• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Pertanaman

Varian krisan generasi M2V1 dan M2V2 yang ditanam di lahan memiliki daya tumbuh 100%. Hal ini menunjukkan bahwa induksi mutasi tidak mengakibatkan kematian pada varian di kedua generasi yang ditanam. Seperti yang dijelaskan oleh Sihombing (2005), bahwa perlakuan radiasi menyebabkan kerusakan fisiologis pada tanaman generasi M1, tetapi telah menjadi stabil pada tanaman generasi M2 dan M3. Selain itu, kondisi lingkungan cukup mendukung sehingga tidak terjadi kematian pada tanaman. Lokasi penelitian memiliki jenis tanah vulkanik dengan curah hujan rata-rata adalah 1800 mm per tahun (BPS Pasuruan, 2010).

Hama yang menyerang tanaman selama penelitian diantaranya adalah leaf miner, kutu daun, ulat grayak, belalang, kumbang dan thrips, sedangkan penyakit yang menyerang adalah karat daun yang disebabkan oleh cendawan Puccinia sp. Serangan hama terbesar adalah leaf miner yang disebabkan oleh Liriomyza trifolii.

Hama ini menyerang hampir di semua stadia tanaman. Serangan hama ini meninggalkan bekas seperti terowongan yang panjang akibat larva yang berada di dalam jaringan daun. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual maupun kimia. Pengendalian secara kimia dilakukan melalui penyemprotan pestisida secara teratur sesuai dosis anjuran. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hama dan Penyakit Tanaman. (a) Ulat Tanah, (b) Ulat Bulu, (c) Kumbang, (d) Leaf Miner, (e) Gejala Serangan Leaf Miner, dan (f) Gejala Serangan Karat Daun.

a f e d c b

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Krisan M2V1

Hasil analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa varian krisan berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah ruas, dan jumlah daun, kecuali pada peubah jumlah daun saat 2 dan 4 MST). Koefisien keragaman pada peubah tinggi tanaman, jumlah ruas batang, dan jumlah daun berturut-turut berkisar antara 11.48 – 16.23 %, 5.67 – 11.55 %, dan 7.91 – 14.52 %.

Perbandingan kontras orthogonal (Tabel 3) menunjukkan bahwa peubah tinggi tanaman antara varian hasil induksi mutasi melalui radiasi sinar gamma tidak berbeda nyata dengan varian hasil induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % di semua minggu pengamatan, begitu pula pada peubah jumlah ruas batang saat 2 - 6 MST dan peubah jumlah daun saat 2 - 4 MST. Selanjutnya, peubah jumlah ruas batang berbeda nyata saat 8 dan 14 MST, serta berbeda sangat nyata saat dan 12 MST, sedangkan jumlah daun berbeda sangat nyata saat 6 – 12 MST dan nyata saat 14 MST.

Perbandingan antara kedua genotipe hasil induksi mutasi melalui radiasi sinar gamma (PN dan DR) menunjukkan hasil nyata hanya pada peubah tinggi tanaman saat 6, 12, dan 14 MST, sedangkan di minggu pengamatan lainnya tinggi tanaman tidak berbeda nyata antara kedua genotipe. Begitu pula peubah jumlah ruas batang dan jumlah daun yang menunjukkan hasil tidak nyata pada semua minggu pengamatan. Kedua genotipe tidak berbeda nyata karena keduanya memiliki sifat pertumbuhan tidak berbeda, kecuali pada tinggi tanaman saat 12 dan 14 MST yang berbeda nyata akibat pertumbuhan tinggi DR yang terhambat.

Apabila dibandingkan antara varian hasil induksi mutasi melalui radiasi sinar gamma dalam genotipe yang sama, maka akan didapatkan perbedaan yang nyata. Perbandingan antara PN 0 dan PN 20 berbeda nyata dan sangat nyata kecuali saat 6 MST pada peubah tinggi tanaman, tetapi tidak nyata pada peubah jumlah ruas batang di semua minggu pengamatan kecuali saat 4 MST. Begitu pula pada peubah jumlah daun yang tidak berbeda nyata di semua minggu pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa induksi mutasi mengakibatkan perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman tetapi tidak mengakibatkan perubahan pada jumlah ruas batang dan jumlah daun pada krisan genotipe PN. Rosmala (2011) melaporkan bahwa radiasi sinar gamma berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi

tanaman handeuleum, semakin bertambahnya dosis radiasi menghasilkan tinggi tanaman yang semakin rendah.

Perbandingan antara DR 0 dan DR 20 menunjukkan bahwa induksi mutasi melalui radiasi sinar gamma mengakibatkan perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah ruas batang, dan jumlah daun pada kedua varian. Kendarini (2006), melaporkan bahwa penambahan jumlah daun tanaman krisan yang diradiasi sinar gamma tidak linier dengan penambahan dosis radiasi. Krisan kultivar “Puma white” menghasilkan jumlah daun lebih banyak setelah dipapar sinar gamma dosis 15 Gy dibanding tanaman yang dipapar pada dosis 10 Gy, sedangkan jumlah daun pada tanaman yang dipapar dosis 20 Gy kembali menurun. Hal ini sama dengan yang terjadi dalam penelitian, yaitu jumlah daun lebih sedikit pada tanaman yang telah diradiasi dengan sinar gamma 20 Gy (DR 20) dibandingkan dengan kontrol (DR 0). Meskipun dosis radiasi yang digunakan sama, tetapi pengaruhnya antar genotipe PN dan DR berbeda. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Datta (2001) bahwa antar spesies atau bahkan antar galur dalam satu varietas yang sama memiliki tanggap yang berbeda terhadap perlakuan radiasi.

Selanjutnya apabila dibandingkan antara kedua genotipe hasil induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % (PA dan CDK) akan didapatkan hasil nyata dan sangat nyata kecuali saat 4 MST pada peubah tinggi tanaman. Peubah jumlah ruas batang berbeda nyata dan sangat nyata pada semua minggu pengamatan, begitu pula pada peubah jumlah daun kecuali saat 2 dan 4 MST. Selain itu, perbandingan antar varian yang berasal dari genotipe PA menunjukkan kecenderungan berbeda sangat nyata pada peubah tinggi tanaman, jumlah ruas batang, dan jumlah daun. Berbeda dengan varian yang berasal dari genotipe CDK yang menunjukkan kecenderungan tidak berbeda nyata pada ketiga peubah yang diamati. Hal ini menunjukkan bahwa induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % mengakibatkan perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah ruas batang, dan jumlah daun pada krisan genotipe PA, tetapi tidak pada genotipe CDK. Hasil perbandingan secara keseluruhan menunjukkan bahwa induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % lebih nyata mempengaruhi pertumbuhan tanaman krisan dibandingkan induksi mutasi melalui radiasi sinar gamma.

Tabel 3. Perbandingan Kontras Orthogonal Pertumbuhan Vegetatif M2V1

Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata; PN = Puspita Nusantara;

* = berpengaruh nyata; DR = Dewi Ratih;

** = berpengaruh sangat nyata; PA = Puspita Asri;

0, 20 = Dosis radiasi sinar gamma (Gy); CDK = Chandra Kirana;

0,105, 120 = Lama perendaman dalam EMS 0.77 % (menit).

Varian hasil induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % menunjukkan respon yang berbeda pada kedua genotipe. Varian yang berasal dari genotipe PA memberikan respon yang tidak nyata pada tinggi tanaman, tetapi memberikan respon kuadratik pada varian yang berasal dari genotipe CDK (Tabel 4).

Perbandingan Minggu Setelah Tanam

2 4 6 8 10 12 14 ... Tinggi Tanaman ... Gamma Vs EMS tn tn tn tn tn tn tn PN Vs DR tn tn * tn tn * * PN 0 Vs PN 20 * * tn * ** ** ** DR 0 Vs DR 20 tn tn tn tn * ** ** PA Vs CDK * tn ** ** ** * * PA 0 Vs PA 105 * * ** ** ** ** ** PA 0 Vs PA 120 * * ** * ** ** ** PA 105 Vs PA 120 tn tn tn tn tn tn tn CDK 0 Vs CDK 105 * tn tn tn tn tn tn CDK 0 Vs CDK 120 tn tn tn tn tn tn tn CDK105 Vs CDK120 * tn * * tn tn tn

... Jumlah ruas batang ...

Gamma Vs EMS tn tn tn * ** ** * PN Vs DR tn tn tn tn tn tn tn PN 0 Vs PN 20 tn * tn tn tn tn tn DR 0 Vs DR 20 tn tn ** ** * * tn PA Vs CDK * * ** ** ** ** * PA 0 Vs PA 105 tn tn ** ** ** ** ** PA 0 Vs PA 120 tn ** ** ** ** ** ** PA 105 Vs PA 120 tn * tn tn tn tn tn CDK 0 Vs CDK 105 ** tn tn tn * tn tn CDK 0 Vs CDK 120 tn tn tn tn tn tn tn CDK105 Vs CDK120 ** tn tn tn tn tn tn ... Jumlah Daun ... Gamma Vs EMS tn tn ** ** ** ** * PN Vs DR tn tn tn tn tn tn tn PN 0 Vs PN 20 tn tn tn tn tn tn tn DR 0 Vs DR 20 tn tn * * ** tn tn PA Vs CDK tn tn * ** ** ** ** PA 0 Vs PA 105 tn tn tn * ** ** ** PA 0 Vs PA 120 tn tn ** ** ** ** * PA 105 Vs PA 120 tn tn tn tn tn tn tn CDK 0 Vs CDK 105 ** * tn tn tn tn tn CDK 0 Vs CDK 120 tn tn tn tn tn tn * CDK105 Vs CDK120 tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan: 0, 105, 120 = berturut-turut adalah lama perendaman dalam EMS 0.77 % (menit); tn = respon tidak nyata; PA = Puspita Asri;

Q* = respon kuadratik nyata; CDK = Chandra Kirana;

Q** = respon kuadratik nyata.

Tinggi tanaman merupakan salah satu karakter penting dalam penilaian mutu tanaman hias krisan. Oleh karena itu, karakter tinggi tanaman menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam peningkatan keragaman tanaman hias krisan. Berdasarkan pola respon tinggi tanaman CDK akibat induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % (Gambar 4) didapatkan titik optimum tinggi tanaman krisan CDK adalah pada lama perendaman 36.33 menit yaitu dengan tinggi 79.30 cm. Perendaman yang melebihi 36.33 menit akan mengakibatkan semakin menurunnya tinggi tanaman. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), maka respon tinggi tanaman krisan genotipe CDK terhadap induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % dapat dijelaskan 74.2 % oleh persamaan kuadratik pada Gambar 4.

Gambar 4. Respon Tinggi Tanaman Krisan Genotipe CDK Akibat Induksi Mutasi melalui Perendaman dalam EMS 0.77% saat 12 MST Tabel 4. Respon Tinggi Tanaman pada Setiap Taraf Lama Perendaman

dalam EMS 0.77 %

Genotipe Taraf induksi

(menit) 2 4 Minggu Setelah Tanam (MST) 6 8 10 12 14

…..…..……….……… cm ……….. PA 0 7.95 16.37 31.95 46.29 58.15 69.09 72.09 105 7.59 16.76 31.85 44.96 56.38 65.08 67.53 120 7.39 16.78 32.22 47.07 57.17 65.01 68.08 Respon tn tn tn tn tn tn tn CDK 0 10.21 19.33 37.84 54.83 67.01 75.34 77.31 105 7.54 15.92 30.81 44.81 55.97 64.26 66.69 120 6.23 14.65 29.83 42.18 49.7 57.12 59.98 Respon Q** Q** Q** Q** Q** Q* Q*

Varian hasil induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77% menunjukkan respon yang berbeda pada kedua genotipe. Varian yang berasal dari genotipe PA memberikan respon yang tidak nyata pada jumlah ruas batang, tetapi memberikan respon kuadratik pada varian yang berasal dari genotipe CDK kecuali saat 8 dan 14 MST yang memberikan respon tidak nyata (Tabel 5).

Keterangan: 0, 105, 120 = berturut-turut adalah lama perendaman dalam EMS 0.77 % (menit);

Q** = respon kuadratik nyata; PA = Puspita Asri;

Q* = respon kuadratik nyata; CDK = Chandra Kirana;

tn = tidak berpengaruh nyata.

Titik optimum jumlah ruas batang krisan pada 12 MST didapatkan pada lama perendaman 53.5 menit dengan ruas berjumlah 52.52. Perendaman yang melebihi titik optimum akan memberikan pengaruh semakin menurunnya jumlah ruas tanaman. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), maka respon induksi mutasi dengan perendaman EMS 0.77 % terhadap jumlah ruas tanaman krisan genotipe CDK dapat dijelaskan 63.9 % oleh persamaan kuadratik pada Gambar 5.

Gambar 5. Respon Jumlah Ruas Batang Krisan Genotipe CDK Akibat Induksi Mutasi melalui Perendaman dalam EMS 0.77 % saat 12 MST

Tabel 5. Respon Jumlah Ruas Batang pada Setiap Taraf Lama Perendaman dalam EMS 0.77 %

Genotipe Taraf induksi

(menit) 2 4 Minggu Setelah Tanam (MST) 6 8 10 12 14

…..…..……….……… ruas ……….. PA 0 9 12 18.53 26.47 34.13 38.87 43.43 105 9.27 13.47 18.73 28.2 38.93 41.87 43.60 120 8.73 12.67 18.33 27.73 35.07 40.53 41.53 Respon tn tn tn tn tn tn tn CDK 0 10.87 13.8 20.6 30.13 43.13 46.8 48.67 105 9.13 12.73 19.67 29.33 38.53 40.53 42.33 120 9.2 12.93 18.07 26.53 31.2 34.93 37.27 Respon Q** Q** Q* tn Q* Q* tn

Varian yang berasal dari genotipe PA tidak memberikan respon yang nyata pada peubah jumlah daun. Varian yang berasal dari genotipe CDK memberikan respon kuadratik hanya hingga 4 MST, selanjutnya pada 6-14 MST perendaman dalam EMS 0.77 % menunjukkan respon yang tidak nyata (Tabel 6).

Tabel 6. Respon Jumlah Daun pada Setiap Taraf Lama Perendaman dalam EMS 0.77 %

Genotipe Taraf induksi

(menit) 2 4 Minggu Setelah Tanam (MST) 6 8 10 12 14

……… helai ……… PA 0 8.33 11.8 9 16.2 23.2 26.2 31.27 105 8.60 11.87 10.4 18 26.47 28.8 29.27 120 8 11.13 9.93 18.27 25.53 27.8 29.27 Respon tn tn tn tn tn tn tn CDK 0 9.8 12.73 9.60 18.80 29.20 32.47 32.93 105 8.67 11.93 10.20 19.13 277.53 29.33 37.4 120 7.87 11.53 9.33 17.07 21.67 24.53 26.8 Respon Q* Q* tn tn tn tn tn

Keterangan: Q** = respon kuadratik nyata; PA = Puspita Asri ;

Q* = respon kuadratik nyata; CDK = Chandra Kirana;

tn = tidak berpengaruh nyata;

0, 105, 120 = berturut-turut adalah lama perendaman dalam EMS 0.77 % (menit).

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Krisan M2V2

Analisis ragam pertumbuhan vegetatif varian krisan M2V2 (Lampiran 8) menunjukkan bahwa varian krisan berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah ruas, dan jumlah daun, kecuali pada peubah jumlah ruas batang saat 6 MST dan peubah jumlah daun saat 12 MST yang berpengaruh nyata, serta pada peubah jumlah ruas batang saat 2 MST dan peubah jumlah daun saat 2 dan 4 MST yang tidak berpengaruh nyata. Koefisien keragaman tinggi tanaman, jumlah ruas batang, dan jumlah daun berturut-turut berkisar antara 7.82 – 14.70 %, 6.81 – 16.38 %, dan 7.88 – 25.74 %.

Perbandingan kontras orthogonal (Tabel 7) menunjukkan bahwa varian hasil induksi mutasi melalui radiasi sinar gamma dan perendaman dalam EMS 0.77 % memiliki kecenderungan berbeda sangat nyata pada peubah tinggi tanaman, jumlah ruas batang, dan jumlah daun. Perbandingan antar varian hasil induksi mutasi melalui radiasi sinar gamma (PN dan DR) tidak nyata pada ketiga peubah yang diamati, kecuali pada peubah tinggi tanaman saat 12 MST. Perbandingan antara PN 0 dan PN 20 tidak berbeda nyata pada peubah tinggi

tanaman di semua minggu pengamatan, berbeda sangat nyata pada peubah ruas batang saat 4-12 MST, dan nyata saat 14 MST, begitu pula pada peubah jumlah daun yang berbeda sangat nyata saat 6 dan 8 MST, serta nyata saat 10 dan 12 MST. Begitu pula pada DR 0 dan DR 20, kedua varian ini memiliki kecenderungan berbeda sangat nyata di ketiga peubah yang diamati. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada generasi M2V2, induksi mutasi melalui radiasi sinar gamma mengakibatkan perbedaan tinggi tanaman varian krisan yang berasal dari genotipe DR, serta jumlah ruas batang dan jumlah daun pada genotipe PN dan DR. Sari (2011), melaporkan bahwa dosis radiasi sinar gamma 2 Krad pada tanaman krisan menyebabkan pertumbuhan daun terhambat pada semua kultivar krisan yang telah diradiasi. Hal ini menunjukkan bahwa dosis radiasi sinar gamma yang diberikan terbukti menghambat pertumbuhan daun tanaman krisan.

Perbandingan antara kedua genotipe hasil induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % (PA dan CDK) tidak berbeda nyata pada ketiga peubah pengamatan di semua minggu pengamatan, kecuali pada peubah tinggi tanaman saat 12 MST. Kedua genotipe tersebut memiliki pertumbuhan yang hampir sama pada generasi M2V2, bertentangan dengan pertumbuhan saat generasi M2V1 yang berbeda antar kedua genotipe. Perbandingan antar varian yang berasal dari genotipe PA memiliki kecenderungan sangat nyata pada ketiga peubah pengamatan hanya pada perbandingan antara PA 0 dan PA 105, serta PA 0 dan PA 120. Tidak nyata pada perbandingan antara PA 105 dan PA 120. Selanjutnya, perbandingan antar varian yang berasal dari genotipe CDK memiliki kecenderungan tidak berbeda nyata pada ketiga peubah pengamatan.

Pengaruh induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % terhadap pertumbuhan krisan genotipe PA generasi M2V2 tidak sebesar pada generasi M2V1. Semakin jauh dari generasi M0 pengaruh induksi mutasi terhadap kerusakan fisiologis tanaman akan semakin berkurang tetapi perubahan yang terjadi akan lebih stabil. Kerusakan fisiologis varian krisan generasi M2V2 tidak sebesar pada generasi M2V1, sehingga induksi mutasi tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan varian krisan generasi M2V2 bila dibandingkan dengan generasi M2V1.

Tabel 7. Perbandingan Kontras Orthogonal Peubah Vegetatif M2V2

Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata; PN = Puspita Nusantara;

* = berpengaruh nyata; DR = Dewi Ratih;

** = berpengaruh sangat nyata; PA = Puspita Asri;

0, 20 = Dosis radiasi sinar gamma (Gy); CDK = Chandra Kirana;

0,105, 120 = Lama perendaman dalam EMS 0.77 % (menit).

Varian hasil induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % yang berasal dari genotipe PA menunjukkan respon yang tidak nyata pada peubah tinggi tanaman, kecuali saat 4 MST. Varian yang berasal dari genotipe CDK memiliki respon linier negatif (Tabel 8), berbeda dengan generasi M2V1 yang memiliki respon kuadratik.

Perbandingan Minggu Setelah Tanam

2 4 6 8 10 12 ... Tinggi Tanaman ... Gamma Vs EMS * ** * * * tn PN Vs DR tn tn tn tn tn * PN 0 Vs PN 20 tn tn tn tn tn tn DR 0 Vs DR 20 tn ** ** * ** ** PA Vs CDK tn tn tn tn tn * PA 0 Vs PA 105 ** ** ** ** ** ** PA 0 Vs PA 120 ** ** ** ** ** ** PA 105 Vs PA 120 tn tn tn tn tn tn CDK 0 Vs CDK 105 tn tn tn tn tn tn CDK 0 Vs CDK 120 tn tn tn tn tn tn CDK105 Vs CDK120 tn tn ** ** * tn

... Jumlah ruas batang ...

Gamma Vs EMS tn ** ** ** ** * PN Vs DR tn tn tn tn tn tn PN 0 Vs PN 20 tn ** ** ** ** * DR 0 Vs DR 20 tn * tn ** ** * PA Vs CDK tn tn tn tn tn tn PA 0 Vs PA 105 * ** tn ** ** * PA 0 Vs PA 120 tn ** * ** ** ** PA 105 Vs PA 120 tn tn tn tn tn tn CDK 0 Vs CDK 105 tn tn tn tn tn tn CDK 0 Vs CDK 120 tn tn tn tn tn tn CDK105 Vs CDK120 tn tn tn tn * tn ... Jumlah Daun ... Gamma Vs EMS tn tn ** ** ** tn PN Vs DR tn tn tn tn tn tn PN 0 Vs PN 20 tn tn ** ** * * DR 0 Vs DR 20 tn tn ** * ** tn PA Vs CDK tn tn tn tn tn tn PA 0 Vs PA 105 tn tn ** * ** * PA 0 Vs PA 120 tn tn ** ** ** * PA 105 Vs PA 120 tn tn tn tn tn tn CDK 0 Vs CDK 105 tn tn tn tn tn tn CDK 0 Vs CDK 120 tn tn tn tn tn tn CDK105 Vs CDK120 tn tn tn tn tn tn

Tabel 8. Respon Tinggi Tanaman pada Setiap Taraf Lama Perendaman dalam EMS 0.77 %

Genotipe Taraf induksi

(menit) 2 4 Minggu Setelah Tanam (MST) 6 8 10 12

…..…..……….………cm……….. PA 0 15.06 26.49 37.45 51.66 63.79 72.69 105 13.87 25.23 35.50 47.99 59.75 66.57 120 12.42 21.49 32.82 45.90 58.98 65.75 Respon tn Q* tn tn tn tn CDK 0 10.55 22.19 35.16 50.30 62.24 69.16 105 10.48 19.89 28.81 40.47 53.11 61.10 120 10.34 19.96 30.95 43.59 54.53 62.96 Respon tn tn Q* L** L** L**

Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata L** = respon linier sangat nyata L* = respon linier nyata Q* = respon kuadratik nyata

PA = Puspita Asri ; CDK = Chandra Kirana

0, 105, 120 = berturut-turut adalah lama perendaman dalam EMS 0.77 % (menit)

Respon tinggi tanaman krisan CDK akibat induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % memiliki pola respon linier negatif, dimana semakin lama perendaman akan mengakibatkan penurunan tinggi tanaman. Setiap peningkatan satu menit lama perendaman dalam EMS 0.77 % menyebabkan tinggi tanaman krisan genotipe CDK terhambat sebesar 0.060 cm. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), maka respon tinggi tanaman krisan genotipe CDK terhadap induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % dapat dijelaskan 46.3 % oleh persamaan pada Gambar 6.

Gambar 6. Respon Tinggi Tanaman Krisan CDK Akibat Induksi Mutasi melalui Perendaman dalam EMS 0.77 % saat 12 MST.

Varian yang berasal dari genotipe PA yang telah diinduksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % memberikan respon yang tidak nyata terhadap jumlah ruas batang, sedangkan genotipe CDK memberikan respon linier negatif pada 2, 8, dan 12 MST (Tabel 9). Respon yang diberikan berbeda dengan generasi M2V1 yang menunjukkan respon kuadratik pada peubah jumlah ruas batang.

Tabel 9. Respon Jumlah Ruas Batang pada Setiap Taraf Lama Perendaman dalam EMS 0.77 %

Genotipe Taraf induksi

(menit) 2 4 Minggu Setelah Tanam (MST) 6 8 10 12

…..…..…….…………. ruas ……….. PA 0 9.87 16.80 24.07 32.60 48.53 51.60 105 8.93 16.80 24.53 36.40 51.47 55.33 120 9.07 16.00 23.40 33.73 48.47 49.27 Respon tn tn tn tn tn tn CDK 0 8.40 15.47 22.87 32.93 53.41 56.73 105 8.67 15.60 22.60 32.00 41.67 45.33 120 8.67 15.53 22.80 32.20 42.73 46.87 Respon L* tn tn tn L* L*

Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata; PA = Puspita Asri;

L* = respon linier nyata; CDK = Chandra Kirana;

0, 105, 120 = berturut-turut adalah lama perendaman dalam EMS 0.77 % (menit).

Respon jumlah ruas batang krisan CDK akibat induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % memiliki pola respon linier negatif. Semakin lama perendaman mengakibatkan penurunan jumlah ruas batang. Peningkatan satu menit lama perendaman dalam EMS 0.77 % mengakibatkan penurunan jumlah ruas batang sebesar 0.091 cm. Respon jumlah ruas batang krisan genotipe CDK terhadap induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % dapat dijelaskan 44.3 % oleh persamaan pada Gambar 7.

Gambar 7. Respon Jumlah Ruas Batang pada Setiap Taraf Lama Perendaman dalam EMS 0.77% saat 12 MST.

Varian dari genotipe PA yang telah diinduksi mutasi melalui perendaman dalam EMS memberikan respon yang tidak nyata terhadap jumlah daun, sedangkan genotipe CDK memberikan respon linier pada 8, dan 12 MST (Tabel 10). Hasil penelitian pada generasi M2V2 menunjukkan bahwa semakin lama perendaman akan menyebabkan penurunan jumlah daun.

Tabel 10. Respon Jumlah Daun pada Setiap Taraf Lama Perendaman dalam EMS 0.77 %

Genotipe Taraf induksi

(menit) 2 4 Minggu Setelah Tanam (MST) 6 8 10 12

…..…..……….……… cm ……….. PA 0 8.80 7.33 13.93 21.67 35.00 36.93 105 8.00 7.53 14.73 23.80 37.13 37.93 120 8.00 7.13 14.27 23.20 34.53 35.07 Respon tn tn tn tn tn tn CDK 0 7.40 6.47 13.27 22.33 38.00 39.13 105 7.73 9.33 13.80 22.07 29.67 32.80 120 7.67 6.80 13.40 21.60 31.20 34.13 Respon tn tn tn tn L** L*

Keterangan: 0, 105, 120 = berturut-turut adalah lama perendaman dalam EMS 0.77 % (menit); tn = tidak berpengaruh nyata; PA = Puspita Asri ;

L** = respon linier nyata; CDK = Chandra Kirana;

L* = respon linier nyata.

Respon jumlah daun krisan CDK akibat induksi mutasi melalui perendaman dalam EMS 0.77 % memiliki pola respon linier negatif. Semakin lama perendaman akan mengakibatkan penurunan jumlah daun. Peningkatan satu menit lama perendaman dalam EMS 0.77 % mengakibatkan penurunan jumlah daun sebesar 0.048 cm (Gambar 8).

Gambar 8. Respon Jumlah Daun pada Setiap Taraf Lama Perendaman dalam EMS 0.77 % saat 12 MST.

Peubah tinggi tanaman memiliki korelasi linier positif dengan jumlah daun pada semua varian, begitu pula antara peubah tinggi tanaman dengan jumlah ruas batang, dan jumlah ruas batang dengan jumlah daun. Korelasi linier positif menunjukkan bahwa peningkatan tinggi tanaman diikuti oleh peningkatan jumlah daun dan jumlah ruas, begitu pula dengan peningkatan jumlah ruas yang diikuti oleh peningkatan jumlah daun. Nilai korelasi tinggi tanaman dengan jumlah daun, tinggi tanaman dengan jumlah ruas, dan jumlah ruas dengan jumlah daun pada generasi M2V1 berturut-turut berkisar antara 0.837 - 0.953, 0.951 - 0.992, 0.902 - 0.977, sedangkan pada generasi M2V2 berkisar antara 0.910 - 0.966, 0.955 - 0.991, 0.940 - 0.989. Korelasi antar peubah pada generasi M2V1 maupun M2V2 menunjukkan angka yang besar, dengan nilai korelasi mendekati 1 (Tabel 11).

Tabel 11. Korelasi Antar Peubah dalam Satu Varian

Generasi Perlakuan

Nilai Korelasi (R) Tinggi dan

jumlah daun jumlah ruas Tinggi dan Jumlah ruas dan jumlah daun

M2V1 PN 0 0.944 0.992 0.953 PN 20 0.868 0.977 0.902 DR 0 0.837 0.971 0.932 DR 20 0.792 0.951 0.905 PA 0 0.929 0.988 0.961 PA 105 0.930 0.976 0.966 PA 120 0.953 0.992 0.977 CDK 0 0.919 0.980 0.970 CDK 105 0.925 0.991 0.938 CDK120 0.920 0.985 0.967 M2V2 PN 0 0.949 0.991 0.954 PN 20 0.933 0.962 0.989 DR 0 0.931 0.988 0.961 DR 20 0.910 0.963 0.940 PA 0 0.950 0.969 0.983 PA 105 0.941 0.978 0.981 PA 120 0.966 0.987 0.985 CDK 0 0.941 0.955 0.988 CDK 105 0.963 0.974 0.985 CDK120 0.958 0.984 0.982

Keterangan : Hasil korelasi tiap peubah adalah sangat nyata; 0, 20 = Dosis radiasi sinar gamma (Gy);

0,105, 120 = Lama perendaman dalam EMS 0.77 % (menit); PN = Puspita Nusantara; PA = Puspita Asri; DR = Dewi Ratih; CDK = Chandra Kirana.

Korelasi antar peubah yang sama pada generasi M2V1 dan M2V2 menunjukkan korelasi linier positif. Tinggi tanaman generasi M2V1 berkorelasi positif dengan tinggi tanaman generasi M2V2. Begitu pula dengan jumlah ruas dan jumlah daun. Hal ini berarti bahwa peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah ruas pada generasi M2V1 diikuti pula oleh peningkatan ketiga peubah tersebut pada generasi M2V2. Nilai korelasi antar peubah tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah ruas berturut-turut berkisar antara 0.899 - 0.988, 0.829 - 0.954,

Dokumen terkait