• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENYELESAIAN KEGIATAN FISIK PNPN-MPd DI KABUPATEN ACEH BESAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENYELESAIAN KEGIATAN FISIK PNPN-MPd DI KABUPATEN ACEH BESAR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

33 - Volume 4, No. 4, November 2015

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN

PENYELESAIAN KEGIATAN FISIK PNPN-MPd

DI KABUPATEN ACEH BESAR

Khairul Anwar1, Dr. Ir. Abdullah, M. Sc2, Mubarak, ST., MT3

1)

Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2,3)

Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Abstract : National Program for Community Empowerment Rural Mandiri (PNPM-MPD)

conducting all over the province, has been running since 2005 up to now, in the form of physical and non-physical activities. In the implementation of physical activity is often found problems, as a result of physical activity is not completed on time is planned. Therefore it is necessary to study the factors causing delays in the completion field and formulate solutions. The identification of the above problems using a questionnaire. The questionnaire was given to 44 people who are facilitators engineering districts in 22 districts of Aceh Besar district. With the aim to determine the dominant factors that cause delays in physical PNPM-MPD and handling solutions. The results of the questionnaire can then be tested with Pearson Product Moment test validation and reliability testing Cronbanch Alpha, then analyzed with the Analysis Frequency Index (FI). The results showed that the factors causing the delay are: lack of skills, expertise and labor, land acquisition problems, unreliable suppliers, fault management by implementing materials, shortage of labor, a method that does not work right / wrong, prolonged rain, workload is too much, relocation facilitator during physical work performed and access to the site difficult activity. factors important solution: ensuring land acquisition prior to implementation of activities, preparation of sufficient manpower, the selection of a good implementation team, involving community leaders as a team monitoring activities, the provision of appropriate materials, involving users directly in the implementation of activities, capacity building society through effective training, regular monitoring of the implementation of activities, consider local customs and practices during the implementation is done, and transparency of reporting activities.

Keywords : delay, physical activity, PNPM-MPD, Aceh Besar District

Abstrak: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) yang melaksanakan kegiatan di seluruh Provinsi Aceh, telah berjalan sejak tahun 2005 sampai dengan sekarang, dalam bentuk kegiatan fisik dan non fisik. Dalam pelaksanaan kegiatan fisik tersebut banyak dijumpai permasalahan, akibatnya kegiatan fisik tidak selesai sesuai waktu yang dirancanakan. Oleh sebab itu maka perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor penyebab keterlambatan yang terjadi di lapangan dan merumuskan solusi penyelesaiannya. Identifikasi terhadap permasalahan diatas dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner diberikan kepada 44 orang fasilitator teknik kecamatan yang berada di 22 kecamatan Kabupaten Aceh Besar. Dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan penyebab keterlambatan fisik PNPM-MPd serta solusi penanganannya. Hasil kuesioner yang di dapat kemudian dilakukan pengujian dengan uji validasi Pearson Product Moment dan uji reliabilitas Cronbanch Alpha, kemudian dianalisa dengan Analisis Frequency Index (FI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab keterlambatan yaitu : kurangnya keterampilan, dan keahlian tenaga kerja, masalah pembebasan lahan, suplayer tidak dapat diandalkan, kesalahan pengelolaan material oleh pelaksana, kurangnya jumlah tenaga kerja, metode kerja yang tidak tepat/salah, hujan berkepanjangan, beban kerja yang terlalu banyak, relokasi fasilitator pada saat pekerjaan fisik dilaksanakan dan akses ke lokasi kegiatan yang sulit. faktor-faktor solusi yang penting yaitu : memastikan pembebasan lahan sebelum dilaksanakan kegiatan, penyiapan tenaga kerja yang cukup, pemilihan tim pelaksana kegiatan yang baik, melibatkan tokoh masyarakat sebagai tim monitoring kegiatan, penyediaan material yang tepat, melibatkan pemanfaat langsung dalam pelaksanaan kegiatan, peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan yang efektif, pemantauan rutin terhadap pelaksanaan kegiatan, pertimbangkan adat dan kebiasaan masyarakat setempat pada saat pelaksanaan dilakukan, dan transparansi pelaporan kegiatan.

(2)

Volume 4, No. 4, November 2015 - 34 PENDAHULUAN

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) merupakan lanjutan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dijalankan terlebih dahulu oleh Pemerintah Indonesia untuk menekan angka kemiskinan di tingkat perdesaan. Tingginya angka kemiskinan merupakan permasalahan yang sangat memprihatinkan. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya pengangguran, tidak meratanya pembangunan, hasil usaha masyarakat yang rendah, baik pertanian dan juga perkebunan.

PNPM-MPd yang telah berjalan selama 9 tahun lebih, sejak tahun 2005 sampai dengan sekarang, diharapkan dapat sesuai dengan tujuannya secara umum yaitu : meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat, terutama masyarakat miskin yang berada di perdesaan, agar lebih mandiri, baik dalam hal perencanaan, pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab keterlambatan penyelesaian kegiatan fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar?

2. Bagaimana rumusan solusi faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian kegiatan fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar?.

Dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dari penelitian

ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian kegiatan fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar. 2. Untuk mendapatkan rumusan solusi

terhadap faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian kegiatan fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar.

Agar memudahkan dalam penelitian ini, maka dibatasi ruang lingkup penelitian. Penelitian difokuskan terhadap faktor penyebab keterlambatan penyelesain fisik PNPM-MPd, dengan penyebaran kuesioner kepada kepada fasilitator teknik kecamatan yang akan menjadi responden dalam penelitian ini. Jumlah respondes adalah sebanyak 44 orang dengan 22 kecamatan yang merupakan wilayah dampingan PNPM-MPd, terkecuali Kecamatan Krueng Barona Jaya yang tergabung dalam PNPM-Perkotaan, walaupun kecamatan tersebut masih dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM-MPd)

Program PNPM-MPd adalah merupakan salah satu Program Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah, artinya program ini direncanakan, dilaksanakan dan didanai bersama-sama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di perdesaan di wilayah Republik Indonesia. Program ini merupakan lanjutan dari program-program pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan sebelumnya, seperti P2DT, PPK

(3)

35 - Volume 4, No. 4, November 2015 dan PNPM-MPd. Program PNPM-MPd ini telah resmi diluncurkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 30 April 2007

.

Tujuan program PNPM-MPd

Berdasarkan PTO PNPM-MPd (2008), PNPM-MPd mempuyai dua tujuan yaitu: 1. Tujuan secara umum PNPM Mandiri

Perdesaan adalah : meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. 2. Tujuan secara Khusus adalah :

a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan

b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya local. c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan

desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif.

d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat.

e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa. g. Mengembangkan kerjasama antar

pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.

Pendanaan PNPM-MPd

Berdasarkan PTO PNPM (2008), PNPM - Mandiri Perdesaan merupakan program Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah, artinya program ini direncanakan, dilaksanakan dan didanai bersama-sama berdasarkan persetujuan dan kemampuan yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. Kriterian Pendanaan dan Alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) per kecamatan ditetapkan oleh Pemerintah dengan mempertimbangkan jumlah dan distribusi penduduk serta jumlah orang miskin.

Sumber dana berasal dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

c. Swadaya masyarakat d. Partisipasi dunia usaha

Keempat sumber dana inilah yang diharapkan dapat mendanai segala kegiatan yang dilakukan dilapangan agar kebutuhan agar kebutuhan yang mendesak pada masyarakat dapat ditangani dengan segera dan tepat

Manajemen Proyek

Menurut A.D Austen dan R.H Neale (1984), yang dimaksud dengan proses manajemen adalah suatu proses untuk memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen tergantung pada komunikasi yang jelas dan kemampuan untuk

(4)

Volume 4, No. 4, November 2015 - 36 melontorkan pemikiran, gagasan, informasi

serta instruksi dengan cepat dan efektif diantara orang-orang yang keterampilan teknis dan minatnya berbeda-beda. Proses manajemen atau sering juga disebut Fungsi Manajemen, dalam satu kesatuan sebagai berikut ini:

1. Penempatan tujuan (goal setting). Penetapan tujuan merupakan tahapan awal dari proses manajemen. Tujuan merupakan misi sasaran yang akan tercapai.

2. Perencanaan (planning). Perencanaan merupakan proses pemilihan informasi dan pembuatan asumsi-asumsi mengenai keadaan dimasa yang akan datang untuk merumuskan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Staffing adalah proses manajemen yang berkenaan dengan pengerahan (recruitment), penempatan, pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dalam organisasi. Pada dasarnya prinsip dari tahapan proses manajemen itu adalah menempatkan orang yang sesuai pada tempat yang sesuai dan pas pada saat yang tepat (right people, right position, right time).

4. Directing. Directing adalah usaha untuk memobilisasi sumber-sumber daya yang dimiliki oleh organisasi agar dapat bergerak dalam satu kesatuan yang sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Dalam tahapan proses ini terkandung usaha-usaha bagaimana memotivasi orang-orang agar dapat bekerja.

5. Supervising, Supervising didefinisikan sebagai interaksi langsung antara

individu-individu dalam suatu organisasi untuk mencapai kinerja kerja serta tujuan organisasi tersebut.

6. Pengendalian (Controlling). Controlling yaitu panduan atau aturan untuk melaksanakan aktifitas suatu usaha atau bagian-bagian lain dari usaha tersebut untuk tercapainya tujuan yang telah disepakati.

METODE PENELITIAN

Metode Penellitian yang dilakukan untuk pengumpulan data adalah dengan cara survey ke lapangan terhadap lokasi yang akan dijadikan sampel, yaitu wilayah dampingan Progam PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar. Pengajuan pertanyaan dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan kepada para pelaku yang terlibat dalam kegiatan fisik yang didanai oleh Program PNPM-MPd.

T

arget responden

Responden dalam penelitian ini adalah para Fasilitator Teknik (FT) Kecamatan yang berjumlah 44 (empat puluh empat) orang yang tersebar di 22 (dua puluh dua) kecamatan yang tergabung dalam dampingan PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar. Fasilitator teknik ini adalah orang yang terlibat langsung dalam mendampingi masyarakat di lapangan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemeliharaan hasil kegiatan.

Metode Pengolahan dan Analisa Data

Hasil kuesioner yang didapat kemudian dilakukan pengujian dengan uji validasi Pearson

(5)

37 - Volume 4, No. 4, November 2015

Alpha, kemudian di analisa dengan Analisis Frequency Index (FI).

Skala Likert

Suliyanto (2006), berpandangan bahwa skala Likert merupakan skala interval dan banyak digunakan di jurnal-jurnal internasional. Likert membuat skala yang merupakan penjumlahan skala (summated scale) terhadap objek psikologis dengan kemungkinan jawaban Sangat Sering (SS) skor 5, Sering (S) skor 4, Jarang (J) skor 3, Sangat Jarang (SJ) skor 2, Tidak Pernah (TP) skor 1.

Menurut Riduwan dan Engkos (2008), Langkah-langkah dalam penyusunan Skala Likert adalah :

a. Menetapkan variabel yang akan diteliti; b. Menentukan indikator-indikator yang dapat

mengukur variabel yang diteliti;

c. Menurunkan indikator tersebut menjadi daftar pertanyaan (kuesioner).

Uji Validitas

Trihendradi (2012) mengatakan, uji validitas untuk menunjukkan apakah kuesioner tersebut mampu mengukur apa yang harus diukur. Arikunto (2010), validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur dan mengungkapkan data dari variabel yang di teliti secara tepat. menggunakan rumus teknik

correlation product moment

... (2.2)

dimana :

r = koefisien correlation product moment i = indeks ke i

x = skor tiap pertanyaan/item Y = skor total

N = jumlah responden

Uji Reliabilitas

Menurut Trihendra (2012), reliabilitas menunjukan konsistensi atas hasil ukuran. Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya dan diandalkan, dengan menggunakan analisis Cronbanch Alpha, suatu kuesioner deianggap andal apabila koefisien Cronbanch Alpha lebih besar atau sama dengan 0,6, untuk menguji reliabilitas menggunakan persamaan 2.3 sebagai berikut :.

⦋1- ... (2.3) dimana

r = Realiabilitas Instrument k = Banyak butir pertanyaan

= Jumlah varian butir = Varian total

Untuk mendapatkan nilai varian butir dan varian total dapat menggunakan persamaan rumus 2.4 dan persamaan 2.5

= ... (2.4) = ....……...… (2.5)

(6)

Volume 4, No. 4, November 2015 - 38 Dimana :

Jki = Jumlah kuadrat seluruh butir Jks = jumlah kuadrat subjek

Analisis Frequency Index (FI)

Analisis Frequency Index (FI)

menghasilkan indeks frekuensi terjadinya faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan penyelesian kegiatan fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar. Dan juga rumusan solusi dari faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan penyelesaian kegiatan fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar. Untuk menghitung analisis Frequency

Index digunakan rumus pada persamaan

(Berstain & Bersnstein, 1999 dikutip dari Le-Hoai, Lee & Lee, 2008), sebagai berikut:

(F1) =

...……...… (2.6)

Dimana :

I = Indeks kategori respon (1,2,3,4 dan 5) = bobot yang dihubungkan dengan nilai

respon ke-i (1,2,3,4,5 secara berurutan) = Frekuensi dari respon ke-i sebagai

persentase total responden untuk setiap factor

N = Total jumlah respon

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan permasalahan dan metodologi yang dikemukakan sebelumnya,

d

itampilkan hasil-hasil dari pengolahan data

dan analisis data yang didasarkan pada

metode penelitian yang telah dikemukakan

sebelumnya

dan

akan

diberikan

pembahasan sesuai teori-teori dan rumus.

Faktor-Faktor penyebab Keterlambatan Penyelesaian Kegiatan Fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar.

Berdasarkan hasil dari perhitungan Analisa Frequency Index (FI) diatas, maka diperoleh diperoleh faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian kegiatan fisik PNPM-MPd DI Kabupaten Aceh Besar . yang telah dirangkingkan berdasarkan nilai

Frequency Index (FI) terbesar, dari semua

faktor-faktor penyebab keterlambatan yang ada dalam pembahasan sebelumnya.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa diatas, maka diperoleh 10 (sepuluh) faktok penyebab keterlambatan penyelesaian kegiatan fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar dan rumusan solusi penyelesaiannya, yang merupakan jawaban dari responden dari hasil penyebaran kuesioner.

Faktor-faktor penyebab keterlambatan ini sangat mempengaruhi waktu pelaksanaan kegiatan PNPM-MPd di lapangan, dikarenakan faktor-faktor penyebab ini memiliki nilai frequensi yang tinggi, sehingga apabila faktor-faktor ini jumpai di lapangan maka akan mengakibatkan bertambahnya waktu penyelesian kegiatan.

(7)

39 - Volume 4, No. 4, November 2015

Tabel 4.1. Sepuluh Faktor-Faktor Penyebab

Keterlambatan Penyelesaian Kegiatan Fisik PNPM-MPd Di Kabupaten Aceh Besar berdasarkan nilai Frequency Index (FI).

No. Faktor Penyebab

Keterlambatan (FI) Rangking

1 Kurangnya keterampilan dan keahlian tenaga kerja 0,876 1 2 Masalah pembebasan lahan 0,871 2 3 Suplaiyer tidak dapat diandalkan 0,847 3 4 Kesalahan pengelolaan material oleh pelaksana 0,812 4 5 Kurangnya jumlah tenaga kerja. 0,782 5

6 Metode kerja yang

tidak tepat/salah 0,765 6

7 Hujan

berkepanjangan 0,759 7

8 Beban kerja yang

terlalu banyak 0,753 8

9

Relokasi Fasilitator pada saat pekerjaan fisik dilaksanakan

0,741 9

10 Akses ke lokasi

kegiatan yang sulit 0,724 10

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Hasil dari faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesian kegiatan fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar adalah berdasarkan analisa Frequency Index

(FI) tersebut dijumpai 10 (sepuluh) teratas

faktor-faktor penyebab keterlamabatan berdasarka kemunculannya adalah sebagai berikut ;

- Kurangnya keterampilan dan keahlian tenaga kerja;

- Masalah pembebasan lahan; - Suplaiyer tidak dapat diandalkan; - Kesalahan pengelolaan material oleh

pelaksana;

- Kurangnya jumlah tenaga kerja; - Metode kerja yang tidak tepat/salah; - Hujan berkepanjangan;

- Overloadnya volume pekerjaan;

- Relokasi Fasilitator pada saat pekerjaan fisik dilaksanakan;

- Akses ke lokasi kegiatan yang sulit. 2. Rumusan solusi dari faktor-faktor penyebab

keterlambatan penyelesian kegiatan fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar, berdasarkan analisa Frequency Index (FI) yang telah dilakukan di dapat 10 (sepuluh) rumusan solusi yang di harapkan berdasarkan kemunculan frequensi dari hasil jawaban keusioner adalah sebagai beriku : - Memastikan pembebasan lahan sebelum

dilaksanakan kegiatan;

- Penyiapan tenaga Kerja yang cukup; - Pemilihan tim pelaksana kegiatan yang

baik (mau belajar dan pahan tentang kegiatan fisik);

- Melibatkan tokoh masyarakat sebagai tim monitoring kegiatan;

- Penyediaan material yang tepat;

- Melibatkan pemanfaat langsung dalam pelaksanaan kegiatan;

- Peningkatan Kapasitas masyarakat melalui Pelatihan yang efektif;

- Pemantauan rutin terhadap pelaksanaan kegiatan;

(8)

Volume 4, No. 4, November 2015 - 40 - Pertimbangkan adat dan kebiasaan

masyarakat setempat pada saat pelaksanaan dilakukan;

- Transparansi pelaporan kegiatan.

Saran

Penelitian ini telah dilakukan dengan ruang lingkup serta batasan kajian yang telah tetapkan sebelumnya. Pihak responden adalah yang memberikan pendapat terhadap jawaban faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian kegiatan fisik PNPM-MPd di Kabupaten Aceh Besar merupakan perwakilan dari fasilitator teknik kecamatan yang pernah terlibat dalam mengerjakan kegiatan fisik PNPM-MPd Kabupaten Aceh Besar. Untuk mendapatkan hasil sesuai yang lebih baik dan luas, dalam penentuan faktor-faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan kegiatan PNPM-MPd diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji hal tersebut secara skala provinsi Aceh, dan melibatkan responden yang lebih banyak lagi.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Austen, AD dan Neale RH 1994, Manajemen

Proyek Konstruksi Pedoman, Proses dan Prosedur, PPM dan PT Pustaka Binaman

Pressindo, Jakarta.

Arikunto, S 2010, Prosedur penelitian Suatu

Pendekatan Praktis, Renika Cipta, Jakarta.

Atmaja, LS 2009, Statistika Untuk Bisnis dan

Ekonomi, Andi, Yogyakarta.

Azhari, 2013, Faktor-Faktor Resiko Yang

Mempengaruhi Kinerja Kontraktor Pada

Pelaksanaan Proyek Infrastruktur di Kabupaten Aceh Jaya. Jurnal Megister

Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Irfansyah, D 2010, Analisa Faktor - Faktor Yang Menyebabkan Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Konstruksi Jalan Di Kota Lhokseumawe, Tesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Junaidi, 2014, Faktor-Faktor Utama Non

Excusable Delays Yang Berkontribusi Terhadap Waktu Pelaksanaan Proyek Konstruksi Di Kabupaten Aceh Jaya, Jurnal

Megister Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Leonda, G 2008, Studi keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi Pada Tahun 2007 di Daerah Belitung. Tugas Akhir, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Langford, 1996, The Organization and management Of Construction Shaping The Orry and Practice. Great Britian : E & FNSPON. ASCE.

Nazir, M 2009, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia, Indonesia.

Riduwan, 2008, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan ke 5, Penerbit Alfabet, Bandung.

(9)

41 - Volume 4, No. 4, November 2015

Saputra, R 2012, Analisis Faktor - Faktor Risiko Tahap Penawaran Terhadap Kinerja Proyek (Studi Kasus Pekerjaan Konstruksi Rawa Di Provinsi Aceh), MT thesis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Suliyanto, 2011, Perbedaan Pendangan Skala Likert Sebagai Skala Ordinal atau Skala Interval, Proseding Seminar Nasional Statika, Universitas Diponegoro, 2011 ISBN 978-079-097-142-4.

Suyatno, 2010, Analisa Faktor - Faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Gedung, Jurnal Megister Teknik Sipil, Universitas Diponegoro, Semarang.

Trihendradi, C 2012, Step By Step SPSS 20 Analisa Statistik, Andi, Yogyakarta.

Gambar

Tabel 4.1.   Sepuluh  Faktor-Faktor  Penyebab  Keterlambatan Penyelesaian Kegiatan Fisik  PNPM-MPd  Di  Kabupaten  Aceh  Besar  berdasarkan nilai Frequency Index (FI)

Referensi

Dokumen terkait

4.3 Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan dalam menjalankan prosedur administrasi pengadaan barang dan jasa ....

Wewenang diskresi penyidik tersebut diatur dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang mengatur sebagai

Sedangkan, mutu pendidikan dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu, Suryosubroto (2004:

skenario partial connected penggunaan bandwidth Babel masih lebih kecil, untuk delay diungguli oleh B.A.T.M.A.N-adv, sedangkan jitter dan packet loss.. nilai Babel

 BNPB coordinates rapid assessment with related institutions including the international organizations supported by an international agency having the coordination function for the

The theoretical research and construction of Music Iconography could have been used to solve the problems occurred in academic practice of modern art and musicology.

Dengan adanya etos kerja, kebebasan manusia untuk melakukan perbuatan dalam rangka memanfaatkan daya yang telah diciptakan dapat memberikan nuansa spirit terhadap

Paparan karang yang cukup luas di bagian barat Pulau Kodingareng Keke menunjukkan tingginya tingkat erosi dan proses ini terjadi sepanjang tahun sehingga menyebabkan kematian