• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM FAIR TRADE USA PADA NELAYAN TUNA DENGAN ALAT TANGKAP HANDLINE DI DUSUN SUPULESI KABUPATEN MALUKU TENGAH SYIFFA SYAFIAH HERYANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SISTEM FAIR TRADE USA PADA NELAYAN TUNA DENGAN ALAT TANGKAP HANDLINE DI DUSUN SUPULESI KABUPATEN MALUKU TENGAH SYIFFA SYAFIAH HERYANTI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM

FAIR TRADE

USA

PADA

NELAYAN TUNA DENGAN ALAT TANGKAP

HANDLINE

DI DUSUN SUPULESI KABUPATEN MALUKU TENGAH

SYIFFA SYAFIAH HERYANTI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Sistem Fair Trade pada Nelayan Tuna dengan Alat Tangkap Handline di Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2017 Syiffa Syafiah Heryanti NIM C44120049

(4)
(5)

ABSTRAK

SYIFFA SYAFIAH HERYANTI, C44120049. Analisis Sistem Fair Trade USA pada Nelayan Tuna dengan Alat Tangkap Handline di Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah. Dibimbing oleh DARMAWAN dan BUDY WIRYAWAN.

Fair Trade USA, merupakan salah satu bentuk sistem gerakan perdagangan adil yang bertujuan mengurangi kemiskinan di tingkat global, meningkatkan kapasitas nelayan skala kecil, dan mempromosikan sistem perdagangan berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan sistem perikanan fair trade USA dan menganalisis kesesuaian sistem tersebut terhadap kriteria perdagangan adil dalam rangka pembangunan perikanan berkelanjutan. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survey berupa purposive sampling serta melalui studi beberapa literatur terkait. Terdapat tiga aspek yang digunakan untuk mengetahui penerapan sistem fair trade USA dalam konsep perikanan berkelanjutan, yaitu ekonomi, ekologi dan sosial. Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat praktek perikanan yang belum sesuai dengan sistem sertifikasi fair trade USA ini dan beberapa hal yang belum sejalan dengan pembangunan perikanan berkelanjutan. Oleh karena itu dapat dikatakan pengelolaan sistem sertifikasi fair trade USA yang tengah berjalan belum memenuhi konsep perikanan berkelanjutan secara sempurna, meskipun demikian komoditi tuna setempat telah memenuhi seleksi tahun nol untuk mendapatkan sertifikasi label fair trade USA. Kata kunci: fair trade USA, perikanan berkelanjutan, tuna

ABSTRACT

SYIFFA SYAFIAH HERYANTI, C44120049. Fair Trade USA System Analysis on Handline Tuna Fishermen in Supulesi Village, Central Maluku District. Supervised by DARMAWAN and BUDY WIRYAWAN.

Fair Trade USA is one of fair-trade system aiming to reduce poverty at global level, to improve the capacity of small-scale fishermen and to promote a sustainable trading system. This study aims to describe the fishery system of fair trade USA and to analyze the suitable its system to fair trade criteria in the concept of sustainable fisjeries. Method used in this research was survey method by purposive sampling, and also using some of its literature. There are three aspects that are used to determine the application of the fair trade USA system in the concept of sustainable fisheries, namely: economic, ecological and social. The result of this research indicate that there are practice that have not been suit with the fair trade USA system and also with sustainability fisheries development. Therefore, it can be concluded that the ongoing management of Fair Trade USA certification system has yet to meet the perfect concept of sustainable fisheries, however, local tuna commodities have fulfilled the selection of year 0 to get the certification label from fair trade USA.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Analisis Sistem

Fair Trade

USA pada

Nelayan Tuna dengan Alat Tangkap

Handline

di Dusun Supulesi Kabupaten Maluku Tengah

SYIFFA SYAFIAH HERYANTI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bejudul “Analisis Sistem Fair Trade pada Nelayan Tuna dengan Alat Tangkap Handline di Dusun Supulesi” ini.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Kelautan di Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada :

1. Dr Ir Darmawan, MAMA selaku pembimbing I dan Bapak Dr Ir Budy Wiryawan, MSc selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada penulis.

2. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bpk Heri Jumhaeri (Papa) dan Fadhlir Rahman, adik tercinta yang penulis banggakan serta Alm Mama yang amanahnya senantiasa menjadi penyemangat penulis hingga proses penyelesaian skripsi ini dapat dilalui.

3. Keluarga besar Alm Mustari dan keluarga besar Alm Sugandi, khususnya kepada Ibu Ika Kartika dan Bpk Dede Somantri yang tak terhingga kebaikan hatinya dalam membantu kebutuhan dan keperluan penulis selama proses penulisan sehingga dapat terselesaikan dengan lancar. Semoga keluarga besar Mustari dapat terus melahirkan generasi emas penerus agama dan bangsa. 4. Ucapan terima kasih penulis kepada; Ayah Asep Ilyas, Ibu Nunun Lusida,

Muhammad Ihsan Maulana Yusuf, Muhammad Iqbal Fauzi, dan Sri Sugiarti, yang senantiasa hadir memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. Semoga Allah senantiasa membalas segala kebaikan yang diberikan.

5. Penulis haturkan terima kasih pula kepada PSP’49, tim Tapak Bulus, dan semua sahabat yang dengan tulus selalu membagikan semangatnya; tak lupa kepada Ayu Asriani, Gamal, Bella, Agung, Hanif, Adit, Evan, Adam, Rima, Dianto, Mareta, Mery, Trengganawati, dan Dwi. Dorongan serta motivasi dari kalian sangat berarti hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini mash jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Alla SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, aamiin.

Bogor, Maret 2017

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Alat dan Bahan 4

Metode Penelitian 4

Jenis dan Sumber Data 5

Prosedur Pengumpulan Data 6

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 9

Fair Trade USA 9

Pelaksanaan Fair Trade USA di Dusun Supulesi 11

Sistem Aturan 13

Sistem Sanksi 15

Sistem Monitoring dan Evaluasi 15

Sistem Dana Premium 17

Pelaksanaan Fair Trade USA dalam Perikanan Berkelanjutan di Dusun

Supulesi 19

Ekologi 19

Ekonomi 21

Sosial 23

Rekomendasi Penyempurnaan Pelaksaan Sistem Fair Trade USA 24

KESIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 29

(14)

DAFTAR TABEL

1 Alat dan bahan penelitian 4

2 Metode pengumpulan dan analisis data primer penelitian 6 3 Metode pengumpulan dan analisis data sekunder penelitian 6

4 Konsep perikanan berkelanjutan 7

5 Konsep fair trade pada pembangunan perikanan berkelanjutan 8 6 Aturan pelaksaan sistem fair trade USA di Dusun Supulesi 13 7 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem fair trade USA pada

Kelompok nelayan handline di Dusun Supulesi 16 8 Perhitungan pendapatan hasil tangkapan nelayan Dusun

Supulesi sebelum sistem fair trade 22

9 Perhitungan pendapatan hasil tangkapan nelayan Dusun Supulesi

setelah sistem fair trade 22

10 Rekomendasi perbaikan sistem sertifikasi fair trade USA dalam

Konsep perikanan berkelanjutan 24

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian 4

2 Alur kordinasi dalam sistem fair trade USA 12

3 Aliran barang dan dampak pada pelaksanaan sertifikasi fair

trade USA 14

4 Alur pencairan dana premium 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pasal 7, 9, dan 85 UU Perikanan Nomor 45 Th 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Th 2004 tentang Perikanan

Ketentuan 29

2 Ringkasan oleh MDPI PERMEN-KP No 26 Th 2004 tentang

Perizinan Rumpon 30

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Supulesi merupakan salah satu Dusun yang terletak di Bagian Selatan pulau Seram, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah yang didiami oleh 228 kepala keluarga yakni terdiri dari 920 orang jiwa. Dusun ini merupakan salah satu dusun yang sebagian besar penduduknya melakukan operasional penangkapan ikan sebagai mata pencaharian utama. Sistem operasional perikanan tangkap yang dilakukan terdiri dari nelayan dan supplier (tengkulak). Terdapat satu buah landing port (pendaratan ikan) yang biasa digunakan oleh nelayan dan supplier sebagai lokasi transaksi jual beli.

Perikanan tuna setempat merupakan perikanan skala kecil dimana armada kapal yang digunakan berukuran 1-2 GT. Metode penangkapan pada umumnya menggunakan alat tangkap Handline atau Tasi (alat) dalam bahasa lokal setempat (DKP Kabupaten Maluku Tengah 2014). Ikan hasil tangkapan utama dari alat tangkap ini adalah Tuna Sirip Kuning dengan berat perloin mencapai 4 hingga 15 kg. Daerah penangkapan nelayan tradisional ini berada di kawasan WPP 714 yakni berjarak 10 hingga 40 mil dari pesisir Dusun Supulesi dengan metode pencarian daerah penangkapan ikan mengikuti arah rasi bintang serta mengikuti laju pergerakkan kawanan lumba-lumba dan juga posisi rumpon.

Hingga sebelum menginjak tahun 2015, penduduk Dusun Supulesi berprofesi sebagai nelayan secara tradisional. Sebagian besar kegiatan jual beli ikan hasil tangkapan di Dusun Supulesi ditangani oleh penadah yang disebut dengan supplier dalam istilah lokal. Disebut supplier karena tugasnya sebagai pemasok ikan bagi beberapa perusahaan maupun konsumen dalam sistem transaksi jual beli ikan dari nelayan. Supplier berperan sebagai pembeli hasil tangkapan nelayan Dusun Supulesi dan mendistribusikannya secara bebas sesuai dengan tujuan pemasaran supplier tersebut. Sebagian besar hasil pembelian ikan dari nelayan tersebut ditujukan oleh supplier ke industri-industri perikanan di Wilayah Ambon untuk selanjutnya diolah sebagai komoditi ekspor, hal tersebut dapat tercapai apabila kondisi hasil tangkapan masuk dalam klasifikasi grade A. Adapun klasifikasi grade B-C masih bisa ekspor dengan harga yang berbeda atau dipasarkan langsung secara lokal. Keberadaan supplier sangat memengaruhi pola perilaku nelayan dalam menjalankan operasional penangkapan ikan. Salah satu hal yang terjadi adalah adanya ketidakpastian bagi nelayan terhadap penjualan hasil tangkapannya, hal ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah supplier tersebut. Disamping itu pula, adanya fluktuatif harga ikan yang berlaku dari supplier kepada nelayan menjadikan faktor turunnya minat nelayan untuk mengembangkan jumlah dan kualitas produksi perikanan setempat.

Pada awal tahun 2015 program Fair Trade USA melalui Lembaga Sosial Masyarakat MDPI dan PT Harta Samudera selaku pelaku industri perikanan setempat bekerjasama dengan supplier Dusun Supulesi untuk dapat mengimplementasikan sistem fair trade USA pada nelayan setempat. Program ini dimulai dengan tahap assesment potensi ikan dan pendataan selama tahun nol, untuk selanjutnya dilakukan proses penilaian dan evaluasi sebelum dapat sertifikat atau tidak.

(16)

2

Sistem fair trade adalah sistem perdagangan berkelanjutan yang berusaha untuk membantu produsen yang terpinggirkan melalui sistem pembayaran yang adil, kondisi tempat kerja yang layak, bantuan teknis, program sosial, kesetaraan, transparansi, saling memercayai dan menjaga lingkungan seiring dengan proses produksi tersebut. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan dan pasar baru di antara negara-negara berkembang, sementara di sisi lain untuk menjaga nilai-nilai dan tradisi lokal (MDPI 2015).

Fair trade merupakan gerakan sosial yang muncul sebagai respon terhadap kegagalan perdagangan liberal dalam mengatasi persoalan kemiskinan dan ketimpangan eknomi dunia. Pada initinya, fair trade bertujuan untuk menciptakan sistem perdagangan yang adil, khususnya bagi petani atau buruh miskin di negara selatan, dengan mendorong kesadaran terutama kepada konsumen di negara-negara maju tentang dampak-dampak negatif yang disebabkan oleh sistem perdagangan konvensional (UGM 2000).

Berbeda dengan perdagangan liberal, fair trade tidak mempercayai penentuan harga berdasarkan mekanisme pasar. Dalam setiap transaksi perdagangan yang memegang nilai fair trade, semua pihak harus diuntungkan, tidak ada satupun yang dirugikan, apalagi dengan sengaja dieksploitasi. Tidak seperti perdagangan konvensional, fair trade mampu memberikan jaminan kepada konsumern bahwa produk yang mereka konsumsi berasal dari produsen yang mendapatkan harga beli yang layak atas kmoditas yang diproduksinya. Hal ini dinilai telah berperan besar terhadap produsen kecil dari praktik perdagangan yang tidak adil. Nicholls (dalam UGM 2000) mengatakan bahwa market akses yang ditawarkan oleh fair trade telah memberikan kesempatan kepada produsen di negara-negara berkembang untuk keluar dari kemiskinan ekstrim.

Negara berkembang memiliki kontribusi besar dalam penyediaan sumber daya perikanan, sekitar 60% volume produk perikanan dunia berasal dari negara-negara berkembang (Llich-Cota 2014). Namun hingga saat ini, Indonesia yang pernah menduduki peringkat 4 dunia untuk produsen perikanan tangkap belum sepenuhnya memiliki sistem sertifikasi untuk pasar global (Asia-Pasific Fishery Comission 2014).

Tantangan berikutnya mulai 2018 retailer di Amerika dan Eropa hanya akan membeli produk perikanan yang diproduksi sesuai syarat keberlanjutan yang dibuktikan dengan sertifikasi salah satunya fair trade. Tanpa syarat tersebut, produk perikanan dari Indonesia beresiko kehilangan daya saing dan bernilai ekonomi rendah di pasaran dunia.

Sesuai dengan mandat tersebut, sistem fair trade USA hadir dan diimplementasikan di nelayan Dusun Supulesi. Sistem ini melibatkan antara lain PT Harta Samudera sebagai perusahaan industri ekspor yang menyerap hasil produksi nelayan setempat, Anova Food Amerika yang berperan sebagai pengimpor ikan sekaligus pemegang sertifikasi fair trade USA, kemudian satu orang supplier tetap selaku kordinator yang menjembatani pembelian ikan dari nelayan Dusun Supulesi dengan perusahaan Harta Samudera, serta pendampingan teknis dari Lembaga Sosial Masyarakat MDPI terhadap nelayan untuk memonitori proses kegiatan perikanan baik sebelum maupun sesudah penangkapan berdasarkan aturan fair trade USA sehingga produk hasil tangkapan nelayan diharapkan mampu bersaing dan layak dikatakan sebagai komoditi ekspor.

(17)

3 Seiring berjalannya waktu, banyak respon positif dari nelayan terhadap sistem fair trade USA ini. Namun demikian sebagai sebuah pilot project pada program ini masih memungkinkan ditemui beberapa kendala antara lain proses adaptasi pola perilaku nelayan pada saat bermusyawarah dalam setiap pengambilan keputusan yang masih menjadi keluhan bagi nelayan, serta belum adanya deskripsi secara ilmiah yang menerangkan bahwa praktek penangkapan dari sistem ini sudah sesuai dengan hakikat fair trade baik dari segi metode maupun lokasi yang legal. Disamping hal tersebut, tingkat kebermanfaatan fair trade USA terhadap nelayan Supulesi yang belum diketahui penjelasannya secara ilmiah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendalami studi kasus upaya penerapan sistem fair trade USA terhadap nelayan handline Dusun Supulesi kaitannya dalam rangka pembangunan perikanan berkelanjutan.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi dasar terhadap latar belakang penelitian sebagaimana disebutkan di atas, antara lain :

1. Apakah penerapan sistem fair trade USA terhadap sektor perikanan di Dusun Supulesi dapat meningkatkan tingkat perekonomian nelayan setempat?

2. Apakah sistem fair trade USA yang dijalankan oleh pihak terkait saat ini sudah memenuhi standar operasional dan kriteria fair trade itu sendiri? Bagaimana pelaksanaan dan rekomendasi perbaikannya dalam rangka pembangunan perikanan berkelanjutan?

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan sistem perikanan fair trade yang diterapkan di kelompok nelayan Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah

2. Menganalisis kesesuaian konsep fair trade USA di Dusun Supulesi terhadap konsep pembangunan perikanan berkelanjutan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan mengenai implementasi sistem fair tade USA yang sedang berjalan di sektor perikanan Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah. 2. Memberikan rekomendasi perbaikan kepada pihak terkait yakni pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat dalam menjalankan dan mengkawal sistem fair trade USA yang tengah berlangsung.

3. Menjadi salah satu sumber informasi bagi nelayan, pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat terkait informasi perkembangan perikanan di Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah.

(18)

4

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November2015 hingga Desember 2015 bertempat di Dusun Supulesi, Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, Ambon, Maluku.

Gambar 1. Lokasi penelitian: Supulesi, Kecamatan Tehoru, Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku

Alat dan Bahan

Secara keseluruhan alat dan bahan penelitian ini dapat dilihat pada tabulasi Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan penelitian

Nama Alat Kegunaan

Laptop Media dalam penulisan dan penyusunan Propoposal

hingga Skripsi Penelitian

Kuisioner Alat bantu untuk menunjang jenis data yang dibuthkan dalam proses pengumpulan data primer

Voice Recorder Alat bantu dalam proses pengumpulan data primer

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei terhadap pelaksanaan sistem sertifikasi fair trade USA pada perikanan tuna nelayan handline di Dusun Supulesi Kabupaten Maluku Tengah, dalam rangka perikanan berkelanjutan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

(19)

5 Pendekatan analisis melalui analisis kualitatif. Analisis ini digunakan karena peneliti ingin mencari makna di balik fenomena atau kenyataan yang ada di lapangan. Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik wawancara mendalam, snowball, observasi serta metode studi literatur.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini memiliki dua jenis sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara terkait pelaksanaan sertifikasi sistem fair trade USA. Data sekunder terdiri dari standar operasional pelaksaan sistem fair trade USA yang diperoleh melalui http://fairtradeusa.org, serta informasi umum wilayah setempat yang diperoleh melalui data statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Maluku Tengah dan laporan kependudukan dari Raja Dusun Supulesi. Selain itu, data sekunder pula melibatkan studi literatur terhadap keterikatan indikator pembangunan perikanan berkelanjutan dengan sistem sertifikasi fair trade USA melalui berbagai sumber penelitian terdahulu.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat survei yang sekaligus dilanjutkan dengan perolehan data primer, dapat diketahui bahwa populasi dalam penelitian ini antara lain pihak-pihak utama yang tergabung dalam sistem sertifikasi fair trade USA yakni MDPI, ketua komite yang berperan sebagai supplier atau tengkulak dan pengurus kelompok sekaligus anggota kelompok nelayan fair trade, serta pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah, khususnya Dusun Supulesi.

Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tengah khususnya Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah dalam hal ini dilibatkan sebagai informan untuk menggali informasi keterlibatan pihak pemerintah terhadap pelaksanaan sistem sertifikasi fair trade USA yang tengah berlangsung di Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah.

Pemegang sekaligus penanggung jawab sertifikat fair trade USA adalah Anova, sebuah perusahaan di Amerika yang bergerak pada komoditi perikanan dalam hal ini bekerja sama dengan CTP (Coral Triangle Processor). Pada prakteknya di lapangan, PT.Anova dibantu oleh Lembaga MDPI (Masyarakat dan Perikanan Indonesia) dalam memonitori jalannya operasional sistem perikanan fair trade USA pada kelompok nelayan Dusun Supulesi, oleh karena itu dengan mewawancarai kepala site supervisor MDPI wilayah Supulesi dianggap cukup mewakili bagian penanggung jawab sertifikasi fair trade USA.

Ketua komite yang sekaligus bertugas pula sebagai supplier (tengkulak) bertugas mengkoordinasi pasokan ikan dari nelayan untuk selanjutnya di olah oleh PT.Harta Samudera sebelum dilakukan ekspor ke Anova Amerika. Fungsi supplier dengan PT.Harta Samudera dalam hal ini adalah fungsi bisnis sedangkan fungsi supplier dengan Anova adalah fungsi informasi sistem fair trade. Ketua komite Pulau Seram dianggap memiliki pengalaman yang luas terkait profesi nelayan setempat juga selaku pihak yang melakukan kordinasi secara teknis antara anggota kelompok fair trade dengan pihak MDPI sebagai tim monitoring, oleh karena itu informasi yang didapat melalui supplier/ketua komite dianggap cukup mewakili gambaran teknis pelaksanaan fair trade berdasarkan sudut pandang lapangan.

(20)

6

Kelompok nelayan yang terdiri dari struktur organisasi ketua kelompok, sekretaris dan bendahara kelompok. Pengurus dan beberapa dari anggota nelayan fair trade pula menjadi bagian dari informan penelitian ini.

Berdasarkan penjelasan tersebut, digunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang bersifat tidak acak, yakni suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan tujuan atau masalah dalam penelitian sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam 2008).

Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur dan wawancara kuisioner. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data prier dan data sekunder. Data primer terdiri dari hasil wawancara kuisioner dan observasi peneliti saat berada di lokasi penelitian. Berikut tabulasi metode pengumpulan data primer disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Metode pengumpulan dan analisis data primer penelitian Data Sumber Data Cara

Pengumpulan Data

Cara Pengolahan Data

Konsep dan Standar Ketentuan Sertifikasi Fair Trade USA

Situs resmi

fairtradeUSA.org

Referensi dokumen Analisis deskriptif

Penerapan atau

implementasi sistem Fair Trade USA pada perikanan Tuna di Dusun Supulesi, Ambon, Maluku Tenggara LSM MDPI, komite kelompok nelayan air Trade USA, anggota nelayan Fair Trade USA

Survei dan

wawancara

Analisis deskriptif

Selain data primer, penelitian ini menggunakan data sekunder antara lain dokumen laporan hasil pelaksanaan sistem fair trade USA tahun 2015 dan dokumen data statistik perikanan wilayah Supulesi tahun 2014 yang didapatkan melalui data statistik wilayah Kabupaten Maluku Tengah tahun 2014, serta beberapa literatur terkait. Berikut tabulasi metode pengumpulan dan analisis data sekunder disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Metode pengumpulan dan analisis data sekunder penelitian Data Sumber Data Cara

Pengumpulan Data

Cara Pengolahan Data

Laporan hasil pelaksanaan sistem Fair Trade USA

MDPI, komite kelompok nelayan fair trade USA Referensi dokumen Analisis Deskriptif

Data Statistik kondisi perikanan Dusun Supulesi,

Dinas Kelautan dan Perikanan Referensi dokumen Analisis Deskriptif

(21)

7 Lanjutan Tabel 3. Metode pengumpulan dan analisis data sekunder penelitian

Data Sumber Data Cara

Pengumpulan Data

Cara Pengolahan Data

Data Statistik kondisi perikanan Dusun Supulesi,

Kabupaten Maluku Tengah, dan Kepala Dusun Supulesi Referensi dokumen Analisis Deskriptif Konsep perikanan berkelanjutan dalam

pelaksanaan sistem fair trade US di Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah :

 Ekonomi  Sosial  Lingkungan Studi literatur mendalam melalui penelitian pendahulu terkait gerakan fair trade Referensi dokumen Analisis Deskriptif Analisis Data

Data mengenai kondisi perikanan di Dusun Supulesi didapatkan berdasarkan hasil wawancara kuisioner dan studi literatur. Data yang dikumpulkan antara lain kondisi umum wilayah Dusun Supulesi, hasil tangkapan utama, armada penangkapan dan metode operasional penangkapannya, serta pencarian daerah penangkapan dan penanganan ikan diatas kapal. Selanjutnya data tersebut dianalasis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Penjelasan mengenai kondisi umum perikanan di Dusun Supulesi diikuti dengan penjelasan mengenai kriteria fair trade USA secara umum pada tahap entry (penerapan awal masuk).

Setelah menjelaskan tentang perikanan di Dusun Supulesi dan standar fair trade USA, dilakukan analisis data terhadap pelaksanaan sistem sertifikasi fair trade USA di Dusun Supulesi, yakni melalui identifikasi kesesuaian pelaksanaan sisten fair trade USA (sistem aturan, sistem sanksi, sistem monitoring dan evaluasi, serta sistem dana premium) terhadap konsep perikanan berkelanjutan. Analisis data disajikan ke dalam bentuk tabel konsep perikanan berkelanjutan pada Tabel 4. Tabel 4. Konsep perikanan berkelanjutan

No Aspek Indikator Indikator kesuksesan

1 Ekologi  Ukuran hasil tangkapan

 Jumlah tangkapan

 Penelitian stok dan biodiversitas

 Tidak mengecil

 Tidak berkurang

 Dilakukan berkala 2 Ekonomi  Pendaaptan pekerja (nelayan

dan supplier) terhadap UMR

 Kontribusi perikanan fair trade USA terhadap pendapatan masyarakat Dusun Supulesi

 Di atas rata-rata

(22)

8

Lanjutan 4. Konsep perikanan berkelanjutan

No Aspek Indikator Indikator kesuksesan

3 Sosial  Frekuensi konflik

 Keterlibatan nelayan dalam pengambilan keputusan - Perencanaan - Pelaksanaan - Pengawasan  Jumlah nelayan anggota fair trade

 Sedikit/Tidak ada - Aktif terlibat - Aktif mengelola - Aktif terlibat  Pembatasan/pengaturan perwilayah

Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan agar kegiatan perikanan dapat dikatakan berkelanjutan. Menurut Munasinghe (2002), terdapat tiga aspek utama yang perlu diperhatikan, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Dalam konsep perikanan berkelanjutan, aspek ekonomi bertujuan melihat pengembangan sumberdaya manusia, khususnya peningkatan konsumsi barang dan jasa. Aspek sosial bertujuan untuk meningkatkan hubungan antar manusia, pencapaian aspirasi, individu, dan kelompok, serta penguatan nilai serta institusi. Sedangkan aspek lingkungan difokuskan pada integritas perlindungan lingkungan.

Hasil pengamatan di lapangan diidentifikasi berdasarkan kriteria dari ketiga aspek tersebut. Hasil identifikasi tersebut dapat dijadikan sumber informasi terkait keadaan sistem fair trade yang tengah berlangsung. Adapun beberapa kekurangan dan rekomendasi perbaikkannya dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai acuan rekomendasi oleh pihak terkait baik pemerintah maupun LSM agar pelaksanaan sistem fair trade USA di Dusun Supulesi dapat lebih memenuhi konsep perikanan berkelanjutan. Selain itu, dapat juga dijadikan sebagai rekomendasi untuk menyempurnakan sistem fair trade USA pada sektor perikanan di wilayah dan komite lainnya.

Mengacu pada Tabel 4 mengenai konsep perikanan berkelanjtuan, 10 prinsip fair trade dunia menurut WFTO selanjutnya disajikan pada Tabel 5, yang juga menempatkan tiga aspek pokok, yakni aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan secara seimbang. Prinsip fair trade dalam Tabel 5 selanjutnya digunakan sebagai komparasi secara deskriptif dalam pembahasan fair trade USA yang sedang berjalan. Tahap ini digunakan sebagai proses untuk menganalisis secara deskriptif kualitatif terkait praktek fair trade USA apa saja yang belum terpenuhi pada masing-masing aspek pembangunan perikanan.

Tabel 5. Konsep fair trade pada pembangunan perikanan berkelanjutan Ekonomi

(premium fee, bisnis, dan pengembangan

Sosial

(sistem demokratis, hak-hak pekerja, transparansi)

Ekologi

(perlindungan lingkungan)

 Transparansi dan

akuntabilitas

Menciptakan peluang bagi produsen kecil

Menghormati

keberlanjutan lingkungan

 Melakukan praktek

perdagangan (jual dan beli)

Memastikan tidak ada tenaga kerja anak dan tenaga kerja paksa

(23)

9 Lanjutan Tabel 5. Konsep fair trade pada pembangunan perikanan berkelanjutan

Ekonomi

(premium fee, bisnis, dan pengembangan

Sosial

(sistem demokratis, hak-hak pekerja, transparansi)

Ekologi

(perlindungan lingkungan) Pembayaran yang layak /

adil dalam transaksi perdagangan

Komitmen untuk tidak mendiskriminasi,

mengutamakan kesetaraan gender, dan kebebasan berasosiasi

Mempromosikan dan

mensosialisasikan fair trade

Memastikan kondisi kerja layak, dan

meningkatkan kapasitas nelayan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Dusun Supulesi berada di bagian selatan Pulau Seram, berhadapan langsung dengan perairan Laut Banda yakni pada WPP 714. Hal ini memberikan peluang lebih besar bagi para Nelayan Dusun Supulesi untuk memperoleh hasil tangkapan utama berupa tuna sirip kuning (Thunnus albacares) maupun tuna mata besar (Thunnus obesus). Perairan Laut Banda merupakan perairan yang subur yang disebabkan oleh adanya penambahan makanan/zat hara (nutrient) dari darat ke laut dan terjadinya proses upwelling di beberapa tempat. Kondisi seperti ini diduga merupakan daerah asuhan untuk jenis-jenis ikan tuna dan cakalang dan juga akan memegang peranan penting sebagai basis penambahan stok baru ke perairan sekitarnya. Dengan kondisi perairan tersebut, pemanfaatan sumberdaya ikan dalam hal ini khususnya tuna sirip kuning merupakan lapangan usaha yang potensial dalam mendukung perekonomian daerah maupun devisa negara yang meliputi usaha penangkapan ikan tuna dengan alat tangkap handline (pancing ulur) dan tonda.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama Raja (Kepala Desa) Dusun Supulesi, dapat diketahui bahwa sektor perikanan sangat dominan dalam memberikan kontribusi perekonomian di Dusun Supulesi. Hal tersebut dikarenakan sekain dari lokasi Dusun Supulesi yang berada di wilayah pesisir, didukung pula dengan keahlian masyarakat setempat yang telah turun-temurun berprofesi sebagai nelayan, meskipun demikian perikanan di Dusun Supulesi merupakan perikanan skala kecil. Sektor kedua setelah perikanan yang berperan aktif dalam pertumbuhan ekonomi adalah pertanian.

Fair Trade USA

Ada beberapa badan sertifikasi perdagangan adil yang diakui secara internasional seperti Fair trade International (dulu bernama FLO, Fair trade Labelling Organizations International), IMO, dan Eco-Sosial. Selain itu, Fair trade

(24)

10

USA, sebelumnya berbadan lisensi milik Fair trade International, namun FT USA keluar dari sistem tersebut dan menerapkan skema label perdagangan adilnya sendiri (FLO 2014). Hal ini menjadi awal mula perbedaan fair trade USA dengan label sertifikasi lain.

Berbeda dengan sertifikasi fair trade lainnya, menurut penuturan Spaull, Direktur Divisi Inovasi FT USA, bahwa fair trade USA fokus pada pemberdayaan nelayan untuk meningkatkan kapasitas dan haknya terhadap berbagai situasi kesalah lingkungan pada aspek sosial. Kaitannya adalah dengan perbudakan di laut, dimana ABK dari suatu negara diberi penawan upah yang lebih tinggi dengan syarat mampu bekerja penuh di atas kapal (tidak di darat). Dimana sebaliknya, para ABK ini secara tidak langsung akan bekerja pada sebuah IUU sistem, serta tidak jarang diantara mereka mendapatkan pemukulan di atas kapal dari tangan kru bersenjata (Boynton 2015).

Di samping itu, banyak dari nelayan skala kecil masih belum memiliki akses untuk peralatan maupun siste keselamatan kerja, penggunaan alat tangkap ramah lingkungan, dan sebagainya yang dibutuhkan dalam operasional penangkapan ikan. Fokus pengembangan sistem FT USA dalam hal ini mengutamakan skema perdagangan adil, dan kemanusiaan, meskipun demikian belum maksimal dalam pembahasan sistem keberlanjutan lingkungan jangka panjang.

Dalam pelaksanaannya, fair trade USA menuai banyak respon positif dari nelayan-nelayan skala kecil. Seiring berjalannya waktu, jumlah nelayan terus bertambah, namun demikian sistem ini belum memberikan pengaturan pembatasan upaya untuk menjaga effort yang berlebih sebagai upaya menghindari resiko over fishing. Salah satunya upaya yang diharapkan adalah adanya pengaturan jumlah nelayan dari masing-masing wilayah maupun kelompok berdasarkan peraturan atau kriteria tertentu.

Kriteria maupun standar perikanan tangkap dalam ketentuan sistem sertifikasi fair trade USA disusun menggunakan pendekatan perbaikan secara bertahap dari periode ke periode. Dengan kata lain, akan ditemui perbedaan antara kriteria untuk masuk (entry) dan kriteria untuk kemajuan.

Kriteria untuk sistem sertifikasi fair trade USA dapat masuk (entry) diatur dalam ketentuan Tahun 0. Berdasarkan hasil kesepakatan antara MDPI (lembaga pendamping) dan SCS Global (badan sertifikasi independen). Kriteria-kriteria tersebut meliputi enam poin sebagai berikut (MDPI 2016) :

1. Kondisi Struktur, meliputi : formasi asosiasi perikanan, dan asosiasi Komite fair trade USA.

2. Pemberdayaan dan pengembangan kelompok: penilaian kebutuhan, yang dilakukan oleh CTP (pemegang sertifikat yang juga bekerja sama dengan Anova Food sebagai importer) pada setiap kelompok nelayan: rencana pengembangan dan premium – berdasarkan perkiraan hasil tangkap masing-masing kelompok yang membuat rencana penggunaan dana tersebut, sehingga setiap nelayan diperlukan memiliki pemahaman mengenai dana premi.

3. Hak asasi manusia: pemilihan ketua dan jajarannya dalam struktur organisasi pada setiap kelompok dan komite dilakukan dengan cara musyawarah demokratis (pemilihan terbuka), dimana semua anggota memilih dan dipilih, selain dari pada itu tidak ada diskriminasi dan pelecehan dalam kelompok atau komite, tidak ada pekerja di bawah umur berdasarkan batas usia pekerja menurut peraturan nasional, serta tidak ada kerja paksa maupun perdagangan manusia.

(25)

11 4. Upah, kondisi tempat kerja, dan akses untuk pelayanan: nelayan dipastikan menerima pelatihan keselamatan kerja di laut dan pelatihan pertolongan pertama yang diselenggarakan oleh pemegang sertifikat (CTP dan Anoca Food), bekerja sama dengan Badan Sar Nasional (BASARNAS), selain dari pada itu pengolah (PT Harta Samudera) memastikan bahwa setiap karyawan (termasuk nelayan) memiliki kontrak, dibayar tepat waktu sesuai dengan peraturan setempat (gaji berdasarkan upah minimum regional, serta perhitungan lembur dan asuransi). 5. Menejemen sumberdaya: setiap nelayan fair trade mendapatkan pelatihan

tentang Endangered, Threatened and Protected (ETP) Species (spesies binatang terancam punah, khususnya yang berasal dari laut), sehingga nelayan diharapkan mampu memahami bahwa mereka harus turut serta melindungi laut, tempat dimana mereka mengandalkan mata pencaharian sehari-hari. Perlindungan ini dibuktikan dengan cara teknik penangkapan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk menjaga ekosistem (dalam hal ini mengunakan alat tangkap handline). Selain dari pada itu nelayan juga aktif dalam pengumpulan data hasil tangkapannya.

6. Persyaratan transaksi perdagangan: terdapat kesepakatan antar pihak rantai pasok dalam memastikan ketelusuran dan transparansi.

Kriteria mengenai kelayakan sistem perikanan setempat untuk dapat lolos sertifikasi fair trade USA difokuskan pada tahun nol, selanjutnya kriteria kemajuan dipenuhi setelah audit tahun pertama, ketiga, atau ke enam sesuai perincian dalam kriteria dalam pemenuhan sertifikasi fair trade USA.

Kriteria mengenai kemajuan dalam hal ini merupakan upaya pengembangan secara berkelanjutan yang terus dilakukan untuk meningkatkan pemberdayaan sosial ekonomi serta praktek-praktek unggulan dalam perlindungan lingkungan.

Sejumlah ketentuan tahun 1 tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya pada saat periode tahun 0 atau hingga pada pada saat pertama kali premium digunakan. Dalam kasus-kasus ini, masing-masing ketentuan pada setiap periode harus dipenuhi sesegera mungkin berdasarkan periodenya. Saat audit tahun 0, auditor akan menentukan apakah perikanan setempat siap atau tidak untuk memenuhi ketentuan-ketentuan yang akan diberlakukan pada tahun tersebut. Selanjutnya pada tahun 1 auditor bisa meminta bukti awal untuk mendukung kriteria / standar penuh berikutnya untuk memastikan kriteria sebelumnya telah dipenuhi.

Pelaksanaan Fair Trade USA di Dusun Supulesi

Kegiatan fair trade USA yakni melakukan transaksi audit dan sertifikasi antar perusahaan-perusahaan Amerika dan para pemasok internasionalnya untuk menjamin bahwa nelayan dan pekerja yang memproduksi produk-produk fair trade telah dibayar dengan harga dan upah yang adil, kondisi kerja yang aman, serta melindungi lingkungan dan mendapat dana pengembangan kelompok untuk memberdayakan dan meningkatkan masyarakatnya. Fair Trade USA mendidik konsumen, serta membawa para pelaku industri baru dan pengecer ke dalam sistem fair trade, dan menyediakan nelayan dengan peralatan, pelatihan dan sumberdaya untuk mengembangkan kemampuan mereka sebagai pebisnis internasional (FT USA 2016).

(26)

12

Awal proses masuknya sistem sertifikasi fair trade USA ke wilayah Dusun Supulesi dimulai dari kordinasi antara Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia dengan PT Harta Samudera selaku perusahaan yang sebelumnya telah melakukan praktik bisnis perikanan, yakni sebagai perusahaan penyerap hasil perikanan wilayah Kabupaten Maluku Tengah melalui supplier (tengkulak) setempat, Dusun Supulesi merupakan salah satu pemasoknya.

Proses selanjutnya adalah dilakukan assesment kesepakatan antara Harta Samudera, MDPI dan supplier yang dilanjutkan dengan pembentukan kelompok-kelompok nelayan yang akan tergabung dalam program sertifikasi fair trade USA. Pembentukan kelompok nelayan dibagi berdasarkan wilayah pendaratan ikan. Kelompok-kelompok nelayan tersebut berada dibawah kordinator ketua Komite (supplier). Kemudian masing-masing kelompok wajib memiliki struktur organisasi secara umum antara lain ketua kelompok, sekretaris kelompok, bendahara kelompok dan anggota kelompok. Berikut alur koordinasi pelaksanaan sistem fair trade di Dusun Supulesi lebih lanjut disajikan pada Gambar 2.

Yes koordinasi invoice premi koordinasi No pencairan premi monitoring/evaluasi monitoring / evaluasi

Gambar 2. Alur kordinasi dalam sistem Fair Trade USA

Dalam skema perdagangan ini terdapat dua rantai yang tengah berjalan. Rantai pertama adalah rantai bisnis antara PT Harta Samudera dan Anova Food Amerika. Rantai kedua yakni, sertifikasi diantara keduanya yang melibatkan SCS Global sebagai badan audit independen dan Coral Triangle Processor sebagai mitra kerjasama Anova Food Amerika yang bertugas pada bagian premium fee terhadap nelayan. Seluruh rantai sertifikasi tersebut dibantu oleh koordinasi lembaga MDPI dalam memantau kinerja agar dapat lolos dan mempertahankan sertifikasi fair trade USA di kemudian hari. Cakupan koordinasi yang dilakukan oleh MDPI mulai dari tahap prosedur penangkapan ikan oleh anggota kelompok nelayan fair trade USA, hingga pada tahap audit sertifikasi dan pencairan serta pemanfaatan dana premium oleh kelompok nelayan tersebut.

Anova Food Anova Food CTP PT Harta Samudera Komite Buru Komite Asilulu Komite Seram

Kel Yaholu Kel Supulesi Kel Tehoru Kelompok Y

Kelompok X

Ketua, Sekretaris, Bendahara, Anggota SCS

(27)

13 Anggota yang bergabung dalam sistem sertifikasi fair trade USA merupakan nelayan perorangan yang mendaftarkan diri secara sukarela melalui kordinasi Ketua Komite. Setelah mendaftarkan diri mereka diberikan pendampingan oleh Lembaga MDPI mengenai peraturan program serifikasi fair trade USA baik persiapan sebelum lolos sertifikasi fair trade USA maupun pengelolaan dan pengembangan pasca lolos sertifikasi fair trade. Anggota nelayan tersebut akan masuk ke dalam database keanggotaan pekerja produk perikanan fair trade USA di Dusun Supulesi dengan tanda bukti kartu nelayan. Hingga saat ini jumlah anggota yang terdaftar sebanyak 24 orang untuk wilayah Dusun Supulesi.

Program dari sistem sertifikasi fair trade USA di Dusun Supulesi telah melewati tahun nol yang berjalan sejak bulan Agustus 2015 dan tengah memasuki tahun ke satu ditandai dengan lolosnya komoditi perikanan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) sebagai produk fair trade USA pada proses audit sertifikasi pertama bulan Desember 2015 dengan jumlah ekspor berkisar antara 15.000 – 20.000 ton menembus pasar Amerika (MDPI 2015).

Sistem aturan

Secara menyeluruh, standar yang digunakan dalam skema sertifikasi ini mempertimbangkan hubungan antara lain pemangku kepentingan, lingkungan, dampak kegiatan perikanan pada lingkungan, metode penangkapan ikan, pencatatan hasil tangkapan ikan, ketelusuran, pabrik dan pekerjanya, standar sosial, keselamatan di tempat kerja, dan sebagainya. Secara teknis, peraturan fair trade USA melalui MDPI lainnya dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Aturan pelaksaan sistem fair trade USA di Dusun Supulesi

No Aturan

1 Kelompok, Nelayan, alat tangkap, kapal, dan kepemilikian rumpon dari nelayan fair trade harus dilaporkan secara legal sesuai peraturan pemerintah setempat

2 Alat tangkap yang digunakan adalah alat tangkap skala kecil: handline 3 Penanganan ikan diatas kapal memenuhi standar higienitas fair trade USA:

pisau tidak berkarat, pengemasan langsung ke dalam plastik dalam bentuk loin, penyimpanan dalam ice box

4 Lokasi pendaratan memenuhi syarat higienitas standarisasi fair trade USA: pekerja menggunakan safety tools (sarung tangan, masker, sepatu boot, celemek), jumlah box dan es batu yang memadai, sarana transportasi yang mendukung guna menjaga kualitas ikan agar segera sampai pada tempat proses pengolahan

5 Pendapatan nelayan melalui transaksi penimbangan pada supplier. Besar pendapatan sesuai dengan jumlah hasil tangkapan yang dilakukan pada setiap transaksinya

6 Harga ikan ditentukan oleh harga pasar ekspor yellow fin tuna Indonesia di Amerika melalui PT Harta Samudera dan ketua komite/supplier

7 Supplier mengisi buku catatan jumlah produksi setiap harinya pada masing-masing landing port kelompok nelayan. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan data pada program keberlanjutan yang terkandung dalam skema fair trade USA

(28)

14

Lanjutan Tabel 6. Aturan pelaksaan sistem fair trade USA di Dusun Supulesi

No Aturan

8 Nelayan turut serta pada pertemuan-pertemuan kelompok, baik monitoring maupun evaluasi, selama dalam proses pengembangan

9 Proses pencairan dana premium dilakukan oleh MDPI kepada nelayan melalui persetujuan ketua komite. Indikator yang terkandung antara lain pemanfaatan dana harus berlandaskan kepentingan masyarakat dan kebutuhan pengembangan kelompok

Peraturan selama sistem produksi terutama difokuskan pada kepentingan pemberdayaan nelayan dan transaksi perdagangan yang adil. Sistem fair trade USA berusaha untuk selaras dan mengacu pada peraturan regional. Dalam hal ini MDPI bekerjasama dengan Kementrian Kelautan Perikanan Republik Indonesia dalam memerangi IUU fishing dan meningkatkan pengelolaan perikanan. Jika peraturan internasional, nasional atau setempat lebih ketat dari Standar sistem sertifikasi fair trade USA, maka kepatuhan terhadap peraturan tersebut yang lebih diutamakan. Tugas dan peran dari masing-masing segmen pada sistem fair trade USA dapat dilihat pada Gambar 3.

Harta Samudera menyiapkan dan mengemas ikan un- tuk diekspor ke berbagai Negara konsumen

NELAYAN

Nelayan handline me- PEMBELI

nangkap tuna dan meme- Pengecer dan pe- nuhi standar fair trade nyedia layanan makanan

membeli label dan men- jual produk bersertifikat

fair trade

DANA PREMIUM

KONSUMEN membuat keputu- san pembelian dengan membayar lebih untuk produk, dana premium diinvestasikan

NELAYAN kembali kepada pelayanan

Melaksanakan program peningkatan kapasitas dan

secara demokratis memutuskan bagaimana

dana premium diinvestasikan dalam program-program tersebut

Gambar 3. Aliran barang dan dampak pada pelaksanaan kegiatan serifikasi Fair Trade USA

Pada rantai bisnis, harga ikan untuk nelayan tidak ditentukan oleh PT Harta Samudera maupun supplier melainkan mengacu pada harga pasar yellow fin tuna Indonesia dalam bentuk beku di pasar Amerika. Harga jual tuna loin di pasaran

(29)

15 terus mengalami peningkatan, sesuai dengan grade mutunya. Grade dan harga tuna loin bisa saja berubah setelah produk tuna loin dari negara eksportir lain masuk di pasar yang sama. Pada saat yang bersamaan dapat pula terjadi penurunan atau kenaikan grade. Tentunya hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi harga jual tuna di pasar luar negeri (Bank Indonesia 2009). Seluruh sistem ini diaudit setiap tahun oleh badan penilai kesesuaian independen yaitu SCS Global (MDPI 2015).

Di sisi lain, masih dijumpai indikasi kurangnya transparansi penentuan harga ikan. Dinas Perikanan Kabupaten Halmahera Utara pada kegiatan 12th Indonesia Investment Week 2016, menuturkan bahwa harga yellow fin tuna untuk grade A sebesar Rp 40.000 per kg di pasar lokal. Sedangkan untuk pasar ekspor harganya berkisar pada range Rp 200.000 – Rp 300.000 per kg (Liputan6 2016).

Namun demikian, sejak awal mula penerapan sistem fair trade USA, harga ikan loin tuna untuk nelayan Dusun Supulesi berkisar pada Rp 40.000 per kg hingga saat ini mengalami peningkatan mencapai Rp 45.500 per kg.

Di sampan itu, nelayan Dusun Supulesi merasa diuntungkan dengan adanya peberian harga ikan yang tinggi oleh sistem fair trade USA jika dibandingkan dengan harga ikan sebelumnya saat sistem fair trade USA belum diterapkan. Namun demikian, mengacu pada peraturan yang telah ada bahwa fair trade USA mendukung perdagangan yang adil salah satunya melalui prinsip transparansi data, dalam hal ini sistem FT USA dituntut untuk memerhatikan kembali layanannya terhadap masyarakat nelayan dalam transparansi penentuan harga ikan, baik pada tingkat nelayan, pengolah, hingga konsumen. Hal ini merupakan upaya untuk menegakkan praktek perdagangan yang adil.

Sistem sanksi

Sejalan dengan adanya kesepakatan kerjasama sistem fair trade USA dengan pemerintah setempat melalui mitra MDPI, sanksi-sanksi terhadap pelanggaran operasional produksi mengacu pada peraturan regional setempat. Dengan demikian, pelanggaran terhadap praktek perikanan selama produksi loin ikan tuna sebagai produk fair trade USA salah satunya diatur pada pasal 85 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Ketentuan Pidana yang berbunyi orang yag dengan sengaja memiliki, menguasai, membawa, dan/atau alat bantu penangkapan ikan yng mengganggu dan merusak keberlanjutan sumberdaya ikan di kapal pennagkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia sebagimana dimaksud dalam pasa 9 dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 2.000.000.000 (dua milyar rupiah).

Adapun pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan ketentuan dari sistem sertifikasi fair trade USA di lapangan merupakan tanggungjawab dan peran serta dari monitoring dan evaluasi lembaga pendamping (Masyarakat dan Perikanan Indonesia). Sanksi dari pelanggaran-pelanggaran normatif pada segmen nelayan maupun supplier di sepakati secara bersama melalui musywarah kelompok dengan arahan MDPI sebagai fasilitator.

Sistem monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan maksud agar project dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik

(30)

16

bagi pengelola project di setiap tingakatan. Umpan balik ini memungkinkan pemimpin project mengambil tindakan korektif tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan (Departemen Monitoring dan Evaluasi IFAD 1990).

Monitoring dan evaluasi dalam menjalankan sistem sertifikasi fair trade dilakukan sepenuhnya oleh Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia. Dalam pelaksanaannya, sistem monitoring dan evaluasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu saat sebelum dan setelah proses audit sertifikasi fair trade USA. Berikut pelaksanaan monitoring dan evaluasi lebih lanjut disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem fair trade USA pada kelompok nelayan handline di Dusun Supulesi

Sebelum proses audit sertifikasi Setelah proses audit sertifikasi Pelaksana

Pengawasan

Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia

Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia

Dasar Hukum Standar Peraturan Fair Trade USA Standar Peraturan Fair Trade

USA

Tugas  Mengawasi pelaksanaan

penangkapan

 Memonitor hasil tangkapan dan prosesnya di setiap kelompok-kelompok nelayan

 Membimbing dan 0mengarahkan nelayan secara formal melalui rapat pertemuan maupun pertemuan informal selama praktek di lapangan

 Memastikan jumlah dana premium yang didapat oleh kelompok sesuai dengan ketentuan semestinya yakni 10% rata - rata harga ikan di tingkat

supplier per provinsi x jumlah

ikan yang diekspor

 Mengawasi pemanfaatan dari dana premium

Tugas  Memberikan pelatihan pada nelayan

 Memonitor dan menerima masukan maupun keluhan nelayan selama melakukan proses penangkapan dan terlibat dalam sistem fair trade untuk selanjutnya dikordinasikan kepada pihak MDPI sehingga dapat ditemukan solusi dan pemecahan masalah dikemudian hari.

Melaporkan pemanfaatan dana premium kepada SCS untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan audit sertifikasi fair trade

yang dilakukansecara berkala

Menjaga pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari pemanfaatan dana premium agar sesuai dengan tujuan yang disepakati secara bersama

Ketika sistem fair trade USA di Dusun Supulesi berjalan, terdapat beberapa permasalahan yang timbul dari keluhan nelayan, yaitu adanya agenda rapat pertemuan beberapa kali yang secara tidak langsung menghambat kegiatan operasional penangkapan, juga memengaruhi jam istirahat nelayan. Hal ini berhubungan dengan pola perilaku dan kehidupan nelayan sebelumnya. Di sisi lain sitem fair trade USA diharapkan mampu hadir sebagai media bagi nelayan untuk meningkatkan keahliannya dalam melakukan produksi sebagai pekerja lokal yang tetap dapat bersaing di pasar global. Situasi ini mendesak para nelayan dan sistem itu sendiri untuk dapat saling beradaptasi.

Sebagai suatu proses perubahan, adaptasi dapat berakhir dengan sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Oleh karenanya, adaptasi merupakan suatu interaksi yang berlangsung terus antara manusia dengan manusia, dan antra manusia dengan ekosistemnya (Chairawaty 2013).

Untuk mengatasi masalah ini, supplier berdiskusi dengan kordinator MDPI untuk Dusun Supulesi untuk dapat menetapkan jadwal pertemuan dan mengkomunikasikan hambatan-hambatan yang dirasakan oleh nelayan. Dengan

(31)

17 demikian, perlahan nelayan terbiasa untuk mengikuti agenda pertemuan dengan tanpa menganggu kegiatan operasional penangkapannya. Adapun kebijakan yang juga diputuskan secara musyawarah berdasarkan permasalahan yang timbul dari nelayan yang berhalangan hadir pada pertemuan, yakni dengan mewajibkan penyampaian informasi oleh anggota yang hadir, setiap satu orang anggota nelayan yang hadir pada pertemuan wajib menyampaikan informasi kepada tiga orang diluar pertemuan.

Permasalahan lain dari hasil pengamatan peneliti adalah minimnya peran serta pemerintah baik sebelum maupun sesudah adanya program sertifikasi fair trade USA untuk wilayah Dusun Supulesi.

Pada bulan April 2015, bantuan sarana dan prasarana bidang perikanan disalurkan oleh pemerintah (Bupati Maluku Tengah) kepada sejumlah kelompok nelayan melalui Pangkalan Pendaratan Ikan Masohi Kecamatan Amahai. Bantuan yang diberikan berupa 100 unit colbox, 2 unit rumpon laut dalam, 6 unit rumpon laut dangkal, 75 unit mesin tempel Yamaha 15 PK + bodi fiber 1,5 GT, 10 unit mesin tempel Yamaha 40 PK + body fiber 3 GT dan 3 unit keramba jaring apung (PIPP 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, beberapa bantuan terkait kebutuhan operasional penangkapan ikan tidak sampai pada nelayan sebagaimana tujuan diadakannya bantuan tersebut, antara lain beberapa bantuan kapal dan mesin motor tempel diterima oleh seseorang yang berprofesi bukan sebagai nelayan, sehingga beberapa dari bantuan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Selain daripada itu, hal ini memicu adanya praktik jual-beli barang bantuan pemerintah.

Berdasarkan hasil penelitian, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah menyampaikan, adapaun pemberian bantuan operasional untuk nelayan dilakukan secara berkala sesuai agenda dan anggaran yang berlaku.

Keterbatasan jumlah petugas pengawas perikanan dan akses pemerintah untuk menuju sampai ke desa-desa di wilayah Kabupaten Maluku Tengah juga menjadi faktor terjadinya salah sasaran dalam pemberian bantuan. Permasalahan-permasalahan yang timbul ini merupakan indikasi dari belum optimalnya data nelayan bagi pemerintah yang digunakan sebagai informasi dasar terkait program pemberian bantuan.

Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah dalam hal ini adalah dengan memanfaatkan Lembaga yang tengah bergerak mendampingi kelompok-kelompok masyarakat nelayan, dalam hal ini Masyarakat dan Perikanan Indonesia. Kordinasi dan komunikasi yang transparan antara Masyarakat dan Perikanan Indonesia dengan pihak pemerintah setempat pula sejalan dengan prosedur fair trade USA yang mengutamakan praktik sistem transparan dari seluruh unsur yang terlibat.

Dengan adanya peran lembaga dalam membantu memberikan kebutuhan nelayan diharapkan mampu meminimalisir terjadinya permasalahan serupa di kemudian hari.

Sistem dana premium

Dana ini ditujukan untuk meningkatkan pemasukan tambahan bagi kelompok nelayan melalui pembinaan hubungan bisnis dan masyarakat yang transparan antara kelompok nelayan dan Pemegang Sertifikat, dalam hal ini PT Anova Food Amerika.

(32)

18

Besarnya dana premium yang didapat oleh kelompok nelayan bergantung pada jumlah ekspor dari masing-masing kelompok. Presentase pemanfaatan dana premum ditentukan oleh FT USA yakni, 30% dari keseluruhan dana yang dimiliki tiap kelompok harus dialokasikan untuk program lingkugan di komunitasi nelayan atau masyarakat, 70% lainnya untuk program pembangunan bidang lainnya.

Pembayaran Dana Premium FT dilakukan setelah produk FT yang disertifikasi dikirim dalam container ke luar negeri. Dana Premium tidak akan masuk ke rekening pribadi nelayan melainkan dibayarkan langsung ke rekening Komite. Berikut alur proses pencairan dana premium digambarkan lebih lanjut pada Gambar 4.

Dilakukan perhitu- ngan dana premium

dana premium dikirimkan ke rekening Komite

Konsumen memilih untuk membeli produk tuna bersertifikat dimana dalam setiap pembelian konsumen berpartisipasi kepada masyarakat nelayan melalui dana premium yang diatur oleh FT USA

Gambar 4. Alur pencairan dana premium

Berdasarkan hasil penelitian, kelompok-kelompok yang berada dibawah naungan Komite Fair Trade Pulau Seram sepakat untuk melakukan pencairan dana Premium berdasarkan waktu per periode yakni setiap 6 bulan sekali. Perhitungan uang premium tersebut adalah 10% dari harga ex-vessel, artinya 10% dari harga pada saat ikan pertama kali mendarat (pembelian tangan pertama / landing site supplier).

Proses ekspor selama 6 bulan periode tersebut bisa terjadi beberapa kali ekspor sesuai keputusan pihak pengolah (PT Harta Samudera) yang mengacu pada jumlah stock produksi ikan yang didapat dari nelayan. Dalam prosesnya, data-data jumlah ikan dari setiap kelompok akan dicatat pula oleh MDPI untuk selanjutnya dilampirkan pada lembar tagihan / invoice atas nama Komite Seram kepada Coral Triangle Processor (bagian dari Anova yang menangani uang premium). Memasuki bulan ke-5, masing-masing kelompok nelayan didampingi oleh MDPI mengadakan pertemuan untuk menyusun rencana kegiatan yang selanjutnya akan diajukan pada saat pertemuan besar Komite. Pertama kali pencairan uang premium dibayarkan langsung oleh pihak CTP ke rekening Komite Seram sejumlah invoice yang telah ditagihkan oleh MDPI. Selanjutnya Dana Premium terebut akan dibagikan kepada kelompok nelayan dengan syarat setiap kelompok memiliki rencana penggunaan dana premium yang telah disepakati atau kuorom sebanyak lima puluh plus satu

Kelompok nelayan Supplier Pengolah I (PT Harta Samudra) Pengolah II (Anova Foof Amerika Konsu-men

(33)

19 pada saat pertemuan Komite (50% dari jumlah anggota komite ditambah 1 orang kehadiran pada saat pertemuan kesepakatan Komite dilaksanakan). Syarat selanjutnya adalah rencana-rencana kegiatan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah budget masing-masing kelompok, dimana setiap kelompok diperbolehkan mengadakan lebih dari satu rencana kegiatan.

Kelompok nelayan Dusun Supulesi sejauh ini telah menerima pencairan dana premium sebanyak satu kali diluar waktu observasi penelitian yang telah dilaksanakan yakni pada bulan februar. Dana ini telah digunakan oleh kelompok untuk membantu pembangunan masjid di sekitar lingkungan Dusun Supulesi, pengadaan P3K kelompok dan untuk pelatihan mengenali satwa-satwa liar dan dilindungi yang ditujukan kepada masyarakat khususnya anak-anak Dusun Supulesi.

Pelaksanaan Fair Trade USA dalam Perikanan Berkelanjutan di Dusun Supulesi

Sumberdaya ikan dapat diperbaharui, namun sumberdaya ikan mempunyai batas-batas tertentu. Apabila sumberdaya ikan dimanfaatakan tanpa batas serta melebihi batas optimal (MSY) maka dapat mengakibatkan kerusakan dan terancamnya kelestarian lingkungan (Tribawono 2002). Oleh karena itu, untuk menciptakan pemanfaatan yang berkelanjutan, maka diperlukan suatu kebijakan terpadu untuk mengelola sumberdaya ikan (Hamdan 2007).

Perairan banda dan sekitar termasuk dalam WPP 714 dimana laut Banda merupakan salah satu daerah penangkapan tuna yang potensial di Indonesia. Hasil penelitian Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) pada 2012 menunjukan madidihang dan tuna mata besar tertangkap pukat cincing (Widodo et al., 2015). Saat ini hasil tangkapan tuna yang berasal dari pukat cincin tidak dikehendaki pasar ekspor, mereka lebih memilih tuna hasil tangkapan pancing. Hal ini memberikan peluang besar bagi nelayan sekitar khususnya masyarakat pulau Seram untuk dapat mengeksploitasi sumberdaya perikanan tuna.

Upaya penangkapan terus-menerus akan sangat membahayakan karena akan menyebabkan eksploitasi berlebih. Sebagai sebuah sistem, fair trade USA diharapkan mampu memberikan perhatian untuk dapat mengkawal praktek perikanan berkelanjutan di lapangan. Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai pelaksanaan sistem sertifiikasi fair trade USA dalam konsep perikanan berkelanjutan.

Ekologi

Aspek ekologi memiliki tiga indikator, yaitu ukuran hasil tangkapan, jumlah tangkapan, dan penelitian stok dan biodiversitas. Aspek ini sangat penting untuk mengetahui tingkat eksploitasi (Setiawan 2014). Selain daripada itu aspek ini bertujuan untuk mengetahui apakah dilakukan upaya konservasi oleh pihak-pihak yang terlibat dalam sistem sertifikasi fair trade USA yang tengah berjalan di Dusun Supulesi.

Hasil tangkapan tuna di Laut Banda WPP 714 meliputi cakalang, madidihang, dan tuna mata besar. Nelayan handline dari Dusun Supulesi biasanya melakukan

(34)

20

operasional penangkapan dengan jarak tempuh 10 – 20 mil. Namun saat ini ukuran ikan Tuna Sirip Kuning pada lokasi penangkapan tersebut lebih kecil, sedangkan di sisi lain ukuran dan bobot daripada ikan tuna sirip kuning memengaruhi penentuan grade ikan itu sendiri. Menurut sumber buku panduan pengolahan hasil perikanan (2015) Ikan berukuran besar lebih mampu mempertahankan kesegarannya dibandingkan ikan yang berukuran lebih kecil. Dalam bobot yang sama, ikan besar memiliki luas permukaan tubuh relative lebih kecil dibandingkan dengan ikan yang ukuran kecil. Dengan demikian, pada ikan berukuran kecil, bidang kontak antar ikan dengan faktor penurunan kesegaran menjadi lebih besar. Hal ini terkadang memaksa nelayan untuk melanjutkan pencarian daerah penangkapan ikan hingga lepas Laut Banda untuk mendapatkan ikan Tuna Sirip Kuning yang lebih besar guna meningkatkan harga jual.

Indikasi adanya praktek penangkapan secara ilegal dari perikanan skala industri menjadi salah satu faktor berkurangnya stok ikan di daerah penangkapan ikan bagi nelayanhandline skala kecil.

Menurut Yusuf (2012), kondisi lingkungan dimana terdapat tekanan akibat penangkapan yang berlebih akan berdampak pada berkurangnya populasi ikan. Secara general, data jumlah produksi hasil perikanan tangkap Kabupaten Maluku Tengah sampai dengan tahun 2014 adalahsebanyak 130.538,4 ton. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2013 yakni sebanyak 128.182,2 ton (Statistik DKP Kabupaten Maluku Tengah 2014).

Adanya penurunan ukuran dan jumlah hasil tangkapan meskipun produksi perikanan terus meningkat disebabkan oleh jumlah alat tangkap yang juga terus mengalami peningkatan pada periode yang sama. Peningkatan upaya penangkapan ikan yang dilakukan menyebabkan jumlah hasil tangkapan menjadi semakin sulit. Sehingga dapat disimpulkan dalam hal ini bahwa penurunan hasil tangkapan yang dialami nelayan handline Dusun Supulesi disebabkan oleh meningkatnya persaingan dalam penangkapan ikan, baik persaingan penangkapan dengan alat tangkap sejenis maupun dengan alat tangkap yang berada pada pemanfaatan skala industri. Berdasarkan laporan tahunan statistik perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Maluku Tengah (2014) menyebutkan bahwa jumlah alat tangkap di Kabupaten Maluku Tengah sampai dengan tahun 2014 adalah sebanyak 25.383 unit. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang berjumlah sebanyak 25.195 unit.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan dan supplier jumlah dan ukuran hasil tangkapan menurun. Hal ini disebabkan upaya penangkapan yang dilakukan terus-menerus oleh armada skala industri menggunakan alat tangkap jaring dengan memanfaatkan rumpon sebagai alat bantu operasional penangkapan. Hasil obeservasi peneliti pula menunjukkan, masih ditemukan pemasangan rumpon di sekitar perairan pulau Seram hingga ke Laut Banda belum sesuai dengan peraturan pemasangan rumpon berdasarkan PERMEN-KP Nomor 26 Tahun 2014 tentang Rumpon. Lokasi pemasangan berada di bawah 10 mil dari garis pantai, serta jarak antar rumpon beberapa diantaranya masih di temukan pada kisaran jarak 3 hingga 5 mil. Selain daripada itu, hasil wawancara dengan beberapa pemilik rumpon dari armada kapal dengan alat tangkap jaring mengakui bahwa belum melakukan pelaporan izin pemasangan rumpon kepada pemerintah kabupaten maupun provinsi disebabkan akses dan birokrasi yang dirasa masih sulit.

(35)

21 Dalam hal ini, fair trade USA melalui Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia berupaya mampu berperan aktif dalam upaya penegasan praktek perikanan yang berkomitmen pada peraturan-peraturan regional setempat, sehingga nelayan-nelayan fair trade USA dapat menghasilkan produk dari operasional penangkapan yang legal dan terhindar dari praktek IUU fishing. Upaya ini salah satunya diwujudkan dalam pembuatan ringkasan mengenai aturan rumpon yang mengacu pada PERMEN-KP Nomor 26 Tahun 2014 tentang Rumpon. Ringkasan mengenai aturan rumpon ini masuk ke dalam dokumen persyaratan yang harus dipenuhi wajib oleh nelayan fair trade USA selama proses sistem fair trade USA berjalan. Ringkasan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.

Selain daripada itu, penelitan mengenai jumlah stok sumberdaya dan biodiversitas sangat penting untuk dilakukan dalam misi mewujudkan pengelolaan perikanan berkelanjutan. Data yang dikumpulkan nantinya sangat berguna untuk mencegah potensi tangkap lebih oleh nelayan. Hal ini disebabakan karena data tersebut dapat digunakan untuk melakukan perencanaan mengenai pembatasan jumlah hasil tangkapan (Setiawan 2014).

Dalam hal ini fair trade USA melalui Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia melakukan kerjasama dengan lembaga lainnya terkait pendataan melalui pengumpulan jenis data port sampling dan data ETP (data temuan hewan yang dilindungi selama operasional penangkapan). Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dalam pengembangan perikanan berkelanjutan sebagaimana disebutkan. Namun demikian, transparansi dan tenggat waktu pada proses pengumpulan data diharapkan mampu lebih ditingkatkan kembali sehingga aksi daripada upaya pelestarian dalam rangka perikanan berkelanjutan dapat terwujud sedini mungkin.

Ekonomi

Parameter ekonomi bertujuan untuk melihat apakah sistem sertifikasi fair trade USA berperan dalam membantu perekonomian pekerja yang terlibat di dalamnya, khususnya nelayan dan supplier (ketua komite). Pendapatan yang dihitung merupakan pendapatan kotor dari hasil transaksi pada operasional penangkapan ikan selama produksi loin yellow fin tuna.

Profesi nelayan merupakan mata pencaharian utama bagi nelayan Dusun Supulesi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, supplier atau tengkulak setempat juga merupakan seorang nelayan sebelum aktif di bidang perdagangan. Hasil dari tangkapan nelayan setempat dijual langsung kepada supplier tersebut, tidak ada ikatan atau prosedur tertentu atas hubungan ini, namun pada umumnya penjualan ikan dari nelayan berlandaskan sistem kepercayaan dan ketepatan waktu dalam menjemput ikan hasil tangkapan dan membayar transaksi tersebut.

Standar UMR di Provinsi Maluku pada tahun 2015 sebesar Rp 1.775.000 (www.gajiumrumk.com 2016). Penggunaan UMR sebagai standar adalah karena pada umumnya standar untuk menentukan tingkat kesejahteraan secara ekonomi adalah Upah Minimum Regional (UMR) (Setiawan 2014). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan pendapatan nelayan dari hasil perikanan tangkap pada saat sebelum adanya fair trade USA masih di bawah rata-rata UMR.

Berdasarkan hasil wawancara nelayan, sebelum sistem fair trade masuk umumnya mereka mendapatkan penghasilan Rp 500.000 – Rp 700.000/bulan dengan harga ikan tuna yang dijual berdasarkan jumlah perekor berkisar antara Rp

Gambar

Gambar  1.  Lokasi  penelitian:  Supulesi,  Kecamatan  Tehoru,  Pulau  Seram,  Kabupaten Maluku Tengah, Maluku
Tabel 4. Konsep perikanan berkelanjutan
Tabel 5. Konsep fair trade pada pembangunan perikanan berkelanjutan  Ekonomi
Gambar 2. Alur kordinasi dalam sistem Fair Trade USA
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penyayatan kulit batang bawah pada okulasi berupa jendela (segi empat) dengan cara mengerat kulit secara horisontal dan vertikal kemudian kulit dibuka kekanan atau kekiri, dapat

• Makelar adalah perantara dengan tugas menutup persetujuan jual dan beli atas perintah dan atas nama orang – orang (prinsipal) dengan siapa ia tidak mempunyai hubungan kerja

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa pemberian air rebusan kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) yang diinduksi asam klorida (HCl) 0,6 N memberikan

Menurut Ahmad Zainal Abidin(2015: 19) menjelaskan bahwa “Menghafal al-qur’an adalah suatu proses dalam rangka memelihara, melestarikan, dan menjaga kemurnian

Dalam Pemerintahan Desa ini apapun kegiatannya yang termasuk dalam kegiatan Pembangunan, penggunaan ADDnya, itu semua melalui Peraturan Desa yang telah disetujui oleh

Dalam Bab I pasal 1 angka 4 Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun 2003, yang dinamakan pemberian kerja adalah perorang- an, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya yang

Secara geografis Muara Tebo merupakan sebuah muara yang sangat dekat dengan pantai sehingga membuat kepiting bakau jenis Scylla serrata lebih banyak hidup dan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan (mahasiswa) dapat mengetahui pengaruh perlakuan suhu yang berbeda terhadap proses respirasi pada ikan...