Klasifikasi Citra Satelit Landsat TM
Penutupan Lahan Tahun 2001
Data penutupan lahan kota Medan diperoleh dari hasil klasifikasi citra satelit landsat TM 7 tahun 2001 dan landsat TM 7 tahun 2006. Adapun kombinasi band yang umum digunakan pada klasifikasi citra yaitu 543 (kombinasi band yang biasa digunakan di bidang Kehutanan) dimana berbagai kenampakan vegetasi baik alami maupun yang ditanam serta mempermudah pengenalan tipe-tipe penutup lahan dapat terlihat dengan jelas. Citra yang telah terkoreksi tersebut diklasifikasikan dengan menggunakan metode supervised classification. Kenampakan citra dalam penyajian data dipengaruhi oleh resolusi. Citra landsat TM mempunyai resolusi 30 m x 30 m, oleh karena itu obyek yang ukurannya lebih kecil dari 30 m tidak dapat dikenali.
Kenampakan citra diidentifikasikan berdasarkan ukuran, bentuk, tekstur, pola bayangan dan asosiasinya. Hasil klasifikasi citra diperoleh enam jenis sebaran tutupan lahan di kota Medan yaitu awan, badan air, industri, Ruang Terbuka Hijau (RTH), lapangan terbuka, dan pemukiman yang diinterpretasikan secara visual.
Citra satelit landsat TM 7 tahun 2001 diklasifikasikan untuk menghasilkan penutupan lahan kota Medan pada tahun 2001. Citra yang telah diklasifikasikan secara supervised classification kemudian diuji ketelitiannya dengan menggunakan metode maximum likelihood. Uji ketelitian tersebut dilakukan
untuk menghasilkan areal tutupan lahan yang akurat. Hasil akurasi dapat ditampilkan pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis akurasi tutupan lahan kota medan tahun 2001
Kelas Awan Badan
air Industri
Lapangan
terbuka Pemukiman RTH Total PA (%) Awan 16.886 0 23 0 17 16926 16.931 99,73 Badan air 0 4.223 0 0 0 0 4.955 85,23 Industri 37 18 4.624 21 559 5220 5.401 85,61 Lapangan terbuka 0 19 4 2.633 361 365 3.059 86,07 Pemukiman 3 23 47 104 10.582 10632 10.836 97,66 RTH 0 118 0 40 2 2 104.268 90,323 Total 9.976.3 67.718 9.543.7 06.742 9.842.48 6 9.410.293 9.184.967 104.108 7.570.551 705,54 UA (%) 94,63 KA (%) 94,40 OA (%) 91,16 PA (%) 90,66
Sumber : Hasil klasifikasi citra satelit landsat TM tahun 2001
Uji akurasi tutupan lahan kota Medan menunjukkan bahwa hasil klasifikasi citra satelit landsat TM tahun 2001 dapat terklasifikasi dengan baik. Hasil uji klasifikasi citra satelit dikatakan baik jika hasil uji contingency diatas 80%. Hasil perhitungan uji akurasi diperoleh tingkat akurasi keseluruhan (overall accuracy) sebesar 91,16 %, rata User’s accuracy (UA) sebesar 94,63%, rata-rata producer’s accuracy sebesar 90,66%, dan untuk Kappa accuracy sebesar 94,40 %. Hasil uji akurasi ini diketahui bahwa citra terklasifikasi dengan baik sehingga dapat diperoleh peta tutupan lahan kota Medan tahun 2001. Hasil klasifikasi citra satelit menunjukkan enam tutupan lahan di kota Medan yaitu awan, badan air, industri, lapangan terbuka, pemukiman dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Hal ini dapat ditampilkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Tutupan Lahan Kota Medan Tahun 2001
Peta tutupan lahan kota Medan menunjukkan areal penggunaan lahan di kota Medan dengan luasan yang berbeda. Luas penutupan lahan kota Medan disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Tipe tutupan lahan kota medan tahun 2001
Tutupan Lahan Luas (ha) Persentase (%)
Awan 797,51 2,99 Badan air 915,27 3,42 Industri 630,32 2,36 Lapangan terbuka 3.829,13 14,35 Pemukiman 9.183,59 34,38 RTH 11.354,53 42,51 Total 26.710,3 100
Sumber : Hasil klasifikasi citra satelit landsat TM tahun 2001
Luas tutupan lahan yang paling sedikit adalah industri dengan luas sebesar 630,32 Ha atau 2,36% dan tutupan lahan yang paling besar adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) yaitu sebesar 11.354,53 Ha atau 42,51%. Citra yang diklasifikasi merupakan citra yang memiliki luasan RTH yang besar, sehingga tutupan lahan yang paling luas pada tahun 2001 adalah RTH. Pemukiman adalah tutupan lahan terbesar kedua yaitu seluas 9.183,59 Ha. Tutupan lahan non vegetasi dibagi menjadi tiga yaitu lapangan terbuka seluas 3.829,13 Ha (14,35%), badan air seluas 915,27 Ha (3,42%) dan awan.
Peta tutupan lahan menunjukkan bahwa citra satelit landsat TM tahun 2001 memiliki awan yang banyak. Awan tersebut menutupi sebagian kecamatan di kota medan, khususnya Medan Selayang. Penyebaran penggunaan lahan kota medan di seluruh kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penyebaran penggunaan lahan tahun 2001 di kecamatan kota medan Klasifikasi Awan Badan air Industri Lapangan terbuka Pemukiman RTH Total (Ha) Medan Amplas 0,147 2,259 19,953 263,045 513,198 728,262 1.526,864 Medan Area 0,021 - 8,928 45,386 763,956 18,194 836,485 Medan Barat 0,307 5,271 24,468 148,756 451,758 144,649 775,209 Medan Baru 0,114 - 3,151 56,788 596,62 24,188 680,861 Medan Belawan - 111,534 180,578 23,205 84,954 88,659 488,93 Medan Deli - 25,969 128,366 807,891 445,17 1.750,254 3.157,65 Medan Denai 0,419 0,992 13,509 118,932 700,787 273,081 1.107,72 Medan Helvetia - 6,448 5,034 335,902 23,483 428,03 798,897 Medan Johor 12,339 1,523 5,991 59,784 744,057 632,254 1.455,948 Medan Kota 0,447 - - 3,789 737,55 28,016 769,802 Medan Labuhan - 445,044 145,521 208,652 218,917 2807,043 3.825,177 Medan Maimun 0,416 - 2,019 3,401 455,117 21,645 482,598 Medan Marelan - 282,918 33,029 45,701 59,729 1.593,904 2.015,281 Medan Perjuangan 0,989 3,787 8,207 220,951 682,214 166,555 1.082,703 Medan Petisah 0,556 1,237 4,605 113,394 206,945 50,136 376,873 Medan Polonia 8,281 - 2,901 0,532 610,561 9,688 631,963 Medan Selayang 19,192 0,566 - 162,819 545,644 232,207 960,428 Medan Sunggal 1,037 5,162 16,031 448,254 543,636 325,784 1.339,904 Medan Tembung 4,42 0,588 1,927 49,179 253,264 756,278 1.065,656 Medan Timur 0,11 6,438 42,603 489,279 770,838 219,98 1.529,248 Medan Tuntungan 9,966 15,538 - 242,244 375,2 1.176 1.818,666 Total 58,761 915,274 646,821 3.847,884 9.783,598 11.474,525 26.710,3
Sumber : Hasil klasifikasi citra satelit landsat TM tahun 2001
Berdasarkan peta tutupan lahan kota Medan, lapangan terbuka, pemukiman dan RTH tersebar merata di 21 kecamatan yang ada di kota Medan. RTH pada peta tersebut terdiri dari tiga bentuk yaitu hutan kota, lahan hijau dan mangrove sedangkan pemukiman terdiri dari gedung, pertokoan, dan perumahan.
Penutupan Lahan Tahun 2006
Citra satelit landsat TM 7 tahun 2006 diklasifikasikan untuk menghasilkan penutupan lahan kota Medan pada tahun 2006. Sama halnya dengan penutupan lahan tahun 2001, klasifikasi citra tahun 2006 juga memiliki enam penutupan lahan yaitu awan, badan air, industri, lapangan terbuka, pemukiman dan RTH. Hal ini dapat ditampilkan pada Gambar 4. Uji keakurasian tersebut dilakukan untuk
menghasilkan areal tutupan lahan yang akurat. Hasil akurasi dapat ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil analisis akurasi tutupan lahan kota medan tahun 2006
Kelas Awan Badan air RTH Lahan
terbuka Pemukiman Industri Total Awan 1691 0 0 0 0 0 1691 Badan air 0 6168 17 2 0 0 6252 RTH 0 45 2249 0 41 0 2294 Lahan terbuka 24 0 263 3 0 302 Pemukiman 0 18 0 5 278 2 303 Industri 1 14 0 0 0 98 120 Total 1692 6425 2266 270 292 100 12931 PA 100 98,66 94,81 87,09 91,75 81,67 840,75 UA 99,94 96 97,96 97,41 95,21 98 876,56 PA (%) 93,42 UA (%) 97,40 OA (%) 97,73 KA (%) 96,76
Sumber : Hasil klasifikasi citra satelit landsat TM tahun 2006
Uji akurasi tutupan lahan kota Medan menunjukkan bahwa hasil klasifikasi citra satelit landsat TM tahun 2006 dapat terklasifikasi dengan baik. Hasil perhitungan uji akurasi diperoleh tingkat akurasi keseluruhan (overall accuracy) sebesar 97,73%, rata User’s accuracy (UA) sebesar 97,40%, rata-rata producer’s accuracy sebesar 93,42%, dan untuk Kappa accuracy sebesar 96,76%. Hasil uji akurasi ini diketahui bahwa citra terklasifikasi dengan baik sehingga dapat diperoleh peta tutupan lahan kota Medan tahun 2006.
Gambar 4. Peta Tutupan Lahan Kota Medan Tahun 2006
Peta tutupan lahan menunjukkan bahwa keberadaan mangrove hanya ada di sebelah utara kota Medan, yaitu kawasan yang dekat dengan pesisir pantai seperti kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan, dan Medan Deli. Hutan
mangrove di kecamatan Medan Belawan ditetapkan sebagai hutan kota yang dapat berfungsi sebagai sarana rekreasi. Peta tutupan lahan kota Medan tahun 2006 juga menunjukkan areal penggunaan lahan di kota Medan dengan luasan yang berbeda. Luas penutupan lahan kota Medan disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Tipe tutupan lahan kota medan tahun 2006
Tutupan Lahan Luas (ha) Persentase (%)
Awan 797,51 2,99 Badan air 1.367,84 5,12 Industri 766,45 2,87 Lapangan terbuka 3.815,53 14,28 Pemukiman 10.712,55 40,09 RTH 9.250,4 34,63 Total 26.710,3 100
Sumber : Hasil klasifikasi citra satelit landsat TM tahun 2006
Luas tutupan lahan yang paling sedikit adalah industri dengan luas sebesar 766,45 Ha atau 2,87% dan tutupan lahan yang paling besar adalah pemukiman yaitu sebesar 10.712,55 Ha atau 40,09%. Sedangkan tutupan lahan lain meliputi badan air seluas 1.367,84 Ha (5,12%), lapangan terbuka seluas 3.815,53 Ha (14,28%), awan dan RTH. RTH merupakan daerah tutupan lahan terbesar kedua setelah kawasan pemukiman yaitu seluas 9.250,4 Ha (34,63%). Penyebaran penggunaan lahan tahun 2006 di seluruh kecamatan kota medan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penyebaran penggunaan lahan tahun 2006 di kecamatan kota Medan Kecamatan Awan Badan air Industri Lapangan terbuka Pemukiman RTH Total (Ha) Medan Amplas 49,767 2,959 25,899 332,485 699,884 467,113 1.578,107 Medan Area 13,168 0,935 6,549 38,964 757,044 19,945 836,605 Medan Barat 61,997 6,11 29,658 106,879 422,977 150,468 778,089 Medan Baru 41,335 0,048 0,768 25,531 600,983 12,301 680,966 Medan Belawan 1,705 167,86 220,896 48,913 193,75 64,797 697,921 Medan Deli 3,249 50,779 144,332 956,735 972,276 1.181,351 3.308,722 Medan Denai 4,523 3,737 11,467 158,217 773,553 169,459 1.120,956 Medan Helvetia 3,336 7,578 5,337 228,494 205,669 358,508 808,922 Medan Johor 36,754 8,298 3,904 159,758 599,48 656,373 1.464,567 Medan Kota 13,607 0,238 3,436 5,97 736,949 9,631 769,831 Medan Labuhan 7,767 683,544 160,356 453,152 464,782 2.426,597 4.196,198 Medan Maimun 149,771 0,09 9,871 15,815 288,423 18,665 482,635 Medan Marelan 0,847 384,494 16,027 89,456 117,489 1.491,592 2.099,905 Medan Perjuangan 0,939 6,384 17,418 168,356 700,213 91,642 984,952 Medan Petisah 45,852 - 2,657 11,862 287,531 29,076 376,978 Medan Polonia 199,712 0,775 8,533 52,369 353,571 17,049 632,009 Medan Selayang 0,303 0,649 1,809 169,814 481,95 306,438 960,963 Medan Sunggal 100,5 7,623 5,056 196,593 714,313 223,617 1.247,702 Medan Tembung 1,743 7,498 21,176 225,544 233,88 585,81 1.075,651 Medan Timur 1,786 1,86 68,493 206,644 854,175 112,44 1.245,398 Medan Tuntungan 0,09 26,377 2,808 163,983 273,656 1.373,538 .1840,452 Total 738,751 1.367,836 766,45 3.815,534 10.732,548 9.289,181 26.710,3
Sumber : Hasil klasifikasi citra satelit landsat TM tahun 2006
Tabel 7 menunjukkan bahwa awan, industri, lapangan terbuka, pemukiman dan RTH tersebar merata di setiap kecamatan kota Medan. Pemukiman merupakan tutupan lahan yang terluas pada tahun 2006 di kota Medan. Perubahan luas tiap-tiap kelas tutupan lahan pada tahun 2001 dan tahun 2006 dicantumkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Luas penutupan lahan kota medan tahun 2001 dan tahun 2006 serta perubahannya
No Kelas Tutupan
Lahan Luas Tahun 2001 Luas Tahun 2006
Perubahan (Ha) Persentase (%) 1 Awan 797,51 797,51 - - 2 Badan air 915,27 1.367,84 +452,57 10,69 3 Industri 630,32 766,45 +136,13 3,21 4 Lapangan terbuka 3.829,13 3.815,53 -13,60 0,32 5 Pemukiman 9.183,59 10.712,55 +1.528,96 36,10 6 RTH 11.354,53 9.250,4 -2.104,13 49,47 Total 26.710,3 26.710,3 4.235,39 100
Perubahan tutupan lahan yang paling besar terdapat pada tutupan lahan ruang terbuka hijau. Tahun 2001 ruang terbuka hijau memiliki luas sebesar 11.354,53 Ha, sedangkan tahun 2006 berubah menjadi 9.250,4 Ha, berarti perubahan tata guna lahan pada ruang terbuka hijau sebesar 2.104,13 Ha atau 49,47%. Begitu juga pada kelas tutupan lahan yang lain seperti badan air dan pemukiman terdapat perubahan tata guna lahan sebesar 10,69% dan 36,10%. Areal pemukiman juga memiliki perubahan yang cukup besar. Pada tahun 2001 pemukiman memiliki luas sebesar 9.183,59 Ha, sedangkan tahun 2006 menjadi luas 10.712,55 Ha, berarti perubahan tata guna lahan bertambah menjadi 1.528,96 Ha. Berarti perubahan areal pemukiman sebesar 36,10%. Hal ini berarti ruang terbuka hijau di kota Medan mengalami pengurangan dalam jangka lima tahun, baik itu mangrove, lahan hijau serta hutan kota.
Salah satu dampak negatif dari perubahan ruang terbuka hijau tersebut dapat meningkatkan suhu udara, kebisingan, debu polutan, dan menurunnya kelembaban. Sebaliknya jika ruang terbuka hijau tersebut dapat menyebar secara merata serta dapat memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau di setiap kecamatan kota Medan, maka suhu udara di kota Medan akan menurun.
Sebaran Suhu Udara di Kota Medan
Pengukuran suhu dilakukan secara menyebar di kota Medan. Ada 32 sampel titik penyebaran pengukuran suhu yang dilakukan. Sampel-sampel tersebut dapat ditampilkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Peta Penyebaran Sampel Pengukuran Suhu di Kota Medan
Sampel-sampel tersebut dianggap sudah mewakili tiap-tiap areal penutupan lahan kota Medan seperti areal bervegetasi yaitu lapangan bola, sawah, taman, hutan kota dan mangrove, sedangkan untuk areal non vegetasi meliputi
landasan tanah, landasan aspal dan perumahan dan ruko. Adapun koordinat X dan koordinat Y pengukuran suhu dapat ditampilkan pada tabel 9.
Tabel 9. Data koordinat X dan koordinat Y di lokasi pengukuran suhu
No Lokasi Koordinat X Koordinat Y 1 Lapangan Bola Denai 98,719 3,560 2 Lapangan Bola Asrama Haji 98,679 3,542 3 Sawah Susuk 98,645 3,559 4 Sawah Cemara Air 98,677 3,630 5 Taman Kampus USU 98,653 3,560 6 Taman Kampus UNIMED 98,716 3,606 7 Hutan Kota Beringin 98,669 3,576 8 Kebun Binatang 98,642 3,523 9 Taman Kota Gajah Mada 98,659 3,584 10 Taman kota Ahmad Yani 98,677 3,577 11 Lapangan Udara 98,673 3,557 12 Amplas 98,718 3,561 13 Landasan Tanah Amplas 98,714 3,557 14 Landasan Tanah Helvetia 98,628 3,608 15 Dennaisquare 98,725 3,571 16 Perumahan 98,652 3,540 17 Mal Medan Fair 98,663 3,591 18 Plaza Millenium 98,645 3,601 19 Ruko Setabudi 98,639 3,563 20 Ruko Aksara 98,706 3,597 21 Pasar Sukarame 98,704 3,582 22 Pasar Melati 98,605 3,543 23 Berastagi Supermarket 98,683 3,733 24 Sungai Deli 98,654 3,590 25 Danau Siombak 98,611 3,553 26 Jalur Hijau Mansur 98,663 3,727 27 Ngumban Surbakti 98,654 3,568 28 Ringroad 1 98,652 3,540 29 Ringroad 2 98,625 3,548 30 Jembatan Beringin 98,626 3,568 31 Jembatan 98,669 3,576 32 Mangrove 98,721 3,568
Sumber : Data primer (2009)
Pengujian Syarat Regresi Pada Permodelan Sebaran Suhu Udara Tahun 2001 dan Tahun 2006
Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal, tidak jauh berada di bawah maupun di atas nilai rata-rata. Hasil pengujian
data sebaran suhu menunjukkan bahwa model berada di sekitar garis diagonal (Lampiran 1) sehingga dikatakan model regresi sebaran suhu yang diperoleh memenuhi syarat normalitas data yaitu data tersebar di sekitar nilai rata-rata. Syarat ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Santoso (2000) yang menyatakan bahwa syarat model penduga konsumsi air dikatakan baik apabila memenuhi syarat kenormalan yang ditunjukkan oleh tampilan plot yang menunjukkan penyebaran data di sekitar garis diagonal.
Uji multikolinearitas
Hasil analisis (Lampiran 2) menunjukkan bahwa band 7 pada tahun 2001 dan band 4 pada tahun 2006 memiliki nilai VIF sebesar 1,000, dengan nilai Tolerance masing-masing sebesar 1,000. Berdasarkan hasil analisis dan ketentuan pengujian multikolinearitas tersebut, diketahui kedua band tersebut memiliki nilai VIF disekitar angka 1 dan nilai Tolerance mendekati angka 1. Hasil analisis ini berarti band 7 dan band 4 tidak terdapat multikolinearitas.
Uji heterokedasitas
Hasil uji (Lampiran 3) diketahui bahwa titik-titik (data) band 7 dan band 4, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, maka berarti tidak terjadi heterokedasitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel terikat (Santoso,2000).
Permodelan Sebaran Suhu
Permodelan sebaran suhu yang dibutuhkan dua variabel yaitu suhu dan digital number. Digital number yang digunakan merupakan digital number pada kombinasi seluruh band. Hasil pengukuran suhu dan digital number pada tahun 2001 disajikan pada Lampiran 2. Hasil pengukuran suhu dan digital number pada tahun 2001 disajikan pada Lampiran 4.
Band 7 merupakan band yang paling berpengaruh dalam permodelan sebaran suhu pada tahun 2001 karena band 7 merupakan band thermal. Band ini biasanya digunakan dalam pembuatan sebaran suhu udara dibandingkan dengan band-band lainnya. Sesuai dengan pernyataan Newcomer (2008) yang menyatakan bahwa band 7 merupakan thermal infrared yaitu band panas, yang terutama digunakan untuk aplikasi geologi tetapi kadang digunakan untuk mengukur stress panas tanaman, juga untuk membedakan embun dari lapisan tanah yang cerah karena embun cenderung sangat dingin. Sedangkan untuk tahun 2006, band 4 merupakan band yang paling berpengaruh dalam permodelan sebaran suhu udara pada tahun. Menurut Newcomer (2008) menyatakan bahwa band 4 merupakan band banyak mengandung biomassa dari vegetasi yang ada. Hal ini berarti pada citra tahun 2001, band 4 merupakan band yang paling menonjolkan vegetasi yang ada di tahun 2001 sehingga mampu digunakan dalam permodelan sebaran suhu udara dibandingkan dengan band-band lainnya.
Tingkat suhu udara tertinggi berada di landasan aspal amplas, lapangan udara serta jalan raya dengan suhu sebesar 320C. Suhu terendah berada pada taman kampus dan kebun binatang dengan suhu sebesar 270C.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasil analisis regresi pada tahun 2001 dan tahun 2006 menunjukkan bahwa model persamaan regresi yang diperoleh layak digunakan dalam pembuatan sebaran suhu secara spasial karena memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan 0,046. Menurut Priyatno (2008), bahwa tingkat signifikansi 0,05 atau 5 % berarti tingkat kesalahan dalam pengambilan keputusan sebanyak-banyaknya sebesar 5% dan tingkat kepercayaan sebesar 95 %.
Model regresi yang terbentuk tahun 2001 adalah Y = 31,249 – 0,026X, sedangkan untuk tahun 2006 model regresi yang terbentuk adalah Y = 20,567 + 0,036X. Model regresi yang diperoleh menunjukkan sebaran suhu spasial tahun 2001 seperti yang ditampilkan pada Gambar 6, dan sebaran suhu spasial tahun 2006 ditampilkan pada Gambar 7. Untuk hasil analisis regresi ditampilkan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.
Citra tahun 2006 menghasilkan hasil analisis regresi dengan nilai R Square rendah yaitu sebesar 0,131. Menurut Santoso (2002), semakin kecil angka R Square, maka semakin lemah hubungan kedua variabel. Hasil persamaan regresi tersebut memiliki nilai R Square yang rendah dikarenakan bahwa :
1. Citra landsat TM yang digunakan bukanlah citra landsat TM tahun 2009 melainkan tahun 2006 sedangkan pengukuran suhu dilakukan pada tahun 2009,
2. GPS yang digunakan memiliki tingkat akurasi yang relatif rendah. Pengukuran jarak menggunakan GPS Garmin CSx 60 sangat kurang akurat karena tingkat akurasi GPS sekitar 5 – 15 m.
Gambar 6. Peta Sebaran Suhu Spasial Tahun 2001
Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi suhu di kota Medan terdiri dari tiga kelas yaitu antara 26-280C, 28,1-300C, 30,1-320C. Umumnya suhu 26-280C hampir menyebar di seluruh kecamatan kota Medan. Sementara itu untuk
suhu 28,1-300C sangat banyak terdapat di tengah kota Medan yaitu wilayah medan kota, medan polonia, medan area dan sebagain medan belawan. Suhu 30,1-320C banyak terdapat di sekitar mangrove medan labuhan dan medan marelan. Luas penyebaran suhu kota Medan terhadap kelas penutupan lahan dapat ditampilkan pada Tabel 10 .
Tabel 10. Luas penyebaran kelas suhu tahun 2001 pada penutupan lahan kota Medan
No Kelas Tutupan Lahan Luas Kelas Pada Suhu (Ha)
(26 – 28)0C (28,1 – 30)0C (30,1 – 32)0C Total 1 Badan air 853,65 128,98 1,17 983,8 2 Industri 33,7 291,46 34,58 359,74 3 Lapangan terbuka 112,13 3.079,45 744,02 3.935,6 4 Pemukiman 211,41 4.778,86 4.628,35 9.618,62 5 RTH 4.364,31 6.872,97 575,31 11.812,59 Total 5.575,2 15.151,72 5.983,43 26.710,35
Sumber : Citra satelit Landsat TM tahun 2001
Ketiga kelas tersebut menunjukkan bahwa kelas suhu udara antara 28,1-300C memiliki luas yang besar yaitu 15.151,72 Ha. Luasan terendah terdapat pada kelas suhu udara antara 26-280C yaitu sebesar 5.575,2 Ha. Penutupan lahan tahun 2001 menunjukkan bahwa RTH memiliki luas yang paling besar pada suhu 26-280C yaitu sebesar 4.364,31 Ha dan pada suhu 28,1-300C yaitu sebesar 6.872,97 dibandingkan dengan tutupan lahan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa RTH mampu menciptakan iklim mikro yang rendah. Sesuai dengan pernyataan Irwan (2005), ruang terbuka hijau mampu menciptakan iklim mikro dengan mengurangi suhu udara di sekitarnya berkisar 5-80C per tiap Ha.
Gambar 7. Peta Sebaran Suhu Spasial Tahun 2006
Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi suhu di kota Medan terdiri dari tiga kelas yaitu antara 26-280C, 28,1-300C, 30,1-320C. Umumnya suhu berkisar 30,1-320C terdapat di sebelah utara peta kota Medan yaitu wilayah
kecamatan Medan Belawan yang terletak di pesisir pantai. Sama halnya dengan suhu antara 28,1-300C di kota Medan, sangat banyak terdapat di kecamatan Medan Belawan, dan umumnya terdapat di wilayah Mangrove. Untuk suhu berkisar antara 26-280C, hampir seluruh kecamatan kota Medan memiliki suhu yang berkisar antara 26-280C. Luas penyebaran suhu kota Medan terhadap kelas penutupan lahan dapat ditampilkan pada Tabel 11.
Tabel 11. Luas penyebaran kelas suhu tahun 2006 pada penutupan lahan kota Medan
No Kelas Tutupan Lahan Luas Kelas Pada Suhu (Ha)
(26 – 28)0C (28,1 – 30)0C (30,1 – 32)0C Total (Ha) 1 Badan air 21,33 411,94 941,25 1.374,52 2 Industri 55,04 371,37 47,82 474,23 3 Lapangan terbuka 378,75 3.344,59 310,34 4033,68 4 Pemukiman 318,84 6.674,31 3.309,90 10.303,06 5 RTH 3.456,99 5.721,77 606,14 9.784,90 Total 4.713,48 16.776,88 5.219,94 26.710,3
Sumber : Citra satelit Landsat TM tahun 2006
Ketiga kelas tersebut menunjukkan bahwa kelas suhu udara antara 28,1-300C memiliki luas yang besar. Luasan terendah terdapat pada kelas suhu udara antara 26-280C yaitu sebesar 4.713,48 Ha.
Berdasarkan enam tipe penggunaan lahan, badan air terdapat pada ketiga kelas suhu yang ada; yaitu 26-280C seluas 1.374,52 Ha merupakan badan air tawar yang terdapat pada kawasan bervegetasi rapat; pada suhu 28,1-300C merupakan badan air yang terdapat di sekitar kawasan mangrove yang suhunya lebih tinggi dari badan air tawar karena tumbuhan mangrove mengalami respon radiasi sinar matahari dan suhu yang tinggi (Onrizal, 2005); pada suhu 30,1-320C merupakan badan air asin atau laut yang memiliki tingkat penguapan lebih tinggi karena tidak ditutupi oleh vegetasi atau tutupan lahan lainnya.
Ruang Terbuka Hijau terdapat pada ketiga kelas suhu, pada suhu 26-280C memiliki tutupan vegetasi rapat, pada suhu 28,1-300C memiliki tutupan vegetasi
sedang dan pada suhu 30,1-320C memiliki tutupan vegetasi yang jarang. Pada tutupan lahan yang berupa lapangan terbuka pada suhu 26-280C adalah landasan tanah, pada suhu 28,1-300C adalah lapangan terbuka yang berupa lahan parkir dan pada suhu 30,1-320C adalah jalan raya (aspal). Tutupan lahan pemukiman dengan suhu 26-280C merupakan kawasan perumahan, pemukiman dengan suhu 28,1-300C merupakan kawasan gedung, ruko dan sejenisnya, sedangkan pemukiman dengan suhu 30,1-320C merupakan kawasan industri, gedung tinggi dan gedung-gedung berkaca. Perubahan luas pada suhu udara yang ada dari tahun 2001 hingga tahun 2006 kota Medan dapat ditampilkan pada tabel 12.
Tabel 12. Luas suhu udara kota medan tahun 2001 dan tahun 2006 serta perubahannya
No Kelas Tutupan Lahan
Luas Kelas tahun 2001 Pada Suhu (Ha)
Luas Kelas tahun 2006
Pada Suhu (Ha) Perubahan luas pada suhu (Ha) (26-28)0C (28,1-30)0C (30,1-32)0C (26 – 28)0C (28,1 – 30)0C (30,1 – 32)0C (26-28)0C (28,1-30)0C (30,1-32)0C 1 Badan air 853,65 128,98 1,17 21,33 411,94 941,25 -832,32 +282,96 +940,08 2 Industri 33,70 291,46 34,58 55,04 371,37 47,82 +21,34 +79,91 +13,24 3 Lapangan terbuka 112,13 3.079,45 744,02 378,75 3..344,59 310,34 +266,62 +265,14 -433,68 4 Pemukiman 211,41 4.778,86 4.628,35 318,84 6.674,31 3.309,90 +107,43 +1.895,5 -1.318,45 5 RTH 4.364,3 6.872,97 575,31 3.456,99 5.721,77 606,14 -907,32 -1.151,2 +30,83 Total 5.575,2 15.151,72 5.983,43 4.713,48 16.776,88 5.219,94 2.135,0 2.474,71 2.736,28
Sumber : Citra Landsat TM tahun 2001 dan tahun 2006
Penutupan lahan badan air pada tabel menunjukkan perubahan luas yang terbesar terletak pada suhu 30,1-320C yaitu meningkat sebesar 940,08 Ha. Pada suhu yang rendah yaitu 26-280C tahun 2001, badan air memiliki luas yang besar yaitu 853,65 Ha, sedangkan pada suhu yang sama tahun 2006 badan air mengalami pengurangan luas menjadi 21,33 Ha. Begitu juga terhadap industri, lapangan terbuka, pemukiman dan RTH. Pemukiman mengalami kenaikan suhu udara pada kelas suhu 26-280C yaitu sebesar 107,43 Ha dan kelas suhu 28,1-300C sebesar 1.895,5 Ha. Suhu udara kota semakin meningkat seiring dengan pembangunan kota Medan tersebut. Sementara itu, RTH mengalami pengurangan
luas. Pada kelas suhu 26-280C, RTH mengalami pengurangan luas yaitu sebesar 907,32 Ha. Sedangkan untuk kelas suhu 28,1-300C mengalami pengurangan luas sebesar 1.151,2 Ha. Hal ini menunjukkan semakin sedikitnya luas RTH di kota Medan yang mampu menciptakan iklim mikro untuk kota Medan itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi kenaikan suhu udara di berbagai areal di kota Medan akibat perubahan penggunaan lahan selama 5 tahun terakhir.
Normalized Differential Vegetation Index (NDVI)
NDVI merupakan suatu persamaan yang paling umum digunakan untuk mencari nilai indeks vegetasi dimana NDVI memiliki sensivitas yang tinggi terhadap perubahan kerapatan tajuk vegetasi. Hasil nilai kisaran NDVI serta suhu udara tahun 2001 ditampilkan pada Lampiran 7. Peta sebaran vegetasi di kota Medan tahun 2001 dapat ditampilkan pada Gambar 8. Hasil nilai kisaran NDVI serta suhu udara tahun 2006 ditampilkan pada Lampiran 8. Peta sebaran vegetasi di kota Medan tahun 2006 dapat ditampilkan pada Gambar 9.
Gambar 8. Peta Sebaran Vegetasi Tahun 2001 di Kota Medan
Hasil proses hitungan NDVI diperoleh nilai NDVI dengan rentang nilai antara -0,26 hingga 0,28, dengan rata-rata nilai rentang 0,09. Nilai NDVI tertinggi
terdapat di kawasan kecamatan medan selayang dan medan johor sedangkan nilai NDVI rendah terdapat di sekitar pinggiran pantai dan mangrove.
Hasil proses hitungan NDVI diperoleh nilai NDVI dengan rentang nilai antara -0,66 hingga 0,74, dengan rata-rata nilai rentang 0,23. Nilai NDVI tertinggi terdapat di kawasan kebun binatang sedangkan nilai NDVI rendah terdapat di sekitar pinggiran pantai.
Korelasi Bivariat
Korelasi negatif yang ditunjukkan oleh hasil penelitian antara nilai indeks vegetasi dengan suhu udara menunjukkan adanya hubungan antara indeks vegetasi dengan suhu udara di Kota Medan. Nilai korelasi/hubungan antara Suhu dan NDVI pada tahun 2001 dapat ditampilkan pada Tabel 13 dan untuk tahun 2006 dapat ditampilkan pada tabel 14.
Tabel 13. Nilai korelasi bivariat antara Suhu dan NDVI tahun 2001
Variabel Hubungan Suhu NDVI
Suhu Pearson Correlation 1 -,412(*)
Sig. (2-tailed) ,019
N 32 32
NDVI Pearson Correlation -,412(*) 1
Sig. (2-tailed) ,019
N 32 32
Tabel 14. Nilai korelasi bivariat antara Suhu dan NDVI tahun 2006
Variabel Hubungan Suhu NDVI
Suhu Pearson Correlation 1 -,262
Sig. (2-tailed) ,147
N 32 32
NDVI Pearson Correlation -,262 1
Sig. (2-tailed) ,147
N 32 32
Dengan menggunakan teknik korelasi bivariat dihasilkan nilai korelasi