• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Perdagangan Indonesia di Pasar AIFTA

Kinerja perdagangan Indonesia di pasar AIFTA dapat diidentifikasi melalui berbagai macam indikator serta menggunakan berbagai macam alat analisis. Nilai ekspor yang tinggi belum cukup untuk menjustifikasi apakah suatu komoditas memiliki kinerja yang baik di pasar tujuan. Maka dari itu, digunakan beberapa alat analisis untuk mengidentifikasi kinerja perdagangan Indonesia di pasar AIFTA yang terdiri dari India dan negara anggota ASEAN.

Terdapat tiga indikator yang digunakan pada penelitian ini. Pertama, melalui keunggulan komparatif yang menunjukkan daya saing komoditas Indonesia di pasar AIFTA. Indikator ini menggunakan metode RCA sebagai alat analisisnya. Kedua, melalui posisi daya saing komoditas Indonesia di pasar AIFTA. Indikator ini menggunakan metode EPD sebagai alat analisisnya. Ketiga,

melalui tingkat integrasi komoditas antara Indonesia dan negara anggota AIFTA. Indikator ini menggunakan metode IIT sebagai alat analisisnya.

Kinerja perdagangan Indonesia yang baik berpotensi untuk memaksimalkan manfaat integrasi perdagangan yang dilakukan antara ASEAN dan India. Hal tersebut sesuai degan penelitian yang dilakukan oleh Mondal et al. (2012) yang menyatakan bahwa penghapusan tarif melalui AIFTA menghasilkan trade creation yang besar dan menghasilkan pasar yang lebih beragam serta hubungan perdagangan pada produk relevan yang lebih luas.

Analisis Revealed Comparatif Advantage (RCA)

Analisis mengenai daya saing komoditas Indonesia di pasar AIFTA dapat dilakukan menggunakan metode RCA. Metode ini menggambarkan daya saing secara komparatif untuk masing-masing komoditas. Berdasarkan hasil analisis, selama periode 2005 sampai 2014 terdapat 269 komoditas Indonesia di pasar AIFTA yang memiliki daya saing yaitu komoditas yang memiliki nilai RCA lebih dari satu. Total komoditas ekspor Indonesia ke AIFTA yaitu sebanyak 898 komoditas. Artinya, sebanyak 29.95% komoditas sudah memiliki daya saing. Dua puluh komoditas dengan nilai daya saing tertinggi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai rata-rata daya saing komoditas Indonesia di pasar AIFTA

Kode HS Deskripsi Produk Rata-rata

Nilai RCA 1513 Coconut (copra), palm kernel or bab 20.35

8001 Unwrought tin. 18.97

1511 Palm oil and its fractions, whether 18.40

0103 Live swine. 16.15

1522 Degras; residues resulting from the 14.26 1801 Cocoa beans, whole or broken, raw o 14.25 4803 Toilet or facial tissue stock, towe 13.76 8469 Typewriters other than printers of 13.72 4402 Wood charcoal (including shell or n 13.55

1203 Copra. 12.06

3201 Tanning extracts of vegetable origin 11.85 0410 Edible products of animal origin, n 11.20

0908 Nutmeg, mace and cardamoms. 10.95

4409 Wood (including strips and friezes 10.73 1521 Vegetable waxes (other than triglyc 10.34 2701 Coal; briquettes, ovoids and simila 10.03 3823 Industrial monocarboxylic fatty aci 10.03

1703 Molasses resulting from the extract 9.29

2713 Petroleum cake, petroleum bitumen 8.64

2516 Granite, porphyry, basalt, sandston 8.54

Berdasarkan hasil analisis, komoditas coconut (copra), palm kernel or babassu oil and fractions thereof, whether or not refined, but not chemically modified (HS 1513) menempati posisi tertinggi dengan nilai sebesar 20.35. Posisi

kedua ditempati oleh komoditas unwrought tin (HS 8001) dengan nilai 18.97 dan komoditas palm oil and its fractions, whether or not refined, but not chemically modified (HS 1511) berada di posisi ketiga dengan nilai 18.40. Untuk komoditas pertanian, komoditas ekspor masih didominasi oleh raw material seperti kelapa, minyak kelapa sawit, dan biji kakao. Adapun komoditas-komoditas tersebut memang memiliki kontribusi yang besar terhadap ekspor Indonesia ke pasar AIFTA karena nilai ekspornya yang lebih besar dibandingkan komoditas lain.

Banyaknya produk raw material yang diekspor oleh Indonesia menunjukkan bahwa peningkatan nilai tambah komoditas belum dilakukan oleh para petani. Oleh karena itu, diperlukan industri hilir di dalam negeri yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi bahan mentah yang diproduksi. Hal ini tentunya dapat meningkatkan perekonomian para petani maupun produsen.

Pertumbuhan daya saing komoditas ekspor Indonesia di pasar AIFTA selama tahun 2005 sampai 2014 cenderung mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya perubahan pangsa pasar komoditas Indonesia terhadap total ekspor Indonesia dan perubahan pangsa pasar komoditas dunia terhadap total ekspor dunia. Selain itu, fluktuasi juga disebabkan oleh perubahan pangsa pasar ekspor dari negara eksportir lainnya yang menjadi pesaing (Kusuma 2015).

Analisis Export Product Dynamic (EPD)

Analisis lainnya mengenai daya saing komoditas Indonesia di pasar AIFTA dapat dilakukan menggunakan metode EPD. Metode ini mengukur posisi pasar dari masing-masing komoditas suatu negara untuk tujuan pasar tertentu. Selain itu, metode ini juga dapat menunjukkan dinamis atau tidaknya kinerja masing-masing komoditas. Analisis EPD dapat menunjukkan posisi daya saing suatu komoditas yang terbagi menjadi empat posisi yaitu Rising Star, Falling Star, Lost Opportunity, dan Retreat.

Walaupun berdasarkan hasil analisis RCA terdapat banyak komoditas yang memiliki daya saing, namun hasil EPD menunjukkan tidak semuanya menempati posisi pasar yang ideal. Hasil analisis EPD menunjukkan bahwa komoditas ekspor Indonesia ke AIFTA hanya berada pada dua posisi pasar yang berbeda, yaitu posisi Rising Star dan Lost Opportunity. Dari 269 komoditas yang memiliki daya saing, sebanyak 166 komoditas menempati posisi rising star dan 103 komoditas menempati posisi lost opportunity. Posisi Rising Star adalah posisi pasar yang paling ideal atau yang paling diinginkan karena posisi ini menunjukkan suatu negara yang memliki pangsa pasar ekspor yang baik pada komoditas yang dinamis. Adapun posisi Lost Opportunity merupakan salah satu posisi yang tidak diinginkan karena pada posisi ini terjadi penurunan pangsa pasar ekspor pada komoditas yang dinamis. Posisi pasar dua puluh komoditas yang memiliki daya saing tertinggi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Posisi daya saing komoditas Indonesia di pasar AIFTA Kode HS Deskripsi Produk Pertumbuhan Pangsa Pasar Ekspor (%) Pertumbuhan Pangsa Pasar Produk (%) Posisi Pasar 1513 Coconut (copra), palm

kernel or bab

0.02 1.80 Rising Star

8001 Unwrought tin. -0.72 1.80 Lost

Opportunity 1511 Palm oil and its fractions,

whether

-1.75 1.80 Lost

Opportunity

0103 Live swine. -1.11 1.80 Lost

Opportunity 1522 Degras; residues

resulting from the

3.23 1.80 Rising Star 1801 Cocoa beans, whole or

broken, raw o

-8.22 1.80 Lost

Opportunity 4803 Toilet or facial tissue

stock, towe

4.70 1.80 Rising Star 8469 Typewriters other than

printers of 0.70 1.80 Rising Star 4402 Wood charcoal (including shell or n -15.73 1.80 Lost Opportunity

1203 Copra. 16.74 1.80 Rising Star

3201 Tanning extracts of vegetable origi 1.32 1.80 Rising Star 0410 Edible products of animal origin, n 5.31 1.80 Rising Star 0908 Nutmeg, mace and

cardamoms.

-2.34 1.80 Lost

Opportunity 4409 Wood (including strips

and friezes

-0.54 1.80 Lost

Opportunity 1521 Vegetable waxes (other

than triglyc

251.78 1.80 Rising Star 2701 Coal; briquettes, ovoids

and simila

7.63 1.80 Rising Star 3823 Industrial

monocarboxylic fatty aci

8.99 1.80 Rising Star 1703 Molasses resulting from

the extract

26.54 1.80 Rising Star 2713 Petroleum cake,

petroleum bitumen

113.39 1.80 Rising Star 2516 Granite, porphyry, basalt,

sandston

-22.96 1.80 Lost

Opportunity Jika dibandingkan dengan hasil analisis RCA, komoditas yang menempati posisi Lost Opportunity memiliki nilai RCA yang cenderung menurun. Contohnya komoditas cocos beans, whole or broken, raw or roasted (HS 1801) yang

memiliki nilai RCA sebesar 20.62 pada tahun 2005 menurun menjadi 5.71 pada tahun 2014. Begitu pula dengan komoditas nutmeg, mace, and cardamoms (HS 0908) yang pada tahun 2005 memiliki nilai RCA sebesar 18.31 menurun menjadi 9.97 pada tahun 2014. Untuk posisi Rising Star, nilai RCA komoditasnya cenderung meningkat. Contohnya komoditas turunan yaitu toilet or facial tissue stock, towel or napkin stock and similar paper of a kind used for household or sanitary purposes (HS 4803) yang memiliki nilai RCA sebesar 12.04 pada tahun 2005 meningkat menjadi 14.80 pada tahun 2014. Peningkatan nilai RCA juga terjadi pada komoditas coal; briquettes, ovoids and similar solid fuels manufactured from coal (HS 2701) dimana pada tahun 2004 memiliki nilai 8.50 meningkat menjadi 13.16 pada tahun 2014.

Komoditas yang berada pada posisi Rising Star merupakan komoditas yang harus dipertahankan dan dikembangkan untuk menjadi komoditas ekspor di pasar AIFTA. Adapun komoditas yang berada pada posisi lost opportunity menunjukkan adanya kehilangan pangsa pasar komoditas di pasar AIFTA, sehingga membutuhkan usaha yang lebih besar untuk dapat meningkatkan pangsa pasar komoditas tersebut. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah melalui inovasi. Selain itu, dapat pula mengganti komoditas ekspor menjadi komoditas lainnya yang lebih berpotensi untuk diekspor ke negara tujuan.

Analisis Intra Industry Trade (IIT) Index

Analisis lainnya mengenai daya saing komoditas Indonesia di pasar AIFTA dapat dilakukan menggunakan metode IIT. Metode ini mengukur tingkat integrasi masing-masing komoditas antara Indonesia dengan negara anggota AIFTA lainnya. Tingkat integrasi diukur menggunakan aliran perdagangan yang dapat dilihat dari nilai ekspor dan impornya. Semakin tinggi tingkat integrasi menunjukkan keterkaitan antar negara yang semakin erat.

Tingkat integrasi yang tinggi menunjukkan adanya keterkaitan yang bersifat dua arah (two-way trade) dimana Indonesia melakukan ekspor dan impor dengan negara anggota AIFTA. Hal ini disebut juga aliran perdagangan yang bersifat intra-industri. Sedangkan tingkat integrasi yang rendah menunjukkan adanya keterkaitan yang bersifat satu arah (one-way trade) dimana Indonesia hanya melakukan ekspor atau impor saja dengan negara anggota AIFTA. Hal ini disebut juga aliran perdagangan yang bersifat inter-industri.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan IIT, dari 269 komoditas Indonesia yang memiliki daya saing di pasar AIFTA, sebanyak 100 komoditas menempati posisi lemah. Tingkat integrasi sedang dimiliki oleh 79 komoditas, tingkat integrasi kuat dimiliki oleh 69 komoditas, tingkat integrasi sangat kuat dimiliki oleh 20 komoditas, dan hanya 1 komoditas yang tidak memiliki integrasi. Tingkat integrasi dua puluh komoditas yang memiliki daya saing tertinggi dapat dilihat pada Tabel 7.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Indonesia dan AIFTA belum memiliki keterkaitan yang tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian besar komoditas yaitu sebanyak 37.17% berada di tingkat integrasi yang lemah. Komoditas yang memiliki nilai IIT tinggi seperti komoditas petroleum cake, petroleum bitumen and other residues of petroleum oils or of oils obtained from bituminous minerals (HS 2713) melakukan perdagangan secara dua arah yaitu ekspor dan impor. Sedangkan komoditas yang memiliki nilai IIT rendah bahkan nol seperti live

swine (HS 0103) melakukan perdagangan hanya satu arah yaitu ekspor saja. Contoh lainnya adalah komoditas copra (HS 1203) yang melakukan ekspor dalam jumlah yang besar namun melakukan impor dalam jumlah yang sangat sedikit.

Tabel 7 Tingkat integrasi komoditas Indonesia di pasar AIFTA

Kode HS Deskripsi Produk Nilai IIT Tingkat

Integrasi 1513 Coconut (copra), palm kernel or bab 1.80 Lemah

8001 Unwrought tin. 0.49 Lemah

1511 Palm oil and its fractions, whether 0.44 Lemah

0103 Live swine. 0.00 Tidak Ada

1522 Degras; residues resulting from the 2.09 Lemah 1801 Cocoa beans, whole or broken, raw o 2.28 Lemah 4803 Toilet or facial tissue stock, towe 10.27 Lemah 8469 Typewriters other than printers of 35.17 Sedang 4402 Wood charcoal (including shell or n 1.39 Lemah

1203 Copra. 0.05 Lemah

3201 Tanning extracts of vegetable origi 2.85 Lemah 0410 Edible products of animal origin, n 0.16 Lemah

0908 Nutmeg, mace and cardamoms. 0.58 Lemah

4409 Wood (including strips and friezes 1.69 Lemah 1521 Vegetable waxes (other than triglyc 11.96 Lemah 2701 Coal; briquettes, ovoids and simila 0.70 Lemah 3823 Industrial monocarboxylic fatty aci 18.70 Lemah 1703 Molasses resulting from the extract 6.00 Lemah 2713 Petroleum cake, petroleum bitumen 63.29 Kuat 2516 Granite, porphyry, basalt, sandston 27.14 Sedang

Analisis Pengaruh AIFTA terhadap Perdagangan Indonesia

Penelitian ini menganalisis pengaruh implementasi AIFTA terhadap ekspor beberapa komoditas Indonesia ke pasar AIFTA dengan menggunakan fungsi permintaan ekspor. Variabel yang digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi ekspor komoditas Indonesia (EXit) yaitu PDB riil per kapita

negara tujuan (GDPit), nilai tukar riil Rupiah terhadap mata uang negara tujuan

(RERit), harga ekspor komoditas (Pit), jarak ekonomi antara Indonesia dengan

negara tujuan (DISTit), dan dummy implementasi AIFTA (FTAit).

Komoditas yang diestimasi adalah lima komoditas pertanian dengan nilai RCA tertinggi dan terdapat India sebagai salah satu negara tujuan ekspornya. Lima komoditas tersebut adalah coconut (copra), palm kernel or babassu oil and fractions thereof, whether or not refined, but not chemically modified (HS 1513), palm oil and its fractions, whether or not refined, but not chemically modified (HS 1511), cocos beans, whole or broken, raw or roasted (HS 1801), toilet or facial tissue stock, towel or napkin stock and similar paper of a kind used for household or sanitary purposes (HS 4803), dan nutmeg, mace, and cardamoms (HS 0908).

Data time series yang digunakan sebanyak sepuluh tahun, yaitu tahun 2005 sampai 2014. Adapun data cross section yang digunakan yaitu negara anggota AIFTA yang melakukan perdagangan dengan Indonesia untuk masing- masing komoditas secara berkelanjutan. AIFTA memiliki sebelas negara anggota, namun tidak semua negara anggota AIFTA melakukan perdagangan dengan Indonesia untuk semua komoditas. Data yang digunakan pada penelitian ini untuk masing-masing komoditas yang dianalisis dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Data time series dan cross section pada estimasi fungsi permintaan ekspor Komoditas Deskripsi Produk Data Time

Series Data Cross Section HS 1513 HS 1511 HS 1801 HS 4803 HS 0908 Coconut (copra), palm kernel or bab Palm oil and its fractions, whether Cocoa beans, whole or broken, raw o Toilet or facial tissue stock, towe Nutmeg, mace, and cardamoms. 2005-2014 2005-2014 2005-2014 2005-2014 2005-2014

India, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam Brunei Darussalam, India, Myanmar, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam

India, Malaysia, Singapura, Thailand

India, Myanmar, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam

India, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam Untuk menganalisis pengaruh AIFTA terhadap perdagangan Indonesia pengolahan data dimulai dengan perumusan model dan dilanjutkan dengan pemilihan model estimasi. Pemilihan model estimasi ini dilakukan menggunakan Uji Hausman yang bertujuan untuk memilih metode terbaik antara REM atau FEM dan Uji Chow yang bertujuan untuk memilih metode terbaik antara FEM atau PLS. Pada hasil estimasi dilakukan uji asumsi klasik agar mendapatkan model regresi yang terbebas dari masalah-masalah seperti multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan normalitas. Pada model estimasi lima komoditas ekspor yang dianalisis, metode terbaik yang digunakan adalah FEM. Hasil estimasi dapat dilihat pada Tabel 9.

Pengaruh implementasi AIFTA yang ditunjukkan oleh variabel FTA terhadap lima komoditas ekspor Indonesia menunjukkan hasil yang bervariasi, yaitu berpengaruh signifikan secara positif, berpengaruh signifikan secara negatif, maupun tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil estimasi telah sesuai dengan hipotesis awal bahwa terbentuknya integrasi perdagangan akan memperluas pangsa pasar suatu negara sehingga dapat meningkatkan ekspor negara tersebut. Hasil yang bervariasi pada penelitian ini lebih disebabkan oleh jadwal penurunan tarif yang berbeda antar komoditas. Menurut Veeramani dan Saini (2010), pengurangan tarif dapat menyebabkan hilangnya pendapatan tarif yang signifikan oleh pemerintah. Namun, meningkatnya konsumen surplus yang melebihi hilangnya pendapatan tarif menyebabkan peningkatan keuntungan kesejahteraan secara keseluruhan pada kerangka AIFTA. Hasil estimasi juga menunjukkan

bahwa daya saing suatu komoditas yang tinggi tidak menjamin akan mendapatkan manfaat perdagangan bebas yang tinggi pula, karena terdapat banyak hal yang memengaruhi seperti komitmen tarif yang berlaku serta pesaing dari negara lain. Tabel 9 Hasil estimasi faktor yang memengaruhi ekspor komoditas Indonesia di

pasar AIFTA Variabel Komoditas HS 1513 HS 1511 HS 1801 HS 4803 HS 0908 LN_GDP LN_RER LN_P LN_DIST FTA C 1.346181** (0.0037) 4.937631** (0.0000) -1.486954** (0.0000) -11.27254** (0.0000) 0.069846 (0.8100) 43.08457 (0.0000) 1.807291** (0.0000) -0.719753** (0.0056) 0.612113** (0.0000) -1.803691** (0.0000) -0.521409** (0.0000) 18.23870 (0.0000) 0.568026 (0.3368) -3.533570** (0.0025) 1.955371** (0.0000) 6.157620** (0.0004) 0.559796** (0.0412) -11.85312 (0.3369) 2.587178** (0.0000) 0.501836* (0.0562) -1.224266** (0.0000) -4.145581** (0.0000) -0.403746** (0.0000) 17.89161 (0.0000) 0.960664** (0.0001) -1.836967** (0.0058) 0.553766** (0.0000) 2.109777** (0.0017) 0.193591 (0.1832) -4.777756 (0.0798) R2 Adj R2 0.936464 0.923497 0.997373 0.996875 0.938240 0.922302 0.992594 0.991189 0.989349 0.987176 Ket : **) signifikan pada taraf nyata 1%

*) signifikan pada taraf nyata 5%

Komoditas coconut (copra), palm kernel or babassu oil and fractions thereof,

whether or not refined, but not chemically modified (HS 1513)

Berdasarkan hasil estimasi yang ditampilkan pada Tabel 9, nilai koefisien determinasi (R2) untuk komoditas coconut (copra), palm kernel or babassu oil and fractions thereof, whether or not refined, but not chemically modified (HS 1513) adalah sebesar 0.936464. Artinya, sebesar 93.6% keragaman faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor komoditas tersebut di pasar AIFTA dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya, sedangkan 6.4% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor di luar model.

Pemberlakuan AIFTA pada nilai ekspor komoditas HS 1513 tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 9 dimana nilai probabilitas variabel FTA untuk komoditas HS 1513 lebih besar dari taraf nyata, yaitu 0.8100 > 0.05. Tidak signifikannya variabel FTA disebabkan oleh komoditas HS 1513 yang masuk ke dalam Exclusion List. Exclusion list merupakan kategori komitmen tarif dimana komoditas yang termasuk di dalamnya tidak mengalami penurunan tingkat tarif, namun akan dilakukan peninjauan kembali setiap tahunnya agar dapat terus meningkatkan akses pasar. Maka dari itu, belum ada perubahan terhadap tarif komoditas HS 1513 sehingga implementasi AIFTA tidak berpengaruh.

Meskipun demikian, terdapat variabel lain yang berpengaruh terhadap nilai ekspor komoditas HS 1513. Variabel lain tersebut yaitu PDB riil per kapita negara tujuan, nilai tukar riil Rupiah terhadap mata uang negara tujuan, harga

ekspor komoditas, dan jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan. Variabel PDB riil per kapita negara tujuan berpengaruh positif, dimana setiap kenaikan PDB riil per kapita negara tujuan sebesar satu persen maka nilai ekspor komoditas HS 1513 akan meningkat sebesar 1.346181 persen, begitu pula sebaliknya (ceteris paribus). Meningkatnya PDB riil per kapita negara tujuan mengindikasikan peningkatan daya beli masyarakat, hal ini akan meningkatkan permintaan ekspor Indonesia sehingga nilai ekspor komoditas Indonesia akan meningkat.

Variabel nilai tukar riil Rupiah terhadap mata uang negara tujuan berpengaruh positif, dimana setiap kenaikan nilai tukar riil Rupiah terhadap mata uang negara tujuan sebesar satu persen maka nilai ekspor komoditas HS 1513 akan meningkat sebesar 4.937631 persen, begitu pula sebaliknya (ceteris paribus). Meningkatnya nilai tukar riil rupiah mengindikasikan nilai tukar negara tujuan terapresiasi, harga komoditas yang diterima negara tujuan menjadi lebih murah, hal ini akan meningkatkan permintaan ekspor Indonesia sehingga nilai ekspor komoditas Indonesia akan meningkat.

Variabel harga ekspor komoditas berpengaruh negatif, dimana setiap kenaikan harga komoditas sebesar satu persen maka nilai ekspor komoditas HS 1513 akan menurun sebesar 1.486954 persen, begitu pula sebaliknya (ceteris paribus). Meningkatnya harga ekspor membuat biaya yang dikeluarkan negara tujuan menjadi lebih tinggi, hal ini akan menurunkan permintaan ekspor Indonesia sehingga nilai ekspor komoditas Indonesia akan menurun.

Variabel jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan berpengaruh negatif, dimana setiap kenaikan jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan sebesar satu persen maka nilai ekspor komoditas HS 1513 akan menurun sebesar 11.27254 persen, begitu pula sebaliknya (ceteris paribus). Meningkatnya jarak ekonomi membuat biaya yang yang dikeluarkan negara tujuan menjadi lebih tinggi, hal ini akan menurunkan permintaan ekspor Indonesia sehingga nilai ekspor komoditas Indonesia akan menurun.

Komoditas palm oil and its fractions, whether or not refined, but not chemically

modified (HS 1511)

Berdasarkan hasil estimasi yang ditampilkan pada Tabel 9, nilai koefisien determinasi (R2) untuk komoditas palm oil and its fractions, whether or not refined, but not chemically modified (HS 1511) adalah sebesar 0.997373. Artinya, sebesar 99.7% keragaman faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor komoditas tersebut di pasar AIFTA dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya, sedangkan 0.3% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor di luar model.

Pemberlakuan AIFTA pada nilai ekspor komoditas HS 1511 berpengaruh negatif secara signifikan yang ditunjukkan pada Tabel 9 dimana nilai probabilitas variabel FTA untuk komoditas HS 1511 lebih kecil dari taraf nyata, yaitu 0.0000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perbedaan nilai ekspor komoditas HS 1511 setelah pemberlakuan AIFTA lebih rendah 0.521409 persen dibandingkan sebelum pemberlakuan AIFTA (ceteris paribus). Adapun komoditas ini masuk ke dalam kategori Special Products, dimana tingkat tarif komoditas pada kategori ini akan diturunkan hingga tingkat yang telah ditentukan secara terus-menerus sesuai jadwal yang berlaku yaitu akhir tahun 2019. Artinya,

masih ada hambatan bagi komoditas ini sehingga implementasi AIFTA belum dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Selain variabel FTA, terdapat variabel lain yang berpengaruh terhadap nilai ekspor komoditas HS 1511. Variabel lain tersebut yaitu PDB riil per kapita negara tujuan, nilai tukar riil Rupiah terhadap mata uang negara tujuan, harga ekspor komoditas, dan jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan. Variabel PDB riil per kapita negara tujuan berpengaruh positif, dimana setiap kenaikan PDB riil per kapita negara tujuan sebesar satu persen maka nilai ekspor komoditas HS 1511 akan meningkat sebesar 1.807291 persen, begitu pula sebaliknya (ceteris paribus). Meningkatnya PDB riil per kapita negara tujuan mengindikasikan peningkatan daya beli masyarakat, hal ini akan meningkatkan permintaan ekspor Indonesia sehingga nilai ekspor komoditas Indonesia akan meningkat.

Variabel nilai tukar riil Rupiah terhadap mata uang negara tujuan berpengaruh negatif, dimana setiap kenaikan nilai tukar riil Rupiah terhadap mata uang negara tujuan sebesar satu persen maka nilai ekspor komoditas HS 1511 akan menurun sebesar 0.719753 persen, begitu pula sebaliknya (ceteris paribus). Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa meningkatnya nilai tukar riil rupiah akan meningkatkan nilai ekspor komoditas Indonesia. Hal ini diduga karena komoditas HS 1511 merupakan bahan baku industri di negara tujuan dan Indonesia merupakan salah satu eksportir utama komoditas ini, sehingga perubahan nilai tukar tidak memengaruhi permintaan ekspor.

Variabel harga ekspor komoditas berpengaruh positif, dimana setiap kenaikan harga komoditas sebesar satu persen maka nilai ekspor komoditas HS 1511 akan meningkat sebesar 0.612113 persen, begitu pula sebaliknya (ceteris paribus). Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa meningkatnya harga ekspor akan menurunkan nilai ekspor komoditas Indonesia. Hal ini diduga karena komoditas HS 1511 merupakan bahan baku industri di negara tujuan dan Indonesia merupakan salah satu eksportir utama komoditas ini,

Dokumen terkait