• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi pengumpulan data, pengolahan data dan pembahasan data hasil pengamatan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan dari pembahasan serta beberapa saran untuk perbaikan.

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa teori yang berhubungan langsung dengan masalah, sehingga dengan adanya dasar teori diharapkan dapat lebih mudah dalam melakukan pembahasan serta dapat digunakan sebagai pedoman untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh perusahaan yang menjadi obyek penelitian.

2.1 Akuntansi Biaya

Istilah akuntansi memang telah dikenal sebagai ilmu yang menangani masalah keuangan. Sedangkan definisi akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan sehingga dengan mudah dapat disajikan data yang dapat digunakan yang berkepentingan untuk membuat data.

Ilmu akuntansi terbagi menjadi beberapa bagian, Diantaranya adalah akuntansi yang khusus menangani masalah biaya atau disebut juga dengan akuntansi biaya. Akuntansi biaya adalah akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan informasi bagi manajemen, merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan, penjualan produk, atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu serta penyajian terhadap hasilnya. (Mulyadi, 2007 : 7)

2.1.1 Akuntansi Untuk Perusahaan Industri

(Supriyono, 2000 : 185), Perbedaan utama antara dagang dengan perusahaan industri bahwa dalam perusahaan dagang, barang yang akan dijual kembali melalui proses produksi, sedangkan perusahaan industri tidak membeli barang dalam keadaan siap dijual tetapi mengolah bahan baku untuk diproses menjadi barang jadi untuk kemudian dijual sebagai barang dagangan.

Perusahaan industri membeli bahan baku untuk diubah menjadi barang jadi. Sebagai contoh misalnya bahan baku yang dibeli oleh suatu perusahaan industri kecil adalah barang tenun yang kemudian diproses sedemikian rupa sehingga menjadi barang jadi yang berupa tekstil. Istilah bahan baku dan barang jadi yang digunakan dalam akuntansi adalah ditinjau dari segi masing-masing perusahaan industri. Sebagai contoh barang tenun adalah bahan baku pada perusahaan tekstil dan merupakan barang jadi pada industri permintaan sedangkan tekstil merupakan bahan baku untuk industri konveksi.

Didalam proses perubahan bahan baku menjadi barang jadi, perusahaan-perusahaan industri menggunakan tenaga kerja, mesin-mesin, dan membutuhkan pula berbagai keperluan utilitas air, listrik, gas, dan sebagainya yang menimbulkan biaya.

Karena adanya masalah-masalah khusus ini maka sistem akuntansi untuk perusahaan industri harus diperluas untuk menampung berbagai jenis biaya-biaya produksi, begitu pula laporan-laporan keuangan perlu disesuaikan agar bisa menggambarkan biaya produksi dan berbagai jenis persediaan yang biasanya terdapat pada perusahaan-perusahaan industri. Mengalokasikan biaya-biaya tersebut berdasarkan penyebab aktivitas (cost driver).

Untuk dapat mengimplementasikan ABC System, manajemen harus berdasarkan pada hirarki yang ada dalam ABC System Hirarki tersebut memberikan suatu cara pemikiran yang terstruktur bagi manajemen mengenai hubungan antara aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi dengan demikian manajemen membedakan upah langsung, bahan langsung dan biaya listrik yang dikonsumsi pada tingkat unit dari biaya sumber daya yang digunakan untuk memproses atau mendukung suatu produk atau fasilitas.

2.1.2 Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur

Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan usaha perusahaan tersebut. Siklus kegiatan perusahaan dagang dimulai dengan pembelian barang dagangan dan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut, diakhiri dengan penjualan kembali barang dagangan tersebut. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok barang dagangan yang dibeli dan berakhir dengan penyajian harga pokok barang dagangan yang dijual. Tujuan akuntansi biaya dalam perusahaan dagang adalah untuk menyajikan harga pokok barang dagangan yang dijual, biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran.

Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk mengikuti proses pengolahan produk, sejak dari dimasukkannya bahan baku kedalam proses produksi tersebut. (Mulyadi, 2007 : 35)

Gambar 2.1. Siklus akuntansi biaya

2.2 Konsep Biaya

Konsep biaya mendefinisikan biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Dari definisi diatas ada empat unsur pokok yang dapat disimpulkan, yaitu : a. Hanya merupakan pengorbanan sumber ekonomi

b. Diukur dalam satuan uang

c. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu

Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa biaya merupakan segala sesuatu yang harus dikorbankan atau dikeluarkan untuk mencapai hasil tertentu

pada saat sekarang atau dimasa yang akan datang. Segala sesuatu disini dapat berupa benda, waktu, tenaga maupun kesempatan. (Mulyadi, 2007 : 8)

Berikut definisi biaya menurut beberapa sumber antara lain :

1. Menurut (Hansen & Mowen, 2000 : 40), biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai kuivalen kas yangdikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi.

2. Sedangkan menurut (Supriyono, 2000 : 185), biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa.

3. Menurut (Simamora, 2002 : 36), Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi.

4. Menurut (Mulyadi, 2001 : 8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

5. Menurut (Mulyadi, 2007 : 24), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukurdalam sauan uang, yang telah terjadi atau yang kemudian akan terjadi tujuan tertentu (didalam arti luas). Sedangkan dalam arti yang lebih sempit, biaya diartikan sebangai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya sebagai suatu pengorbanan atas suber-sumber (ekonomi) untuk mendapatkan sesuatu yaitu pendapatan.

Dengan menggunakan sistem tradisional, biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan volume produksi. Contohnya termasuk : material langsung, biaya tenaga listrik (Power Costs) dan sebagainya.

Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah sesuai dengan volume produksi. Biaya tetap termasuk mayoritas dari biya overhead.

Biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : 1. Biaya bahan

2. Biaya tenaga kerja 3. Biaya overhead pabrik

Biaya bahan adalah nilai uang dari penggunaan bahan yang diolah menjadi produk selesai. Biaya bahan dapat dipisahkan menjadi dua biaya bahan baku dan biaya bahan pembantu (Supriyono, 2000) .

Biaya bahan baku adalah nilai uang yang digunakan dalam proses produksi, sedangkan biaya bahan pembantu adalah nilai uang dari bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi (Supriyono, 2000).

Biaya tenaga kerja adalah upah dari tenaga yang mengerjakan proses produksi. Biaya ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung (Simamora, 2002).

Biaya tenaga kerja langsung adalah upah tenaga kerja yang mengolah bahan baku secara langsung. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung.

Biaya overhead pabrik adalah semua komponen biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (Simamora, 2002).

2.3 Harga Pokok Produksi

Menurut Jamil,2011 Harga pokok produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi, mulai dari bahan baku sampai menjadi barang jadi (biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead). Harga pokok produksi memegang peranan sangat penting dalam suatu perusahaan. Jika penetapan harga pokok produksi tidak tepat maka akan mempunyai dampak untuk jangka panjang, yaitu yang berkaitan dengan strategi perusahaan dan posisi perusahaan dalam persaingan bisnis. Untuk itu perhitungan harga pokok produksi harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati dengan memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan harga produk.

Tanpa memperhatikan jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan yaitu produk massa, atau pesanan maka sebelum barang-barang tersebut dijual, para manajer harus terlebih dahulu menghitung harga pokok produknya. Harga pokok produksi ini berperan penting dalam keuntungan suatu perusahaan, jika penetapan harga pokok produksi tidak tepat maka akan mempunyai dampak untuk jangka panjang, yaitu yang berkaitan dengan strategi perusahaan atau posisi perusahaan dalam persaingan bisnis. Untuk itu perhitungan harga pokok produksi harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati dengan memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan harga pkok produksi.

Menurut Mulyadi, 2007 unsur-unsur dalam harga pokok produksi adalah : 1. Bahan baku langsung

Adalah bahan baku yang secara fisik menjadi bagian dari produk dan dapat secara langsung ditelusuri pada produk-produk yang dihasilkan, misalnya kayu untuk meja, baju untuk bahan mobil, kain untuk membuat baju.

2. Tenaga kerja langsung

Adalah tenaga kerja yang secara khusus diidentifikasikan dengan produksi suatu produk tertentu dan manyumbang secara langsung untuk penyelesaian produk. Misalnya, para pekerja yang memasang onderdil dari televisi.

3. Overhead pabrik

Kelompok ini terdiri dari semua biaya pabrik lainnya yang penting tetapi di luar biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik menurut Supriyadi (2006:15) terdiri atas:

a. Biaya bahan penolong b. Biaya bahan pembantu

c. Biaya tenaga kerja langsung (terdiri atas:ngaji mandor dan gaji pimpinan produksi)

d. Biaya listrik pabrik

e. Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva produksi f. Penyusutan aktiva produksi

g. Biaya asuransi pabrik

Rumus Harga Pokok Produksi sebagai berikut :

Keterangan :

• HPP : Harga Pokok Produksi • BBB : Biaya Bahan Baku

• BTKL : Biaya Tenaga Kerja Langsung HPP = BBB + BTKL + BOP

• BOP : Biaya Overhead Pabrik

2.4 Sistem Akuntansi Biaya Tradisional (Konvensional)

Agar mampu bersaing dalam era globalisasi dan perusahaan tidak rugi, maka dalam menetapkan biaya perusahaan selalu menggunakan sistem tradisional, sistem ini berasumsi bahwa produk yang menimbulkan biaya sehingga biaya-biaya yang terjadi harus dilakukan ke produk yang bersangkutan, sehingga jika volume produk semakin besar maka biayanya akan semakin tinggi.

Perhitungan harga pokok produk tradisional hanya membebankan biaya produksi ke produk. Pembebanan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk, tidak memiliki tantangan khusus. Biaya-biaya ini dibebankan pada produk dengan menggunakan penelusuran pendorong yang sangat akurat, dan sebagian besar sistem biaya tradisional di desain untuk memastikan bahwa penelusuran ini dilakukan. Di sisi lain, biaya overhead memiliki masalah lain, Hubungan antara pemasukan dan pengeluaran yang secara fisik dapat diamati yang terdapat antara biaya tenaga kerja langsung, bahan baku langsung, dan produk tidak tersedia bagi biaya overhead. Karenanya pembebanan biaya overhead harus bergantung pada penelusuran pendorong (dan mungkin alokasi). Pada sistem biaya tradisional, hanya pendorong kegiatan berdasarkan unit yang digunakan untuk membebankan biaya pada produk.

Dalam sistem biaya tradisional, untuk membebankan biaya ke produk di gunakan penggerak aktifitas tingkat unit (unit level drivers), karena ini merupakan faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang

diproduksi. Contoh penggerak tingkat unit yang secara umum digunakan untuk membebankan overhead meliputi :

1. Unit yang diproduksi 2. Jam tenaga kerja langsung 3. Tenaga keja langsung 4. Jam mesin

5. Bahan baku langsung

Akuntansi biaya tradisioanal didesain untuk perusahaan manufaktur perusahaan yang kegiatan pokoknya mengolah bahan baku menjadi produk jadi dan menjual produk jadi tersebut kepada customer.

Menurut Hansen dan Mowen,2000 Perhitungan biaya produk dalam sistem biaya tradisional menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit (unit activity cost drivers). “Penggerak aktivitas tingkat unit adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi, Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk membebankan overhead meliputi: unit yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya bahan baku langsung.

2.4.1 Keterbatasan Car a Konvensional

Menurut Junianti,2010 Sistem biaya konvensional dirancang berdasarkan kondisi teknologi manufaktur pada masa lalu. Sistem biaya ini dianggap sudah usang, karena tidak dapat menghadapi problem yang dihadapi oleh perusahaan

modern, misalnya menjawab kebutuhan pengambilan keputusan strategi perusahaan dan memberi pemecahan yang baik.

Dalam sistem biaya konvensional, biaya yang timbul sebagai pemakaian sumber daya yang dialokasikan pada produk berdasarkan tenaga kerja langsung, pemakaian bahan baku. Dengan demikian akuntansi biaya tradisional yang hanya menitik beratkan pada biaya produksi pada fase produksi tidak lagi mampu menghasilkan biaya yang relevan dengan kebutuhan perusahaan yang bersaing secara global. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi penggunaan sumber daya dan aktivitas dalam proses produksi tidak lagi tergantung pada volume produksi. Akibatnya pengalokasian biaya dengan sistem biaya konvensional mengalami distorsi, sehingga dalam menetapkan harga pokok produk kurang tepat bagi masing-masing produk.

Dalam menghitung biaya produksi berdasarkan biaya konvensional, pembebanan biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung dapat langsung ditelusuri sampai ke suatu produk. Sistem biaya konvensional (tradisional) yang banyak digunakan perusahaan tidak dapat memperhitungkan biaya- biaya tidak langsung ke produk menggunakan dasar alokasi seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin”.

Sedangkan menurut (Bustami, 2009), “sistem akuntansi konvensional mengklasifikasikan biaya atas biaya langsung dan biaya tidak langsung, untuk pembebanan biaya menggunakan ukuran volume produksi, jam kerja langsung atau jam mesin”.

Kelemahan dan Kelebihan Sistem Biaya Konvensional (tradisional) Menurut Cooper dan Kaplan kelemahan sistem biaya konvensional antara lain :

1. Hanya menggunakan jam kerja untuk mengalokasikan biaya overhead dari pusat biaya ( cost pool ) ke produk atau jasa.

2. Hanya menggunakan dasar alokasi yang volume related untuk mengalokasikan biaya overhead dari cost pool pada produk atau jasa.

Sedangkan kelebihan dari sistem biaya konvensional (tradisional) adalah : 1. Mudah diterapkan dan cenderung simpel.

2. Memudahkan manager untuk melakukan perhitungan karena tidak banyak menggunakan cost driver dalam pengalokasian biaya overhead.

3. Mudah diaudit karena cost driver yang digunakan sedikit, biaya overhead dialokasikan berdasarkan aktivitas-aktivitas.

2.4.2 Dampak Cara Konvensional

Karena keterbatasan dalam melakukan overhead pabrik maka perhitungan dengan cara konvensional mengakibatkan harga pokok produksi kurang tepat. Kekurang tepatan itu antara lain :

1. Distorsi terhadap biaya produksi, distorsi ini berarti biaya produksi tidak dilaporkan secara semestinya (Tunggal, 2000 : 147) menjelaskan bahwa jumlah produk yang rendah dari produk dan biaya terlalu rendah (undercosted). Sedangkan jumlah produk yang terlalu tinggi dan biaya produk yang terlalu tinggi (overcosted) maka akan mengakibatkan kekalahan dalam masalah penawaran harga dengan pesaing. Sedang penawaran oleh pesaing yang harganya lebih rendah, maka akan mengurangi kemampuan untuk mendapatkan laba.

2. Karena cara konvensional menekankan pada dasar alokasi yang berbasis unit yang biasanya menggunakan driver jam kerja langsung dan jam mesin yang akan mengakibatkan penekanan pada efisiensi upah dan meningkatkan volume produksi. Efisiensi terhadap upah cenderung memperkecil jam pekerja yang digunakan untuk produksi, sebaliknya volume produksi ditingkatkan.

2.5 Activity Based Costing

(Mulyadi, 2007 : 53), “Activity Based Costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang ditujukkan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat (accurate) bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk”.

Secara logika model Activity Based Costing digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 : Model Activity Based Costing secara logika

Activity based costing didesain dengan keyakinan dasar bahwa biaya hanya dapat dikurangi secara signifikan melalui pengelolaan terhadap penyebab timbulnya biaya, yaitu aktivitas. Pengelolaan aktivitas ditujukan untuk mengarahkan seluruh aktivitas organisasi ke penyediaan produk atau jasa bagi

Produk atau Jasa Aktivitas Sumber Daya

ABC hanya dimanfaatkan untuk menghasilkan kos produk yang akurat, dengan fokus pada biaya overhead pabrik, yang dibebankan kepada produk berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi oleh produk. (Mulyadi, 2003 : 53)

Penggunaan teknologi maju dalam proses manufaktur menyebabkan kenaikan yang signifikan prosentase biaya overhead pabrik dalam struktur biaya produk. Besarnya proporsi biaya overhead pabrik dalam keseluruhan biaya produk tersebut memaksa manajemen untuk tidak sekedar mengalokasikan biaya tersebut kepada produk, namun mendorong manajemen untuk mencari cara agar mereka mampu mengelola biaya tersebut. Biaya overhead pabrik bukan terjadi untuk sekedar dialokasikan kepada produk yang menikmati terjadinya biaya tersebut, tetapi biaya overhead pabrik mencerminkan konsumsi sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan tertentu. Biaya overhead yang besar memerlukan teknologi pengelolaan biaya yang dirancang untuk memungkinkan manajemen memantau konsumsi sumber daya dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan suatu produk.

Menurut Mulyadi (2003) Tujuan ABC system antara lain:

• Berfokus ke pengurangan biaya, pada pengendalian biaya dalam akuntansi biaya tradisional. Pengendalian biaya difokuskan hanya terhadap biaya produksi, biaya yang terjadi dalam tahap produksi. Biaya hanya dapat berkurang jika personel melakukan tindakan terhadap sesuatu yang menjadi penyebab timbulnya biaya yaitu aktivitas. ABC system menyediakan informasi tentang aktivitas, yang memampukan personel organisasi melakukan pengelolaan terhadap aktivitas, sehingga pengurangan biaya menjadi dapat terwujud.

ABC system mengubah cara melaksanakan bisnis, sistem informasi biaya yang mengubah cara yang digunakan oleh manajemen dalam pengelolaan bisnis. Jika dalam manajemen tradisional, pengelolaan bisnis diubah menjadi pengelolaan aktivitas.

Cara menghitung dengan menggunakan Activity Based Costing diharapkan akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi manajemen dan bagi perusahaan. Adapun manfaat menurut (Tunggal, 2003 : 23) antara lain sebagai berikut :

1. Suatu kajian Activity Based Costing dapat menyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil suatu langkah untuk lebih competitive. Sebagai hasilnya, mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu secara simultan sambil memfokuskan pada pengurangan biaya. Analisis biaya dapat menyoroti secara benar-benar bagaimana mahalnya proses manufacturing. Pada gilirannya dapat memacu aktifitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan pengurangan biaya.

2. Dalam ukuran performa (Performince Measures), Activity Based Costing dapat membuat analisis aktivitas untuk mengidentifikasi biaya bernilai tambah (Value Added Cost) dan biaya tidak bernilai tambah (Non Value Added Cost) Selanjutnya biaya yang tidak bernilai tambah dapat dikurangi dengan cara : • Menghilangkan suatu aktivitas (activity elimination)

Menyeleksi suatu aktivitas (activity selection) Mengurangi suatu aktivitas (activity reduction) Membagi suatu aktivitas (activity sharing)

Dengan dikembangkan metode activity based costing ini tentunya disertai harapan bahwa activity based costing mampu mengurangi metode yang ada. Kelebihan dari Activity Based Costing yaitu :

1. Activity based costing dapat mengatasi distorsi volume dan produk serta melaporkan biaya produk lebih akurat dari pada sistem akuntansi biaya konvensional.

2. Activity based costing mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut, sehingga hubungan aktivitas dengan biaya overhead lebih dapat dipahami.

3. Activity Based Costing System membantu manajer untuk melakukan koreksi atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sehingga akan menghemat waktu produksinya.

2.6 Langkah-langkah Activity Based Costing

Menurut Mulyadi (2003) Tahap-tahap dalam mengimpletasikan Activity Based Costing System adalah sebagai berikut :

1. Tahap Pertama

Pada tahap pertama penentuan harga pokok produksi berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas dan biaya-biaya yang terkait. Pada tahap ini biaya-biaya dari masing-masing aktivitas dikelompokkan ke dalam suatu cost pool (kelompok biaya). Identifikasi aktivitas-aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas yaitu :

a. Unit Level Activity

Merupakan aktivitas yang dilakukan setiap satu unit produksi, besar kecilnya aktivita ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang diproduksi. Termasuk didalamnya : Biaya bahan pembantu, biaya listrik, biaya penyusutan mesin dan biaya konsumsi.

b. Batch Level Activity

Merupakan aktivitas yang dilakukan setiap satu batch produk yang diproduksi. Termasuk didalamnya : Biaya Pemeliharaan Mesin dan biaya transportasi.

c. Product Level Activity

Merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi produk yang berbeda. Termasuk didalamnya : Biaya pemeliharaan kendaraan. d. Fasility Level Activity

Merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi produk secara umum. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah : biaya peralatan dan instalasi mesin, biaya pemeliharaan gedung.

2. Menentukan cost driver untuk masing-masing aktivitas

Pemicu biaya (cost driver) adalah setiap faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya suatu aktivitas. Beberapa contoh cost driver adalah jumlah jam mesin, jumlah unit produksi dan sebagainya.

3. Menentukan cost pool homogen

Setelah menentukan untuk setiap biaya dari aktivitas overhead, kemudian akan diperiksa apakah cost pool pada setiap kategori aktivitas ada yang

homogen atau tidak. Jadi agar dapat dimasukkan ke dalam suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead harus dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi untuk setiap produk. Rasio tersebut dihitung dengan cara membagi jumlah suatu aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah seluruh aktivitas.

Menentukan pool rate untuk masing-masing cost pool

Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas (cost pool).

2. Tahap Kedua

Tahap kedua ini menelusuri dan membebankan biaya tiap cost pool ke produk. Jadi biaya untuk setiap kelompok biaya overhead dilacak keberbagai jenis produk. Hal ini dilaksanakan dengan menggunakan dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Ukuran ini merupakan penyederhanaan kuantitas cost driver yang digunakan oleh setiap produk. Menurut Tunggal, 2000 :

Keterangan : Tarif kelompok adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas.

2.7 Perbedaan antara Activity Based Costing dan Metode Tr adisional

Dokumen terkait