• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Analisis Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Sungai Kampar Kiri

Provinsi Riau terletak antara 15’ Lintang Selatan dan 2o25’ Lintang Utara serta antara 100o Bujur Timur dan 105º45’ Bujur Timur. Di Riau terdapat empat sungai besar, salah satunya yaitu Sungai Kampar. Aliran Sungai Kampar secara administratif masuk dalam Kabupaten Kampar kecuali bagian hulu yaitu Kampar Kiri masuk Kabupaten Indragiri Hulu dan Kampar Kanan masuk daerah Sumatera Barat (Pangkalan Kota Baru) (PPPKD, 1978).

Iklim di Kabupaten Kampar dipengaruhi oleh musim (Purwanto, 1997). Kabupaten Kampar berada dalam iklim tropis dengan suhu rata-rata 22–31 oC. Musim kemarau berlangsung pada bulan Maret–Agustus dan musim hujan berlangsung pada bulan September-Februari (PPR, 2008). Ini berarti sedang terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim hujan saat pengambilan contoh ikan pada bulan Juni-Desember. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dan terendah pada bulan Juli (Gambar 2).

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Bulan C u ra h H u ja n ( m m )

Gambar 2. Rata-rata curah hujan (mm) sesetiap bulan di Pekanbaru, Riau pada tahun 2006 (Badan Meteorologi dan Geofisika, 2008)

B. Kondisi Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri

Proses hidrologi mempengaruhi komponen biotik dan abiotik dalam suatu ekosistem (Timchenko, 1994). Salah satu contohnya adalah yang terjadi di Sungai Desnia. Danau rawa banjiran Sungai Desnia mempengaruhi kualitas air dan

kondisi ekosistem sungai (Malafeyev & Grib, 1994). Hal ini juga terjadi di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Simanjuntak (2007), selama pengambilan contoh paras muka air terendah terjadi pada bulan Agustus dan tertinggi pada bulan Desember (Gambar 3).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Bulan Pengamatan T in g g i M u k a A ir ( m ) Mentulik Simalinyang

Gambar 3. Rataan tinggi paras air rawa banjiran Sungai Kampar Kiri secara keseluruhan pada bulan Juni-Desember 2006 (Simanjuntak 2007)

Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan (Effendie, 1979). Ikan-ikan di perairan tropis hidup pada lingkungan yang hangat dengan fluktuasi suhu yang kecil sehingga ikan-ikan tersebut cenderung memiliki pertumbuhan yang cepat dan siklus hidup yang singkat (Lowe-McConnell, 1987; Moyle & Cech, 2004). Suhu perairan di Mentulik memiliki kisaran yang lebih besar dibandingkan di Simalinyang (Tabel 1). Hal ini disebabkan oleh percampuran air di Simalinyang yang lebih sering mengingat rawa banjiran di Simalinyang selalu terhubung dengan aliran sungai utama sepanjang tahun. Secara keseluruhan, suhu perairan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri berada dalam kisaran 24-30 oC (Tabel 1). Nilai suhu tersebut sama dengan yang dinyatakan oleh Sukendi (2001) bahwa suhu perairan di Sungai Kampar Kiri sebesar 28 oC pada siang hari. Nugroho (1992) mendapatkan ikan motan (T. thynnoides) di sistem aliran Sungai Musi hidup pada kisaran suhu 27,5-31 oC. Di Sungai Godavari,

Sungai Khrisna, dan Sungai Tungabhadra, India, juga ditemukan ikan

Thynnichthys sandkhol yang hidup pada kisaran suhu 28,4-29,6 oC (Chacko & Ganapati, 1950).

Kedalaman perairan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri berkisar pada 1-15 m (Tabel 1). Parameter ini dipengaruhi oleh tingkat curah hujan. Volume air Sungai Kampar meluap saat musim hujan (Putra, 1995). Selain itu, pada musim hujan sungai kampar secara reguler mengalami banjir (Siregar, 1989). Akibat peningkatan kedalaman dan penggenangan daratan, habitat berkembang sangat besar (Moyle & Cech, 2004). Perkembangan habitat melalui proses hidrologi tersebut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keragaman ruang (Gosselink & Turner, 1978).

Tingkat kecerahan perairan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri bekisar pada 0,2-1,0 m (Tabel 1). Nilai ini cenderung rendah jika dibandingkan dengan kedalaman perairan. Hal ini diduga terjadi karena adanya pengaruh vegetasi darat di sekitar rawa banjiran. Vegetasi darat tersebut menjadi kanopi yang mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam perairan. Selain itu, Siregar (1989) juga menyatakan bahwa kecerahan perairan di Sungai Kampar mengalami penurunan saat musim hujan karena pengaruh substrat daratan yang tergerus dan terbawa ke perairan.

Substrat dasar di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri yaitu lumpur, liat, dan pasir (Tabel 1). Jenis substrat pasir pada dasar Sungai Kampar kiri juga dinyatakan oleh Sukendi (2001). Sementara itu, Nugroho (1992) menyatakan bahwa ikan motan ditemukan di sistem aliran Sungai Musi yang memiliki substrat dasar berupa lumpur. Substrat lumpur diduga terbawa oleh arus air saat penggerusan daratan.

Perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri memiliki warna cokelat-hitam (Tabel 1). Karakteristik warna perairan pada rawa banjiran tersebut menjadikannya tergolong dalam black waters. Warna coklat-hitam berasal dari asam humat yang terkandung pada bahan-bahan organik di perairan (Moyle & Cech, 2004). Asam humat berasal dari proses dekomposisi bahan organik, terutama vegetasi darat yang mati akibat penggenangan air.

Keberadaan asam humat di perairan rawa banjiran tidak hanya berpengaruh terhadap warna perairan, namun juga berpengaruh terhadap derajat keasaman (pH) air. Keberadaan asam humat menyebabkan perairan di rawa banjiran bersifat asam (Lowe-McConnell, 1987; Moyle & Cech, 2004). Jhingran (1975) menyatakan bahwa nilai pH menurun saat musim hujan akibat adanya proses dekomposisi bahan organik dari vegetasi darat yang mati karena penggenangan. Akan tetapi, Siregar (1989) menyatakan bahwa nilai pH air di Sungai Kampar mengalami nilai tertinggi saat musim hujan dan nilai terendah saat musim kemarau. Peningkatan volume air saat musim hujan diduga dapat mengurangi konsentrasi asam di perairan tersebut. Nilai pH di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri yang berada pada kisaran 4-5 (Tabel 1). Walaupun sama-sama mampu hidup pada perairan yang cukup asam, namun ikan motan di DAS Musi hidup pada nilai pH yang lebih tinggi, yaitu 5,75-6,27 (Nugroho, 1992).

Oksigen dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh karena itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuan memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Kandungan oksigen dalam air tawar pada suhu 25oC yaitu 5,77-8,24 mg/l dan mengalami penurunan pada suhu 30oC yaitu 5,28-7,54 mg/l (Fujaya, 2002). Kadar oksigen terlarut di air terkait dengan ukuran badan air, derajat stratifikasi suhu, penutupan vegetasi, pertumbuhan fitoplankton, dan pergerakan angin. Nilai oksigen terlarut di rawa banjiran sekitar Danau Takapan mengalami penurunan seiring peningkatan volume air akibat proses deoksigenasi dari dekomposisi bahan organik (Hartoto, 1999). Selain itu, peningkatan kekeruhan perairan saat musim hujan berpengaruh terhadap intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom air. Berkurangnya intensitas cahaya mengakibatkan penurunan aktivitas fotosintesis sehingga kadar oksigen terlarut dalam air juga menurun.

Nilai oksigen terlarut di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri berkisar pada 4,0-6,3 mg/l (Tabel 1). Nilai tersebut serupa dengan nilai oksigen terlarut di beberapa sungai di India pada bulan Juni-September, tempat ditemukannya ikan

Thynnichthys sandkhol, yaitu sebesar 4,2-5,8 mg/l (Chacko & Ganapati, 1950). Akan tetapi, ikan motan di sistem aliran Sungai Musi tercatat mampu hidup pada kondisi perairan dengan nilai oksigen terlarut yang lebih rendah, yaitu 3,13-3,94

mg/l (Nugroho, 1992). Salah satu sebab ikan-ikan Cyprinid mampu hidup pada kondisi oksigen terlarut yang rendah adalah afinitas darahnya yang tinggi terhadap oksigen (Lagler et al., 1977 in Hartoto, 1999).

Tabel 1. Kisaran parameter fisika dan kimia perairan pada lokasi pengambilan contoh (Simanjuntak, 2007)

Parameter Satuan Daerah Pengambilan Contoh

a b c d e f g h

Fisika

Suhu oC 27-29 27-29 25-28 25-27 25-29 24-30 27-30 28-30 Kedalaman m 1-7 2-8 5-15 2-8 3-10 1-8 1-12 3-10 Kecerahan m 0,2-0,5 0,2-1,0 0,3-0,5 0,3-0,4 0,4-1,0 0,2-0,3 0,2-0,3 0,2-0,3 Substrat dasar - lp,li pa,lp lp lp lp,li lp,pa lp,pa lp Warna perairan - coklat

coklat-hitam coklat-hitam coklat coklat-hitam

coklat-hitam coklat coklat Kimia

pH unit 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 Oksigen terlarut mg/l 4,8-6,0 4,3-6,2 4,4-5,8 4,7-6,0 4,2-6,3 4,1-5,9 4,0-6,1 4,1-6,2

Keterangan: a-f adalah lokasi pengambilan contoh di Mentulik, g dan h adalah lokasi pengambilan contoh di Simalinyang; a = anak Sungai Kampar; b = Sungai Tonan; c = Danau Belanti; d = Danau Puyuh; e = Danau Pakis; f = Danau Sungai Kampar Lama; g = Danau Baru; h = Danau Belimbing; lp = lumpur; li = liat; pa = pasir

C. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides)

Secara keseluruhan, ikan motan yang tertangkap di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri berjumlah 953 ekor dengan 562 ekor yang tertangkap di Mentulik dan 391 ekor yang tertangkap di Simalinyang (Gambar 4). Secara temporal, jumlah ikan motan yang tertangkap di kedua lokasi cenderung fluktuatif dengan jumlah terkecil pada bulan Juni.

8 73 119 97 93 67 105 4 28 36 72 22 112 117 0 20 40 60 80 100 120 140

Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Bulan Pe nga mata n

J u m la h I k a n ( e k o r) Mentulik Simalinyang

Gambar 4. Jumlah ikan motan (T. thynnoides) di Mentulik dan Simalinyang pada setiap bulan pengamatan

Ikan yang tertangkap pada bulan Juni jauh lebih sedikit dibandingkan pada bulan-bulan lainnya diduga karena ikan masih banyak terdapat di sungai utama. Pada bulan Juni sampai Oktober, ikan yang tertangkap di Mentulik lebih banyak daripada di Simalinyang. Sebaliknya terjadi pada bulan November dan Desember, jumlah ikan yang tertangkap di Simalinyang lebih besar daripada di Mentulik. Secara keseluruhan, ikan motan semakin banyak tertangkap seiring dengan peningkatan paras muka air rawa banjiran (Gambar 5).

0 2 4 6 8 10 12

Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Bulan Pengamatan T in g g i M u k a A ir ( m )

Skala jumlah ikan yang tertangkap Mentulik

Simalinyang

Gambar 5. Tinggi paras air dan skala jumlah ikan motan (T. thynnoides) yang tertangkap di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri selama bulan pengamatan

Secara keseluruhan, ikan motan yang tertangkap di Mentulik berukuran lebih kecil daripada ikan motan yang tertangkap di Simalinyang (Gambar 6). Penelitian mengenai daur hidup dan ruaya ikan ini perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab perbedaan jumlah ikan yang tertangkap serta ukuran panjang total ikan tersebut antara kedua lokasi. Nilai tengah panjang ikan motan di Mentulik mengalami kecenderungan meningkat selama bulan pengamatan. Sedangkan nilai tengah panjang ikan motan di Simalinyang lebih fluktuatif selama bulan pengamatan. Berdasarkan Gambar 7, selama bulan pengamatan, nilai tengah panjang ikan motan di Mentulik lebih rendah dari nilai tengah panjang ikan motan

di Simalinyang. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan kelompok ukuran (kohort) yang disebabkan oleh perbedaan lingkungan (Sparre & Venema, 1999). Dari data kualitas air pada setiap lokasi pengamatan, faktor lingkungan yang diduga mempengaruhi perbedaan ukuran ikan motan di Mentulik dan Simalinyang adalah suhu. Kisaran suhu air di Simalinyang yang lebih sempit dapat menyebabkan pertumbuhan ikan motan di lokasi tersebut lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ikan motan di Mentulik karena ikan motan di Simalinyang tidak banyak menggunakan energi untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan. Suhu air mempengaruhi proses metabolisme ikan.

0 50 100 150 200 250 300 75-88 89-102 103-116 117-130 131-144 145-158 159-172 173-186 187-200 201-214 215-228 Selang Kelas Panjang Total (mm)

J u m la h I k a n ( e k o r) Mentulik Simalinyang

Gambar 6. Perbandingan jumlah ikan motan (T. thynnoides) yang tertangkap di Mentulik dan Simalinyang berdasarkan selang kelas panjang total

Kecenderungan peningkatan nilai tengah panjang mengindikasikan pertumbuhan ikan motan selama bulan pengamatan. Pertumbuhan tersebut berlangsung seiring dengan peningkatan paras muka air akibat musim hujan yang mengakibatkan peningkatan relung habitat dan relung makanan di rawa banjiran. Lowe-McConnell (1987) menyatakan bahwa biomassa ikan meningkat dengan cepat selama paras muka air tinggi. Dwiponggo (1982) in Harahap & Djamali (2005), kecepatan pertumbuhan ikan lemuru (Sardinella spp.) dipengaruhi oleh ketersediaan makanan. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah umur (Effendie, 1979). Kecepatan pertumbuhan ikan Labeo fimbriatus di Sungai

Narmada, India, terbesar pada tahun pertama sampai tahun ke tiga hidupnya (Bhatnagar, 1979).

Panjang maksimum ikan motan (T. thynnoides) di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri lebih besar daripada panjang maksimum ikan motan (T. polylepis) di Waduk Koto Panjang Riau (Suryaningsih, 2000). Hal serupa juga terjadi pada ikan selais (Ompok hypophthalmus) di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri (Simanjuntak, 2007) yang panjang maksimumnya lebih besar dari yang ditemukan di Sungai Batang Hari. Ukuran panjang yang lebih besar tersebut dapat mengindikasikan bahwa ekosistem rawa banjiran Sungai Kampar Kiri sangat baik dalam mendukung pertumbuhan ikan motan.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Bulan Pengamatan N il a i T e n g a h P a n ja n g T o ta l (m m ) Mentulik Simalinyang

Gambar 7 Nilai tengah panjang total ikan motan (T. thynnoides) di Mentulik dan Simalinyang pada setiap bulan pengamatan

D. Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Motan (T. thynnoides)

Hubungan panjang dan bobot ikan motan di Mentulik dan Simalinyang menunjukkan tipe pertumbuhan yang berbeda (Lampiran 2). Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan kelompok ukuran yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan antara Mentulik dan Simalinyang (Sparre & Venema, 1999).

Hubungan panjang dan bobot ikan motan di Mentulik mengikuti suatu persamaan W = 6x10-6L3,0314 (Gambar 8). Nilai b sebesar 3,0314 menunjukkan tipe pertumbuhan ikan motan di Mentulik bersifat isometrik. Dengan kata lain,

laju pertumbuhan panjang ikan motan di Mentulik sama dengan laju pertumbuhan bobotnya. Hal ini didukung setelah dilakukan uji t pada selang kepercayaan 95% terhadap nilai b (Lampiran 3).

W= 6x10-6L3,0314 R2 = 0,9074 0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 50 100 150 200 250 Panjang total (mm) B o b o t (g )

Gambar 8. Hubungan panjang dan bobot ikan motan (T. thynnoides) di daerah Mentulik

Berbeda dengan tipe pertumbuhan di Mentulik, ikan motan di Simalinyang memiliki tipe pertumbuhan yang bersifat allometrik positif. Dari persamaan hubungan panjang dan bobot yaitu W = 2x10-6L3,3281 (Gambar 9) dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan bobot ikan motan di Simalinyang lebih besar dari laju pertumbuhan panjangnya. Pernyataan ini didukung oleh hasil uji t pada selang kepercayaan 95% terhadap nilai b (Lampiran 4).

Nugroho (1992) menyatakan bahwa tipe pertumbuhan ikan motan di sistem aliran Sungai Batang Hari, Jambi, bersifat allometrik negatif. Pada spesies yang berbeda, ikan motan (T. polylepis) di Waduk Koto Panjang, Riau, bersifat allometrik negatif (Suryaningsih, 2000). Sementara itu, di daerah Jammu, India, ikan Cyprinid lain yaitu Schizothorax plagiostomus memiliki tipe pertumbuhan isometrik dengan nilai b sebesar 2,9288 (Bhagat & Sunder, 1983). Nilai b yang berbeda pada suatu spesies dipengaruhi oleh tingkat perkembangan ontogenik seperti perbedaan umur, tingkat kematangan gonad, dan jenis kelamin (Dulčić et al., 2003 in Purnomo & Kartamihardja, 2005), serta dipengaruhi juga oleh letak geografis, kondisi lingkungan seperti musim, tingkat kepenuhan lambung,

penyakit, dan parasit (Bagenal & Tesch, 1978 in Purnomo & Kartamihardja, 2005). W= 2x10-6L3,3281 R2 = 0,9242 0 20 40 60 80 100 120 140 0 50 100 150 200 250 Panjang total (mm) B o b o t (g )

Gambar 9. Hubungan panjang dan bobot ikan motan (T. thynnoides) di daerah Simalinyang

Panjang dan bobot ikan motan di Mentulik dan Simalinyang memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi (nilai r) di Mentulik dan Simalinyang yang masing-masing sebesar 0,95 dan 0,96. Ikan siumbut (Labiobarbus leptocheilus) di Sungai Musi juga memiliki hubungan yang erat antara panjang dan bobotnya, baik pada ikan jantan maupun pada ikan betina (Kusumasari, 2007).

E. Kelompok Ukuran Ikan Motan (T. thynnoides)

Kelompok ukuran (kohort) yaitu sekelompok individu ikan dari jenis yang sama yang berasal dari pemijahan yang sama (Suwarso & Hariati, 2002). Analisis kelompok ukuran ikan motan di Mentulik dibedakan dengan analisis kelompok ukuran ikan motan di Simalinyang. Hal ini dilakukan karena tipe pertumbuhan ikan motan di kedua lokasi tersebut berbeda.

Pada bulan Juni, Juli, Agustus, dan Oktober terdapat satu kelompok ukuran ikan motan di Mentulik. Sedangkan pada bulan September, November, dan Desember terdapat dua kelompok ukuran. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa di Mentulik terdapat tiga kelompok ukuran ikan motan (Gambar 10).

Secara keseluruhan, kelompok ukuran pertama memiliki nilai tengah panjang pada 98,50-118,90 mm; kelompok ukuran ke dua memiliki nilai tengah panjang pada 134,50-137,49 mm; dan kelompok ukuran ke tiga memiliki nilai tengah panjang sebesar 188,50 mm. Kelompok ukuran pertama selalu ditemukan pada setiap bulan pengamatan. Sedangkan kelompok ukuran ke dua dan ke tiga hanya ditemukan masing-masing pada bulan September dan Desember serta November (Tabel 2). Kedua kelompok ukuran yang lebih besar tersebut tidak selalu ditemukan pada setiap bulan pengamatan diduga dipengaruhi oleh aktivitas ruaya. Nugroho (1992) menyatakan bahwa ikan motan di sistem aliran Sungai Batang Hari melakukan ruaya dari lubuk ke sungai saat paras muka air meningkat.

Hasil analisis hubungan panjang dan bobot menyatakan bahwa masing-masing kelompok ukuran ikan motan di Mentulik memiliki tipe pertumbuhan isometrik. Artinya dalam hal ini kelompok ukuran tidak berpengaruh terhadap tipe pertumbuhan ikan motan.

Tabel 2. Nilai tengah panjang total ikan motan (T. thynnoides) di daerah Mentulik pada setiap bulan pengamatan berdasarkan kelompok ukuran

Bulan pengamatan Nilai tengah panjang total (mm)

Kelompok ukuran 1 Kelompok ukuran 2 Kelompok ukuran 3

Juni 98,50 ± 10,19 - - Juli 108,97 ± 8,25 - - Agustus 115,91 ± 20,83 - - September 113,83 ± 7,90 137,40 ± 8,93 - Oktober 113,64 ± 5,46 - - November 118,59 ± 7,69 - 188,50 ± 6,69 Desember 118,90 ± 7,67 134,50 ± 7,03 -

Sementara itu di Simalinyang hanya terdapat satu kelompok ukuran selama bulan pengamatan (Gambar 11). Akan tetapi, pada bulan Juni kelompok ukuran ikan tidak dapat dilihat karena contoh yang kurang representatif, terutama dari segi kuantitas. Nilai tengah panjang kelompok ukuran ikan motan di Simalinyang berada pada 136,19-173,68 mm (Tabel 3). Nilai tersebut hampir sama dengan nilai tengah panjang ikan motan kelompok ukuran ke dua di Mentulik.

Jika dianalisis secara keseluruhan tanpa diferensiasi lokasi, maka ada tiga kelompok ukuran ikan motan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri (Tabel 4).

Tabel 3. Nilai tengah panjang total ikan motan (T. thynnoides) di daerah Simalinyang pada setiap bulan pengamatan berdasarkan kelompok ukuran

Bulan pengamatan Nilai tengah panjang total (mm)

Juni - Juli 155,70 ± 7,55 Agustus 147,85 ± 9,48 September 173,68 ± 14,29 Oktober 158,34 ± 9,31 November 136,19 ± 19,37 Desember 144,73 ± 10,75

Tabel 4. Nilai tengah panjang total ikan motan (T. thynnoides) di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri pada setiap bulan pengamatan berdasarkan kelompok ukuran

Bulan pengamatan Nilai tengah panjang total (mm)

Kelompok ukuran 1 Kelompok ukuran 2 Kelompok ukuran 3 Juni - 130,50 ± 16,82 - Juli 108,60 ± 6,62 156,49 ± 7,74 - Agustus 114,30 ± 7,54 144,85 ± 9,74 - September 113,90 ± 7,78 167,63 ± 16,98 - Oktober 113,58 ± 6,68 158,50 ± 7,90 - November - 135,12 ± 16,85 180,16 ± 9,90 Desember 118,93 ± 7,77 142,08 ± 11,85 -

F. Faktor Kondisi Ikan Motan (T. thynnoides)

Selama bulan pengamatan, nilai faktor kondisi ikan motan di Mentulik berkisar pada 0,50-2,19 dan nilai faktor kondisi ikan motan di Simalinyang berkisar pada 0,35-1,22 (Tabel 5). Kisaran nilai faktor kondisi ikan motan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri cukup luas. Ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan kelompok ukuran ikan sehingga nilai panjang total ikan di daerah tersebut memiliki kisaran yang luas (Effendie, 1979).

Nilai faktor kondisi ikan motan cukup fluktuatif selama bulan pengamatan, baik di Mentulik maupun di Simalinyang (Gambar 12). Fluktuasi nilai faktor kondisi ikan motan diduga lebih dipengaruhi oleh aktivitas pemijahan. Ikan motan

(T. polylepis) melakukan pemijahan saat awal musim hujan di danau rawa yang merupakan suaka perikanan di Sungai Lempuing (Asyari et al., 2002). Nilai tengah faktor kondisi maksimal ikan motan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri berada pada bulan Oktober. Hal ini disebabkan oleh puncak pemijahan ikan motan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri terjadi pada bulan tersebut (Tampubolon, 2008). Ikan sebarau (Hampala macrolepidota) di Sungai Musi memiliki nilai rata-rata faktor kondisi maksimal pada bulan Agustus (Solihatin, 2007). Sementara itu, ikan siumbut (Labiobarbus leptocheilus) di Sungai Musi memiliki nilai faktor kondisi maksimal pada bulan Januari (Kusumasari, 2007). Saat ikan memiliki nilai faktor kondisi maksimal diduga sebagai periode pemijahan ikan tersebut.

Tabel 5. Kisaran nilai faktor kondisi ikan motan (T. thynnoides) di Mentulik dan Simalinyang pada setiap bulan pengamatan

Bulan pengamatan Faktor kondisi Mentulik Simalinyang Juni 0,50-1,22 0,78-1,22 Juli 0,91-1,34 0,67-0,90 Agustus 0,69-2,19 0,74-0,90 September 0,86-1,48 0,65-1,01 Oktober 0,89-1,43 0,78-1,02 November 0,87-1,32 0,35-0,97 Desember 0,78-2,08 0,49-1,02 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Bulan Pengamatan N il a i F a k to r K o n d is i Mentulik Simalinyang

Gambar 12. Nilai tengah faktor kondisi ikan motan (T. thynnoides) di Mentulik dan Simalinyang pada setiap bulan pengamatan

Nilai faktor kondisi ikan gabus (Channa striata) di rawa banjiran Sungai Musi berfluktuasi karena adanya perbedaan umur, TKG, kondisi lingkungan, dan ketersediaan makanan (Makmur, 2003). Effendie (1979) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi faktor kondisi ikan adalah umur. Di Perairan Binuangeun, nilai faktor kondisi ikan terbang (Hyrundichthys oxycephalus) mengalami penurunan seiring dengan pertambahan umur (Harahap & Djamali, 2005). Gambar 13 adalah nilai faktor kondisi ikan motan berdasarkan kelompok ukuran di Mentulik dan Simalinyang. Setelah dilakukan uji statistik pada selang kepercayaan 95%, terdapat perbedaan nyata nilai faktor kondisi antara kelompok ukuran 1 dan kelompok ukuran 2 di Mentulik. Begitu juga antara kelompok ukuran 2 dan kelompok ukuran 3 (Lampiran 5). Nilai faktor kondisi kelompok ukuran ikan motan di Simalinyang tidak dapat dibandingkan karena hanya terdapat satu kelompok ukuran.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1 2 3

Kelom pok Ukuran

N il a i F a k tor K o n d is i Mentulik Simalinyang

Gambar 13. Faktor kondisi ikan motan (T. thynnoides) di Mentulik dan Simalinyang berdasarkan kelompok ukuran

G. Pertumbuhan Panjang Ikan Motan (T. thynnoides)

Hasil analisis parameter pertumbuhan (K dan L) dengan Metode ELEFAN 1 menunjukkan bahwa ikan motan di Mentulik memiliki nilai K sebesar 0,48/tahun dan nilai L sebesar 210,53 mm. Sedangkan jika dianalisis secara keseluruhan tanpa diferensiasi lokasi, ikan motan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri memiliki nilai K sebesar 0,38/tahun dan nilai L sebesar 232,58 mm. Artinya ikan

motan di Mentulik lebih cepat mencapai panjang asimtotik karena memiliki koefisien pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan ikan motan secara keseluruhan (Gambar 14). Ikan Cyprinid lain, yaitu ikan Labeo fimbriatus di Sungai Narmada, India, memiliki nilai K yang lebih kecil dibandingkan nilai K ikan motan, sebesar 0,1827/tahun (Bhatnagar, 1979). Nilai K yang berbeda mengindikasikan perbedaan kondisi lingkungan (Makmur, 2003). Semakin besar nilai K menunjukkan tekanan penangkapan yang lebih kecil (Amir, 2006) dan ketersediaan makanan yang lebih besar (Dwiponggo, 1982 in Harahap & Djamali, 2005),

Nilai t0 ikan motan yang didapatkan secara empiris bernilai -0,20 tahun di Mentulik dan -0,03 tahun jika dianalisis secara keseluruhan (Lampiran 6). Persamaan pertumbuhan panjang ikan motan di Mentulik mengikuti suatu model Lt = 210,53 (1-e-0,48(t+0,20)). Sedangkan persamaan pertumbuhan panjang ikan motan secara keseluruhan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri mengikuti model Lt = 232,58 (1-e-0,38(t+0,03)).

Gambar 14. Kurva pertumbuhan panjang ikan motan (T. thynnoides) di Mentulik dan keseluruhan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri

H. Pengelolaan Ikan Motan (T. thynnoides) dan Ekosistem Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri

Rawa banjiran merupakan ekosistem yang sangat baik dalam mendukung proses biologi ikan. Peningkatan kedalaman sungai dan penggenangan daratan pada musim hujan menyebabkan relung habitat dan relung makanan bagi ikan yang hidup di dalamnya menjadi semakin luas. Di rawa banjiran, ikan mengalami pertumbuhan yang baik.

Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang dapat dikelola oleh manusia terkait dengan upaya menjaga ikan dalam kondisi pertumbuhan yang baik adalah faktor eksternal. Beberapa faktor eksternal tersebut yaitu makanan, parasit, kualitas lingkungan perairan. Faktor kualitas lingkungan perairan memiliki pengaruh yang tidak langsung terhadap

Dokumen terkait