• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Garis Pantai Berdasarkan Citra Satelit Landsat 5 Tahun 2000, Tahun 2005, dan Citra Lansat 8 Tahun 2013

Perubahan garis pantai menghasilkan perubahan luas pantai. Perubahan garis pantai disebabkan karena adanya proses abrasi dan akresi. Citra satelit

lansat tahun perekaman 2000, 2005, dan citra tahun 2013 dijadikan sebagai referensi dalam memperoleh luas perubahan garis pantai yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Perubahan Garis Pantai Citra Satelit Tahun 2000, 2005, dan 2013

No Keterangan Tahun 2000-2005 Tahun 2005-2013 Tahun 2000-2013

(Ha) (Ha) (Ha)

1 Abrasi 34.24 11.56 45.81

2 Akresi 8.82 28.17 36.99

3

Penambahan/Pengurangan

Wilayah Pantai -25.43 16.61 -8.82

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil overlay antara citra satelit landsat 5 tahun 2000, tahun 2005, dan citra lansat tahun 2013, menunjukkan perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasi sepanjang tahun 2000 s/d 2005 dengan luas 34.24 Ha. Pada periodik sepanjang tahun 2005 s/d 2013 mengalami perubahan garis pantai akibat abrasi pantai adalah 11.56 Ha. Perubahan garis pantai akibat abrasi dalam 13 tahun terakhir antara tahun 2000 s/d 2013 adalah 45.81 Ha. Abrasi membuat garis pantai menjadi semakin mengalami pergeseran ke arah darat. Abrasi terjadi di sekitar pesisir pantai sepanjang jalan yang tidak memiliki hutan (mangrove), karena hutan (mangrove) mampu mengurangi abrasi. Adapun vegetasi yang terdapat di sekitar Pantai Lhoknga adalah hutan cemara laut (Casuarina

equisetifolia). Mangrove merupakan jenis tanaman dengan sistem perakaran yang komplek dan rapat serta lebat sehingga mampu memerangkap sisa-sisa bahan organik, dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi abrasi seperti, penanaman dan pelestarian kawasan hutan bakau, tidak melakukan penambangan pasir secara berlebihan, membuat tambak secara bijak dan berwawasan lingkungan, dan tidak membuang sampah ke sungai dan wilayah pesisir pantai.

Sebaran akresi daerah Kecamatan Lhoknga berdasarkan hasil overlay antara citra satelit landsat 5 tahun 2000, tahun 2005, dan citra lansat 8 tahun 2013, diperoleh hasil perubahan garis pantai. Perubahan garis pantai akibat akresi antara tahun 2000 s/d 2005 memiliki luas 8.82 Ha. Pada periodik sepanjang tahun 2005 s/d 2013 memiliki luas akresi sebesar 28.17Ha. Dengan demikian perubahan garis pantai yang berupa akresi dalam 13 tahun terakhir antara tahun 2000 s/d 2013 adalah 36.99 Ha. Garis pantai mengalami pergeseran kearah laut karena adanya akresi secara terus menerus. Akresi menunjukkan akibat adanya pengendapan material-material. Proses pengendapan material yang diangkut oleh air sungai dan laut menyebabkan terjadinya pendangkalan dan tanah timbul di sepanjang pesisir pantai. Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui adanya perubahan garis pantai pada periodik tahun 2000 – 2005. Perubahan garis pantai mengurangi luas wilayah pantai sebesar 25.43 Ha. Pada periodik tahun 2005 - 2013 terjadi penambahan luas wilayah pantai sebesar 16.61 Ha. Dengan demikian dalam kurun waktu 13 tahun terakhir ini yaitu sepanjang tahun 2000 – 2013 terjadi pengurangan luas wilayah pantai sebesar 8.82 Ha.

Berdasarkan hasil overlay antara garis pantai 2000, 2005, dan 2013. Perubahan garis pantai diilustrasikan pada peta abrasi dan akresi yang ditunjukkan pada gambar 3 dan gambar 4.

Gambar 3. Peta Abrasi dan Akresi Tahun 2000 dan 2005

Analisis Tutupan Lahan Berdasarkan Citra Tahun 2000, 2005 dan 2013.

Citra landsat 5 dan landsat 8 OLI diklasifikasi berdasarkan hasil interpretasi citra melalui rona, bentuk dan tekstur citra. Masing-masing citra

landsat dianalisis dengan klasifikasi terbimbing seperti pada skema alur analisis perubahan penutupan lahan pada Gambar 1. Hasil klasifikasi tutupan lahan citra berdasarkan citra lansat 5 dan lansat 8 mengalami perubahan luas tutupan lahan. Luas tutupan lahan berdasarkan citra satelit lansat 5 dan lansat 6 tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Perubahan Tutupan Lahan Citra Lansat 5 Tahun 2000, dan 2005 dan Citra Lansat 8 Tahun 2013.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui tutupan lahan yang diidentifikasi yaitu berupa hutan, tubuh air, semak belukar, lahan terbuka, pemukiman, dan sawah. Faktor-faktor penyebab penggunaan lahan antara lain: (1) Besarnya tingkat urbanisasi dan lambatnya proses pembangunan di pedesaan, (2) Meningkatnya jumlah kelompok golongan berpendapatan menengah hingga atas di wilayah

No Tutupan Lahan Luas Tutupan Lahan Tahun 2000 (Ha) Luas Tutupan Lahan Tahun 2005 (Ha) Luas Tutupan Lahan Tahun 2013 (Ha) Perubahan Luas Tahun 2000-2005 (Ha) Perubahan Luas Tahun 2005-2013 (Ha) 1 Hutan 5466.61 5974.36 5305.48 507.75 -669 2 Tubuh Air 165.90 102.09 20.10 -63.81 -82 3 Semak Belukar 762.64 792.11 650.48 29.48 -142 4 Lahan Terbuka 1624.46 967.92 1052.73 -656.54 85 5 Pemukiman 575.68 845.62 1342.91 269.94 497 6 Sawah 170.11 56.84 382.62 -113.26 326

perkotaan yang berakibat tingginya permintaan terhadappemukiman (komplek-komplek perumahan), (3) Terjadinya transformasi di dalam struktur perekonomian yang pada gilirannya akan menggeser kegiatan pertanian/ lahan hijau khususnya di perkotaan, (4) Terjadinya fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan-satuan usaha dengan ukuran secara ekonomi tidak efisien (Haryani, 2011).

Data menunujukkan bahwa hasil interpretasi luas tutupan lahan yang paling besar tahun 2000, 2005 dan 2013 adalah hutan. Luas hutan di tahun 2000 adalah 5466.61 Ha. Pada tahun 2005 tutupan lahan hutan memiliki luas sebesar 5974.36 Ha, sedangkan di tahun 2013 tutupan lahan hutan adalah 5305.48 Ha. Luas tutupan lahan yang paling sedikit adalah tubuh air. Luas wilayah tubuh air di tahun 2000 adalah 165.90 Ha, sedangkan pada tahun 2005 dan 2013 memiliki luas sebesar 102.09 Ha dan 20.10 Ha.

Luas tutupan lahan mengalami perubahan yang signifikan hal ini diketahui dari kurun waktu 13 tahun terakhir ini, yakni dari tahun 2000 s/d 2013. Berdasarkan Tabel 3 pada periodik tahun 2000 s/d 2005 tutupan lahan yang dominan mengalami penurunan luas wilayah adalah lahan terbuka sebesar 656.54

Ha. Sedangkan penambahan luas wilayah tutupan lahan yang terbesar sepanjang tahun 2000 s/d 2005 adalah hutan sebesar 507.75 Ha.

Perubahan luas tutupan lahan yang dominan mengalami penurunan luas wilayah periodik tahun 2005 s/d 2013 adalah hutan sebesar 669 Ha. Penambahan luas perubahan tutupan lahan yang paling besar sepanjang tahun 2005 s/d 2013 adalah pemukiman sebesar 497 Ha. Hal ini dapat terjadi dikarenakan luas lahan terbuka yang mengalami penambahn luas paling sedikit sebesar 85 Ha. Luas lahan terbuka diusahakan untuk penggunaan lahan lain yang semakin luas, seperti

pembangunan industri, pertanian, pemukiman,dll. Tanah merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi penyebaran penggunaan lahan. Sehubungan dengan fungsinya sebagai sumber hara, tanah merupakan faktor fisik lahan yang paling sering dimodifikasi agar penggunaan lahan yang diterapkan mendapatkan hasil yang maksimal (Hardjowigeno, 1993).

Setelah hutan, yang mengalami penambahan luas tutupan lahan adalah sawah. Sawah memiliki luas penambahan wilayah tutupan lahan sebesar 326 Ha. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunus (2002) yang menyatakan perubahan penggunaan lahan dewasa initelah terjadi isu global tidak saja di negara berkembang yang pertaniannya masih menjadi sektor dominan tetapi juga negara-negara maju.

Gambar 6. Peta Tutupan Lahan Tahun 2005

Dokumen terkait