• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang

Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di suatu daerahnya. PMA digunakan sebagai sumber pembiayaan untuk menutup keterbatasan pendanaan yang diperuntukkan bagi pembangunan suatu daerah.

Gambar 8 Realisasi PMA di Kabupaten Karawang menurut sektor tahun 1996- 2013

Sumber: BKPM,2014 (diolah).

Besarnya nilai PMA tidak terlepas dari peran sektor yang turut serta dalam membentuk nilai tersebut. Berdasarkan Gambar 8 dapat terlihat besarnya PMA

20

yang dihasilkan dari tiap sektor di Kabupaten Karawang sejak tahun 1996 hingga 2013. Gambar tersebut menyatakan bahwa sektor yang paling tinggi dalam menghasilkan PMA adalah sektor industri alat angkutan dan transportasi. Hal ini terlihat sejak tahun 2001 hingga 2013, sektor ini menjadi sektor unggulan sebagai sumber penghasil PMA terbesar di daerah tersebut. Namun demikian, sektor lain seperti industri karet dan industri listrik, air, dan gas sempat menjadi sektor utama pada tahun 2000 dan 2005 untuk masing-masing sektor.

Sedangkan, sektor industri jasa dan industri konstruksi memiliki kontribusi yang paling rendah dibandingkan sektor-sektor lainnya. Walaupun demikian, sektor yang memiliki kontribusi yang rendah tetap berperan terhadap pertumbuhan realisasi PMA di suatu daerah serta berperan dalam mendorong sektor-sektor lain untuk dapat lebih meningkatkan kinerjanya karena pada dasarnya, seluruh sektor yang ada saling berkaitan antara satu sektor dengan yang lain.

Perkembangan Infrastruktur dan Tenagakerja di Kabupaten Karawang

Infrastruktur Jalan

Jalan merupakan infrastruktur utama dalam menggerakan roda perekonomian demi terwujudnya pembangunan ekonomi di suatu daerah mengingat fungsi jalan yang berperan penting untuk memperlancar distribusi barang, jasa, serta mobilitas penduduk. Ketersediaan infrastruktur jalan merupakan prasyarat mutlak bagi masuknya investasi di suatu daerah. Di Kabupaten Karawang salah satu peranan infrastruktur jalan adalah sebagai akses untuk memperlancar distribusi barang investasi dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Penyaluran barang investasi melalui jalur darat akan selalu ada dalam setiap proses distribusi suatu barang. Apapun barang yang akan di distribusikan ke suatu tempat tidak mungkin dapat lepas dari penggunaan jalur darat walaupun dengan persentase yang kecil. Sehingga adanya akses jalan yang baik sangat dibutuhkan untuk dapat memperlancar proses distribusi tersebut.

Dalam penelitian ini, ketersediaan jalan ditunjukan dengan nilai panjang jalan menurut kondisi baik, sedang, rusak, dan rusak berat.

21

Gambar 9 Persentase panjang jalan menurut kondisi di Kabupaten Karawang tahun 1996-2012

Sumber: BPS, 2013 (diolah).

Pada Gambar 9 terlihat bahwa beberapa tahun belakangan ini, kondisi infrastruktur jalan di Kabupaten Karawang menunjukkan penurunan kualitas. Hal ini dapat terlihat jelas sejak tahun 2008 karena pada tahun tersebut peningkatan jumlah jalan dalam kondisi yang rusak mulai terlihat. Padahal pada tahun sebelumnya kondisi infrastruktur jalan yang ada di Kabupaten Karawang sudah berada dalam kondisi yang stabil, yakni pada tahun 2004 hingga 2007.

Kondisi jalan yang baik tentunya akan mampu meningkatkan efisiensi dalam kegiatan investasi di suatu daerah. Sedangkan, adanya kondisi jalan yang rusak akan menghambat proses distribusi barang dan jasa yang pada akhirnya akan mengganggu keberlangsungan kegiatan investasi di daerah tersebut. Oleh karena itu, adanya masalah peningkatan jumlah kondisi jalan rusak yang diakibatkan oleh usia jalan yang sudah tua serta kurangnya pemeliharaan terhadap jalan tersebut perlu diperhatikan upaya penyelesaiannya agar kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung dapat berjalan lancar.

Infrastruktur Listrik

Listrik merupakan suatu energi yang menjadi kebutuhan penting bagi kehidupan manusia baik untuk kebutuhan rutin sehari-hari maupun untuk melakukan berbagai aktivitas ekonomi. Selain dibutuhkan dalah kehidupan sehari-hari, energi listrik juga dibutuhkan oleh berbagai sektor industri yang digunakan untuk menjalankan aktivitas produksinya sebagai upaya peningkatan jumlah realisasi PMA di suatu daerah. Salah satu perusahaan yang memiliki kontribusi besar terhadap penyediaan listrik negara adalah P.T. PLN.

22

Gambar 10 Jumlah energi listrik PLN yang terjual di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

Sumber: BPS, 2014 (diolah).

Pada Gambar 10 menunjukan bahwa kebutuhan listrik di Kabupaten Karawang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Peningkatan yang paling pesat terjadi pada tahun 2002 yakni sebesar 1,236,106,996 kWh atau dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 59,774,373 kWh dari tahun sebelumnya. Peningkatan yang pesat ini disebabkan karena peningkatan penggunaan listrik yang cukup besar oleh sektor bisnis yakni sebesar 69,479,659 kWh yang meningkat sebesar 51,315,053 kWh atau meningkat sebesar 73.86 % dari tahun sebelumnya.

Gambar 11 Akumulasi energi listrik PLN yang terjual menurut kelompok pelanggan di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

Sumber: BPS, 2014 (diolah).

Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 11, lebih dari setengah energi listrik yang terjual dimanfaatkan untuk keperluan industri untuk melakukan berbagai aktivitas produksi. Sedangkan, rumah tangga menempati posisi kedua sebagai

23 pelanggan yang juga memanfaatkan energi listrik yang tersedia. Hal ini membuktikan mengenai seberapa pentingnya peranan energi listrik yang digunakan oleh industri terhadap aktivitas ekonomi yang ada sekaligus aktivitas yang berkaitan dengan realisasi PMA yang ada di Kabupaten Karawang.

Infrastruktur Air Bersih

Air Bersih merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan untuk menjalankan kehidupan seluruh masyarakat. Penyaluran penyediaan air bersih harus terus ditingkatkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air bersih bagi seluruh kalangan masyarakat. Untuk melihat ketersediaan infrastruktur penyediaan air bersih yang berada di Kabupaten Karawang, indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM di Kabupaten Karawang.

Gambar 12 Volume air yang disalurkan PDAM di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

Sumber: BPS, 2014 (diolah).

Kebutuhan akan air bersih di Kabupaten Karawang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada Gambar 12 dapat terlihat bahwa sejak tahun 2005 hingga 2013 terjadi peningkatan volume air yang disalurkan oleh PDAM. Dalam kurun waktu sejak 1996 hingga 2013, peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2002 yakni sebesar 1,069,482 m3. Adanya peningkatan volume air yang disalurkan disebabkan oleh adanya peningkatan kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Karawang serta adanya peningkatan jumlah penduduk di daerah tersebut.

24

Gambar 13 Akumulasi volume air bersih yang disalurkan menurut jenis pelanggan di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

Sumber: BPS, 2014 (diolah).

Dari Gambar 13 dapat terlihat bahwa berdasarkan jenis pelanggan, jumlah air bersih yang disalurkan oleh PDAM paling besar dimanfaatkan oleh rumah tangga yakni sebesar 92%. Hal ini disebabkan banyaknya aktivitas rumah tangga yang cenderung memanfaatkan penggunaan air bersih dalam kapasitas yang besar, seperti kebutuhan untuk mencuci dan memasak.

Tenagakerja

Tenagakerja merupakan suatu faktor penting di dalam beragam proses yang berlangsung di industri. Tenagakerja merupakan salah satu input dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang bernilai investasi serta untuk mengatur sarana produksi untuk mengahasilkan barang tersebut.

0 50000 100000 150000 200000 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 T K ( Ji w a ) Tahun G ambar 14 Jumlah tenagakerja yang bekerja pada industri di Kabupaten

Karawang

25 Pada Gambar 14 terlihat bahwa pada tahun 2000 telah terjadi penurunan jumlah tenagakerja yang cukup pesat. Penurunan ini terjadi hingga mencapai 101, 928 jiwa dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan, mulai tahun 2003 jumlah tenagakerja yang bekerja di industri mengalami peningkatan secara perlahan, walaupun sempat terjadi penurunan kembali pada tahun 2012. Adanya pertumbuhan tenagakerja yang sempat mengalami fluktuasi tidak terlalu mengkhawatirkan karena kondisi keberadaan tenagakerja sampai saat ini masih di dalam kategori yang aman dengan rata-rata laju peningkatan sebesar 0.02 persen.

Analisis Model Penelitian

Uji Kriteria Ekonometrika

Analisis ini digunakan untuk menjelaskan peran infrastruktur dan tenagakerja terhadap PMA di Kabupaten Karawang dengan menggunakan data

time series. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa variabel bebas, diantaranya panjang jalan (JLN), jumlah energi listrik yang terjual (LIST), volume air bersih yang disalurkan (AIR), dan jumlah tenagakerja yang bekerja di industri (TK).

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda yang berbasis

ordinary least square (OLS). Untuk mendapatkan model regresi linear berganda yang baik maka model tersebut harus memenuhi kriteria BLUE ( Best Linear Unbiased Estimator). Sehingga, dilakukanlah uji kriteria ekonometrika untuk menguji asumsi klasik seperti normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas serta untuk memastikan bahwa model tersebut telah memenuhi kriteria BLUE.

1. Uji Normalitas

Dari hasil pengujian, dapat terlihat nilai probabilitas Jarque-Bera

sebesar 0.216672. Nilai probabilitas tersebut lebih besar dibandingkan taraf nyata lima persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menolak H0 atau residual error terdistribusi normal di dalam model.

2. Uji Multikolinearitas

Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai masing- masing matriks korelasi antar variabel bebas. Suatu data dapat

dikatakan terbebas dari gejala multikolinearitas jika nilai korelasi antar

variabel bebas lebih kecil dari 0.8 (rule of thumb). Pada Tabel 1 dapat

terlihat bahwa nilai masing-masing koefisien korelasi antar peubah bebas tidak lebih besar dari 0.8 yang berarti model yang digunakan terbebas dari masalah multikolinearitas atau tidak ada hubungan linear antara peubah bebasnya.

26

Tabel 1 Matriks korelasi

3. Uji Heteroskedastisitas

Untuk menguji masalah heteroskedastisitas dapat dilakukan salah satunya dengan White. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai probability f (stat) sebesar 0.8808 atau lebih besar dibandingkan taraf nyata 5 persen. Sehingga, dapat dikatakan bahwa model tersebut terbebas dari masalah heteroskedastisitas yang berarti variansi dari error bersifat konstan. 4. Uji Autokorelasi

Pengujian adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji LM. Dari hasil estimasi diketahui nilai probability f (stat) sebesar 0.0777 atau lebih besar dibandingkan taraf nyata 5 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa model tersebet terbebas dari masalah autokorelasi.

Uji Kriteria Statistik

Untuk menguji validitas dari suatu model penelitian serta mengaluasi model berdasarkan kriteria statistik dapat dilakukan pengujian berikut:

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menjelaskan seberapa besar variabel – variabel bebas dalam model yang dapat menjelaskan variabel terikat yang digunakan di dalam penelitian. Pada model ini, nilai R2 yang muncul sebesar 0.999304, sehingga dapat dikatakan bahwa 99,93 persen perubahan pada variabel terikat (PMA Kabupaten Karawang) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang terdapat di dalam model dan sisanya sebesar 0.07 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

2. Uji F-statistic

Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi variabel bebas dalam memengaruhi variabel terikat yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai probabilitas F-statistic (0.000000) atau lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pada model yang dipilih paling tidak terdapat minimal satu variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap PMA di Kabupaten Karawang.

3. Uji t-statistic

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa nilai probabilitas dari variabel jalan, listrik, air bersih, dan tenagakerja lebih kecil dari taraf nyata lima persen dengan masing-masing nilai sebesar 0.0037, 0.0000, 0.0000, dan 0.0042. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa semua variabel bebas

JLN LIST AIR TK

JLN 1.000000 -0.103549 -0.275745 0.208942 LIST -0.103549 1.000000 -0.158847 0.278022 AIR -0.275745 -0.158847 1.000000 -0.235742 TK 0.208942 0.278022 -0.235742 1.000000

27 yang digunakan dalam penelitian berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.

Tabel 2 Hasil estimasi pada persamaan persamaan Peran Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang

R- squared 0.999304

Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 5%

Peran Infrastruktur dan Tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang

Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas yang digunakan di dalam model berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang pada taraf nyata lima persen. Pengaruh masing-masing infrastruktur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: Infrastruktur Jalan

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa panjang jalan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel infrastruktur jalan sebesar -0.128586, yang artinya penambahan panjang jalan sebesar satu Kilometer (km) akan menurunkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang sebesar US$ 0.128586 ribu (cateris paribus). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan bahwa pertumbuhan infrastruktur jalan akan mampu meningkatkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.

Adanya perbedaan hasil yang didapat dengan hipotesis awal disebabkan oleh kondisi jalan yang rusak di Kabupaten Karawang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Saat ini panjang jalan di kabupaten tersebut yang menjadi

Variabel Koef Std-error t-statistic Prob JLN -0.128586 0.035860 -3.585799 0.0037 LIST -0.000265 1.30E-05 -20.34806 0.0000 AIR 2.193469 0.346717 6.326392 0.0000 TK 1.892839 0.536594 3.527510 0.0042 C -12531.64 45836.60 -0.273398 0.7892

28

tanggung jawab pemerintah sebesar 1500 km. Dalam jumlah tersebut, setiap tahunnya selalu terdapat upaya perbaikan akibat kondisi jalan yang memburuk. Kondisi jalan yang rusak ini sering ditemui di beberapa titik diantarnya akses menuju Gerbang Tol Karawang Timur, Jalan Interchange Karawang Barat, Jalan Perumnas Teluk Jambe, Jalan Peruri, Jalan By Pass Karawang, dan Jalan Lingkar

By Pass.

Gambar 15 Panjang jalan di Kabupaten Karawang menurut kondisi yang rusak

Sumber : BPS, 2014 (diolah).

Pada Gambar 15 terlihat bahwa pada tahun 1996 hingga 2012 kondisi jalan dalam kondisi rusak di Kabupaten Karawang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Adanya hal tersebut merupakan salah satu alasan terjadinya hubungan yang negatif antara penambahan panjang jalan dengan PMA di daerah tersebut.

Adanya kerusakan jalan ini juga diperparah akibat banjir yang sempat terjadi beberapa bulan terakhir ini. Adanya jalan yang berlubang membuat timbulnya kemacetan akibat kendaraan yang melewati jalan ini khususnya kendaraan roda empat serta truk-truk besar yang membawa barang–barang industri yang bernilai investasi harus berjalan perlahan. Adanya hal demikian, menyebabkan terhambatnya aktivitas ekonomi yang sedang berlangsung. Sehingga, dari hasil penelitian yang diperoleht tidak diragukan bahwa adanya penambahan jalan justru akan menurunkan jumlah PMA di Kabupaten Karawang. Infrastruktur Listrik

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa energi listrik yang terjual kepada industri berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel infrastruktur listrik sebesar -0.000265, yang artinya kenaikan jumlah energi listrik yang terjual kepada industri sebesar satu kWh akan menurunkan pertumbuhan PMA Karawang sebesar US$ 0.000265 ribu (cateris paribus). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis

29 awal yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah energi listrik yang terjual kepada industri akan meningkatkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.

Gambar 16 Persentase penggunaan energi listrik PLN per-tahun oleh industri di

Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

Sumber: BPS, 2014 ( diolah).

Pada Gambar 16 terlihat bahwa sejak tahun 2004, industri yang berada di Kabupaten Karawang hanya menggunakan persentase yang sangat sedikit terhadap energi listrik yang disediakan oleh PLN. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar industri yang berada di Kabupaten Karawang telah menggunakan pembangkit listrik pribadi untuk memenuhi segala keperluan akan energi listrik tersebut. Pada umumnya, industri yang berada di Kabupaten Karawang menggunakan energi alternatif seperti bahan bakar minyak (BBM), batubara, dan gas sebagai bahan bakar untuk menjalankan pembangkit listrik milik industri tersebut.

Gambar 17 Perbandingan pasokan energi listrik PLN yang diterima dan dibutuhkan oleh industri di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

30

Gambar 17 menunjukkan bahwa pada tahun 1998 hingga 2004 energi listrik yang disediakan oleh PLN tidak dapat mencukupi seluruh kebutuhan industri yang ada di Kabupaten Karawang. Sebelum pada akhirnya, sejak tahun 2009 kebutuhan akan energi listrik dapat disiasati oleh industri melalui penggunaan pembangkit listrik pribadi yang telah efektif sehingga ketergantungan industri terhadap pasokan listrik PLN telah berkurang dan kebutuhan listrik yang diperlukan dapat terpenuhi.

Dengan demikian, adanya ketidakmampuan industri ketika belum memiliki pembangkit listrik pribadi yang efektif dan hanya bergantung terhadap energi listrik yang disediakan oleh PLN menyebabkan kebutuhan industri akan energi listrik tidak mampu tercukupi sehingga hubungan antara pasokan energi listrik yang hanya disediakan oleh PLN dengan PMA yang berada di Kabupaten Karawang memiliki hubungan yang negatif.

Infrastruktur Air Bersih

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa jumlah air bersih yang disalurkan kepada industri memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel infrastruktur air bersih sebesar 2.193469, yang artinya kenaikan jumlah air bersih yang tersalurkan kepada industri sebesar satu m3 akan menaikkan pertumbuhan PMA Kabupaten Karawang sebesar US$ 2.193469 ribu (cateris paribus) . Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah air bersih yang disalurkan kepada industri akan meningkatkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.

Jumlah volume air bersih yang tersalurkan kepada industri menunjukkan jumlah air bersih yang dikonsumsi oleh industri yang berada di Kabupaten Karawang. Semakin besar jumlah air bersih yang digunakan menggambarkan seberapa besar akses suatu industri terhadap ketersediaan air bersih. Dalam penelitian ini, air bersih yang digunakan adalah air bersih yang disalurkan oleh PDAM kepada industri yang berada di Kabupaten Karawang.

Tenagakerja

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa jumlah tenagakerja yang bekerja di industri Kabupaten Karawang memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel tenagakerja sebesar 1.892839, yang artinya kenaikan jumlah tenagakerja yang bekerja di industri sebesar satu jiwa akan menaikkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang sebesar US$ 1.892839 ribu (cateris paribus) . Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah tenagakerja yang bekerja di industri akan mampu meningkatkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.

Banyaknya jumlah tenagakerja yang bekerja di industri menunjukkan kemampuan suatu industri dalam memenuhi modal fisik berupa modal

31 sumberdaya manusia. Semakin banyak jumlah tenagakerja yang bekerja di industri maka menggambarkan sejauh mana kemampuan suatu industri dalam memenuhi kebutuhan akan modal sumberdaya manusia untuk menjalani proses produksi yang dapat membantu untuk menambah nilai realisasi PMA di Kabupaten Karawang.

Pengaruh dari keempat variabel bebas yang diteliti terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa infratruktur air dan tenagakerja berpengaruh positif terhadap PMA. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur di suatu daerah akan mampu meningkatkan kemampuan ekonomi daerahnya. Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenagakerja, penambahan modal dan penyempurnaan teknologi (Todaro, 2000).

Sedangkan, infrastruktur jalan dan listrik berpengaruh negatif terhadap PMA di Kabupaten Karawang. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Menurut Todaro (2006), pengembangan infrastruktur merupakan salah satu faktor yang menentukan pembangunan ekonomi.

Dari keempat infrastruktur yang dibahas di dalam penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa ketersediaan infrastruktur air bersih memiliki pengaruh yang paling besar terhadap peningkatan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang jika dibandingkan dengan infrastruktur lainnya. Hal ini terlihat dari nilai elastisitas infrastruktur air bersih yang nilainya lebih besar dibandingkan nilai elastisitas tenagakerja yang keduanya memiliki hubungan yang positif terhadap PMA di Kabupaten Karawang.

Alternatif Kebijakan

Peran dari penyediaan infrastruktur dan tenagakerja di Kabupaten Karawang akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan PMA. Sehingga, pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan yang handal dalam hal pengembangan infrastruktur dan tenagakerja agar pertumbuhan PMA di daerah tersebut dapat terus meningkat. Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran penyediaan infrastruktur dan tenagakerja terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang, diperoleh bahwa seluruh infrastruktur yang digunakan didalam penelitian diantaranya, jalan, listrik, dan air bersih, serta tenagakerja berpengaruh signifikan terhadap PMA di Kabupaten Karawang.

Infrastruktur air bersih memiliki pengaruh yang paling besar terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Oleh karena itu, perlu peningkatan pengadaan air bersih khususnya terhadap industri baik dari segi kualitas maupun kuantitas karena air bersih dijadikan industri sebagai sarana pendukung untuk menghasilkan produksi yang maksimal demi terciptanya peningkatan jumlah PMA serta agar kebutuhan industri yang diperlukan dapat terpenuhi seluruhnya tanpa terkecuali.

Untuk infrastruktur jalan, infratruktur tersebut memiliki pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan PMA akibat kondisi jalan dalam keadaan rusak di Kabupaten Karawang memiliki trend yang meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga, pemerintah harus membuat kebijakan serta tindakan untuk memperbaiki kondisi jalan rusak serta tidak memperparah kondisi jalan yang

32

telah ada sebelumnya. Kebijakan yang dapat dibuat diantaranya, penegakkan peraturan yang telah dibuat mengenai penetapan aturan mengenai beban maksimal kendaraan yang dapat melewati jalan tersebut mengingat banyaknya jumlah kendaraan termasuk truk besar pembawa barang-barang industri melewati jalan tersebut dengan beban bawaan yang melebihi batas yang telah ditetapkan. Dengan menetapkan aturan demikian, kondisi jalan yang ada akan dapat dipertahankan dalam kondisi yang baik. Selain itu, dengan melakukan suatu tindakan seperti melakukan perbaikan jalan yang telah rusak mengingat banyak terdapat jalan berlubang di beberapa titik utama di Kabupaten Karawang dengan melakukan pergantian jalan aspal yang telah rusak dengan tidak hanya melakukan tambal sulam semata melainkan diganti dengan jalan beton. Pergantian konstruksi jalan ini dilakukan karena beton dinilai lebih tahan dengan beban kendaraan yang berat serta lebih tahan genangan air atau banjir serta biaya perawatan yang lebih murah sedangkan upaya perbaikan dengan tambal sulam tidak akan bertahan dalam waktu yang lama.

Kondisi jalan yang baik tentunya akan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan jalan dan akan menurunkan biaya produksi. Selain itu, adanya

Dokumen terkait