• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Pemeliharaan

Usaha memelihara ternak sapi potong bagi petani merupakan salah satu bagian untuk mendukung dalam memenuhi kebutuhan keluarga peternak.

Peternak memanfaatkan tenaga kerja keluarga untuk merumput atau mengumpulkan sisa-sisa hasil pertanian yang tidak dimanfaatkan untuk peternak dimanfaatkan untuk pakan ternak, dan selanjutnya ternak mendatangkan pendapatan yang berupa anak sapi, nilai ternak dan kotoran ternak sebagai pupuk.

Keterampilan sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang relatif terbatas. Ternak pemakan rumput digembalakan di padang umum, di pinggir jalan dan sawah, di pinggir sungai atau di tegalan sendiri. Kalau siang hari diberi minum dan dimandikan seperlunya sebelumnya dimasukkan ke dalam kandang. Pemeliharaan dengan cara ini dilakukan setiap hari dan dikerjakan oleh anggota keluarga peternak dan biaya yang dikeluarkan hanya untuk membeli bibit, pembuatan kandang dan peralatan sedarhana lain. Tujuan utama ialah sebagai hewan kerja dalam membajak sawah/tegalan, hewan penarik gerobak atau pengangkut beban sedang kotorannya dipakai sebagai pupuk.

Pada umumnya pemeliharaan ternak potong di kecamatan Stabat, Kabupaten langkat adalah secara intensif yaitu tidak keluar kandang. Adapun persentasi hasil bentuk pemeliharaan sapi potong adalah sebagi berikut

Tabel 1. Persentasi bentuk pemelihaan sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

No Bentuk Pemeliharaan Responden Peternak Persentasi

1 Tradisional 21 35

2 Intensif 39 65

Jumlah 60 100

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa peternakan sapi potong dikecamatan Stabat 65% dipelihara secara intensif sementara 35% dipelihara secara tradisional. Menurut Hadi dan Ilham (2011), kecilnya skala usaha pemeliharaan sapi di daerah pertanian intensif disebabkan peternakan tersebut merupakan usaha yang dikelola oleh rumah tangga petani, dengan modal, tenaga kerja, dan manajemen yang terbatas. Kecilnya pemilikan ternak juga karena umumnya usaha penggemukan sapi merupakan usaha sampingan dari usaha pokok yaitu pertanian sehingga pendapatan peternak dari usaha peternakan juga cukup minim.

Pada sistem pemeliharaan Tradisional, kebanyakan aktivitas ternak sapi potong digembalakan di padang rumput dimana ternak sapi potong dibiarkan begitu s aja oleh peternak untuk digembalakan diluar setiap harinya. Sehingga pada metode ini perlakuan peternak terhadap ternaknya sangat sedikit sekali dan tidak ada tempat untuk berteduh bagi ternaknya serta peternak hanya mengandalkan areal padang rumput saja yang terdapat disekitar areal penggembalaan.

Umur Peternak

Umur merupakan suatu tingkat kedewasaan seseorang dalam pengambilan suatu keputusan, dan berpengaruh juga terhadap pengalaman yang dimiliki, semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin banyak pengalaman yang

dimiliki begitu juga sebaliknya, akan semakin sedikit pengalaman yang dimiliki apabila umur seseorang dikatakan lebih muda.

Semakin tinggi usia seseorang semakin kecil ketergantungannya kepada orang lain atau semakin mandiri. Chamdi (2003), mengemukakan bahwa, semakin muda usia peternak usia produktif (20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. Soekartawi (2002), menyatakan bahwa para petani yang berusia lanjut biasanya fanatic terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya.

Tabel 2. Persentasi umur peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

No Umur peternak Responden peternak Persentasi (%)

1 1-17 tahun 0 0

2 18-45 tahun 46 76,66667

3 >46 tahun 14 23,33333

Jumlah 60 100

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa persentasi jumlah peternak dengan rentang usia 18-45 tahun lebih tinggi bila dibandingka dengan rentang usia >46 tahun yaitu 76,66% dan 23,33%. Hal ini menunjukkan bahwa pemeliharaan sapi potong secara intensif di kecamatan stabat dipengaruhi oleh usia peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumiati (2011) yang menyatakan bahwa kemampuan kerja seseorang peternak sangat dipengaruhi oleh tingkat umur. Semakin produktif umur peternak maka semakin mempunyai semangat ingin tahu hal-hal baru yang belum diketahui.Selain itu usia juga mempengaruhi kondisi fisik dan motivasi peternak.

Tingkat Pendidikan Peternak

Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakat. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga seseorang dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap usahaternak baik secara teknis, pengelolaan maupun terhadap manajemen usahaternak dalam penyerapan teknologi baru, dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan para peternak mampu menjalankan kegiatan usahaternaknya dengan lebih baik, karena didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang semakin luas. Tingkat pendidikan cukup berpengaruh dalam pelaksanaan usaha ternak, termasuk dalam penyerapan teknologi baru. Peternak yang memiliki tingkat pendidikan yang terbatas, pada umumnya menggunakan teknologi secara sederhana dan turun temurun dalam kegiatan usahaternaknya.

Tingkat pendidikan petani pada umumnya akan mempengaruhi cara dan pola pikir petani. Pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang relatif muda menyebabkan petani tersebut relatif dinamis. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin berkembang wawasan berfikirnya dan keputusan yang diambil semakin baik dalam menentukan cara-cara berusaha tani yang lebih produktif.

Pendidikan juga dikenal sebagai sarana belajar dalam meningkatkan pengetahuan yang selanjutnya diperkirakan akan menanamkan suatu sikap yang menguntungkan menuju praktek pertanian yang lebih modern. Berikut ini adalah data tingkat pendidikan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat.

Tabel 3. Tingkat pendidikan peternak sapi potong dikecamatan stabat kabupaten langkat

No Tingkat pendidikan Responden peternak Persentasi

1 Tidak Tamat SD/sederajat 9 15,00

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa peternak sapi potong di kecamatan stabat kabupaten langkat didominasi oleh peternak dengan latar belakang pendidikan Tamat SMA/sederajat (40,00%) dan peternak yang paling sedikit dengan latar belakang pendidikan S1/diploma (3,33%). Semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka akan semakin tinggi kualitas sumber daya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu semakin tingginya pendidikan peternak maka

diharapkan kinerja usaha peternakan akan semakin berkembang (syafaat et al, 1995).

Dengan adanya pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya, keterbatasan keterampilan/ pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk kedunia kerja (ahmadi 2003). Menurut Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpiir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inivasi dan teknologi baru.

Pengalaman Beternak

Pengalaman dalam usaha ternak dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengelola usahaternak, dengan pengalaman yang cukup lama peternak memiliki

pemahaman yang lebih baik terhadap usahaternak yang dijalankannya. Sebagian besar peternak memiliki pengalaman dalam usahaternak sapi potong cukup lama, karena mata pencaharian beternak adalah usaha turun temurun. Dengan demikian, secara teknis para peternak ini sudah sangat mengetahui apa yang harus dilakukan apabila terdapat masalah mengenai penyakit yang ditimbulkan dalam usahaternak sapi potong.

Tabel 4. Tingkat pengalaman beternak sapi potong dikecamatan stabat kabupaten langkat

No Pengalaman Beternak Responden Peternak Persentasi

1 <5 tahun 7 11,67

2 5-10 41 68,33

3 > 10 tahun 12 20,00

Jumlah 60 100

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa peternak sapi potong dikecamatan stabat kabupaten langkat 68,33% diantaranya telah memiliki pengalaman beternak diantara 5-10 tahun, 20% diantaranya memiliki pengalaman >10 tahun. Hal ini membuktikan bahwa pengalaman sangat mempengaruhi perilaku berusaha ternak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Hendrayani (2009), yang menyatakan bahwa pengalaman bertani/beternak merupakan modal penting untuk berhasilnya suatu kegiatan usaha tani. Berbedanya tingkat pengalaman masing-masing petani maka akan berbeda pula pola pikir mereka dalam menerapkan inovasi pada kegiatan usaha taninya. Penerapan teknologi dan manajemen yang baik akan mempengaruhi perilaku berusaha petani dalam melakukan usaha taninya yang dimiliki. Semakin lama pengalaman beternak seseorang maka keterampilan yang dimiliki akan lebih tinggi dan berkualitas.

Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor tofografi, iklim, keadaan social, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalam yang dimiliki peternak masyarakat sagat menentukan pula perkembangan peternakan didaerah itu.

Jumlah Kepemilikan Sapi Potong

Menurut Hanafi (2000), bahwa indikator yang menentukan status social ekonomi di masyarakat adalah jumlah ternak yang dimiliki karena hal ini merupakam asset modal dan faktor pendukung bagi keberlangsungan hidup peternak. Jumlah kepemilikan ternak berpengaruh terhadap jumlah pendapatan.

Peternak dengan tingkat pendapata yang tinggi biasanya akan semakin mengadopsi inovasi. Berikut ini adalah data persentasi jumlah kepemilikan ternak.

Tabel 5. Tingkat pendidikan peternak sapi potong dikecamatan stabat kabupaten langkat

No Jumlah kepemilikan Responden peternak Persentasi (%)

1 <5 ekor 42 70,00

2 5-10 ekor 16 26,67

3 > 10 ekor 2 3,33

Jumlah 60 100

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa 70% peternak sapi potong di kecamatan stabat kabupaten langkat memiliki ternak < dari 5 ekor dan 26,67%

memiliki 5-10 ekor ternak sapi potong. Jumlah ternak sapi potong yang dimiliki oleh peternak bervariasi. Dari hail penelitian dihasilkan bahwa peternak yang memiliki ternak kurang dari 10 termasuk peternakan rakyat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Priyono (2008), yang menyatakan bahwa skalal kepemilikan peternakan rakyat ternak sapi potong anata 3-5 ekor per rumah tangga peternak.

Penerimaan Usaha Sapi Potong

Analisa pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menemukan komponen utama pendapatan dan apa kah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi.

Analisis usaha tersebut merupakan keteranganyang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Berikut ini adalah data penerimaan usaha sapi potong di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Tabel 6. Data penerimaan usaha sapi potong di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

Sistem Pemeliharaan

Penjualan Pupuk

Kandang (Goni) Penjualan Ternak Total Penerimaan Usaha Ternak (Rp) Tradisional Rp. 4.104.000 Rp. 112.000.000 Rp. 116.104.000 Intensif Rp. 134.400.000 Rp. 1.022.000.000 Rp. 1.156.400.000 Sumber : Data Primer diolah (2016)

Dari data tersebut di atas terdapat perbedaan besarnya penerimaan di setiap skala kepemilikan disebabkan oleh perbedaan besarnya populasi yang dipelihara masing-masing peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Harnanto (1992), yang menyatakan bahwa penerimaan setiap responden bervariasi tergantung pada jumlah populasi ternak sapi potong yang dimiliki oleh setiap peternak dengan menggunakan hubungan antara penerimaan dan biaya maka dapat diketahui cabang-cabang usaha tani yang menguntungkan untuk di usahakan.

Biaya Tetap Usaha Sapi Potong

Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak berubah-ubah (constant) untuk setiap kali tingkatan/jumlah hasil yang diproduksi.Biaya tetap yang dibebankan pada masing-masing unit disebut biaya tetap rata-rata. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani-peternak yang sifatnya tetap tidak tergantung dari besar kecilnya produksiatau dengan kata lain jumlah biaya ini tidak dipengaruhi oleh peningkatan atau penurunan jumlah ternak yang di produksi.

Tabel 7. Data biaya tetap usaha sapi potong di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Sumber : Data Primer diolah (2016)

Biaya penyusutan alat tergantung dari jumlah alat, harga beli masing-masing alat dan umur pengunaan alat. Semakin mahal harga alat dan semakin banyak jumlah alat yang digunakan dalam proses produksi maka biaya penyusutan yang dikeluarkan peternak akan semakin besar.

Biaya investasi Usaha Sapi Potong

Biaya investasi adalah biaya yang digunakan untuk memulai usaha peternakan. Termasuk di dalamnya adalah pembuatan kandang, perlengkapan kandang dan peralatan lain yang diperlukan. Berikut ini adalah data biaya investasi usaha sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Tabel 8. Data biaya investasi usaha sapi potong di kecamatan Stabat Kabupaten Sumber : Data Primer diolah (2016)

Biaya Tidak Tetap

Biaya variabel (tidak tetap) adalah biaya yang berubah-ubah yang disebabkan oleh adanya perubahan jumlah hasil. Apabila jumlah barang yang dihasilkan bertambah, maka biaya biaya variabelnya juga meningkat. Berikut ini adalah data biaya tetap usaha sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Tabel 9. Data biaya tidak tetap usaha sapi potong di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

Intensif Rp. 0 Rp.11.200.000 Rp. 130.099.200 Sumber : Data Primer diolah (2016)

Pada peternakan tradisional tidak diperlukan biaya pakan karena ternak digembalakan di lapangan hijau sementara pada peternakan intensif diperlukan biaya pakan karena ternak dipelihara dalam kandang. Biaya ini berubah ubah tergantung kepada harga pakan dan system pemeliharaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rasyaf 1995) yang menyatakan bahwa bahwa biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan bertalian dengan produksi yang dijalankan.

Biaya Total

Biaya total adalah keseluruhan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total yang dibebankan pada setiap unit disebut biaya total rata-rata. Berikut ini adalah data biaya total keseluruhan produksi

Biaya produksi pada usaha ternak sapipotongmerupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha petani-peternak selama satu tahun.Biaya produksi sangat menentukan dari kegiatan usaha petani-peternak yang dilakukan karena hal ini mempengaruhi hasil pendapatan yang di peroleh oleh petani peternak.Bila biaya yang dikeluarkan terlalu besar dan pendapatan yang kecil maka usahanya tidak menguntungkan. .

Tabel 9. Data biaya total usaha sapi potong secara tradisional di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

No Komponen Total Persentasi (%)

A Penerimaan Rp. 116.104.000

B Biaya Tetap 32,08

1 Tali Rp. 8.731.250 22,94

2 Sepeda Motor Rp. 3.479.500 9,14

C Biaya Tidak Tetap 67,91

1 Bensin Rp. 22.995.000 60,42

2 Biaya Obat-Obatan Rp. 2.850.000 7,48

Total Rp. 38.055.750 100

Pendapatan Rp. 78.048.250 Sumber : Data Primer diolah (2016)

Tabel 10. Data biaya total usaha sapi potong secara intensif di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

No Komponen Total (Rp) Persentasi (%)

A Penerimaan Rp. 1.156.400.000

B Biaya Tetap 8,72

1 Penyusutan Kandang Rp. 17.934.008 5,42 2 Penyusutan Perlengkapan Rp. 1.218.000 0,37 3 Penyusutan Peralatan Rp. 9.713.833 2,94

C Biaya Investasi 48,58

1 Peralatan Rp. 25.919.000 7,83

2 Perlengkapan Rp. 1.218.000 0,37

3 Pembuatan Kandang Rp. 133.600.000 40,37

D Biaya Tidak Tetap 42,70

1 Biaya Pakan Rp. 130.099.200 39,32

2 Biaya Obat-Obatan Rp. 11.200.000 3,38

Total Rp. 330.902.041 100

Pendapatan Rp. 825.497.959

Tabel 9 dan 10 diatas adalah biaya total pemeliharaan denga system tradisional dan intensif. Swastha dan Sukotjo (1993), menyatakan bahwa biaya total merupakan seluruh biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel. Rasyaf (1995), menyatakan bahwa pendapatan petani atau peternak adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usahanya.

Pengaruh Variabel Bebas/ Independent Terhadap Pendapatan Peternak Dilakukan analisis regresi berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pendapatan peternak sapi potong di kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Dimana yang menjad variable bebas adalah bentuk pemeliharaan (X1), umur peternak (X2), tingkat pendidikan (X3), tingkat pengalaman (X4), dan tingkat kepemilikan (x5), sementara variable tidak terikat (Dependent) adalah pendapatan (Y).

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat terdapat pada tebel 11 berikut ini

Tabel 11. Analisis varian pendapatan dan hasil penduga parameter

Sumber Derajat bebas F Tabel F Hitung Tingkat signifikansi

Regresi 5 52,81 37.688 .000a

Residual 54

Total 59

Sumber : Analisis data primer (2016)

Keterangan : a. Predictor/ dependent tingkat kepemilikan, tingkat pengalaman, bentuk pemeliharaan, umur peternak, tingkat pendidikan

b. Dependent Variable: pendapatan

tabel 12.analisis regresi linear berganda pengaruh tingkat kepemilikan, tingkat pengalaman, bentuk pemeliharaan, umur peternak, tingkat pendidikan terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

variabel Koefisien regresi

Standar

error T hitung signifikansi

konstanta 0 .740 0.505 1.465 0.149 Sumber : Analisis data primer (2016)

Dari tabel diatas dutemukan persamaan sebagai berikut

Y = 0.740-0.033(Xı) - 0.089(X2) - 0.035(X3) + 0.041(X4) + 0.195(X5) + µ Keterangan :

Ý : Pendapatan peternak sapi lokal Xı : Bentuk Pemeliharaan

X2 : umur peternak X3 : tingkat pendidikan X4 : tingkat pengalaman X5 : tingkat kepemilikan µ : Variabel yang tidak diteliti

Berdasarkan hasil regresi di atas dapat diketehui bahwa tingkat kepemilikan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten langkat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan peternak sementara bentuk

pemeliharaan, umur peternak, tingkat pendidikan dan tingkat pengalaman memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Dari semua faktor yang diteliti terdapat 23% jumlah faktor yang tidak diteliti.

Dokumen terkait