• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Infrastruktur dan Tenagakerja Terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang (Periode Tahun 1996-2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Infrastruktur dan Tenagakerja Terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang (Periode Tahun 1996-2013)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR DAN

TENAGAKERJA TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING

(PMA) DI KABUPATEN KARAWANG

(PERIODE TAHUN 1996-2013)

ANNISA FITRA HAPSARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMIDAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan skripsi berjudul Analisis Pengaruh Infrastruktur dan Tenagakerja Terhadap Penanaman Modal asing (PMA) di Kabupaten Karawang (Periode Tahun 1996-2013) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor. .

Bogor, Maret 2014

Annisa Fitra Hapsari

(4)

ABSTRAK

ANNISA FITRA HAPSARI. Analisis Pengaruh Infrastruktur dan Tenagakerja Terhadap Penanaman Modal asing (PMA) di Kabupaten Karawang (Periode Tahun 1996-2013). Dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI ALEXANDI.

Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan salah satu sarana untuk mencapai keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu daerah. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh infrastruktur dan tenagakerja terhadap PMA di Kabupaten Karawang pada tahun 1996-2013. Penelitian ini menggunakan data runtut waktu tahun 1996-2013 dengan menggunakan analisis regresi OLS melalui E-views 6. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan di dalam penelitian, diantaranya infrastruktur panjang jalan (JLN) dan listrik (LIST) memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Sementara itu, infrastruktur air bersih (AIR) dan tenagakerja (TK) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.

Kata kunci: Penanaman Modal Asing (PMA), Kabupaten Karawang, infrastruktur, tenagakerja, OLS

ABSTRACT

ANNISA FITRA HAPSARI. Analysis of Infrastructure and Labor Effect Againts Foreign Direct Investment in Karawang Regency: (Period 1996-2013).

Supervised by MUHAMMAD FINDI ALEXANDI.

The Foreign Direct Investment is one means to achieve the success of economic development in a region . This study aims to analyze the influence of infrastructure and labor against FDI in Karawang district in 1996-2013. This study uses time series data years 1996-2013. OLS regression analysis were employed by using E-views 6. The results of this study indicate that the independent variables used in the study, i.e. the long road infrastructure (JLN) and electricity (LIST) have negative and significant relationship to the growth of foreign direct investment in Karawang district . Meanwhile, water infrastructure (AIR) and labor (TK) have positive and significant effects on the growth of foreign direct investment in Karawang district.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR DAN

TENAGAKERJA TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING

(PMA) DI KABUPATEN KARAWANG

(PERIODE TAHUN 1996-2013)

ANNISA FITRA HAPSARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Infrastruktur dan Tenagakerja Terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang (Periode Tahun 1996-2013)

Nama : Annisa Fitra Hapsari NIM : H14100006

Disetujui oleh

Dr. Muhammad Findi A, M.E.

Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph. D. Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang bejudul Analisis Pengaruh Infrastruktur dan Tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang (Periode tahun 1996-2013). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1. Dr. Muhammad Findi A., M.E. selaku dosen pemimbing yang secara sabar

dan ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing saya dengan memberikan masukan serta kritik membangun dalam penulisan skripsi ini 2. Dr. Ir. Wiwiek Rindayanti sebagai dosen penguji utama dan Laely Dwi

Arsyianti, M. Sc. sebagai dosen dari komisi pendidikan yang telah bersedia menguji penulis dan memberikan masukan untuk memperbaiki penyusunan skripsi ini.

3. Kedua orang tua tercinta penulis, Ir. Budi Susetyo, M.M. dan Endah Mahanani Lestari, S.Sos., serta adik yang paling saya sayangi Annura Ratri Ramadanti yang telah memberikan dukungan yang besar baik secara moril maupun materil serta memberikan perhatian, kasih sayang, doa yang tulus dan rela meluangkan waktunya untuk mendengarkan segala cerita suka duka selama ini.

4. Seluruh saudara tercinta yang berasal dari Magelang, Wonogiri, dan Tirtomoyo yang tidak dapat disebutkan satu persatu

5. Para pengajar dan staf Departemen Ilmu Ekonomi (IE) IPB, staf Badan Pusat Statistik (BPS), serta staf Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang telah membantu saya demi kelancaran proses penulisan skripsi saya ini. 6. Seluruh teman satu PS, diantaranya Dyah Ayu, Desty, Lia, dan Hilman.

Terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan selama proses penulisan, seminar, hingga sidang.

7. Sahabat dan teman saya yang paling baik diantaranya Shintia, Linda, Romi, Rifqi, Dimas, Harlyn, Fani, Bella, dan Illi. Terimakasih sudah mewarnai hidup saya selama ini serta telah memberikan seluruh dukungan yang besar untuk saya.

8. Seluruh mahasiswa IE (ESP) 47 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya selama kurang lebih tiga tahun ini, senang dapat berkenalan dengan kalian semua.

9. Teman-teman seperjuangan saya, yaitu Adhlan dan Fahmi. Terimakasih atas bantuan dan semangat yang telah diberikan selama ini.

Bogor, Maret 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

METODE PENELITIAN 15

Jenis dan Sumber Data 15

Metode Analisis dan Pengolahan Data 15

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang 19

Perkembangan Infrastruktur dan Tenagakerja di Kabupaten Karawang 20

Analisis Model Penelitian 25

Peran Infrastruktur dan Tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang 27

Alternatif Kebijakan 31

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 36

(10)

DAFTAR TABEL

1. Matriks korelasi 26

2. Hasil estimasi pada persamaan persamaan Peran Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang 27

DAFTAR GAMBAR

1. Peringkat realisasi investasi PMA berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) menurut provinsi tahun

2010 – 2013 (US$) 2

2. Total minat investasi PMA Jawa Barat menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2010 -2013 3

3. Total realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di

Kabupaten Karawang tahun 1996 -2013 3 4. Pertumbuhan tenagakerja di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013 4 5. Panjang jalan di Kabupaten Karawang menurut kondisi yang baik 5 6. Perbandingan pertumbuhan infrastruktur ekonomi di

Kabupaten Karawang tahun 2000–2013 6

7. Kerangka pemikiran 14

8. Realisasi PMA di Kabupaten Karawang menurut sektor tahun

1996-2013 19

9. Persentase panjang jalan menurut kondisi di Kabupaten Karawang

tahun 1996 – 2012 21 10. Jumlah energi listrik PLN yang terjual di Kabupaten Karawang

tahun 1996-2013 22

11. Akumulasi energi listrik PLN yang terjual menurut

kelompok pelanggan di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013 22 12. Volume air yang disalurkan PDAM di Kabupaten Karawang tahun

1996-2013 23 13. Akumulasi volume air bersih yang disalurkan menurut jenis

pelanggan di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013 24 14. Jumlah tenagakerja yang bekerja pada industri di Kabupaten

Karawang 24

15. Panjang jalan di Kabupaten Karawang menurut kondisi yang rusak 28 16. Persentase penggunaan energi listrik PLN per-tahun oleh

industri di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013 29 17. Perbandingan pasokan energi listrik PLN yang diterima dan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Uji Normalitas – Residual Test – Histogram 36 2. Uji White pada persamaan Peran Infrastruktur terhadap

Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang 37 3. Uji LM pada persamaan Peran Infrastruktur terhadap Penanaman

Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang 38 4. Hasil estimasi pada persamaan persamaan Peran Infrastruktur

terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang

dengan model Ordinary Least Square 39 5. Hasil perhitungan mean pada Persamaan Peran Infrastruktur

terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang 40 6. Hasil perhitungan elastisitas variabel-variabel bebas pada

Persamaan Peran Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang selalu berusaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di negaranya agar tidak tertinggal dengan pembangunan di negara–negara maju. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ketersediaan sumber daya manusia, sumberdaya alam, pembentukan modal, serta teknologi.

Masih tertinggalnya perekonomian Indonesia pada awal orde baru, mendorong pemerintah untuk mencari sumber pembiayaan pembangunan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai sumber pembiayaan untuk menutup keterbatasan pembiayaan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sumber penanaman modal dapat dilakukan melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Saat ini, dana pemerintah yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi di Indonesia sehingga peran PMA sangat diperlukan dan diharapkan dalam menggerakkan pembangunan ekonomi. Sumber ini dipilih karena dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan melakukan hutang kepada luar negeri yang harus mengembalikan kewajiban kepada pihak yang bersangkutan.

Untuk menarik investasi di suatu negara, negara harus berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang baik agar para investor tidak segan untuk menanamkan modalnya sebagai upaya untuk mendanai pembangunan ekonomi di negara tersebut. Menurut (Stern, 2002 dalam Kuncoro, 2006), iklim investasi adalah semua kebijakan, kelembagaan dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa depan yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dan resiko suatu investasi.

Menurut Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) (2008), ada sembilan indikator iklim investasi berdasarkan persepsi pelaku usaha yang mempengaruhi investasi di Indonesia, yaitu akses lahan usaha dan kepastian usaha, perizinan usaha, interaksi antara Pemda dan pelaku usaha, program pengembangan usaha swasta, kapasitas dan integritas Kepala Daerah, pajak daerah, retribusi daerah dan biaya transaksi lain, kebijakan infrastruktur daerah, keamanan dan penyelesaian konflik, dan kualitas peraturan daerah.

(14)

2

Gambar 1 Peringkat realisasi investasi PMA berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) menurut provinsi tahun 2010 – 2013 (US$)

Sumber : BPPMD, 2014.

Saat ini, Jawa Barat memiliki jumlah PMA terbesar di Indonesia. Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 hingga tahun 2013 Provinsi Jawa Barat menempati posisi pertama dengan jumlah realisasi PMA terbesar di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki potensi yang tinggi dalam mencapai pembangunan ekonomi.

Salah satu kabupaten yang menarik untuk diteliti di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Karawang. Sejak dahulu, memang Kabupaten Karawang terkenal sebagai sentra produksi padi Jawa Barat. Namun saat ini, Kabupaten Karawang memiliki potensi lain sebagai kota industri. Kabupaten ini juga menunjukkan kemajuan yang pesat dalam hal PMA. Kabupaten Karawang memiliki keunggulan sebagai daerah yang menjadi pusat perhatian para investor asing yang ingin menanamkan modalnya. Kabupaten Karawang memiliki beberapa lokasi yang memang dijadikan sebagai kawasan industri diantaranya, Karawang International Industry City (KIIC), Kawasan Surya Cipta, Kawasan Bukit Indah City (BIC) yang berada di jalur Cikampek, Karawang.

Kegiatan industri di Kabupaten Karawang berlokasi di bagian selatan yakni di Kecamatan Klari, Telukjambe, Karawang, Jatisari, Pangkalan, dan Cikampek. Adanya potensi industri yang baik di Kabupaten Karawang disebabkan oleh lokasi yang strategis karena berdekatan dengan Ibukota Jakarta serta menjadi gerbang menuju Ibukota Jakarta dengan adanya Gerbang Tol Cikampek. Selain itu, adanya rencana untuk pembangunan pelabuhan taraf internasional di Utara Karawang sebagai perluasan pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta membuat Kabupaten Karawang menjadi suatu daerah yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para investor asing untuk berlomba-lomba menanamkan modalnya di daerah tersebut.

(15)

3

Gambar 2 Total minat investasi PMA Jawa Barat menurut Kabupaten/Kota tahun

2010 -2013

Sumber: BKPPMD, 2014 (diolah).

Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa terbuktinya Kabupaten Karawang yang beberapa tahun belakangan ini telah menjadi kota industri sekaligus sebagai pesaing utama Kabupaten Bekasi yang lebih dahulu terkenal menjadi kota industri bahkan pada tahun 2012 Kabupaten Karawang sempat menduduki peringkat pertama dari seluruh provinsi yang ada di Jawa Barat. Jika melihat dari trend

pergerakannya, total minat investasi di Kabupaten Karawang dari tahun 2010 hingga 2013 mengalami peningkatan.

Adanya penanaman modal asing di Kabupaten Karawang akan memberikan keuntungan bagi daerah yang bersangkutan diantaranya, dalam jangka panjang adanya PMA ini akan mampu meningkatkan tingkat keahlian pekerja lokal serta meningkatkan teknologi yang ada di daerah, khususnya teknologi yang digunakan untuk memajukan pembangunan ekonomi suatu daerah.

Gambar 3 Total realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

Sumber : BKPM, 2014 (diolah).

(16)

4

akhirnya menunjukkan trend yang terus meningkat di tahun berikutnya. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2012 sebesar US$ 1,883,516.6 ribu seiring dengan kedudukan Kabupaten Karawang sebagai daerah yang memiliki jumlah minat investasi terbesar di Jawa Barat. Sedangkan, Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2001 yakni sebesar US$ 504,773.6 ribu Penurunan ini dapat terjadi salah satunya diakibatkan oleh beberapa perusahaan atau industri yang mengalami kebangkrutan akibat terbatasnya tenagakerja yang sesuai dengan standar.

Terciptanya nilai PMA di suatu daerah, tentunya tidak terlepas dari aspek ketersediaan tenagakerja. Tenagakerja merupakan faktor penting dalam penciptaan pertumbuhan PMA yang baik karena tenagakerja merupakan salah satu modal fisik berupa modal sumberdaya manusia bagi industri untuk menghasilkan barang-barang produksi bernilai investasi. Menurut UNCTAD (2000), salah satu faktor yang mempengaruhi investasi asing adalah ketersediaan tenagakerja yang terdidik. Salah satu bentuk aktivitas penanaman modal asing adalah pendirian industri-industri baru, sehingga adanya pembangunan industri tersebut secara otomatis akan mampu menciptakan penyerapan tenagakerja. Jika jumlah tenagakerja yang terserap ke dalam industri mencukupi seluruh kebutuhan yang ada maka produks yang dihasilkan dapat optimal sehingga nilai PMA yang tercipta akan meningkat.

Gambar 4 Pertumbuhan tenagakerja di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

Sumber: BPS, 2014 (diolah).

Gambar 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan tenagakerja di Kabupaten Karawang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1998 yang meningkat hingga 0.72 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2000 yang mencapai 1.37 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikan, sejak tahun 2004 jumlah tenagakerja yang berada di Kabupaten Karawang menunjukkan trend

(17)

5

Gambar 5 Panjang jalan di Kabupaten Karawang menurut kondisi yang baik

Sumber : BPS, 2014 (diolah).

Salah satu hal yang turut membantu terciptanya kondisi PMA yang baik di suatu daerah adalah sarana infrastruktur. Infrastruktur merupakan salah satu modal yang dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan produksi di industri. Adanya infrastruktur yang memadai akan memudahkan aktivitas perekonomian yang berlangsung khususnya dalam hal distribusi barang dan jasa sehingga jumlah output yang mampu dihasilkan akan meningkat yang disertai pula dengan nilai PMA yang bertambah. Namun sayangnya, adanya peningkatan jumlah realisasi PMA di Kabupaten Karawang ternyata tidak disertai dengan ketersediaan infrastruktur yang baik. Berdasarkan Gambar 5 dapat terlihat bahwa keberadaan infrastruktur jalan yang tergolong baik kurang memadai di Kabupaten Karawang. Infrastruktur yang kurang tersedia ini sangat terlihat khususnya pada tahun 2007 karena di tahun tersebut terjadi penurunan yang besar dan terus berlanjut hingga tahun 2009. Selain itu, penurunan kondisi jalan juga sangat jelas terlihat pada tahun 2012 padahal pada tahun tersebut terjadi kenaikan PMA sangat besar.

Perumusan Masalah

(18)

6

Gambar 6 Perbandingan pertumbuhan infrastruktur ekonomi di Kabupaten Karawang tahun 2000-2013

Sumber : BPS, 2014 (diolah).

Berdasarkan Gambar 6 pertumbuhan infrastruktur di Karawang tidak selalu menunjukan peningkatan. Pertumbuhan listrik dan air bersih sempat menunjukkan pertumbuhan yang negatif pada tahun 2003 dan 2010. Hal ini dapat terjadi akibat pendanaan yang kurang terhadap pemenuhan kebutuhan listrik baru yang cukup besar dan PLN hanya mampu menjaga pasokan listrik yang telah ada untuk menjaga agar pemadaman listrik tidak terjadi. Namun, tidak berarti kebutuhan listrik yang ada dapat terpenuhi seluruhnya. Infrastruktur air bersih di Kabupaten Karawang juga mengalami penurunan pada tahun tersebut. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan air terhadap seluruh masyarakat akibat kenaikan penduduk yang cukup besar di tahun tersebut. Kenaikan penduduk ini disebabkan oleh migrasi penduduk yang berasal dari luar kota yang ingin bekerja di Kabupaten Karawang. Sedangkan, infrastruktur jalan tidak menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif ataupun negatif. Hal ini disebabkan tidak adanya pertambahan maupun pengurangan jumlah panjang jalan yang berarti sehingga tidak terlihat adanya perubahan pertumbuhan yang signifikan pada infrastruktur tersebut.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kondisi umum perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang ?

2. Bagaimana perkembangan pembangunan infrastruktur jalan, infrastruktur listrik, infrastruktur air bersih, dan tenagakerja di Kabupaten Karawang dari tahun ke tahun ?

(19)

7

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini diantaranya :

1. Mengidentifikasi kondisi umum perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang.

2. Menganalisis perkembangan pembangunan infrastruktur jalan, infrastruktur listrik, infrastruktur air bersih, dan tenagakerja di Kabupaten Karawang dari tahun ke tahun.

3. Menganalisis peran dari penyediaan infrastruktur jalan, infrastruktur listrik, infrastruktur air bersih, dan tenagakerja terhadap PMA di Kabupaten Karawang.

Manfaat Penelitian

Di samping untuk menjawab permasalahan yang ada, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang bertujuan untuk pengembangan infrastruktur dan tenagakerja demi memajukan pertumbuhan PMA yang baik.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian – penelitian lebih lanjut.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan pengetahuan mengenai perkembangan infrastruktur dan tenagakerja yang ada di Kabupaten Karawang.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada Kabupaten Karawang di Provinsi Jawa Barat dari tahun 1996 hingga 2013. Data yang dipakai merupakan data sekunder. Penggunaan data dalam penelitian ini dimulai sejak tahun 1996. Hal ini disesuaikan dengan perkembangan potensi Kabupaten Karawang sebagai kota industri yang mulai terlihat pada tahun tersebut serta berdasarkan kelengkapan data yang memadai sejak tahun tersebut. Infrastruktur yang akan diteliti adalah infrastruktur ekonomi yang meliputi infrastruktur jalan berdasarkan kondisi jalan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi listrik PLN menurut klasifikasi yang disediakan oleh P.T. PLN Distribusi Jawa Barat cabang Karawang, ketersediaan air bersih yang disediakan oleh PDAM, serta ketersediaan tenagakerja yang diperoleh dari (BPS).

(20)

8

TINJAUAN PUSTAKA

Infrastruktur

Menurut Gie (2002), infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988). Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, serta instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000).

Begitu banyak dan besarnya peran infrastruktur sehingga dalam sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat oleh Aschauer, 1989 dan Munnell, 1990 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi, adalah sebesar 60% (Dikun, 2003).

The World Bank (1994) mengelompokkan infrastruktur ke dalam beberapa jenis, diantaranya :

1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).

2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan rekreasi.

3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakkan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi.

Tenagakerja

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan, tenagakerja yaitu yaitu setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/ atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

(21)

9 Penduduk tergolong tenagakerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja.

Menurut Dumairy (1997), yang tergolong sebagai tenagakerja adalah penduduk yang mempunyai umur dalam batas usia kerja. Setiap negara memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenagakerja pada masing-masing negara juga berbeda, sehingga batasan usia kerja antar negara menjadi tidak sama. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15–64 tahun. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa semua penduduk yang telah berumur 15 tahun keatas dapat digolongkan sebagai tenagakerja.

Pemilihan umur 15 tahun sebagai batas umur minimal adalah berdasarkan kenyataan penduduk umur 15 tahun di Indonesia sudah bekerja atau mencari kerja terutama di desa-desa. Demikian juga Indonesia tidak menetapkan batasan umur maksimal tenagakerja karena belum adanya jaminan sosial nasional. Hanya sebagian kecil penduduk yang menerima tunjangan hari tua, yaitu pegawai negeri dan sebagian pegawai swata. Bagi golongan ini pun pendapatan yang diterima tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga mereka yang telah mencapai umur pensiun masih tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhannya, sehingga mereka tetap digolongkan sebagai tenagakerja (Simanjuntak, 1998).

Definisi Penanaman Modal Asing (PMA)

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, penanaman modal adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Penanaman modal ini bertujuan antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; menciptakan lapangan kerja; meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; mendorong perkembangan ekonomi kerakyatan; mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam maupun dari luar negeri; dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, penanaman modal asing hanya meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan-ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut.

Sedangkan, pengertian modal asing dalam Undang-undang pasal 2 adalah : a. Alat pembayaran luar negeri yang bukan merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia namun tetap berdasarkan persetujuan pemerintah yang digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

(22)

10

c. Bagian dari hasil perusahaan dimana berdasarkan Undang-undang, modal ini diperkenankan untuk ditransfer namun hanya dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia. Adapun modal asing dalam Undang-undang ini tidak hanya berbentuk valuta asing melainkan alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, penemuan-penemuan milik orang/badan asing yang dipergunakan dalam perusahaan di Indonesia dan keuntungan yang boleh ditransfer ke luar negeri tetapi dipergunakan kembali di Indonesia.

Penanaman modal asing dapat dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain penanaman keuangan murni, usaha patungan, serta melalui anak perusahaan yang diatur sepenuhnya oleh pihak asing. Penanaman modal asing memiliki banyak manfaat bagi daerah dan masyarakat, diantaranya sebagai sumber pengetahuan, memberikan keuntungan, sebagai sumber modal, dan menciptakan suatu persaingan yang positif

Konsep Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Rustiadi (2005), secara filosofis proses pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik.

Todaro (2000) menyebutkan bahwa pembangunan paling tidak harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahaminya. Komponen yang paling hakiki tersebut yaitu kecukupan makanan (sustenance), memenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri atau jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom) untuk memilih. Todaro (1998), juga mendefinisikan pembangunan merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dari struktur sosial sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional sebagai akselerator pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan, dan kemiskinan absolut. Sedangkan dalam arti sempit, Glasson (1977) mendefinisikan pembangunan wilayah yaitu kemampuan wilayah yang bersangkutan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan.

Arsyad (1999) menjelaskan yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi daerah adalah apabila terjadi peningkatan pendapatan masyarakat di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di wilayah tertentu. Pertambahan pendapatan tersebut di ukur dalam nilai rill atau di nyatakan dalam harga konstan. Djoyohadikusumo (1994) menjelaskan pertumbuhan ekonomi pada dasarnya terkait dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam satu daerah.

(23)

11 Menurut Anwar (1992), kegiatan pembangunan seringkali bersifat eksploitasi dengan menggunakan teknologi yang padat modal dan kurang memanfaatkan tenagakerja setempat, sehingga manfaatnya bocor keluar wilayah. Lebih lanjut dikatakan, multiplier yang ditimbulkan kurang dapat ditangkap secara lokal dan regional, sehingga penduduk setempat seolah-olah (as if) menjadi penonton. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya disparitas terhadap pembangunan atau tingkat pertumbuhan suatu wilayah, sehingga kemampuan wilayah dalam mengelola barang dan jasa, baik dalam bentuk barang jadi maupun setengah jadi akan berbeda.

Konsep Hubungan Infrastruktur dan Tenagakerja Terhadap PMA

Investasi merupakan faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Permintaan akan masuknya investasi ke suatu negara atau daerah dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah infrastruktur yang dapat berpengaruh terhadap kelancaran distribusi output kepada konsumen. Pekerja akan mampu bekerja secara produktif jika mereka disediakan alat-alat yang memadai untuk melakukan suatu pekerjaan seperti memproduksi barang-barang. Peralatan dan infrastruktur yang di gunakan untuk menghasilkan barang dan jasa di sebut modal fisik. Menurut Todaro (2000), tingkat ketersediaan infrastruktur di suatu negara adalah faktor penting dan menentukan bagi tingkat percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi.

Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian tenagakerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat homogen. Menurut Todaro (2004), angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah tidak terbatas. Dalam keadaan demikian, peranan tenagakerja mengandung sifat elastisitas yang tinggi. Meningkatnya permintaan atas tenagakerja (dari sektor tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern. Dengan demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenagakerja. Jumlah tenagakerja yang besar dapat berarti menambah jumlah tenaga produktif. Dengan meningkatnya produktivitas tenagakerja diharapkan akan meningkatkan produksi. Produktivitas tenagakerja itu sendiri akan sangat berperan penting dalam perkembangan investasi khususnya sektor industri. Semakin tinggi produktivitas maka dampaknya akan semakin baik terhadap perkembangan investasi, begitu juga sebaliknya, tenagakerja yang tidak produktif akan mengakibatkan biaya produksi menjadi tinggi yang akan merugikan perusahaan itu sendiri.

Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai rujukan, diantaranya penelitian Krismanti (2009) yang

(24)

12

ekonomi di Indonesia. Produktivitas ekonomi diperoleh koefisien dari output per tenagakerja yang diadopsi dari bentuk model pertumbuhan Solow, yang menghubungkan output dengan input faktor produksi. Kapital yang diteliti adalah investasi yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial. Analisis dilakukan dengan menggunakan data 26 provinsi di Indonesia dan pada kurun waktu 13 tahun (1995–2007). Pendekatan dilakukan dengan model fixed effects menunjukkan hasil bahwa masing-masing infrastruktur yang meliputi panjang jalan, energi listrik yang terjual, air bersih yang disalurkan dan sarana kesehatan yang diwakili dengan data jumlah rumah sakit dan puskesmas memberikan pengaruh yang positif terhadap produktivitas ekonomi dengan tingkat elastisitas yang berbeda-beda, yaitu infrastruktur sarana kesehatan sebesar 0,65, energi listrik 0,08, panjang jalan 0,07 dan air bersih 0,05. Sarana kesehatan yang merupakan bagian dalam modal manusia yang vital bagi pembangunan, mempunyai tingkat elastisitas yang paling besar memengaruhi produktivitas ekonomi dimana setiap kenaikan 1 persen infrastruktur kesehatan akan meningkatkan produktivitas ekonomi sebesar 0,65 persen.

Penelitian Phytaloka (2010) yang berjudul “ Analisis Faktor–Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing dan Peluang Investasi (Studi Kasus: Kota Cimahi, Jawa Barat)” yang membahas mengenai faktor–faktor yang memengaruhi penanaman modal asing di kota Cimahi serta kebijakan pemerintah yang dilakukan dalam mengatasi panjangnya rantai birokrasi sebagai salah satu penghambat bagi masuknya investasi di kota tersebut dan melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian di Kota Cimahi sehingga dapat diketahui sektor apa yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Penelitian ini menggunakan metode model analisis regresi linear berganda dan persamaan dalam model diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan software Eviews 4.1 dan Minitab, dan analisis Shift Share dengan menggunakan Microsoft Excel. Variabel terikat yang digunakan dalam model ini adalah penanaman modal asing, sedangkan variabel bebasnya adalah infrastruktur, inflasi, PDRB, tenagakerja, dan dummy kebijakan satu pintu. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB Kota Cimahi mengalami peningkatan sebesar Rp 1,398,178.46 juta menunjukkan bahwa perekonomian Kota Cimahi mengalami pertumbuhan. Sektor yang mengalami perubahan paling besar adalah industri pengolahan dan sektor yang mengalami perubahan paling kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian.

Penelitian Sari (2009) yang berjudul “Pengaruh pembangunan

Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 25 Kabupaten Tertinggal Kawasan Timur Indonesia” membahas tentang gambaran umum keragaan dan menganalisis pengaruh infrastruktur khususnya infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap pertumbuhan ekonomi 25 kabupaten tertinggal Kawasan Timur Indonesia (KTI). Penelitian menggunakan data sekunder berupa data panel 25 kabupaten tertinggal KTI untuk periode 3 tahun (2003, 2005 dan 2007). Teknik estimasi yang dilakukan adalah analisis regresi data panel dengan metode

Generalized Least Square (GLS). Hasil penelitian dengan menggunakan model

(25)

13 kabupaten tertinggal menjadi suatu kabupaten yang terbuka dan mampu

berinteraksi dengan “dunia luar” sehingga akses ke berbagai faktor produksi

menjadi semakin mudah untuk dijangkau.

Jurnal penelitian Wijayanti, Yusuf (2011) dengan judul “ Pengaruh Ketersediaan Tenagakerja, Infrastruktur, Pendapatan Perkapita, dan Suku Bunga Terhadap Investasi Industri Kota Semarang” membahas mengenai hubungan pengaruh tenagakerja, infrastruktur, pendapatan perkapita, dan suku bunga terhadap investasi industri di Kota Semarang. Penelitian menggunakan data sekunder (time series) untuk periode 1990-2009. Teknik estimasi yang dilakukan dengan metode Error Correction Model (ECM) dengan menggunakan E-views

6.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tenagakerja dan infrastruktur tidak berpengaruh terhadap investasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan, variabel pendapatan perkapita dan suku bunga berpengaruh terhadap investasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dari seluruh variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, pendapatan perkapita merupakan veriabel yang paling berpengaruh dominan terhadap investasi industri Kota Semarang dibandingkan variabel lainnya.

Kerangka Pemikiran

Investasi di suatu daerah merupakan suatu hal yang penting dalam memajukan perekonomian dan pembangunan suatu negara. Investasi dapat digolongkan menjadi menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Jumlah investasi yang ditanamkan di Kabupeten Karawang sangat terkait dengan kondisi infrastruktur yang terdiri dari infrastruktur ekonomi dan sosial. Kurang memadainya infrastruktur di suatu daerah akan menyebabkan para investor enggan untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut. Namun sebaliknya, jika suatu daerah memiliki infrastruktur yang baik dan memadai maka jumlah investor yang datang untuk menanamkan modalnya akan terus bertambah sehingga jumlah investasi daerah tersebut akan meningkat. Adanya potensi investasi yang baik di suatu daerah juga dipengaruhi oleh faktor tenagakerja. Adanya peningkatan jumlah investasi yang ditanam oleh investor disebabkan oleh meningkatnya produktifitas tenagakerja yang ada di daerah tersebut.

(26)

14

Dalam penelitian ini difokuskan pada PMA, infrastruktur ekonomi yang terdiri dari infrastruktur jalan, listrik, dan air bersih, serta tenagakerja yang berada di Kabupaten Karawang. Adanya peningkatan pada infrastruktur serta jumlah tenagakerja akan memberikan pengaruh yang postif terhadap PMA yang ada di daerah tersebut. Peningkatan PMA secara otomatis akan meningkatkan sumber pembiayaan daerah yang digunakan untuk memperbaiki pembangunan ekonomi baik secara lokal maupun nasional. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada Gambar 7 berikut

Gambar 7 Kerangka pemikiran Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak dimasukkan kedalam penelitian

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan teori yang tertera pada pendahuluan, diantaranya:

1. Pertambahan jumlah panjang jalan berpengaruh positif terhadap PMA di Kabupaten Karawang.

(27)

15 lokal maupun nasional melalui peningkatan jumlah PMA yang ada di daerah tersebut.

3. Jumlah volume air bersih yang disalurkan kepada industri berpengaruh positif PMA di Kabupaten Karawang karena adanya ketersediaan akses air bersih akan meningkatkan pembangunan ekonomi baik secara lokal maupun nasional melalui peningkatan jumlah PMA yang ada di daerah tersebut. 4. Jumlah tenagakerja yang tersedia berpengaruh positif terhadap nilai PMA di

Kabupaten Karawang karena semakin banyak jumlah tenagakerja yang bekerja di Industri Kabupaten Karawang maka akan meningkatkan jumlah barang yang akan dihasilkan sebagai salah satu bentuk penciptaan PMA di daerah tersebut serta kebutuhan industri akan modal sumberdaya manusia akan terpenuhi.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder time series tahunan periode 1996 hingga 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya, data Penanaman Modal Asing (PMA) yang diperoleh dari Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM), panjang jalan (km) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Konsumsi listrik menurut klasifikasi yang disediakan oleh P.T. PLN diperoleh dari BPS, ketersediaan air bersih yang disediakan oleh PDAM diperoleh dari BPS, jumlah tenagakerja yang bekerja di industri Kabupaten Karawang yang diperoleh dari BPS.

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Penanaman Modal Asing (PMA) yang akan dianalisis dengan teknik Ordinary Least Square

(OLS). Dengan teknik itu diharapkan dapat diketahui mengenai pengaruh infrastruktur yang terdiri dari panjang jalan (km), Energi listrik (kWh), dan air bersih (m³), serta jumlah tenagakerja (jiwa) terhadap PMA di Kabupaten Karawang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6.

Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan meramal suatu variabel. Menurut Gujarati (2003), analisis regresi berganda merupakan studi ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

(28)

16

Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat dan empat variabel bebas untuk menganalisis pengaruh ketersediaan infrastruktur terhadap penanaman modal asing (PMA) di Kabupaten Karawang periode 1996 hingga 2013. Variabel terikat yang diamati adalah penanaman modal asing (PMA) di Kabupaten Karawang dengan variabel bebasnya adalah infrastruktur jalan (km), energi listrik yang terjual (kWh), air bersih yang tersalurkan (m³), serta jumlah tenagakerja (jiwa). Model yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan persamaan berikut :

Menurut Gujarati (2003), analisis regresi berganda merupakan studi ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata–rata populasi atau nilai rata–rata variabel dependen berdasarkan variabel independen yang diketahui. Adapun variabel yang diteliti memiliki definisi operasional variabel diantaranya sebagai berikut :

1. Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan undang– undang di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung akan menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Variabel yang digunakan dalam PMA ini adalah realisasi nilai penanaman modal asing dengan satuan harga yang digunakan adalah US dollar.

2. Panjang Jalan merupakan salah satu proxy dari infrastruktur. Panjang jalan tergolong kedalam infrastruktur ekonomi. Satuan yang dipakai dalam panjang jalan merupakan satuan jarak km.

(29)

17 4. Air bersih merupakan salah satu proxy infrastruktur. Air bersih yang digunakan merupakan air yang dipakai masyarakat untuk keperluan hidupnya yang disediakan oleh PDAM. Air bersih tergolong kedalam infrastruktur ekonomi. Satuan yang dipakai dalam air bersih adalah m³. 5. Tenagakerja merupakan penduduk yang mempunyai umur didalam batas

usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku adalah 15 tahun. Variabel tenagakerja yang digunakan adalah tenagakerja yang bekerja di industri yang berada di Kabupaten Karawang dengan satuan yang digunakan adalah jiwa.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan syarat statistik yang harus dipenuhi analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Selain itu, untuk mendapatkan model regresi linear berganda yang baik harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat dicapai jika memenuhi kriteria berikut :

1. b1 dan b2 merupakan penaksir linear dimana penaksir tersebut merupakan fungsi linear dari variabel acak Y

2. Kedua penaksir tidak bias yakni, E(b1)= B1 dan E(b2)= B2. Jika penerapannya dilakukan secara berulang – ulang, maka secara rata – rata b1 dan b2 akan sama dengan nilai B1 dan B2.

3. E(σ2) = σ2, yang artinya varians kesalahan dari OLS tidak bias. Jika penerapannya dilakukan secara berulang–ulang, maka nilai taksiran dari varians kesalahan akan tepat sama dengan nilai varians yang sebenarnya

4. b1 dan b2 merupakan penaksir yang efisien, yang artinya var (b1) lebih kecil daripada varians penaksir linear tak bias lainnya untuk B1 dan var (b2) lebih kecil daripada varians penaksir linear tak bias lainnya untuk B2. Dengan demikian, penaksiran B1 dan B2 dengan OLS sebenarnya akan lebih tepat dibandingkan metode lainnya walaupun memberikan penaksir tak bias juga dari parameter yang sebenarnya.

Uji Ekonometrika

Untuk menguji asumsi klasik di dalam suatu penelitian, dilakukan beberapa pengujian diantarnya :

1. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk melihat error term terdistribusi secara normal atau tidak. Uji ini dapat dilihat melalui Jarque– Bera Test (J-B) atau melihat dari plot sisaan. Jika nilai probabilitas pada (J-B) > taraf nyata α, maka

error term dalam model yang digunakan terdistribusi secara normal. Sedangkan, jika nilai probabilitas pada (J-B) < taraf nyata α,maka error term dalam model yang digunakan tidak terdistribusi secara normal

(30)

18

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar variabel bebas dalam model regresi. Menurut Gujarati (2006), adanya multikolinearitas dapat tetlihat melalui :

a. Nilai R-squared yang tinggi namun sedikit rasio yang signifikan b. Korelasi berpasangan yang tinggi antar variabel bebasnya

c. Melakukan regresi tambahan dengan memberlakukan variabel bebas sebagai salah satu variabel terikat dan variabel bebas lainnya tetap diberlakukan sebagai variabel bebas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa model yang digunakan terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Masalah ini terjadi jika variansi dari suatu error tidak bersifat konstan (tetap). Cara yang dilakukan untuk mendeteksi masalah ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji White. Heteroskedastisitas terjadi dalam suatu model jika nilai statistik white lebih besar dari tabel χ2.

4. Uji Autokorelasi

Suatu model terindikasi telah terjadi autokorelasi jika antara suatu pengamatan dengan pengamatan lainnya memiliki keterikatan. Untuk mendeteksi adanya masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM) yang nantinya akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey. Pengujian Breusch-Godfrey

dilakukan dengan meregresi residual. Bila nilai probability (P-value) lebih kecil dari taraf nyata, maka model yang digunakan mengandung autokorelasi.

Uji Kriteria Statistik

Untuk mengevaluasi model berdasarkan kriteria statistik dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pengujian diantaranya,

a. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Gujarati (1999), Nilai koefisien determinasi (R2) dapat mengukur ukuran kesesuaian (goodness of fit) secara keseluruhan dari suatu model, yang menunjukkan seberapa cocok garis regresi yang ditaksir terhadap nilai Y sebenarnya. R2 digunakan untuk menjelaskan seberapa besar suatu variabel bebas dalam suatu model dapat menjelaskan variabel terikat suatu penelitian. Nilai R2 berkisar dari nol sampai satu (0 ≤ R2≤1). Semakin mendekati nilai satu maka model akan semakin baik.

b. Uji F-statistic

Uji ini digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama–sama. Jika model yang digunakan signifikan maka model tersebut dapat menjelaskan atau memprediksi keragaman variabel terikat Hipotesis pengujian ini adalah :

H0 = β1= β2= ... = βk (tidak ada pengaruh)

H1 = minimal ada satu βj yang ≠ 0 (ada pengaruh)

(31)

19 variabel tak bebas secara statistik. Dikatakan terima H0 jika Fhit < Fα(k,n-k-1) yang artinya tidak ada sama sekali variabel bebas yang signifikan dan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

c. Uji t-statistik

Uji-t digunakan untuk melihat faktor–faktor yang dapat menjelaskan atau berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Hipotesis pengujian ini adalah :

H0 = βj = 0 H1 = βj ≠ 0

Jika nilai t-statistik > t α/2(n – k -1) maka dikatakan tolak H0 yang artinya dengan tingkat keyakinan 1-α dapat disimpulkan bahwa variabel bebas ke-i secara parsial mempengaruhi variabel terikat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang

Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di suatu daerahnya. PMA digunakan sebagai sumber pembiayaan untuk menutup keterbatasan pendanaan yang diperuntukkan bagi pembangunan suatu daerah.

Gambar 8 Realisasi PMA di Kabupaten Karawang menurut sektor tahun 1996- 2013

Sumber: BKPM,2014 (diolah).

(32)

20

yang dihasilkan dari tiap sektor di Kabupaten Karawang sejak tahun 1996 hingga 2013. Gambar tersebut menyatakan bahwa sektor yang paling tinggi dalam menghasilkan PMA adalah sektor industri alat angkutan dan transportasi. Hal ini terlihat sejak tahun 2001 hingga 2013, sektor ini menjadi sektor unggulan sebagai sumber penghasil PMA terbesar di daerah tersebut. Namun demikian, sektor lain seperti industri karet dan industri listrik, air, dan gas sempat menjadi sektor utama pada tahun 2000 dan 2005 untuk masing-masing sektor.

Sedangkan, sektor industri jasa dan industri konstruksi memiliki kontribusi yang paling rendah dibandingkan sektor-sektor lainnya. Walaupun demikian, sektor yang memiliki kontribusi yang rendah tetap berperan terhadap pertumbuhan realisasi PMA di suatu daerah serta berperan dalam mendorong sektor-sektor lain untuk dapat lebih meningkatkan kinerjanya karena pada dasarnya, seluruh sektor yang ada saling berkaitan antara satu sektor dengan yang lain.

Perkembangan Infrastruktur dan Tenagakerja di Kabupaten Karawang

Infrastruktur Jalan

Jalan merupakan infrastruktur utama dalam menggerakan roda perekonomian demi terwujudnya pembangunan ekonomi di suatu daerah mengingat fungsi jalan yang berperan penting untuk memperlancar distribusi barang, jasa, serta mobilitas penduduk. Ketersediaan infrastruktur jalan merupakan prasyarat mutlak bagi masuknya investasi di suatu daerah. Di Kabupaten Karawang salah satu peranan infrastruktur jalan adalah sebagai akses untuk memperlancar distribusi barang investasi dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Penyaluran barang investasi melalui jalur darat akan selalu ada dalam setiap proses distribusi suatu barang. Apapun barang yang akan di distribusikan ke suatu tempat tidak mungkin dapat lepas dari penggunaan jalur darat walaupun dengan persentase yang kecil. Sehingga adanya akses jalan yang baik sangat dibutuhkan untuk dapat memperlancar proses distribusi tersebut.

(33)

21

Gambar 9 Persentase panjang jalan menurut kondisi di Kabupaten Karawang tahun 1996-2012

Sumber: BPS, 2013 (diolah).

Pada Gambar 9 terlihat bahwa beberapa tahun belakangan ini, kondisi infrastruktur jalan di Kabupaten Karawang menunjukkan penurunan kualitas. Hal ini dapat terlihat jelas sejak tahun 2008 karena pada tahun tersebut peningkatan jumlah jalan dalam kondisi yang rusak mulai terlihat. Padahal pada tahun sebelumnya kondisi infrastruktur jalan yang ada di Kabupaten Karawang sudah berada dalam kondisi yang stabil, yakni pada tahun 2004 hingga 2007.

Kondisi jalan yang baik tentunya akan mampu meningkatkan efisiensi dalam kegiatan investasi di suatu daerah. Sedangkan, adanya kondisi jalan yang rusak akan menghambat proses distribusi barang dan jasa yang pada akhirnya akan mengganggu keberlangsungan kegiatan investasi di daerah tersebut. Oleh karena itu, adanya masalah peningkatan jumlah kondisi jalan rusak yang diakibatkan oleh usia jalan yang sudah tua serta kurangnya pemeliharaan terhadap jalan tersebut perlu diperhatikan upaya penyelesaiannya agar kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung dapat berjalan lancar.

Infrastruktur Listrik

(34)

22

Gambar 10 Jumlah energi listrik PLN yang terjual di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

Sumber: BPS, 2014 (diolah).

Pada Gambar 10 menunjukan bahwa kebutuhan listrik di Kabupaten Karawang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Peningkatan yang paling pesat terjadi pada tahun 2002 yakni sebesar 1,236,106,996 kWh atau dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 59,774,373 kWh dari tahun sebelumnya. Peningkatan yang pesat ini disebabkan karena peningkatan penggunaan listrik yang cukup besar oleh sektor bisnis yakni sebesar 69,479,659 kWh yang meningkat sebesar 51,315,053 kWh atau meningkat sebesar 73.86 % dari tahun sebelumnya.

Gambar 11 Akumulasi energi listrik PLN yang terjual menurut kelompok pelanggan di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

Sumber: BPS, 2014 (diolah).

(35)

23 pelanggan yang juga memanfaatkan energi listrik yang tersedia. Hal ini membuktikan mengenai seberapa pentingnya peranan energi listrik yang digunakan oleh industri terhadap aktivitas ekonomi yang ada sekaligus aktivitas yang berkaitan dengan realisasi PMA yang ada di Kabupaten Karawang.

Infrastruktur Air Bersih

Air Bersih merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan untuk menjalankan kehidupan seluruh masyarakat. Penyaluran penyediaan air bersih harus terus ditingkatkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air bersih bagi seluruh kalangan masyarakat. Untuk melihat ketersediaan infrastruktur penyediaan air bersih yang berada di Kabupaten Karawang, indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM di Kabupaten Karawang.

Gambar 12 Volume air yang disalurkan PDAM di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

Sumber: BPS, 2014 (diolah).

(36)

24

Gambar 13 Akumulasi volume air bersih yang disalurkan menurut jenis pelanggan di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

Sumber: BPS, 2014 (diolah).

Dari Gambar 13 dapat terlihat bahwa berdasarkan jenis pelanggan, jumlah air bersih yang disalurkan oleh PDAM paling besar dimanfaatkan oleh rumah tangga yakni sebesar 92%. Hal ini disebabkan banyaknya aktivitas rumah tangga yang cenderung memanfaatkan penggunaan air bersih dalam kapasitas yang besar, seperti kebutuhan untuk mencuci dan memasak.

Tenagakerja

Tenagakerja merupakan suatu faktor penting di dalam beragam proses yang berlangsung di industri. Tenagakerja merupakan salah satu input dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang bernilai investasi serta untuk mengatur sarana produksi untuk mengahasilkan barang tersebut.

0 50000 100000 150000 200000

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

T

K

(

Ji

w

a

)

Tahun

G ambar 14 Jumlah tenagakerja yang bekerja pada industri di Kabupaten

Karawang

(37)

25

Pada Gambar 14 terlihat bahwa pada tahun 2000 telah terjadi penurunan jumlah tenagakerja yang cukup pesat. Penurunan ini terjadi hingga mencapai 101, 928 jiwa dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan, mulai tahun 2003 jumlah tenagakerja yang bekerja di industri mengalami peningkatan secara perlahan, walaupun sempat terjadi penurunan kembali pada tahun 2012. Adanya pertumbuhan tenagakerja yang sempat mengalami fluktuasi tidak terlalu mengkhawatirkan karena kondisi keberadaan tenagakerja sampai saat ini masih di dalam kategori yang aman dengan rata-rata laju peningkatan sebesar 0.02 persen.

Analisis Model Penelitian

Uji Kriteria Ekonometrika

Analisis ini digunakan untuk menjelaskan peran infrastruktur dan tenagakerja terhadap PMA di Kabupaten Karawang dengan menggunakan data

time series. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa variabel bebas, diantaranya panjang jalan (JLN), jumlah energi listrik yang terjual (LIST), volume air bersih yang disalurkan (AIR), dan jumlah tenagakerja yang bekerja di industri (TK).

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda yang berbasis

ordinary least square (OLS). Untuk mendapatkan model regresi linear berganda yang baik maka model tersebut harus memenuhi kriteria BLUE ( Best Linear Unbiased Estimator). Sehingga, dilakukanlah uji kriteria ekonometrika untuk menguji asumsi klasik seperti normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas serta untuk memastikan bahwa model tersebut telah memenuhi kriteria BLUE.

1. Uji Normalitas

Dari hasil pengujian, dapat terlihat nilai probabilitas Jarque-Bera

sebesar 0.216672. Nilai probabilitas tersebut lebih besar dibandingkan taraf nyata lima persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menolak H0 atau residual error terdistribusi normal di dalam model.

2. Uji Multikolinearitas

Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai masing- masing matriks korelasi antar variabel bebas. Suatu data dapat

dikatakan terbebas dari gejala multikolinearitas jika nilai korelasi antar

variabel bebas lebih kecil dari 0.8 (rule of thumb). Pada Tabel 1 dapat

(38)

26

Tabel 1 Matriks korelasi

3. Uji Heteroskedastisitas

Untuk menguji masalah heteroskedastisitas dapat dilakukan salah satunya dengan White. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai probability f (stat) sebesar 0.8808 atau lebih besar dibandingkan taraf nyata 5 persen. Sehingga, dapat dikatakan bahwa model tersebut terbebas dari masalah heteroskedastisitas yang berarti variansi dari error bersifat konstan. 4. Uji Autokorelasi

Pengujian adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji LM. Dari hasil estimasi diketahui nilai probability f (stat) sebesar 0.0777 atau lebih besar dibandingkan taraf nyata 5 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa model tersebet terbebas dari masalah autokorelasi.

Uji Kriteria Statistik

Untuk menguji validitas dari suatu model penelitian serta mengaluasi model berdasarkan kriteria statistik dapat dilakukan pengujian berikut:

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menjelaskan seberapa besar variabel – variabel bebas dalam model yang dapat menjelaskan variabel terikat yang digunakan di dalam penelitian. Pada model ini, nilai R2 yang muncul sebesar 0.999304, sehingga dapat dikatakan bahwa 99,93 persen perubahan pada variabel terikat (PMA Kabupaten Karawang) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang terdapat di dalam model dan sisanya sebesar 0.07 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

2. Uji F-statistic

Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi variabel bebas dalam memengaruhi variabel terikat yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai probabilitas F-statistic (0.000000) atau lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pada model yang dipilih paling tidak terdapat minimal satu variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap PMA di Kabupaten Karawang.

3. Uji t-statistic

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa nilai probabilitas dari variabel jalan, listrik, air bersih, dan tenagakerja lebih kecil dari taraf nyata lima persen dengan masing-masing nilai sebesar 0.0037, 0.0000, 0.0000, dan 0.0042. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa semua variabel bebas

JLN LIST AIR TK

(39)

27 yang digunakan dalam penelitian berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.

Tabel 2 Hasil estimasi pada persamaan persamaan Peran Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang

R- squared 0.999304

Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 5%

Peran Infrastruktur dan Tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang

Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas yang digunakan di dalam model berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang pada taraf nyata lima persen. Pengaruh masing-masing infrastruktur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

Infrastruktur Jalan

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa panjang jalan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel infrastruktur jalan sebesar -0.128586, yang artinya penambahan panjang jalan sebesar satu Kilometer (km) akan menurunkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang sebesar US$ 0.128586 ribu (cateris paribus). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan bahwa pertumbuhan infrastruktur jalan akan mampu meningkatkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.

Adanya perbedaan hasil yang didapat dengan hipotesis awal disebabkan oleh kondisi jalan yang rusak di Kabupaten Karawang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Saat ini panjang jalan di kabupaten tersebut yang menjadi

Variabel Koef Std-error t-statistic Prob

(40)

28

tanggung jawab pemerintah sebesar 1500 km. Dalam jumlah tersebut, setiap tahunnya selalu terdapat upaya perbaikan akibat kondisi jalan yang memburuk. Kondisi jalan yang rusak ini sering ditemui di beberapa titik diantarnya akses menuju Gerbang Tol Karawang Timur, Jalan Interchange Karawang Barat, Jalan Perumnas Teluk Jambe, Jalan Peruri, Jalan By Pass Karawang, dan Jalan Lingkar

By Pass.

Gambar 15 Panjang jalan di Kabupaten Karawang menurut kondisi yang rusak

Sumber : BPS, 2014 (diolah).

Pada Gambar 15 terlihat bahwa pada tahun 1996 hingga 2012 kondisi jalan dalam kondisi rusak di Kabupaten Karawang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Adanya hal tersebut merupakan salah satu alasan terjadinya hubungan yang negatif antara penambahan panjang jalan dengan PMA di daerah tersebut.

Adanya kerusakan jalan ini juga diperparah akibat banjir yang sempat terjadi beberapa bulan terakhir ini. Adanya jalan yang berlubang membuat timbulnya kemacetan akibat kendaraan yang melewati jalan ini khususnya kendaraan roda empat serta truk-truk besar yang membawa barang–barang industri yang bernilai investasi harus berjalan perlahan. Adanya hal demikian, menyebabkan terhambatnya aktivitas ekonomi yang sedang berlangsung. Sehingga, dari hasil penelitian yang diperoleht tidak diragukan bahwa adanya penambahan jalan justru akan menurunkan jumlah PMA di Kabupaten Karawang.

Infrastruktur Listrik

(41)

29 awal yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah energi listrik yang terjual kepada industri akan meningkatkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.

Gambar 16 Persentase penggunaan energi listrik PLN per-tahun oleh industri di

Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

Sumber: BPS, 2014 ( diolah).

Pada Gambar 16 terlihat bahwa sejak tahun 2004, industri yang berada di Kabupaten Karawang hanya menggunakan persentase yang sangat sedikit terhadap energi listrik yang disediakan oleh PLN. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar industri yang berada di Kabupaten Karawang telah menggunakan pembangkit listrik pribadi untuk memenuhi segala keperluan akan energi listrik tersebut. Pada umumnya, industri yang berada di Kabupaten Karawang menggunakan energi alternatif seperti bahan bakar minyak (BBM), batubara, dan gas sebagai bahan bakar untuk menjalankan pembangkit listrik milik industri tersebut.

Gambar 17 Perbandingan pasokan energi listrik PLN yang diterima dan dibutuhkan oleh industri di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013

(42)

30

Gambar 17 menunjukkan bahwa pada tahun 1998 hingga 2004 energi listrik yang disediakan oleh PLN tidak dapat mencukupi seluruh kebutuhan industri yang ada di Kabupaten Karawang. Sebelum pada akhirnya, sejak tahun 2009 kebutuhan akan energi listrik dapat disiasati oleh industri melalui penggunaan pembangkit listrik pribadi yang telah efektif sehingga ketergantungan industri terhadap pasokan listrik PLN telah berkurang dan kebutuhan listrik yang diperlukan dapat terpenuhi.

Dengan demikian, adanya ketidakmampuan industri ketika belum memiliki pembangkit listrik pribadi yang efektif dan hanya bergantung terhadap energi listrik yang disediakan oleh PLN menyebabkan kebutuhan industri akan energi listrik tidak mampu tercukupi sehingga hubungan antara pasokan energi listrik yang hanya disediakan oleh PLN dengan PMA yang berada di Kabupaten Karawang memiliki hubungan yang negatif.

Infrastruktur Air Bersih

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa jumlah air bersih yang disalurkan kepada industri memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel infrastruktur air bersih sebesar 2.193469, yang artinya kenaikan jumlah air bersih yang tersalurkan kepada industri sebesar satu m3 akan menaikkan pertumbuhan PMA Kabupaten Karawang sebesar US$ 2.193469 ribu (cateris paribus) . Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah air bersih yang disalurkan kepada industri akan meningkatkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.

Jumlah volume air bersih yang tersalurkan kepada industri menunjukkan jumlah air bersih yang dikonsumsi oleh industri yang berada di Kabupaten Karawang. Semakin besar jumlah air bersih yang digunakan menggambarkan seberapa besar akses suatu industri terhadap ketersediaan air bersih. Dalam penelitian ini, air bersih yang digunakan adalah air bersih yang disalurkan oleh PDAM kepada industri yang berada di Kabupaten Karawang.

Tenagakerja

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa jumlah tenagakerja yang bekerja di industri Kabupaten Karawang memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel tenagakerja sebesar 1.892839, yang artinya kenaikan jumlah tenagakerja yang bekerja di industri sebesar satu jiwa akan menaikkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang sebesar US$ 1.892839 ribu (cateris paribus) . Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah tenagakerja yang bekerja di industri akan mampu meningkatkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.

Gambar

Gambar 2 Total minat investasi PMA Jawa Barat menurut Kabupaten/Kota tahun
Gambar 5 Panjang jalan di Kabupaten Karawang menurut kondisi yang baik
Gambar 6
Gambar 7 Kerangka pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

These lexical features and syntactic features used as the characteristics of the register of the Indonesian advertisements show that advertising uses a special

Dengan ini mengundang Saudara untuk hadir pada tahapan Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Harga serta Pembuktian Kualifikasi yang akan dilaksanakan pada :. Hari / Tanggal J a m T

diantaranya adalah reaktor jenis kubah tetap ( Fixed-dome ), reactor terapung ( Floating drum ), reaktor jenis balon dan reaktor fiberglass, dari beberapa

Adapun tahap tindakan yang dilakukan, meliputi (a) melaksanakan tindakan dalam pembelajaran pada sub tema Perubahan Wujud Benda sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Total jumlah subjek untuk kelompok urea dan niasinamid adalah sama yaitu 33 subjek mendapatkan krim urea 10% atau niasinamid 4% berdasarkan random alokasi menggunakan

Pihak responden adalah yang memberikan pendapat terhadap jawaban faktor- faktor penyebab keterlambatan penyelesaian kegiatan fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar

Minuman fungsioal ekstrak kulit kayu manis dan kelopak rosella yang disukai adalah perlakuan ekstrak kulit kayu manis 50% dan kelopak rosella 50% dengan

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas izinNya dan segala kemudahan serta limpahan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyeleseaikan Penulisan Hukum