• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Saing Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor

Pasar internasional merupakan suatu pasar dilakukannya transaksi antara pelaku ekspor dan pelaku impor, baik antar individu suatu negara dengan individu negara lain, individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Kegiatan transaksi tersebut tidak hanya dilakukan oleh dua negara saja, tetapi dilakukan oleh negara-negara lain. Hal ini menyebabkan adanya persaingan, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang biasa disebut dengan daya saing. Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional.

RCA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur daya saing suatu negara. Metode ini dapat mengetahui kinerja ekspor suatu negara

20

untuk komoditi tertentu, apakah komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif yang kuat atau lemah. Nilai RCA yang lebih besar dari satu (RCA> 1) menunjukkan bahwa komoditi yang dianalisis memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata (dunia) atau berdaya saing yang kuat sehingga dapat dipertahankan untuk tetap melakukan ekspor ke negara tujuan ekspor.

Tabel 6 Hasil estimasi RCA minyak atsiri Indonesia di dunia

Tahun Xij/Xt Wij/Wt RCA 2007 0.0009 0.0002 4.83 2008 0.0011 0.0002 5.69 2009 0.0008 0.0002 3.80 2010 0.0008 0.0002 3.78 2011 0.0008 0.0002 3.64 Rata-rata 4.35

Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi espor Indonesia yang masuk dalam 10 komoditi potensial ekspor Indonesia. Tabel 6 menunjukkan nilai RCA minyak atsiri Indonesia di dunia. Nilai rata-rata RCA minyak atsiri Indonesia di dunia periode 2007-2011 lebih besar dari satu (4.34), artinya minyak atsiri Indonesia di dunia memiliki daya saing yang kuat, hasil ini sesuai dengan hipotesis.

Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai RCA minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor periode 2007-2011 lebih besar dari satu, artinya minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor memiliki daya saing yang kuat. Pada tabel 7, nilai RCA minyak atsiri Indonesia terbesar di Perancis untuk periode 2007-2011. Rata-rata nilai RCA minyak atsiri Indonesia di Perancis pada periode tersebut sebesar 29.13. Selanjutnya untuk nilai RCA minyak atsiri Indonesia terendah di India yaitu sebesar 4.61.

Tabel 7 Hasil estimasi RCA minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

Negara RCA Rata-rata

2007 2008 2009 2010 2011 Perancis 32.53 33.84 24.10 23.57 31.63 29.13 Jerman 14.41 20.35 8.24 11.61 9.96 12.91 India 4.65 5.93 3.91 5.02 3.55 4.61 Belanda 9.14 18.62 13.93 5.56 5.09 10.47 Singapura 7.42 6.23 4.32 4.44 3.00 5.08 Spanyol 7.41 9.55 6.79 15.38 13.62 10.55 Turki 2.49 2.72 11.92 6.11 6.22 5.89 Inggris 6.99 11.77 5.12 5.94 7.78 7.52 Amerika serikat 6.38 7.31 4.72 6.00 7.19 6.32 Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

21 Metode lain yang digunakan untuk mengetahui keunggulan suatu komoditi adalah dengan menggunakan metode EPD. Metode ini dapat mengetahui keunggulan kompetitif komoditi tertentu pada suatu negara. Metode ini juga dapat memiliki kemampuan untuk membandingkan kinerja ekspor di antara negara-negara di seluruh dunia, dengan melihat posisi pangsa pasar yang dimiliki oleh komoditi tersebut. Tabel 8 menunjukkan hasil estimasi analisis EPD minyak atsiri Indonesia di dunia periode 2007-2011.

Tabel 8 Hasil estimasi EPD minyak atsiri Indonesia di dunia

Tahun Xij/Wij Xt/Wt growth X growth Y EPD

2007 0.04 0.01 Rising star 2008 0.05 0.01 22.86 4.22 2009 0.04 0.01 27.27 8.84 2010 0.04 0.01 11.97 12.72 2011 0.05 0.01 5.85 9.96 Rata-rata 3.35 8.94

Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Hasil estimasi analisis EPD periode 2007-2011 menunjukkan bahwa posisi pasar minyak atsiri Indonesia di dunia berada pada posisi rising star. Hal ini sesuai dengan hipotesis, yang menyatakan bahwa posisi pasar minyak atisiri Indonesia berada pada rising star dengan pertumbuhan pangsa pasar (sumbu x) ekspornya positif dan pertumbuhan pangsa produknya (sumbu y) bernilai positif. Berdasarkan Tabel 9, posisi pasar minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor berada pada posisi rising star, kecuali di Singapura berada pada lost opportunity. Hal ini menunjukkan bahwa minyak atsiri merupakan komoditi yang dinamis (pertumbuhan cepat) di Singapura, tetapi minyak atsiri Indonesia di Singapura pangsa pasarnya tidak kompetitif, sehingga pasar yang tersedia atau yang berkembang di Singapura diisi oleh negara pesaing lain.

Tabel 9 Hasil estimasi EPD minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

Negara Growth X Growth Y EPD

Perancis 9.80 9.18 Rising star

Jerman 5.59 5.98 Rising star

India 9.44 12.81 Rising star

Belanda 18.31 11.66 Rising star

Singapura -13.35 7.09 Lost opportunity

Spanyol 40.54 12.20 Rising star

Turki 80.98 1.24 Rising star

Inggris 13.95 3.60 Rising star

Amerika serikat 13.60 7.30 Rising star

22

Berdasarkan hasil analisis metode RCA dan EPD dapat dilakukan klusterisasi potensi minyak atsiri Indonesia di dunia dan di negara tujuan ekspor. Metode yang digunakan untuk melakukan klusterisasi adalah X-Model Produk eksport potensial. Pengklusterisasiannya diperoleh dengan mempertimbangkan daya saing (RCA) dan posisi pasar (EPD), dengan begitu dapat diketahui apakah komoditi ini memiliki potensi yang tinggi atau tidak di negara tujuan ekspor. Hasil estimasi analisis X-Model Produk eksport potensial menunjukkan bahwa ekspor minyak atsiri Indonesia di dunia memiliki potensi pengembangan pasar optimis (RCA > 1 dan EPD berada pada rising star), hasil ini sesuai dengan hipotesis.

Nilai RCA minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor adalah lebih besar dari satu. Kemudian untuk EPD, posisi pasar minyak atsiri Indonesia berada pada rising star kecuali di Singapura berada pada lost opportunity. Berdasarkan nilai RCA dan EPD yang diperoleh maka dapat dilakukan analisis dengan metode X-Model Produk eksport potensial. Berdasarkan Tabel 10, ekspor minyak atisiri Indonesia di negara tujuan ekspor memiliki potensi pengembangan pasar optimis. Namun di Singapura, ekspor minyak atsiri Indonesia memiliki potensi pengembangan pasar potensial.

Tabel 10 Hasil estimasi X-Model Produk eksport potensial minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

Negara

RCA EPD

X-Model Produk eksport Potensial

Perancis 29.13 Rising star Pengembangan pasar optimis Jerman 12.91 Rising star Pengembangan pasar optimis India 4.61 Rising star Pengembangan pasar optimis Belanda 10.47 Rising star Pengembangan pasar optimis Singapura 5.08 Lost opportunity Pengembangan pasar potensial Spanyol 10.55 Rising star Pengembangan pasar optimis Turki 5.89 Rising star Pengembangan pasar optimis Inggris 7.52 Rising star Pengembangan pasar optimis Amerika Serikat 6.32 Rising star Pengembangan pasar optimis Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaann Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan minyak atsiri menggunakan model data panel. Untuk menentukan model mana yang terbaik, maka dilakukan uji Chow dan uji Hausman. Berdasarkan hasil uji Chow (Lampiran 3) menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0.00 < 0.05), berarti cukup bukti untuk tolak H0, artinya pendekatan model yang dipilih adalah pendekatan model fixed effect. Selanjutnya dilakukan uji Hausman, hasil uji Hausman (Lampiran 4) menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya lebih kecil dari taraf nyata lima persen, berarti cukup bukti untuk

23 tolak H0, artinya pendekatan model terbaik yang dipilih adalah pendekatan model fixed effect.

Berdasarkan pengujian maka pendekatan model terbaik yang dipilih adalah pendekatan model fixed effect. Setelah itu, dilakukan pengolahan data dengan pendekatan model fixed effect. Pengolahan ini dilakukan dengan pilihan kriteria pembobotan, yaitu pengolahan tanpa pembobotan dan dengan pembobotan. Setelah dilakukan pengolahan data maka diperoleh pendekatan model fixed effect yang terbaik adalah dengan memberikan pembobotan SUR (Seemingly Uncorrelated Regression), hasil estimasinya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil estimasi permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

Variabel Koefisien Probability

C -19.55604 0.0000* LNGDP 5.405910 0.0000* LNH 0.612805 0.0000* LNEXR -0.018860 0.8519 LNED -3.448404 0.0000* Weighted Statistics

R-squared 0.984584 Sum squared resid 85.77660

Prob(F-statistic) 0.000000 Durbin-Watson stat 2.194821 Unweighted Statistics

R-squared 0.924561 Durbin-Watson stat 1.342615

Sum squared resid 12.07153 Sumber: Lampiran 9 (diolah)

Catatan: *) signifikan pada taraf nyata lima persen

Uji Kriteria Ekonometrika

Uji kriteria ekonometrika dilakukan untuk menguji asumsi-asumsi yang mendasari model. Asumsi yang diuji meliputi heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas dan normalitas. Masalah heteroskedastisitas dalam panel data dapat dideteksi dengan membandingkan sum square residual pada weighted statistics dan unweighted statistics. Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa sum square residual weighted statistics (89.30) lebih besar dibandingkan dengan sum square residual unweighted statistics (14.43). Dengan demikian model persamaan permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Uji autokorelasi pada panel data dapat dideteksi dengan uji DW (Durbin-Watson). Pada hasil estimasi pengolahan data dapat dilihat bahwa Statistics DW pada model persamaan sebesar 2.17 pada weighted statistics sehingga model persamaan ini terbebas dari autokorelasi atau dapat dikatakan tidak mengandung masalah autokorelasi negatif ataupun positif. Selanjutnya, dilakukan uji multikolinearitas, uji ini dapat dideteksi dengan melihat R-squared pada model persamaannya. Pada model persamaan ini dapat diketahui bahwa R-squarednya adalah 98.45 dan variabel yang signifikan lebih dari satu. Berarti model ini

24

terbebas dari masalah multikolinearitas. Selain dari R-squared, uji ini dapat dilihat dari nilai Prob (F-statistic), Prob (F-statistic) lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0.00 < 0.05), berarti signifikan pada taraf nyata lima persen, artinya tidak terjadi multikolinearitas. Pengujian selanjutnya adalah uji normalitas, hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai probabilitas jarque bera (Lampiran 10) lebih besar dari taraf nyata lima persen (0.15 > 0.05), artinya error term menyebar normal.

Uji Kriteria Statistik

Uji kriteria statistik atau uji hipotesis dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel yang digunakan dalam model persamaan signifikan atau tidak. Pengujian dilakukan pada uji F, uji t dan uji R2. Uji F dapat dilihat dari nilai probabilitas F statistics, pada Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai Probabilitas F statistics adalah sebesar 0.00 lebih kecil dari taraf nyata lima persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada satu variabel eksogen yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor.

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel eksogen secara individu berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel endogen. Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa GDP per kapita riil, harga ekspor komoditi dan jarak ekonomi memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Hal ini berarti bahwa variabel eksogen tersebut berpengaruh signifikan terhadap permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor. Selanjutnya dilakukan uji R2(R-squared), pada Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai R-squared sebesar 98.45 persen, artinya 98.45 persen perubahan variabel endogen dapat dijelaskan oleh variabel eksogen, sedangkan sisanya yaitu sebesar 1.55 persen dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

Berdasarkan uji Chaw dan uji Hausman, maka model terbaik yang dipilih adalah model fixed effect. Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dituliskan persamaan permintaan ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor, yaitu:

lnXijt = Crossj −19.55604 + 5.405910 lnGDPjt + 0.612805 lnHit

0.018860 lnEXRjt− 3.448404 lnEDjtit Keterangan:

Xijt = Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan j tahun ke-t (US$) GDPjt = GDP perkapita negara j ekspor ke-t (US$)

Hit = Harga ekspor komoditi negara i tahun ke-t (US$)

EXRjt = Nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara j tahun ke-t EDjt = Jarak ekonomi (km)

εit = error term

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor

Penelitian ini menggunakan empat variabel yang memengaruhi permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor. Empat variabel tersebut adalah GDP per kapita riil negara tujuan ekspor, harga ekspor komditi, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor dan jarak ekonomi. Berdasarkan hasil estimasi yang ditunjukkan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa GDP per kapita

25 negara tujuan ekspor berpengaruh signifikan dan positif pada taraf nyata lima persen, hal ini sesuai dengan hipotesis. Elastisitasnya sebesar 5.40, artinya jika GDP per kapita negara tujuan ekspor meningkat sebesar satu persen, maka akan meningkatkan permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor sebesar 5.40 persen, cateris paribus.

Variabel harga ekspor komoditi yang digunakan adalah harga minyak atsiri yang ditawarkan Indonesia di negara tujuan ekspor. Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa harga ekspor komoditi signifikan dan positif pada taraf nyata lima persen, hal ini tidak sesuai dengan hipotesis. Tetapi secara logika hal ini dapat terjadi, karena dalam penelitian ini variabel endogen yang digunakan adalah nilai ekspor minyak atsiri. Nilai ekspornya diperoleh dari volume ekspor di kali dengan harga ekspor komoditi, sehingga antara nilai ekspor dengan harga ekspor komoditi memiliki hubungan linear yang positif. Jika harga ekspor komoditi meningkat maka nilai ekspornya juga akan meningkat. Hasil estimasi menunjukkan bahwa elastisitas harga ekspor komoditi sebesar 0.61 persen. Artinya, jika harga ekspor komoditi meningkat satu persen, maka akan meningkatkan permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor sebesar 0.61 persen, cateris paribus.

Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor negatif, hal ini sesuai dengan hipotesis. Tetapi pada taraf nyata lima persen variabel ini tidak signifikan, artinya tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor. Nilai elastisitasnya adalah sebesar -0.02 dan p-valuenya lebih besar dari taraf nyata lima persen (0.85 > 0.05). Variabel selanjutnya adalah variabel jarak ekonomi. Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa jarak ekonomi berpengaruh signifikan dan negatif pada taraf nyata lima persen, hasil ini sesuai dengan hipotesis. Elastisitasnya sebesar -3.45, artinya jika jarak ekonomi semakin meningkat maka permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor akan menurun sebesar 3.45 persen, cateris paribus.

Dokumen terkait