 2.9

Evaluasi Hasil

1. Mendapat kulit wajah sehat 42.0 25.2 25.5 6.5 0.8 4.0

2. Mendapat rasa aman menggunakan produk alami

37.2 31.0 23.8 6.5 1.5 3.9

3. Bangga sebagai civitas IPB 28.5 34.3 29.5 6.5 1.2 3.8

4. Bangga menggunakan produk ramah

lingkungan

30.8 35.7 26.7 5.8 1.0 3.9

5. Mendapat rasa aman karena produk teruji klinis

33.0 31.8 28.2 6.2 0.8 3.9

6. Mendapat kualitas produk lebih baik dari produk non-IPB

14.0 27.5 49.8 8.2 0.5 3.5

7. Ketergantungan menggunakan produk 3.5 8.8 33.0 29.0 25.7 3.6

8. Tidak butuh produk lain karena kandungannya sudah baik

7.3 20.7 49.3 16.7 6.0 3.0

9. Tidak perlu mengkonsumsi makanan sehat untuk kulit

4.0 6.5 22.3 28.0 39.2 3.9

10. Mengalami alergi karena berasal dari laut 7.0 16.7 49.5 20.3 6.5 3.0

Keyakinan perilaku : 1. Sangat tidak mungkin; 2. Tidak mungkin; 3. Cukup mungkin; 4. Mungkin; 5. Sangat mungkin

Evaluasi hasil : 1. Sangat baik; 2. Baik; 3. Cukup baik; 4. Buruk; 5. Sangat buruk

Berdasarkan aspek keyakinan perilaku dan evaluasi hasil terhadap produk

day cream berbahan baku rumput laut, persentase terbesar menunjukkan bahwa

mahasiswi merasa cukup mungkin untuk mendapatkan kulit wajah yang sehat jika membeli produk day cream berbahan baku rumput (47.0%) dan mahasiswi merasa sangat baik jika mendapatkan kulit wajah yang sehat (42.0%). Rasa aman saat menggunakan produk tersebut menurut mahasiswi mungkin diperoleh jika membeli day cream tersebut karena terbuat dari bahan alami (42.3%) dan mahasiswi merasa mendapatkan rasa aman saat menggunakan day cream yang

19 terbuat dari bahan alami ini adalah sangat baik (37.2%). Bangga sebagai civitas akademika IPB jika membeli produk tersebut menurut mahasiswi adalah mungkin (35.5%) dan rasa bangga sebagai civitas akademika IPB jika membeli produk day

cream berbahan baku rumput laut adalah baik (34.3%). Mahasiswi mungkin

merasa bangga menggunakan produk day cream yang ramah lingkungan (39.5%) dan kebanggaan menggunakan produk ramah lingkungan menurut mahasiswi sangat baik (30.8%). Rasa aman saat menggunakan produk day cream adalah mungkin jika produk telah teruji klinis (39.0%) dan saat menggunakan produk tersebut mahasiswi mendapatkan rasa aman yang sangat baik jika produk telah teruji klinis (33.0%). Mahasiswi merasa cukup mungkin dengan membeli produk

day cream ini mendapatkan kualitas yang lebih baik dari produk sejenis non IPB

(47.0%) dan mahasiswi merasa cukup baik jika mendapatkan produk dengan kualitas yang lebih baik dari produk sejenis non IPB adalah (49.8%). Mahasiswi juga merasa cukup mungkin jika menggunakan produk day cream rumput laut IPB menjadi ketergantungan (43.5%) dan ketergantungan menggunakan produk tersebut menurut mahasiswi cukup baik (33.0%). Mahasiswi juga merasa cukup mungkin jika tidak membutuhkan produk lain karena kandungan bahannya yang sudah cukup untuk wajah (56.5%) dan mahasiswi merasa cukup baik jika dengan membeli day cream rumput laut tdak membutuhkan produk lain (49.3%). Mahasiswi merasa bahwa makanan yang sehat dan bergizi yang baik untuk wajah, sangat tidak mungkin untuk tidak dikonsumsi meskipun menggunakan day cream tersebut (45.5%) dan mahasiswi sangat tidak setuju jika tidak mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi untuk wajah (39.2%). Mahasiswi merasa bahwa

day cream rumput laut cukup mungkin membuat alergi karena produk berasal dari

laut (46.5 %) dan mahasiswi cukup setuju jika produk day cream rumput laut ini dapat menyebabkan alergi (49.5%).

Secara keseluruhan, sikap dikalangan mahasiswi IPB berada pada kategori sedang (74.0%) (Tabel 13). Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswi memiliki sikap yang cukup baik pada produk day cream berbahan baku rumput laut.

Tabel 13 Sebaran mahasiswi berdasarkan sikap terhadap produk day cream berbahan baku rumput laut

Sikap Jumlah n % Kurang (10-89) 40 10.0 Sedang (90-169) 296 74.0 Baik (170-250) 64 16.0 Total 400 100.0

Norma Subjektif. Norma subjektif merupakan tekanan sosial yang dirasakan untuk terlibat dan tidak terlibat dalam perilaku (Ajzen 2006). Norma subjektif terkait dengan keyakinan normatif seseorang untuk menjadikan orang lain sebagai tokoh panutan untuk melakukan suatu perilaku tertentu (Fishbein & Ajzen 1975). Menurut Sumarwan (2011) norma subjektif dibentuk oleh dua komponen yaitu, 1) kepercayaan terhadap orang lain (kelompok acuan) bahwa mereka berpikir saya seharusnya atau tidak melakukan suatu perilaku tentang harapan orang lain terhadap dirinya mengenai apa yang seharusnya dilakukan (normative beliefs); 2) motivasi yang sejalan dengan orang yang menjadi

20

kelompok acuan (motivation to comply). Norma subjektif dalam penelitian ini terdirii dari dua komponen tersebut.

Sebaran mahasiswi berdasarkan item pertanyaan norma subjektif terhadap produk day cream berbahan baku rumput laut dapat dilihat di Tabel 14. Berdasarkan aspek keyakinan normatif dan motivasi mematuhi terhadap produk

day cream, persentase terbesar jawaban yang diberikan tersebar merata pada

jawaban cukup setuju untuk seluruh item pertanyaan. Namun, proporsi terbesar yaitu mahasiswi cukup mungkin bahwa teman sekelas menganjurkan utnuk membeli produk day cream rumput laut (43.5%) dan mahasiswi ingin ikut anjuran tersebut (52.0%).

Tabel 14 Sebaran mahasiswi berdasarkan jawaban norma subjektif terhadap produk day cream berbahan baku rumput laut

No Atribut Norma Subjektif (%) Rataan

1 2 3 4 5

Keyakinan Normatif

1. Dianjurkan oleh dosen 4.5 16.5 37.5 23.5 18.0 2.6

2. Dianjurkan oleh orang tua 3.7 14.0 35.8 22.5 24.0 2.5

3. Dianjurkan oleh teman-teman dekat

11.5 32.5 41.3 10.2 4.5 3.4

4. Dianjurkan oleh teman sekelas 10.5 31.5 43.5 9.5 5.0 3.3

Motivasi Mematuhi

1. Seberapa banyak peduli dengan anjuran dosen

16.8 16.8 48.2 15.0 3.2 2.7

2. Seberapa banyak peduli dengan anjuran orang tua

20.0 15.5 44.2 16.3 4.0 2.7

3. Seberapa banyak peduli dengan anjuran teman-teman dekat

8.3 13.5 48.8 23.4 6.0 3.0

4. Seberapa banyak peduli dengan anjuran teman sekelas

8.2 16.3 52.0 18.5 5.0 2.9

Keyakinan normatif : 1. Sangat mungkin; 2. Mungkin; 3. Cukup mungkin; 4. Tidak mungkin; 5. Sangat tidak mungkin

Motivasi mematuhi : 1. Tidak sama sekali; 2. Tidak banyak; 3. Cukup banyak; 4. Banyak; 5. Sangat banyak

Secara keseluruhan, proporsi terbesar mahasiswi (60.8%) memiliki norma subjektif pada kategori kurang (Tabel 15). Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswi masih belum memiliki norma subjektif yang cukup baik pada produk

day cream berbahan baku rumput laut.

Tabel 15 Sebaran mahasiswi berdasarkan norma subjektif pada produk day cream berbahan baku rumput laut IPB

Norma Subjektif Jumlah

n %

Kurang (4-36) 243 60.8

Sedang (37-68) 149 37.2

Baik (69-100) 8 2.0

21 Kontrol Perilaku. Kontrol perilaku merupakan hal yang dirasakan oleh sekelompok individu terhadap kemampuan mereka untuk melakukan perilaku tertentu (Ajzen 2006). Kontrol perilaku dibentuk oleh dua komponen yaitu, 1) kekuatan keyakinan seseorang bahwa ia dapat berbuat sesuatu (control beliefs); 2) keyakinan seseorang akan adanya hambatan atau dukungan untuk melakukan suatu perilaku (power of control). Kontrol perilaku dalam penelitian ini menggunakan kedua komponen tersebut.

Sebaran mahasiswi berdasarkan item pertanyaan kontrol perilaku terhadap produk day cream berbahan baku rumput laut dapat dilihat di Tabel 16. Berdasarkan aspek keyakinan kontrol dan kontrol kekuatan terhadap produk day

cream, persentase terbesar jawaban yang diberikan tersebar merata pada jawaban

cukup setuju untuk seluruh item pertanyaan. Namun, proporsi terbesar yaitu mahasiswi memiliki kendala yang cukup besar pada tenaga untuk membeli (52.7%) dan mahasiswi cukup setuju bahwa tenaga untuk membeli merupakan kendala untuk memperoleh day cream rumput laut (55.0%).

Tabel 16 Sebaran mahasiswi berdasarkan jawaban kontrol perilaku terhadap produk day cream rumput laut IPB

No Pernyataan Kontrol Perilaku (%) Rataan

1 2 3 4 5

Keyakinan Kontrol

1. Kendala memperoleh barang 4.0 16.5 39.8 31.7 8.0 2.7

2. Kendala waktu dalam membeli 5.7 20.0 45.3 24.0 5.0 2.9

3. Kendala mencari informasi 4.7 19.8 43.7 24.0 7.8 2.9

4. Kendala biaya untuk membeli 3.5 18.0 48.0 22.0 8.5 2.8

5. Kendala tenaga untuk membeli 6.5 23.2 52.7 15.8 1.8 3.1

Kontrol Kekuatan

1. Anggapan memiliki kendala memperoleh barang

10.0 33.7 40.0 14.0 2.3 2.6

2. Anggapan memiliki kendala waktu dalam membeli

7.3 28.7 46.7 15.5 1.8 2.7

3. Anggapan memiliki kendala mencari informasi

8.5 24.0 48.7 16.3 2.5 2.8

4. Anggapan memiliki kendala biaya untuk membeli

10.7 23.8 50.2 13.5 1.8 2.7

5. Anggapan memiliki kendala tenaga untuk membeli

2.7 22.5 55.0 16.3 3.5 2.9

Keyakinan kontrol : 1. Sangat kecil; 2. Kecil; 3. Cukup besar; 4. Besar; 5. Sangat besar

Kontrol kekuatan : 1. Sangat setuju; 2. Setuju; 3. Cukup setuju; 4. Tidak setuju; 5. Sangat tidak setuju

Secara keseluruhan, proporsi terbesar mahasiswi (73.0%) memiliki kontrol perilaku pada kategori kurang (Tabel 17). Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswi masih belum memiliki kontrol perilaku yang cukup baik pada produk

22

Tabel 17 Sebaran mahasiswi berdasarkan kontrol perilaku terhadap produk day

cream berbahan baku rumput laut IPB

Kontrol Perilaku Jumlah

n % Kurang (5-45) 292 73.0 Sedang (46-85) 101 25.2 Baik (86-125) 7 1.8 Total 400 100.0 Minat Beli

Minat beli merupakan bagian dari komponen konatif yaitu berupa kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tidakan dan perilaku dengan cara tertentu terhadap suatu obyek (Prasetijo & Ihalauw 2005). Menurut Sumarwan (2004), konatif merupakan komponen ketiga dari sikap dalam riset konsumen yang mengungkapkan keinginan membeli dari seorang konsumen (intention to buy). Ferdinand (2006) menjelaskan bahwa minat beli diidentifikasi melalui beberapa indikator dan minat beli pada penelitian ini merupakan minat trasaksional yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.

Sebaran mahasiswi berdasarkan item pertanyaan minat beli terhadap produk day cream berbahan baku rumput laut dapat dilihat di Tabel 18. Persentase terbesar jawaban yang diberikan tersebar merata pada jawaban tidak setuju untuk seluruh item pertanyaan. Proporsi terbesar yaitu mahasiswi tidak setuju untuk membeli day cream rumput laut (55.4%), menggunakan day cream rumput laut (53.9%), dan mengganti day cream yang digunakan sekarang dengan day cream rumput laut (61.5%) pada kurun waktu satu bulan mendatang.

Tabel 18 Sebaran mahasiswi berdasarkan jawaban minat beli terhadap produk

day cream berbahan baku rumput laut IPB

No Pernyataan Minat Beli (%) Rataan

1 2 3 4 5

1. Membeli day cream rumput laut satu bulan mendatang

6.8 55.4 32.2 4.8 0.8 2.4

2. Menggunakan day cream rumput laut satu bulan mendatang

5.0 53.9 35.8 4.8 0.5 2.4

3. Mengganti day cream yang digunakan satu bulan mendatang dengan day cream rumput laut

10.5 61.5 24.5 3.5 0.0 2.2

Ket: 1. Sangat tidak setuju; 2. Tidak setuju; 3. Cukup setuju; 4. Setuju; 5. Sangat setuju

Secara keseluruhan, proporsi terbesar mahasiswi (75.2%) tidak berminat beli terhadap produk day cream berbahan baku rumput laut (Tabel 19). Hal tersebut terjadi karena terdapat kekhawatiran dari mahasiswi bahwa day cream tersebut tidak cocok untuk wajah, sehingga mereka takut untuk mencoba menggunakannya. Selain itu alasan lain yang membuat mahasiswi tidak berminat beli karena mereka memiliki loyalitas pada produk day cream yang telah digunakan sekarang. Hal tersebut membuat mereka tidak tertarik untuk mengganti dengan produk day cream berbahan baku rumput laut.

23 Tabel 19 Sebaran mahasiswi berdasarkan minat beli terhadap produk day cream

berbahan baku rumput laut IPB

Minat beli Jumlah

n %

Tidak berminat beli (3-8) 301 75.2

Berminat beli (9-15) 99 24.8

Total 400 100.0

Hubungan antara Karakteristik Mahasisiwi dan Karakteristik Keluarga dengan Sikap, Norma Subjektif, dan Kontrol Perilaku

Hasil uji korelasi Chi-Square (Tabel 20) menunjukkan bahwa hanya asal daerah yang memiliki hubungan positif signifikan dengan sikap 0.001 (p<0.01). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswi yang berasal dari daerah Bogor memiliki sikap yang baik pada produk day cream berbahan baku rumput laut. Lain halnya dengan pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Hal serupa juga terjadi pada hasil uji korelasi Pearson yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara seluruh karakteristik mahasiswi (usia dan uang saku) dan karakteristik keluarga (usia kedua orangtua, lama pendidikan kedua orangtua, pendapatan keluarga per kapita per bulan, dan besar keluarga) dengan sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku.

Tabel 20 Uji hubungan karakteristik mahasiswi dan karakteristik keluarga dengan sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku

Variabel Sikap Norma Subjektif Kontrol Perilaku

Koef. korelasi Koef. korelasi Koef. Korelasi

Usia2 0.009 0.088 0.012

Asal daerah1 0.001** 0.393 0.589

Uang saku2 0.008 0.065 0.001

Usia Ayah2 -0.006 -0.063 0.011

Usia Ibu2 0.071 0.024 0.056

Lama pendidikan Ayah2 -0.007 0.034 -0.064

Lama pendidikan Ibu2 -0.041 0.052 -0.027

Pekerjaan Ayah1 0.503 0.871 0.894

Pekerjaan Ibu1 0.946 0.409 0.279

Pendapatan kel/kap/bln2 0.009 0.018 0.009

Besar keluarga2 0.029 -0.084 0.038

1Uji Chi-Square (p-value) 2Uji korelasi Pearson **signifikan pada level 0.01 (2-tailed)

Hubungan Karakteristik Mahasiswi, Karakteristik Keluarga, Sikap, Norma Subjektif, dan Kontrol Perilku dengan Minat Beli

Hasil uji Chi-Square (Tabel 21) menunjukkan bahwa asal daerah memiliki hubungan positif signifikan dengan minat beli 0.046 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa minat beli yang tinggi ada pada mahasiswi yang berasal dari daerah Bogor. Pekerjaan orangtua yaitu pada pekerjaan ibu memiliki hubungan positif signifikan dengan minat beli 0.024 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

24

mahasiswi memiliki minat beli yang tinggi pada produk day cream berbahan baku rumput laut ada pada ibu yang bekerja.

Pada uji korelasi Pearson (Tabel 21) tidak terdapat karakteristik yang berhubungan dengan minat beli produk day cream berbahan baku rumput laut. Minat beli hanya berhubungan dengan ketiga variabel TPB yaitu sikap (r=0.199;p=0.000), norma subjektif (r=0.170;p=0.001), dan kontrol perilaku (r=0.197;p=0.000). Hal ini berarti semakin baik sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku mahasiswi membuat minat untuk membeli produk day cream berbahan baku rumput laut semakin besar.

Tabel 21 Uji hubungan karakteristik mahasiswi, karakteristik keluarga, dan variabel TPB dengan minat beli produk day cream berbahan baku rumput laut

Variabel Minat beli produk day cream

Koef. korelasi

Dokumen terkait