• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pada Pendidikan SDN Kecamatan Dempet Kabupaten Demak T2 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pada Pendidikan SDN Kecamatan Dempet Kabupaten Demak T2 BAB II"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1.

Pengertian Evaluasi

Evaluasi sangat diperlukan, mengingat perkembangan peradaban manusia menuntut manusia untuk terus berkreasi, dalam bentuk aktivitas-aktivitas yang terorganisir. Satu kegiatan, baik di bidang pemerintah yang menyangkut tugas-tugas pemerintah dalam menjalankan fungsinya melayani masyarakat, maupun di bidang swasta yang menghasilkan produk, atau memberikan layanan jasa pada konsumen perlu melakukan evalusi, untuk melihat sejauh mana program-program yang dijalankanya mencapai sasaran, atau bagaimana program tersebut berjalan, juga menentukan relevansi, efesiensi, efektivitas dan dampak kegiatan-kegiatan suatu program sesuai dengan program yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif. Dalam pengertian ini evaluasi dilihat sebagai suatu proses untuk menyempurnakan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan pengambilan keputusan di masa depan dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan.

Evaluasi biasanya dilakukan dengan menetapkan efek kegiatan (tujuan jangka menengah) dan dampak kegiatan (tujuan jangka panjang) terhadap kelompok masyarakat sasaran yang biasanya dikelompokkan berdasarkan golongan, pendapatnya penting suatu

(2)

evaluasi, sebagai bagian dari pelaksanaan perencanaan yang meyeluruh.

Evaluasi dimaksudkan untuk mengusahakan pelaksanaan berjalan sesuai dengan rencana yang dibuat sebelumnya, sehingga apabila terjadi penyimpangan, penyimpangan tersebut dapat diketahui sebelumnya guna melakukan tindakan korektif.

Untuk mencapai pengawasan yang optimal, di dalam mengevalasi sebaiknya membangun sistem pengawasan (monitoring) yang dikoordinasikan secara berkelanjutan dan periodik serta didukung oleh sistem pelaporan yang dikuasai dan dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terkait, keberadaan sistem ini terutama ditunjukan untuk mengetahui bagaimana tingkat keberhasilan atau kegagalan suatu program kegiatan untuk pengambilan tindakan penyesuaian (pemecahan masalah).

Menurut Suharsimi Arikunto (2004), evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.

Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

(3)

belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes (Zainul dan Nasution, 2001).

Sedangkan menurut Novia dalam Pengertian Evaluasi Dalam Pengajaran tahun 2013, kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan seara berkesinambungan.Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatn akhir atau penutup dan suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung, dan pada akhir program setelah program itu dianggap selesai.

Kegiatan evaluasi memerlukan berbagai informasi data yang menyangkut objek yang sedang di evaluasi.Dalam kegiatan pengajaran, data yang dimaksud mungkin berupa prilaku dan penampilan siswa selama mengkuti pelajaran, hasil ulangan atau tugas pekerjaan rumah, nilai akhir semester, nilai ujian semeseter, dan sebagainya.Berdasarkan data itulah selanjutnya diambil sutatu keputusan sesuai denga tujuan maksud dari evaluasi yang sedang dilaksanakan.Perlu dikemukakan bahwa ketepatan keputusan evaluasi sangat tergantung pada kesahihan objetivitas data yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

Pengertian evaluasi menurut Charles O. Jones

dalam Aprilia (2009) adalah “evaluation is an activity

which can contribute greatly to the understanding and improvement of policy development and

implementation” (evaluasi adalah kegiatan yang dapat

(4)

dapat pula membantu penyempurnaan pelaksanaan kebijakan beserta perkembangannya). Pengertian tersebut menjelaskan bahwa kegiatan evaluasi dapat mengetahui apakah pelaksanaan suatu program sudah sesuai dengan tujuan utama, yang selanjutnya kegiatan evaluasi tersebut dapat menjadi tolak ukur apakah suatu kebijakan atau kegiatan dapat dikatakan layak diteruskan, perlu diperbaiki atau dihentikan kegiatannya.

Menurut PP No. 39 Tahun 2006, Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.

Menurut Ernest R. Alexander dalam Aminudin (2007), metode evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu:

1) Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya.

2) Actual versus planned performance comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada (actual) dengan ketetapan perencanaan yang ada (planned)

3) Experintal (controlled) model, metode yang mengkaji suatu obyek penelitian dengan melakukan percobaan yang terkendali untuk mengetahui kondisi yang diteliti. 4) Quasi experimental models, merupakan

metode yang mengkaji suatu obyek penelitian dengan melakukan percobaan

tanpa melakukan

(5)

5) Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian yang hanya berdasarkan pada penilaian biaya terhadap suatu rencana.

1.2.

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

a. SNP dan SPM

Untuk dapat memenuhi Standar Nasional Pendidikan diperlukan sumber daya yang besar untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk pemenuhan standar sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, proses, pembiayaan dan keperluan penting lainnya.

Sebagian sekolah/madrasah belum mampu memenuhi SNP. Hal ini tercermin pada rendanya jumlah SD yang telah terakreditasi (yakni, baru mencapai 65,4%) dan jumlah ini diperkirakan akan naik mencapai 70,0% pada akhir tahun ini. Sementara SMP yang telah terakreditasi kini baru mencapai 61,0% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 66,6% pada akhir tahun nanti.

Mengingat pemenuhan standar nasional pendidikan masih dirasakan sulit bagi banyak sekolah/madrasah, maka Standar Pelayanan Minimal (SPM) dirancang sebagai tahapan awal untuk mencapai SNP dan standar lainnya.

(6)

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Standar pelayanan minimal pendidikan dasar adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan pemerintah kabupaten/kota.SPM mengatur jenis dan mutu layanan pendidikan yang disediakan oleh

pemerintah kabupaten/kota dan

sekolah/madrasah.SPM juga merupakan pelaksanaan disentralisasi penyelenggaraan kewenangan di bidang pendidikan dasar.

SPM difokuskan pada upaya untuk memastikan bahwa setiap sekolah/madrasah dapat menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik. SPM Pendidikan Dasar mengatur mengenai:

1) Apa yang harus tersedia di sekolah/madrasah seperti guru, kepala sekolah/madrasah, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, media, buku, dan sebagainya.

2) Apa yang harus terjadi di sekolah/madrasah, misalnya guru harus menyiapkan RPP, kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi akademik, pemenuhan jam belajar, dan sebagainya.

b. Indikator Pemenuhan SPM

(7)

sekolah/madrasah, dan 14 indikator pemenuhan SPM yang merupakan tanggungjawab kabupaten/kota.

Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar oleh Sekolah/Madrasah terdiri dari yang dipaparkan berikut.

1) Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik;

2) Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik; 3) Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan

bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA;

4) Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi;

5) Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan; 6) Satuan pendidikan menyelenggarakan proses

(8)

a) Kelas I - II : 18 jam per minggu; b) Kelas III : 24 jam per minggu; c) Kelas IV - VI : 27 jam per minggu; atau d) Kelas VII - IX : 27 jam per minggu; 7) Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku;

8) Setiap guru menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya;

9) Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik;

10)Kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester;

11)Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah/madrasah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik;

(9)

13) Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah (MBS/M).

Indikator Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kemenag Kabupaten/Kota dapat mengambil bentuk sebagai berikut.

1) Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dan kelompok permukiman permanen di daerah terpencil;

2) Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis;

3) Di setiap SMP/MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktik IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik;

(10)

5) Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;

6) Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;

7) Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik 51 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik;

8) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh di antaranya (35% dan keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik; untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%;

9) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris;

10)Di setiap kabupaten/kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S1 atau D IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

(11)

12) Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah/madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 13) Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan

melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang elektif; dan

14) Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan.

c. Tanggung Jawab Pendanaan SPM

Tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kementenian Agama sekaitan dengan pendanaan SPM mencakup yang berikut.

1) Investasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana; 2) Investasi untuk meningkatkan kualifikasi dan

kompetensi sumber daya manusia;

3) Operasional personil gaji dan tunjangan guru dan tenaga kependidikan;

4) Operasional non-personel

5) Sumberdana: DAU, DAK, hibah, APBN (untuk madrasah).

Tanggung jawab Sekolah/Madrasah:

1) Investasi dan pemeliharaan (minor) prasarana dan peralatan sekolah/madrasah, pengadaan buku, dan pelatihan guru;

2) Operasional: biaya untuk bahan habis lab, hahan dan media pembelajaran, dan sebagainya.

(12)

Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diambil dalam upaya memenuhi SPM.

1) Kumpulkan data dan lakukan analisis apakah di setiap sekolah/madrasah tersedia hal-hal berikut sesuai SPM:

• Sarana dan prasana: ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, laboratorium IPA (untuk SMP/MTs);

• Sumber daya manusia (guru, tenaga kependidikan). Lihat sumberdaya ini dan segi jumlah, kualifikasi, dan kompetensi (sertifikat pendidik);

• Kunjungan pengawas sekali dalam sebulan sesuai ketentuan; dan cek juga ketentuan-ketentuan lainnya.

2) Tindakan untuk memenuhi kekurangan menjadi tanggung jawab pemerintah/Kemenag kabupaten/kota. Pendataan dilakukan di setiap sekolah/madrasah guna memperoleh informasi mengenai pencapaian indikator-indikator SPM. Selanjutnya pemerintah kabupaten/kota melakukan agregasi dan analisis data dan semua sekolah/madrasah, menghitung gap dan menghitung kebutuhan biaya investasi dari operasional untuk pemenuhan SPM.

3) Kumpulkan data dan lakukan analisis apakah hal-hal berikut tersedia/terlaksana sesuai SPM:

(13)

• Guru membuat RPP berdasarkan silabus mata pelajaran yang disusun oleh sekolah/madrasah;

• Siswa menempuh pembelajaran dengan jam tatap muka yang memadai;

• Tersedia buku pegangan dan buku pengayaan dalam jumlah yang memadai;

• Kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi akademik, dan sebagainya.

4) Tindakan untuk memenuhi kekurangan tersebut merupakan tanggung jawab sekolah/madrasah.

Untuk menerapkan SPM di tingkat sekolah/madrasah maka kepala sekolah/madrasah harus melakukan pengumpulan data dan menganalisisnya apakah indikator-indikator SPM telah terpenuhi; misalnya terkait dengan penerapan KTSP pemenuhan RPP, pengukuran jam tatap muka, dan sebagainya. Setelah ditemukan adanya gap (kesenjangannya) maka sekolah/madrasah harus memprogramkan langkah perbaikan untuk memenuhi indikator tersebut.

Agar dapat melaksanakan pemenuhan SMP Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kantor Kemenag Kabupaten/Kota harus memiliki kapasitas sebagai berikut.

1) Kemampuan mengumpulkan data dan informasi terkait pemenuhan indikator SPM (14 indikator), utámanya terkait dengan sumber daya manusia, infrastruktur, dan peralatan;

(14)

3) Kemampuan menyusun perencanaan dan penganggaran berdasarkan bukti kebutuhan investasi;

4) Kemampuan untuk menuangkan rencana dan kebutuhan anggaran dalam dokumen perencanaan daerah.

Pemerintah kabupaten/kota perlu untuk meningkatkan kapasitasnya dalam implementasi SPM, terutama terkait dengan kemampuan untuk mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun penganggaran dan memasukkannya ke dalam dokumen perencanaan daerah termasuk Renstra, Renja SKPD, RPJMD, dan sebagainya.

Demikian juga untuk mampu melaksanakan pemenuhan SMP pihak sekolah/madrasah harus memiliki kapasitas sebagai berikut.

1) Keterampilan mengumpulkan data dan informasi terkait seluruh (27) indikator SPM;

2) Kemampuan melakukan evaluasi diri dalam hubungannya dengan semua ketentuan SPM di sekolah/madrasah;

3) Keterampilan menyusun rencana dan anggaran investasi dan operasional sekolah/madrasah untuk memenuhi 13 indikator SPM;

4) Kemampuan menyampaikan data dan informasi tentang tingkat pemenuhan 14 indikator SPM di sekolah/madrasah

kepada pemerintah kabupaten/kota dan Kemenag kabupaten/kota.

(15)

e. Prinsip-prinsip SPM

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 ditetepkan beberapa prinsip SPM, yaitu: 1) SPM disusun sebagai alat Pemerintah dan

Pemerintah Daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib belajar;

2) SPM ditetapkan oleh pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

3) Penerapan SPM oleh Pemerintah Daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan pelayanan dasar nasional;

4) SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggung jawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian;

5) SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas dan kemampuan kelembagaan dan personil daerah dalam bidang yang bersangkutan.

(16)

rangka mewujudkan pelayanan pendidikan SD yang berkualitas.

Dalam mkaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan SD berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM), faktor ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan ini mencakup kejelasan SPM, tingkat raelitas tujuan SPM untuk dapat dicapai dan kemampuan SPM untuk memecahkan permasalahan pencapaian kualitas pelayanan pendidikan SD pada kelompok sasaran.

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan SPM di lembaga pendidikan tingkat SD, hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya menyangkut kompetensi dan ukuran staf suatu badan, tingkat pengawasan hirarkis terhadap keputusan-keputusan sub-unit, tingkat komunikasi terbuka dan lain sebagainya yang dijalankan dalam birokrasi lembaga pendidikan tingkat SD, perlunya mengkaji perilaku aparatur birokrasi Sekolah Dasar dalam konsistensi seleksi tenaga pendidikan sesuai dengan kebijakan SPM serta bagaimana perlakuan lembaga SD terhadap perhatian pada kesejahteraan para tenaga pengajar (guru) dan pegawai administrasi di lembaga SD tersebut dan keberlangsungan penyelenggaraan pelayanan pendidikan SD.

f. Indikator SPM

1) Tersedia Kurikulum;

(17)

3) Ketenagaan, berkualitas sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan secara nasional, 90% dari jumlah guru SD yang diperlukan terpenuhi;

4) Memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar tenis yang ditetapkan secara nasional (meliputi lahan, bangunan, peralatan laboratorium), 95% peserta didik memiliki buku pelajaran yang lengkap setiap mata pelajaran, serta tersedianya sarana olahraga;

5) Organisasi, meliputi struktur, personalia dan uraian tugas dibuat sesuai dengan kebutuhan SD/MI;

6) Pembiayaan, meliputi anggaran pemerintah dan anggaran swadaya serta pengelolaannya transparan; 7) Manajemen berbasis sekolah, tingkat kehadiran

guru/tenaga administrasi/tenaga kependidikan lainnya, kehadiran peserta didik, tertib administrasi serta kinerja sekolah terlaksana baik dengan tingkat ketercapaian 90 %;

8) Peranserta Masyarakat, meliputi adanya dukungan dan peserta masyarakat, perhatian orang tua peserta didik/tokoh masyarakat/dunia usaha.

1.3.

Kajian Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Marieke dan Niko (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Developing Performance Standar for Teacher Assement by Policy Capturing”.

(18)

membentuk perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan.

2. Penelitian yang berjuidul “Konstribusi Manajemen Pembiayaan dan Iklim Sekolah Terhadap

Peningkatan Mutu Pelayanan Sekolah”.

Hasil penelitian ini menunjukkan pengelolaan manajemen yang baik akan berpengaruh positif terhadap mutu layanan sekolah kepada masyarakat, stake holder dan pemerintah.

3. Penelitian LPPSP, kerjasama dengan USAID, dalam (CRC) Citizen Report Card dalam masalah kualitas Pelayanan Umum di Kabupaten Semarang (2007).

Report card sendiri didasari keinginan untuk memperbaiki akuntabilitas pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat sebagai pengguna jasa layanan, hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa keputusan terhadap perilaku petugas SD Negeri di Semarang mencapai 65,7%, Keputusan Konsumen terhadap waktu penyelesaian masalah baru mencapai 16%.

1.4.

Kerangka Pikir

(19)

Penelitian diawalai dengan pelaksanaan observasi kemudian merumuskan hipotesis awal.Selanjutnya dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data melalui angket yang diisi oleh responden (Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas).Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dapat dirumuskan kesimpulan dan saran.

Secara garis besar dapat penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :

MUTU PENDIDIKAN

PENELITIAN

ANGKET 1. Pengawas 2. Kepala Sekolah 3. Guru

1. Standar Isi 2. Standar Proses

3. Standar Kompetensi Kelulusan 4. Standar Tendik

5. Standar Sarana & Prasarana 6. Standar Pengelolaan

7. Standar Pembiayaan 8. Standar Penilaian

HASIL & PEMBAHASAN

KESIMPULAN STANDAR PELAYANAN

MINIMAL (SPM)

(20)
(21)

Gambar

Gambar 1. Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

“Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan- tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya.. Sebagian kalangan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan mata kuliah praktik yang harus diikuti oleh semua mahasiswa UNNES terutama yang mengambil program kependidikan sebagai salah

Validasi produk pengebangan instrumen penilaian dilakukan untuk menilai apakah rancangan produk sudah sesuai dengan materi atau belum, lebih efektif atau tidak dari

h Betulkah : Apabila Bahan baku yang sekarang digunakan untuk membuat barang dalam usaha Bapa/Ibu tidak ada maka akan ada pengganti nya. i Betulkah : Bahan baku pengganti sulit

tugas akhir yang berjudul Analisis Laporan Keuangan pada Toko Bhineka Jaya di Denpasar dapat ditarik kesimpulan jika diihat dari segi rasio likuiditas, Toko

Jika salah satu premis adalah proposisi partikular dan premis yang lain adalah proposisi negatif maka tidak dapat ditarik kesimpulan.. Term predikat pada kesimpulan harus

xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxx

hukum tanah dalam Undang-Undang Pokok Agraria) sesuatu yang melekat. padanya dimasukkan dalam pengertian benda bukan tanah dan