• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Dusun Supulesi berada di bagian selatan Pulau Seram, berhadapan langsung dengan perairan Laut Banda yakni pada WPP 714. Hal ini memberikan peluang lebih besar bagi para Nelayan Dusun Supulesi untuk memperoleh hasil tangkapan utama berupa tuna sirip kuning (Thunnus albacares) maupun tuna mata besar (Thunnus obesus). Perairan Laut Banda merupakan perairan yang subur yang disebabkan oleh adanya penambahan makanan/zat hara (nutrient) dari darat ke laut dan terjadinya proses upwelling di beberapa tempat. Kondisi seperti ini diduga merupakan daerah asuhan untuk jenis-jenis ikan tuna dan cakalang dan juga akan memegang peranan penting sebagai basis penambahan stok baru ke perairan sekitarnya. Dengan kondisi perairan tersebut, pemanfaatan sumberdaya ikan dalam hal ini khususnya tuna sirip kuning merupakan lapangan usaha yang potensial dalam mendukung perekonomian daerah maupun devisa negara yang meliputi usaha penangkapan ikan tuna dengan alat tangkap handline (pancing ulur) dan tonda.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama Raja (Kepala Desa) Dusun Supulesi, dapat diketahui bahwa sektor perikanan sangat dominan dalam memberikan kontribusi perekonomian di Dusun Supulesi. Hal tersebut dikarenakan sekain dari lokasi Dusun Supulesi yang berada di wilayah pesisir, didukung pula dengan keahlian masyarakat setempat yang telah turun-temurun berprofesi sebagai nelayan, meskipun demikian perikanan di Dusun Supulesi merupakan perikanan skala kecil. Sektor kedua setelah perikanan yang berperan aktif dalam pertumbuhan ekonomi adalah pertanian.

Fair Trade USA

Ada beberapa badan sertifikasi perdagangan adil yang diakui secara internasional seperti Fair trade International (dulu bernama FLO, Fair trade Labelling Organizations International), IMO, dan Eco-Sosial. Selain itu, Fair trade

10

USA, sebelumnya berbadan lisensi milik Fair trade International, namun FT USA keluar dari sistem tersebut dan menerapkan skema label perdagangan adilnya sendiri (FLO 2014). Hal ini menjadi awal mula perbedaan fair trade USA dengan label sertifikasi lain.

Berbeda dengan sertifikasi fair trade lainnya, menurut penuturan Spaull, Direktur Divisi Inovasi FT USA, bahwa fair trade USA fokus pada pemberdayaan nelayan untuk meningkatkan kapasitas dan haknya terhadap berbagai situasi kesalah lingkungan pada aspek sosial. Kaitannya adalah dengan perbudakan di laut, dimana ABK dari suatu negara diberi penawan upah yang lebih tinggi dengan syarat mampu bekerja penuh di atas kapal (tidak di darat). Dimana sebaliknya, para ABK ini secara tidak langsung akan bekerja pada sebuah IUU sistem, serta tidak jarang diantara mereka mendapatkan pemukulan di atas kapal dari tangan kru bersenjata (Boynton 2015).

Di samping itu, banyak dari nelayan skala kecil masih belum memiliki akses untuk peralatan maupun siste keselamatan kerja, penggunaan alat tangkap ramah lingkungan, dan sebagainya yang dibutuhkan dalam operasional penangkapan ikan. Fokus pengembangan sistem FT USA dalam hal ini mengutamakan skema perdagangan adil, dan kemanusiaan, meskipun demikian belum maksimal dalam pembahasan sistem keberlanjutan lingkungan jangka panjang.

Dalam pelaksanaannya, fair trade USA menuai banyak respon positif dari nelayan-nelayan skala kecil. Seiring berjalannya waktu, jumlah nelayan terus bertambah, namun demikian sistem ini belum memberikan pengaturan pembatasan upaya untuk menjaga effort yang berlebih sebagai upaya menghindari resiko over fishing. Salah satunya upaya yang diharapkan adalah adanya pengaturan jumlah nelayan dari masing-masing wilayah maupun kelompok berdasarkan peraturan atau kriteria tertentu.

Kriteria maupun standar perikanan tangkap dalam ketentuan sistem sertifikasi fair trade USA disusun menggunakan pendekatan perbaikan secara bertahap dari periode ke periode. Dengan kata lain, akan ditemui perbedaan antara kriteria untuk masuk (entry) dan kriteria untuk kemajuan.

Kriteria untuk sistem sertifikasi fair trade USA dapat masuk (entry) diatur dalam ketentuan Tahun 0. Berdasarkan hasil kesepakatan antara MDPI (lembaga pendamping) dan SCS Global (badan sertifikasi independen). Kriteria-kriteria tersebut meliputi enam poin sebagai berikut (MDPI 2016) :

1. Kondisi Struktur, meliputi : formasi asosiasi perikanan, dan asosiasi Komite fair trade USA.

2. Pemberdayaan dan pengembangan kelompok: penilaian kebutuhan, yang dilakukan oleh CTP (pemegang sertifikat yang juga bekerja sama dengan Anova Food sebagai importer) pada setiap kelompok nelayan: rencana pengembangan dan premium – berdasarkan perkiraan hasil tangkap masing-masing kelompok yang membuat rencana penggunaan dana tersebut, sehingga setiap nelayan diperlukan memiliki pemahaman mengenai dana premi.

3. Hak asasi manusia: pemilihan ketua dan jajarannya dalam struktur organisasi pada setiap kelompok dan komite dilakukan dengan cara musyawarah demokratis (pemilihan terbuka), dimana semua anggota memilih dan dipilih, selain dari pada itu tidak ada diskriminasi dan pelecehan dalam kelompok atau komite, tidak ada pekerja di bawah umur berdasarkan batas usia pekerja menurut peraturan nasional, serta tidak ada kerja paksa maupun perdagangan manusia.

11 4. Upah, kondisi tempat kerja, dan akses untuk pelayanan: nelayan dipastikan menerima pelatihan keselamatan kerja di laut dan pelatihan pertolongan pertama yang diselenggarakan oleh pemegang sertifikat (CTP dan Anoca Food), bekerja sama dengan Badan Sar Nasional (BASARNAS), selain dari pada itu pengolah (PT Harta Samudera) memastikan bahwa setiap karyawan (termasuk nelayan) memiliki kontrak, dibayar tepat waktu sesuai dengan peraturan setempat (gaji berdasarkan upah minimum regional, serta perhitungan lembur dan asuransi). 5. Menejemen sumberdaya: setiap nelayan fair trade mendapatkan pelatihan

tentang Endangered, Threatened and Protected (ETP) Species (spesies binatang terancam punah, khususnya yang berasal dari laut), sehingga nelayan diharapkan mampu memahami bahwa mereka harus turut serta melindungi laut, tempat dimana mereka mengandalkan mata pencaharian sehari-hari. Perlindungan ini dibuktikan dengan cara teknik penangkapan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk menjaga ekosistem (dalam hal ini mengunakan alat tangkap handline). Selain dari pada itu nelayan juga aktif dalam pengumpulan data hasil tangkapannya.

6. Persyaratan transaksi perdagangan: terdapat kesepakatan antar pihak rantai pasok dalam memastikan ketelusuran dan transparansi.

Kriteria mengenai kelayakan sistem perikanan setempat untuk dapat lolos sertifikasi fair trade USA difokuskan pada tahun nol, selanjutnya kriteria kemajuan dipenuhi setelah audit tahun pertama, ketiga, atau ke enam sesuai perincian dalam kriteria dalam pemenuhan sertifikasi fair trade USA.

Kriteria mengenai kemajuan dalam hal ini merupakan upaya pengembangan secara berkelanjutan yang terus dilakukan untuk meningkatkan pemberdayaan sosial ekonomi serta praktek-praktek unggulan dalam perlindungan lingkungan.

Sejumlah ketentuan tahun 1 tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya pada saat periode tahun 0 atau hingga pada pada saat pertama kali premium digunakan. Dalam kasus-kasus ini, masing-masing ketentuan pada setiap periode harus dipenuhi sesegera mungkin berdasarkan periodenya. Saat audit tahun 0, auditor akan menentukan apakah perikanan setempat siap atau tidak untuk memenuhi ketentuan-ketentuan yang akan diberlakukan pada tahun tersebut. Selanjutnya pada tahun 1 auditor bisa meminta bukti awal untuk mendukung kriteria / standar penuh berikutnya untuk memastikan kriteria sebelumnya telah dipenuhi.

Pelaksanaan Fair Trade USA di Dusun Supulesi

Kegiatan fair trade USA yakni melakukan transaksi audit dan sertifikasi antar perusahaan-perusahaan Amerika dan para pemasok internasionalnya untuk menjamin bahwa nelayan dan pekerja yang memproduksi produk-produk fair trade telah dibayar dengan harga dan upah yang adil, kondisi kerja yang aman, serta melindungi lingkungan dan mendapat dana pengembangan kelompok untuk memberdayakan dan meningkatkan masyarakatnya. Fair Trade USA mendidik konsumen, serta membawa para pelaku industri baru dan pengecer ke dalam sistem fair trade, dan menyediakan nelayan dengan peralatan, pelatihan dan sumberdaya untuk mengembangkan kemampuan mereka sebagai pebisnis internasional (FT USA 2016).

12

Awal proses masuknya sistem sertifikasi fair trade USA ke wilayah Dusun Supulesi dimulai dari kordinasi antara Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia dengan PT Harta Samudera selaku perusahaan yang sebelumnya telah melakukan praktik bisnis perikanan, yakni sebagai perusahaan penyerap hasil perikanan wilayah Kabupaten Maluku Tengah melalui supplier (tengkulak) setempat, Dusun Supulesi merupakan salah satu pemasoknya.

Proses selanjutnya adalah dilakukan assesment kesepakatan antara Harta Samudera, MDPI dan supplier yang dilanjutkan dengan pembentukan kelompok-kelompok nelayan yang akan tergabung dalam program sertifikasi fair trade USA. Pembentukan kelompok nelayan dibagi berdasarkan wilayah pendaratan ikan. Kelompok-kelompok nelayan tersebut berada dibawah kordinator ketua Komite (supplier). Kemudian masing-masing kelompok wajib memiliki struktur organisasi secara umum antara lain ketua kelompok, sekretaris kelompok, bendahara kelompok dan anggota kelompok. Berikut alur koordinasi pelaksanaan sistem fair trade di Dusun Supulesi lebih lanjut disajikan pada Gambar 2.

Yes koordinasi invoice premi koordinasi No pencairan premi monitoring/evaluasi monitoring / evaluasi

Gambar 2. Alur kordinasi dalam sistem Fair Trade USA

Dalam skema perdagangan ini terdapat dua rantai yang tengah berjalan. Rantai pertama adalah rantai bisnis antara PT Harta Samudera dan Anova Food Amerika. Rantai kedua yakni, sertifikasi diantara keduanya yang melibatkan SCS Global sebagai badan audit independen dan Coral Triangle Processor sebagai mitra kerjasama Anova Food Amerika yang bertugas pada bagian premium fee terhadap nelayan. Seluruh rantai sertifikasi tersebut dibantu oleh koordinasi lembaga MDPI dalam memantau kinerja agar dapat lolos dan mempertahankan sertifikasi fair trade USA di kemudian hari. Cakupan koordinasi yang dilakukan oleh MDPI mulai dari tahap prosedur penangkapan ikan oleh anggota kelompok nelayan fair trade USA, hingga pada tahap audit sertifikasi dan pencairan serta pemanfaatan dana premium oleh kelompok nelayan tersebut.

Anova Food Anova Food CTP PT Harta Samudera Komite Buru Komite Asilulu Komite Seram

Kel Yaholu Kel Supulesi Kel Tehoru Kelompok Y

Kelompok X

Ketua, Sekretaris, Bendahara, Anggota SCS

13 Anggota yang bergabung dalam sistem sertifikasi fair trade USA merupakan nelayan perorangan yang mendaftarkan diri secara sukarela melalui kordinasi Ketua Komite. Setelah mendaftarkan diri mereka diberikan pendampingan oleh Lembaga MDPI mengenai peraturan program serifikasi fair trade USA baik persiapan sebelum lolos sertifikasi fair trade USA maupun pengelolaan dan pengembangan pasca lolos sertifikasi fair trade. Anggota nelayan tersebut akan masuk ke dalam database keanggotaan pekerja produk perikanan fair trade USA di Dusun Supulesi dengan tanda bukti kartu nelayan. Hingga saat ini jumlah anggota yang terdaftar sebanyak 24 orang untuk wilayah Dusun Supulesi.

Program dari sistem sertifikasi fair trade USA di Dusun Supulesi telah melewati tahun nol yang berjalan sejak bulan Agustus 2015 dan tengah memasuki tahun ke satu ditandai dengan lolosnya komoditi perikanan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) sebagai produk fair trade USA pada proses audit sertifikasi pertama bulan Desember 2015 dengan jumlah ekspor berkisar antara 15.000 – 20.000 ton menembus pasar Amerika (MDPI 2015).

Sistem aturan

Secara menyeluruh, standar yang digunakan dalam skema sertifikasi ini mempertimbangkan hubungan antara lain pemangku kepentingan, lingkungan, dampak kegiatan perikanan pada lingkungan, metode penangkapan ikan, pencatatan hasil tangkapan ikan, ketelusuran, pabrik dan pekerjanya, standar sosial, keselamatan di tempat kerja, dan sebagainya. Secara teknis, peraturan fair trade USA melalui MDPI lainnya dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Aturan pelaksaan sistem fair trade USA di Dusun Supulesi

No Aturan

1 Kelompok, Nelayan, alat tangkap, kapal, dan kepemilikian rumpon dari nelayan fair trade harus dilaporkan secara legal sesuai peraturan pemerintah setempat

2 Alat tangkap yang digunakan adalah alat tangkap skala kecil: handline 3 Penanganan ikan diatas kapal memenuhi standar higienitas fair trade USA:

pisau tidak berkarat, pengemasan langsung ke dalam plastik dalam bentuk loin, penyimpanan dalam ice box

4 Lokasi pendaratan memenuhi syarat higienitas standarisasi fair trade USA: pekerja menggunakan safety tools (sarung tangan, masker, sepatu boot, celemek), jumlah box dan es batu yang memadai, sarana transportasi yang mendukung guna menjaga kualitas ikan agar segera sampai pada tempat proses pengolahan

5 Pendapatan nelayan melalui transaksi penimbangan pada supplier. Besar pendapatan sesuai dengan jumlah hasil tangkapan yang dilakukan pada setiap transaksinya

6 Harga ikan ditentukan oleh harga pasar ekspor yellow fin tuna Indonesia di Amerika melalui PT Harta Samudera dan ketua komite/supplier

7 Supplier mengisi buku catatan jumlah produksi setiap harinya pada masing-masing landing port kelompok nelayan. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan data pada program keberlanjutan yang terkandung dalam skema fair trade USA

14

Lanjutan Tabel 6. Aturan pelaksaan sistem fair trade USA di Dusun Supulesi

No Aturan

8 Nelayan turut serta pada pertemuan-pertemuan kelompok, baik monitoring maupun evaluasi, selama dalam proses pengembangan

9 Proses pencairan dana premium dilakukan oleh MDPI kepada nelayan melalui persetujuan ketua komite. Indikator yang terkandung antara lain pemanfaatan dana harus berlandaskan kepentingan masyarakat dan kebutuhan pengembangan kelompok

Peraturan selama sistem produksi terutama difokuskan pada kepentingan pemberdayaan nelayan dan transaksi perdagangan yang adil. Sistem fair trade USA berusaha untuk selaras dan mengacu pada peraturan regional. Dalam hal ini MDPI bekerjasama dengan Kementrian Kelautan Perikanan Republik Indonesia dalam memerangi IUU fishing dan meningkatkan pengelolaan perikanan. Jika peraturan internasional, nasional atau setempat lebih ketat dari Standar sistem sertifikasi fair trade USA, maka kepatuhan terhadap peraturan tersebut yang lebih diutamakan. Tugas dan peran dari masing-masing segmen pada sistem fair trade USA dapat dilihat pada Gambar 3.

Harta Samudera menyiapkan dan mengemas ikan un- tuk diekspor ke berbagai Negara konsumen

NELAYAN

Nelayan handline me- PEMBELI

nangkap tuna dan meme- Pengecer dan pe- nuhi standar fair trade nyedia layanan makanan

membeli label dan men- jual produk bersertifikat fair trade

DANA PREMIUM

KONSUMEN membuat keputu- san pembelian dengan membayar lebih untuk produk, dana premium diinvestasikan

NELAYAN kembali kepada pelayanan

Melaksanakan program peningkatan kapasitas dan

secara demokratis memutuskan bagaimana

dana premium diinvestasikan dalam program-program tersebut

Gambar 3. Aliran barang dan dampak pada pelaksanaan kegiatan serifikasi Fair Trade USA

Pada rantai bisnis, harga ikan untuk nelayan tidak ditentukan oleh PT Harta Samudera maupun supplier melainkan mengacu pada harga pasar yellow fin tuna Indonesia dalam bentuk beku di pasar Amerika. Harga jual tuna loin di pasaran

15 terus mengalami peningkatan, sesuai dengan grade mutunya. Grade dan harga tuna loin bisa saja berubah setelah produk tuna loin dari negara eksportir lain masuk di pasar yang sama. Pada saat yang bersamaan dapat pula terjadi penurunan atau kenaikan grade. Tentunya hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi harga jual tuna di pasar luar negeri (Bank Indonesia 2009). Seluruh sistem ini diaudit setiap tahun oleh badan penilai kesesuaian independen yaitu SCS Global (MDPI 2015).

Di sisi lain, masih dijumpai indikasi kurangnya transparansi penentuan harga ikan. Dinas Perikanan Kabupaten Halmahera Utara pada kegiatan 12th Indonesia Investment Week 2016, menuturkan bahwa harga yellow fin tuna untuk grade A sebesar Rp 40.000 per kg di pasar lokal. Sedangkan untuk pasar ekspor harganya berkisar pada range Rp 200.000 – Rp 300.000 per kg (Liputan6 2016).

Namun demikian, sejak awal mula penerapan sistem fair trade USA, harga ikan loin tuna untuk nelayan Dusun Supulesi berkisar pada Rp 40.000 per kg hingga saat ini mengalami peningkatan mencapai Rp 45.500 per kg.

Di sampan itu, nelayan Dusun Supulesi merasa diuntungkan dengan adanya peberian harga ikan yang tinggi oleh sistem fair trade USA jika dibandingkan dengan harga ikan sebelumnya saat sistem fair trade USA belum diterapkan. Namun demikian, mengacu pada peraturan yang telah ada bahwa fair trade USA mendukung perdagangan yang adil salah satunya melalui prinsip transparansi data, dalam hal ini sistem FT USA dituntut untuk memerhatikan kembali layanannya terhadap masyarakat nelayan dalam transparansi penentuan harga ikan, baik pada tingkat nelayan, pengolah, hingga konsumen. Hal ini merupakan upaya untuk menegakkan praktek perdagangan yang adil.

Sistem sanksi

Sejalan dengan adanya kesepakatan kerjasama sistem fair trade USA dengan pemerintah setempat melalui mitra MDPI, sanksi-sanksi terhadap pelanggaran operasional produksi mengacu pada peraturan regional setempat. Dengan demikian, pelanggaran terhadap praktek perikanan selama produksi loin ikan tuna sebagai produk fair trade USA salah satunya diatur pada pasal 85 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Ketentuan Pidana yang berbunyi orang yag dengan sengaja memiliki, menguasai, membawa, dan/atau alat bantu penangkapan ikan yng mengganggu dan merusak keberlanjutan sumberdaya ikan di kapal pennagkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia sebagimana dimaksud dalam pasa 9 dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 2.000.000.000 (dua milyar rupiah).

Adapun pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan ketentuan dari sistem sertifikasi fair trade USA di lapangan merupakan tanggungjawab dan peran serta dari monitoring dan evaluasi lembaga pendamping (Masyarakat dan Perikanan Indonesia). Sanksi dari pelanggaran-pelanggaran normatif pada segmen nelayan maupun supplier di sepakati secara bersama melalui musywarah kelompok dengan arahan MDPI sebagai fasilitator.

Sistem monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan maksud agar project dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik

16

bagi pengelola project di setiap tingakatan. Umpan balik ini memungkinkan pemimpin project mengambil tindakan korektif tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan (Departemen Monitoring dan Evaluasi IFAD 1990).

Monitoring dan evaluasi dalam menjalankan sistem sertifikasi fair trade dilakukan sepenuhnya oleh Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia. Dalam pelaksanaannya, sistem monitoring dan evaluasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu saat sebelum dan setelah proses audit sertifikasi fair trade USA. Berikut pelaksanaan monitoring dan evaluasi lebih lanjut disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem fair trade USA pada kelompok nelayan handline di Dusun Supulesi

Sebelum proses audit sertifikasi Setelah proses audit sertifikasi

Pelaksana Pengawasan

Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia

Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia

Dasar Hukum Standar Peraturan Fair Trade USA Standar Peraturan Fair Trade

USA

Tugas  Mengawasi pelaksanaan

penangkapan

 Memonitor hasil tangkapan dan prosesnya di setiap kelompok-kelompok nelayan

 Membimbing dan 0mengarahkan nelayan secara formal melalui rapat pertemuan maupun pertemuan informal selama praktek di lapangan

 Memastikan jumlah dana premium yang didapat oleh kelompok sesuai dengan ketentuan semestinya yakni 10% rata - rata harga ikan di tingkat

supplier per provinsi x jumlah

ikan yang diekspor

 Mengawasi pemanfaatan dari dana premium

Tugas  Memberikan pelatihan pada nelayan

 Memonitor dan menerima masukan maupun keluhan nelayan selama melakukan proses penangkapan dan terlibat dalam sistem fair trade untuk selanjutnya dikordinasikan kepada pihak MDPI sehingga dapat ditemukan solusi dan pemecahan masalah dikemudian hari.

 Melaporkan pemanfaatan dana premium kepada SCS untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan audit sertifikasi fair trade yang dilakukansecara berkala

 Menjaga pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari pemanfaatan dana premium agar sesuai dengan tujuan yang disepakati secara bersama Ketika sistem fair trade USA di Dusun Supulesi berjalan, terdapat beberapa permasalahan yang timbul dari keluhan nelayan, yaitu adanya agenda rapat pertemuan beberapa kali yang secara tidak langsung menghambat kegiatan operasional penangkapan, juga memengaruhi jam istirahat nelayan. Hal ini berhubungan dengan pola perilaku dan kehidupan nelayan sebelumnya. Di sisi lain sitem fair trade USA diharapkan mampu hadir sebagai media bagi nelayan untuk meningkatkan keahliannya dalam melakukan produksi sebagai pekerja lokal yang tetap dapat bersaing di pasar global. Situasi ini mendesak para nelayan dan sistem itu sendiri untuk dapat saling beradaptasi.

Sebagai suatu proses perubahan, adaptasi dapat berakhir dengan sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Oleh karenanya, adaptasi merupakan suatu interaksi yang berlangsung terus antara manusia dengan manusia, dan antra manusia dengan ekosistemnya (Chairawaty 2013).

Untuk mengatasi masalah ini, supplier berdiskusi dengan kordinator MDPI untuk Dusun Supulesi untuk dapat menetapkan jadwal pertemuan dan mengkomunikasikan hambatan-hambatan yang dirasakan oleh nelayan. Dengan

17 demikian, perlahan nelayan terbiasa untuk mengikuti agenda pertemuan dengan tanpa menganggu kegiatan operasional penangkapannya. Adapun kebijakan yang juga diputuskan secara musyawarah berdasarkan permasalahan yang timbul dari nelayan yang berhalangan hadir pada pertemuan, yakni dengan mewajibkan penyampaian informasi oleh anggota yang hadir, setiap satu orang anggota nelayan yang hadir pada pertemuan wajib menyampaikan informasi kepada tiga orang diluar pertemuan.

Permasalahan lain dari hasil pengamatan peneliti adalah minimnya peran serta pemerintah baik sebelum maupun sesudah adanya program sertifikasi fair trade USA untuk wilayah Dusun Supulesi.

Pada bulan April 2015, bantuan sarana dan prasarana bidang perikanan disalurkan oleh pemerintah (Bupati Maluku Tengah) kepada sejumlah kelompok nelayan melalui Pangkalan Pendaratan Ikan Masohi Kecamatan Amahai. Bantuan yang diberikan berupa 100 unit colbox, 2 unit rumpon laut dalam, 6 unit rumpon laut dangkal, 75 unit mesin tempel Yamaha 15 PK + bodi fiber 1,5 GT, 10 unit mesin tempel Yamaha 40 PK + body fiber 3 GT dan 3 unit keramba jaring apung (PIPP 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, beberapa bantuan terkait kebutuhan operasional penangkapan ikan tidak sampai pada nelayan sebagaimana tujuan diadakannya bantuan tersebut, antara lain beberapa bantuan kapal dan mesin motor tempel diterima oleh seseorang yang berprofesi bukan sebagai nelayan, sehingga beberapa dari bantuan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Selain

Dokumen terkait