• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan Ekonomi Ekspor Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3

Perkembangan Ekspor-Impor Negara-negara di Kawasan ASEAN+3

Negara-negara di kawasan ASEAN+3 mengalami peningkatan ekspor dari tahun 2007 hingga tahun 2012. Negara dengan nilai ekspor terbesar dialami oleh negara China sebesar USD 1 220.1 juta pada tahun 2007 dan pada tahun 2012 sebesar USD 2 048.8 juta. Pada tahun 2008-2009 nilai ekspor mengalami penurunan di negara-negara ASEAN+3, hal ini dikarenakan krisis ekonomi subprime mortgage yang melanda Amerika Serikat berimbas terhadap nilai ekspor negara-negara di kawasan ini.

22

Tabel 7 Nilai impor di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD juta)

Sumber : WITS, 2014a (diolah)

Pertumbuhan ekspor yang signifikan terjadi di negara Vietnam, Filipina, dan China. Negara Vietnam mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 18.16 persen dari tahun 2011 ke tahun 2012 dengan nilai total impor sebesar USD 96.9 juta hingga USD 114.5 berturut-turut dari tahun 2011 hingga 2012. Negara Filipina mengalami pertumbuhan ekspor sebesar 8.33 persen dari tahun 2011 ke tahun 2012, dengan total ekspor secara berturut-turut sebesar USD 48.0 juta ke USD 52.0 juta. China pertumbuhan impornya sebesar 7.93 persen dari tahun 2011 ke tahun 2012, dengan nilai total perdagangan berturut-turut sebesar USD 1 898.3 juta dan USD 2 048.8 juta. 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan (2011-2012) (%) CHN 1 220.1 1 430.7 1 201.6 1 577.8 1 898.3 2 048.8 7.93 IDN 114.1 137.0 116.5 157.8 203.5 190.0 -6.63 JPG 714.3 781.4 580.7 769.8 823.2 798.6 -2.98 KOR 371.5 422.0 363.5 466.4 555.2 547.8 -1.33 MYS 175.9 198.7 157.2 198.8 227.0 227.4 0.18 PHL 50.5 49.1 38.4 51.5 48.0 52.0 8.33 SGP 299.3 338.2 269.8 351.9 409.5 408.4 -0.27 THA 153.6 175.9 152.5 195.3 228.8 229.5 0.31 VNM 48.6 62.7 57.1 72.2 96.9 114.5 18.16 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumb uhan (2011-2012) (%) CHN 956.10 1 132.60 1 005.60 1 396.00 1 743.39 1 818.20 4.30 IDN 74.50 129.20 96.80 135.66 177.44 191.70 8.04 JPG 622.20 762.50 550.00 694.06 855.38 885.84 3.56 KOR 356.80 435.30 323.08 425.21 524.41 519.57 -0.92 MYS 146.10 155.70 123.57 164.59 187.57 196.20 4.60 PHL 58.00 60.40 45.88 58.47 63.69 65.35 2.61 SGP 263.20 319.80 245.78 310.80 365.77 379.72 3.81 THA 143.86 178.60 133.77 182.39 228.48 247.57 8.36 VNM 62.80 80.70 70.00 84.83 106.75 113.78 6.59

Tabel 6 Nilai ekspor di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD juta)

23 Nilai impor negara-negara di kawasan ASEAN+3 pun mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2012, impor tertinggi terjadi di negara China sebesar USD 1 818.20 Juta. Pertumbuhan impornya pada tahun 2011 hingga tahun 2012 sebesar 4.30 persen. Kemudian diikuti oleh Jepang dengan nilai ekspor pada tahun 2012 sebesar USD 885.84 Juta dan pertumbuhan ekspornya sebesar 3.56 persen. Nilai impor terkecil dimiliki oleh negara Filipina sebesar USD 65.35 Juta dan nilai pertumbuhan ekspornya 2.61 persen. Terdapat pula negara dengan nilai impor yang menurun yaitu Korea Selatan pada tahun 2011-2012 yaitu sebesar -0.92 persen.

Perkembangan Ekspor Elektronik di ASEAN+3

China merupakan negara pengekspor elektronik dengan pertumbuhan tertinggi di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2011-2012 sebesar 20.86 persen. Pada tahun 2012, nilai ekspor China sebesar USD 4 069.84 miliar, mengungguli Jepang dengan nilai ekspor USD 3 075.30 miliar. Jepang merupakan negara dengan pertumbuhan ekspor elektronik dari tahun 2007-2012 mengalami penurunan yaitu pada tahun 2007 nilai elektronik sebesar USD 5 958.40 miliar menjadi sebesar USD 3 075.30 miliar. Negara dengan pertumbuhan ekspor terendah pada tahun 2011-2012 yaitu terdapat di Malaysia dengan nilai pertumbuhan sebesar -164.14 persen. Sedangkan negara dengan nilai ekspor terendah terdapat di Indonesia dengan nilai ekspor sebesar USD 0.41 miliar pada tahun 2012. Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan pada tahun 2011-2012 sebesar -1.96 persen.

Perkembangan Ekspor Kayu di ASEAN+3

Nilai ekspor untuk produk kayu pada tahun 2007 hingga tahun 2012, secara keseluruhan mengalami peningkatan. Negara dengan nilai ekspor tertinggi terjadi di negara Jepang, pada tahun 2012 yaitu sebesar USD 9 929.45 juta. Pada tahun 2009, nilai ekspor kayu negara-negara di kawasan ASEAN+3 mengalami penurunan karena terkena dampak dari krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008-2009. Filipina merupakan negara dengan pertumbuhan

2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbu han (2011 -2012) (%) IDN 0.25 0.27 0.30 0.38 0.42 0.41 -1.96 MYS 200.02 164.71 130.42 157.13 284.75 107.80 -164.14 PHL 1 844.24 1 889.78 1 750.14 2 879.77 2 582.08 265.56 2.40 SGP 1 288.11 995.09 1 238.29 897.41 1 080.14 1 747.90 38.21 THA 91.06 63.73 41.61 54.30 65.20 86.23 24.38 VNM 0.51 0.55 1.48 1.69 18.18 20.16 9.78 CHN 2 054.77 1 963.66 1 808.1 3 343.03 3 220.84 4 069.84 20.86 JPG 5 948.40 4 919.86 3 697.46 3 993.72 3 730.23 3 075.30 -21.30 KOR 133.80 126.77 208.62 251.93 176.94 248.20 28.71 Tabel 8 Nilai ekspor elektronik di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012

(USD miliar)

24

ekspor yang tinggi pada tahun 2011 hingga 2012 yaitu sebesar 14.49 persen kemudian diikuti oleh China dan Korea Selatan masing-masing sebesar 10.32 persen dan 12.09 persen. Malaysia merupakan satu-satunya negara dengan nilai ekspor yang mengalami penurunan dari tahun 2011 hingga tahun 2012 yaitu sebesar 19.13 persen.

Sumber : UNCOMTRADE, 2014 (diolah)

Perkembangan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Riil Negara-negara di Kawasan ASEAN+3 2007-2012

Perkembangan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil di kawasan ASEAN+3 mengalami pertumbuhan dari tahun 2007 hingga tahun 2012. Dari Gambar 5 terdapat ketimpangan pendapatan antara negara ASEAN dengan negara mitra (China, Jepang, dan Korea Selatan). Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat berpengaruh terhadap negara-negara di kawasan ASEAN+3, hanya beberapa negara saja yang mampu bertahan terhadap krisis, di antaranya Singapura, Vietnam, China, dan Jepang. Negara dengan PDB riil tertinggi yaitu negara Jepang dengan nilai PDB pada tahun 2012 sebesar USD 65 079.7 juta dan negara dengan PDB terendah yaitu Vietnam dengan PDB sebesar USD 1 158.4 juta. Secara keseluruhan, nilai PDB riil negara-negara di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2012 sebesar USD 136 920.3 juta atau meningkat sebesar USD 6 535.3 juta.

2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuha n (2011-2012) (%) IDN 270.04 265.19 191.99 276.42 475.99 516.43 7.83 MYS 248.96 271.14 238.91 457.52 545.98 458.29 -19.13 PHL 152.98 200.82 173.62 241.13 318.83 372.88 14.49 SGP 471.08 505.38 437.55 536.73 682.44 744.69 8.36 THA 308.77 330.37 307.75 414.29 569.73 614.21 7.24 VN M 166.87 166.01 175.28 207.59 237.47 242.62 2.12 CHN 3 682.85 3 264.23 4 215.53 8 389.58 12 960.0 0 14 450.8 7 10.32 JPG 6 500.05 6 773.90 5 457.90 6 635.40 9 237.18 9 929.45 6.97 KOR 990.54 956.83 964.97 1 061.90 1 023.43 1 164.17 12.09 Tabel 9 Nilai ekspor kayu di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD juta)

25

Sumber : WITS, 2014a (diolah)

Tabel 10 Perkembangan pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil negara-negara ASEAN+3 (USD juta)

Perkembangan Penduduk Negara-Negara ASEAN+3

Jumlah penduduk dapat mempengaruhi arus perdagangan di suatu negara. Negara dengan jumlah penduduk yang besar maka kebutuhannya pun akan meningkat. Jika suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya maka akan dilakukannya perdagangan dengan negara lain. Tabel 11 menunjukkan perkembangan jumlah penduduk di negara-negara di kawasan ASEAN+3 yang terus meningkat setiap tahunnya. Negara dengan jumlah penduduk tertinggi yaitu China. Pada tahun 2012, jumlah penduduk negara China sebesar 1 350 695 000 jiwa meningkat dari tahun 2011 yang berjumlah 1 344 130 000 jiwa. Negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua yaitu Indonesia. Pada tahun 2012, jumlah penduduk negara Indonesia sebesar 246 864 191jiwa kemudian diikuti Jepang degan jumlah 127 561 489 jiwa. Negara dengan jumlah penduduk terkecil yaitu Singapura sebesar 5 312 400 jiwa.

Sumber : World Development Indikator, 2014 (diolah)

2007 2008 2009 2010 2011 2012 IDN 2 148.9 2 147.2 2 097.1 2 546.0 2 810.2 2 789.2 MYS 1 774.8 1 918.7 1 787.1 2 100.7 2 326.5 2 435.3 PHL 1 089.6 1 177.5 1 111.0 1 263.9 1 364.3 1 494.6 SGP 1 555.9 1 669.0 1 763.9 1 969.4 2 209.2 2 426.2 THA 1 233.8 1 310.2 1 243.4 1 450.5 1 508.5 1 575.8 VNM 1 130.5 1 180.1 1 188.2 1 159.3 1 117.8 1 158.4 CHN 26 733.3 32 094.1 35 637.4 39 690.8 45 455.4 50 158.6 JPG 44 471.3 50 137.1 52 321.3 58 367.1 63 829.6 65 079.7 KOR 10 293.3 8 878.9 7 687.4 9 027.8 9 763.6 9 802.4 ASEAN+3 90 431.3 100 512.9 104 836.8 117 575.6 130 385.0 136 920.3 2007 2008 2009 2010 2011 2012 IDN 230.9 234.2 237.5 240.7 243.8 246.9 MYS 26.8 27.3 27.8 28.3 28.8 29.2 PHL 88.9 90.4 91.9 93.4 95.1 96.7 SGP 4.6 4.8 4.9 5.1 5.2 5.3 THA 66.1 66.2 66.3 66.4 66.6 66.8 VNM 84.2 85.1 86.0 86.9 87.8 88.8 CHN 1 317.9 1 324.7 1 331.3 1 337.7 1 344.1 1 350.7 JPG 127.8 127.7 127.6 127.5 127.8 127.6 KOR 48.6 48.9 49.2 49.4 49.8 50.0 Tabel 11 Jumlah penduduk negara-negara di kawasan ASEAN+3 (juta jiwa)

26

Perkembangan Tarif Impor Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3

Tarif impor yang tinggi akan menurunkan transaksi perdagangan di kawasan ASEAN+3. Tarif impor pada sektor kayu dan elektronik di kawasan ASEAN+3 mengalami perkembangan yang berbeda. Pada sektor kayu, tarif masih relatif tinggi dibanding dengan sektor elektronik. Pada tahun 2007 tarif impor kayu sebesar 8.88 persen kemudian mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 8.46 persen. Pada sektor elektronik, tarif impor elektronik sebesar 4.43 persen pada tahun 2007 namun pada tahun 2012 meningkat menjadi 4.56 persen.

Gambaran Trade Facilitation di Negara-Negara ASEAN+3

Kualitas Pelabuhan di Negara-Negara ASEAN+3

Kualitas pelabuhan yang baik berdasarkan volume dan teknologi di terminal kontainer atau bagian kemas dari pelabuhan. Meskipun aktivitas kontainer merupakan faktor penting mengenai kualitas pelabuhan, namun harus dilihat juga faktor seperti lalu lintas kargo secara umum dan juga lalu lintas penumpang yang menggunakan fasilitas pelabuhan (Merk dan Dang 2012). Pada negara-negara di kawasan ASEAN+3 terdapat negara-negara yang memiliki kualitas pelabuhan yang di atas lima persen, di antaranya Singapura yang memiliki kualitas pelabuhan terbaik di kawasan ASEAN+3 kemudian diikuti oleh Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang (lihat Tabel 12).

Kualitas Pelabuhan (Indeks 0-7)

Tahun IDN MYS PHL SGP THA VNM CHN JPG KOR 2007 2.7 5.7 2.8 6.8 4.7 2.8 3.9 5.5 5.5 2008 3 5.7 3.2 6.7 4.4 2.8 4.3 5.2 5.2 2009 3.4 5.5 3 6.7 4.7 3.3 4.2 5.2 5.1 2010 3.6 5.6 2.8 6.7 5 3.6 4.3 5.2 5.5 2011 3.6 5.7 3 6.8 4.7 3.4 4.5 5.2 5.5 2012 3.6 5.5 3.3 6.8 4.6 3.4 4.4 5.2 5.5 3.5 5.5 7.5 9.5 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 T A R IF A D V A LO R E M (PE R S E N ) TAHUN kayu elektronik

Sumber : WITS, 2014b (diolah)

Gambar 5 Rata-rata total tarif di kawasan ASEAN+3

Tabel 12 Kualitas pelabuhan di negara-negara ASEAN+3 (Indeks; 0-7)

27

Tabel 13 Kelengkapan berkas dokumen di negara-negara ASEAN+3 (jumlah)

Biaya Transportasi di Negara-Negara ASEAN+3

Menurut Salvatore (1997) biaya transportasi memberi pengaruh tidak langsung terhadap lokasi penyelenggaraan produksi dan pusat-pusat industri secara internasional, sejalan dengan ini jarak ekonomi antar negara di kawasan ASEAN+3 memberi pengaruh negatif. Semakin jauh jarak antar negara yang melakukan perdagangan akan mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan akan semakin tinggi. Pada gambar 6, menunjukkan biaya transportasi pengiriman barang ekspor di negara-negara kawasan ASEAN+ 3 masih tinggi sehingga menghambat transaksi ekspor komoditi kayu.

Kelengkapan Berkas Dokumen Transaksi Ekspor di Negara-Negara ASEAN+3

Untuk kelengkapan dokumen memberi pengaruh yang signifikan pada ekspor elektronik dibandingkan pada ekspor kayu di kawasan ASEAN+3. Kelengkapan berkas-berkas dokumen untuk transaksi ekspor dan impor diperlukan bagi kementerian pemerintahan, bea cukai, otoritas pelabuhan, dan lembaga-lembaga lainnya yang relevan untuk diperhitungkan. Semakin banyak dokumen yang diperlukan akan mengakibatkan penurunan arus perdagangan (DoingBusiness 2014). Ini dikarenakan proses birokrasi yang panjang dan memerlukan waktu yang lama akan menurunkan nilai transaksi ekspor di kawasan ASEAN+3.

350 450 550 650 750 850 950 1050 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 BI A Y A T R A N S PO R T A S I ( US D) TAHUN Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam China Jepang Korea Selatan

IDN MYS PHL SGP THA VNM CHN JPG KOR

2007 7 6 6 5 9 6 6 5 5 2008 5 7 8 4 7 6 7 4 4 2009 5 7 8 4 4 6 7 4 4 2010 5 7 7 4 4 6 7 4 3 2011 5 7 8 4 6 6 7 4 3 2012 4 6 7 4 5 6 8 3 3 2013 4 5 7 4 5 6 8 3 3

Sumber : Doing Business,2013 (diolah) Sumber : Doing Business, 2013 (diolah)

28

Sumber : Doing Business,2013 (diolah)

Waktu Ekspor Negara-Negara di ASEAN+3

Waktu untuk proses pengurusan berkas-berkas dokumen dan pengiriman mempengaruhi mempengaruhi transaksi perdagangan. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk proses trasaksi hingga sampai ke tempat tujuan akan menurunkan nilai ekspor elektronik di kawasan ASEAN+3. Dapat dilihat di tabel 14, waktu yang diperlukan masing-masing negara ASEAN+3 untuk menyelesaikan transaksi perdagangan masih ada beberapa negara memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan transaksi perdagangan hingga pengiriman barang ke tempat tujuan. Pada tahun 2012, beberapa negara yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk transaksi perdagangan di antaranya China (21 hari), Vietnam (21 hari), dan Indonesia (17 hari).

Hasil Estimasi dan Evaluasi Model

Pengujian Asumsi

Dalam pengevaluasian hasil regresi terhadap model ekspor komoditi kayu dan elektronik adalah dengan mendeteksi ada atau tidaknya permasalahan yang dapat terjadi di dalam sebuah model. Untuk mendeteksi kemungkinan adanya permasalahan harus dilakukan uji asumsi yang terdapat 4 macam pengujian, yaitu normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi.

Uji Normalitas

Asumsi normalitas yaitu dengan melihat nilai probabilitas Jarque Bera atau dengan melihat plot sisaan. Berdasarkan hasil penelitian, nilai estimasi untuk masing komoditi ekspor kayu dan elektronik kurang nilai probabilitasnya kurang dari 5 persen. Nilai error term dikatakan terdistribusi normal apabila nilai probabilitas Jarque Bera lebih dari 5 persen. Namun untuk analisis data panel tidak memerlukan terpenuhinya uji asumsi klasik ini karena regresi data panel digunakan untuk melihat estimator yang lebih baik disesuaikan dengan matriks varians-covarians residual (Astuti 2013).

Uji Multikolinieritas

Model dikatakan terbebas dari masalah multikolinieritas dengan melihat nilai Prob (F-Statistik) yang signifikan pada taraf nyata 5 persen. Selain dengan melihat nilai Prob(F-Statistik), dapat dilihat nilai korelasi antar variabel yang rendah di bawah 0.9. Pada kedua model yang diuji memiliki nilai Prob yang

Tahun IDN MYS PHL SGP THA VNM CHN JPG KOR 2007 21 18 17 5 17 24 21 10 11 2008 21 18 16 5 14 24 21 10 8 2009 21 18 18 5 14 22 21 10 8 2010 20 18 15 5 22 22 21 10 8 2011 17 17 15 5 14 22 21 10 7 2012 17 11 15 5 14 21 21 10 7 Tabel 14 Waktu ekspor di negara-negara ASEAN+3 (hari)

29 dibawah 5 persen dan nilai korelasi antar variabel di bawah nilai 0.9 sehingga dapat disimpulkan tidak ada permasalahan multikolinieritas.

Uji Heteroskedastisitas

Permasalahan heteroskedastisitas dapat dijumpai pada penelitian yang menggunakan data cross section begitupula dalam penelitian ini yang menggunakan data seperti itu. Model yang terdapat permasalahan heteroskedastisitas dapat dilihat pada hasil penelitian jika nilai Sum Squared Residual Weight Statistic lebih kecil daripada Sum Squared Residual Unweight Statistic. Untuk model ekspor elektronik, nilai Sum Squared Residual Weight Statistic sebesar 210.9184 lebih kecil dari nilai Sum Squared Residual Unweight Statistic sebesar 249.5961 dan untuk model ekspor kayu nilai Sum Squared Residual Weight Statistic 53.01546 lebih kecil dari Sum Squared Residual Unweight Statistic 56.64058 sehingga dalam model ini terdapat permasalahan heteroskedastisitas. Dalam pengestimasian kedua model ini telah diberikan pembobotan cross section weights maka pelanggaran asumsi tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian, kedua model ekspor kayu dan elektronik terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Uji Autokorelasi

Dalam uji asumsi ini digunakan nilai Durbin Watson (DW) untuk melihat ada atau tidaknya masalah autokorelasi. Berdasarkan hasil estimasi untuk kedua model ini, nilai DW berada di daerah tolak � (0<DW< �) yang berarti ada korelasi positif. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam penelitian ini perlu ditambahkan lag(1) dari variabel dependen untuk menghilangkan korelasi yang timbul, sehingga nilai (DW-stat) sebesar 2.040078 dan 2.086949 masing-masing untuk ekspor komditi elektronik dan kayu. Sehingga kedua model tersebut dapat memenuhi uji asumsi ini.

Pengujian Kriteria Statistik

Koefisien Determinasi (R²)

Hasil estimasi model menunjukkan masing-masing nilai koefisien determinasi (R²) pada masing-masing model ekspor elektronik dan ekspor kayu 0.996988 dan 0.993144 menunjukkan bahwa 99.6988 persen keragaman dari variabel dependen pada model ekspor elektronik dan 99.3144 persen untuk model ekspor kayu dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai R² yang mendekati satu menunjukkan model tersebut dapat digunakan dengan cukup baik.

Uji F

Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini secara bersamaan mempengaruhi terhadap variabel tak bebasnya pada tingkat kepercayaan 95 persen atau pada taraf nyata 5 persen. Nilai F statistik harus lebih kecil dari taraf nyatanya sehingga minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebas. Dari hasil pengolahan, bahwa nilai F statistik ekspor kayu dan elektronik memiliki nilai 0.0000 yang lebih kecil dari taraf nyata 5 persen sehingga dapat dikatakan terdapat minimal satu variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai ekspor komoditi kayu dan elektronik di kawasan ASEAN+3.

30

Tabel 15 Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor elektronik di kawasan ASEAN+3

Uji-t

Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh nilai koefisien masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pada model ekspor elektronik, variabel-variabel yang memberi pengaruh signifikan yaitu populasi negara tujuan, waktu ekspor, kualitas pelabuhan, dan dokumen-dokumen ekspor. Sedangkan untuk model ekspor komoditi kayu, variabel-variabel yang memberi pengaruh signifikan yaitu GDP negara asal, GDP negara tujuan, populasi negara tujuan, kualitas pelabuhan, tarif impor sektor kayu, jarak ekonomi, biaya transportasi, dan dummy krisis tahun 2008.

Model Untuk Ekspor Elektronik

Pemilihan model terbaik dilakukan melalui beberapa uji. Pertama, uji Chow untuk memilih model yang terbaik antara Fixed Effect Model (FEM) atau Pooled Least Squares (PLS). Berdasarkan hasil uji tersebut, model terbaik adalah FEM. Hal ini dikarenakan p-value (0.0000) lebih kecil dari taraf nyata 5 persen sehingga tolak H0 untuk model PLS. Kedua, uji Hausmann untuk memilih model terbaik antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model (REM). Berdasarkan hasil uji tersebut, model terbaik adalah FEM. Hal ini dikarenakan p-value (0.0000) lebih kecil dari taraf nyata 5 persen sehinga tolak H0 untuk REM.

Hasil estimasi menunjukkan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.996988 menunjukkan keragaman variabel sebesar 99.6988 persen dalam persamaan mampu menjelaskan nilai ekspor elektronik, dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan. (lihat Tabel 15). Variabel-variabel independen yang berpengaruh signifikan diantaranya populasi penduduk negara tujuan ekspor (Popi) yang signifikan di taraf nyata satu persen dan berpengaruh positif, waktu yang diperlukan untuk ekspor (T_X) yang signifikan pada taraf nyata lima persen dan berpengaruh negatif, kualitas pelabuhan (Qual) signifikan pada taraf nyata lima persen dan berpengaruh positif, dan kelengkapan-kelengkapan dokumen untuk ekspor (Doc_X) signifikan pada taraf nyata lima persen dan berpengaruh positif.

***,**,* signifikan pada taraf nyata 1%, 5%, dan 10%

Variabel Koefisien Probabilitas

Popi 2.911502*** 0.0006 T_X -0.345913* 0.0601 GDPj 0.100313 0.4559 S_X 0.041028 0.7708 Qual 0.570554** 0.0365 Tar_X 0.014276 0.1050 Cost_Tran 0.045838 0.7606 Doc_X 0.670657*** 0.0001 DCrisis -0.012424 0.7274 C -44.08305 0.0029 AR1 0.389989 0.0000 Observation 432 0.996988 Prob(F-stat) 0.000000 DW-stat 2.040078

31 Pengaruh yang signifikan diberikan oleh pertumbuhan penduduk di negara tujuan ekspor (Popi). Dimana peningkatan satu persen jumlah penduduk negara tujuan akan menyebabkan produksi barang elektronik akan meningkat sebesar 2.911502 persen, cateris paribus. Pengaruh jumlah penduduk negara tujuan dilihat dari sisi permintaan, dimana semakin meningkatnya jumlah penduduk akan berakibat permintaan akan barang elektronik semakin meningkat. Sehingga akan berpengaruh terhadap kegiatan produksi yang semakin meningkat.

Trade facilitation di kawasan ASEAN+3 pada komoditi elektronik diwakili oleh variabel waktu pengiriman untuk ekspor, kualitas pelabuhan, dan kelengkapan berkas dan dokumen. Waktu yang diperlukan untuk ekspor (T_X) memberikan pengaruh yang signifikan. Semakin bertambah waktu yang diperlukan untuk mengekspor barang setiap satu persen maka akan berpengaruh terhadap jumlah komoditi elektronik yang diekspor yang semakin menrun sebesar 0. 345913 persen, secara cateris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakuakn oleh Marquez-Ramos et al (2012).

Kelengkapan berkas (Doc_X) dokumen mempengaruhi signifikan secara positif. Penambahan dokumen untuk transaksi ekspor sebesar satu persen maka akan meningkatkan arus ekspor komoditi kayu di kawasan intra ASEAN+3 sebesar 0.670657 persen, cateris paribus. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis diawal, dimana seharusnya semakin banyak persyaratan berkas-berkas dokumen untuk ekspor maka akan menurunkan nilai transaksi ekspor. Hal ini disebabkan fasilitas-fasilitas perdagangan di kawasan ASEAN terutama untuk Intra ASEAN+3 masih belum digunakan secara optimal. Sehingga akan berpengaruh terhadap nilai ekspor perdagangan Intra ASEAN+3 meningkat tidak optimal (ASEANSEC 2012).

Kualitas pelabuhan (Qual) memberi pengaruh yang signifikan pada arus perdagangan secara positif. Peningkatan kualitas pelabuhan sebesar satu persen akan meningkatkan transaksi ekspor barang elektronik di kawasan ASEAN+3 sebesar 0.570554 persen, cateris paribus. Kualitas pelabuhan yang semakin baik akan berpengaruh terhadap efisiensi kegiatan di pelabuhan. Hasil estimasi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilson et al (2003b).

Model Untuk Ekspor Kayu

Pemilihan model terbaik dilakukan melalui beberapa uji. Pertama, uji Chow untuk memilih model yang terbaik antara Fixed Effect Model (FEM) atau Pooled Least Squares (PLS). Berdasarkan hasil uji tersebut, model terbaik adalah FEM. Hal ini dikarenakan p-value (0.0000) lebih kecil dari taraf nyata 5 persen sehingga tolak H0 untuk model PLS. Kedua, uji Hausmann untuk memilih model terbaik antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model (REM). Berdasarkan hasil uji tersebut, model terbaik adalah FEM. Hal ini dikarenakan p-value (0.0000) lebih kecil dari taraf nyata 5 persen sehinga tolak H0 untuk REM.

Hasil estimasi menunjukkan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.990640 yang artinya keragaman variabel dalam model sebesar 99.0640 persen mampu menjelaskan nilai ekspor kayu dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan (lihat Tabel 16). Variabel-variabel yang signifikan dalam model ini diantaranya pendapatan nasional negara eksportir (GDPj) yang signifikan pada taraf nyata satu persen dan berpengaruh positif, pendapatan nasional negara importir (GDPi) signifikan pada taraf nyata sepuluh persen dan berpengaruh negatif,

32

populasi negara importir (Popi) signifikan pada taraf nyata lima persen dan berpengaruh negatif, jarak ekonomi (S_X) signifikan pada taraf nyata satu persen dan berpengaruh negatif, kualitas pelabuhan (Qual) signifikan pada taraf nyata satu persen dan berpengaruh positif, dan dummy krisis signifikan pada taraf nyata satu persen dan berpengaruh negatif.

***,**,* signifikan pada taraf nyata 1%, 5%, dan 10%

Pengaruh yang signifikan diberikan oleh pendapatan nasional negara pengekspor (GDPj) secara positif. Setiap kenaikan pendapatan nasional satu persen maka nilai ekspor akan meningkat sebesar 2.18994 persen, cateris paribus. Pendapatan perkapita negara yang meningkat menunjukkan kemampuan produksi negara tersebut semakin besar yang berimplikasi terhadap nilai ekspor yang semakin meningkat. Hal ini dikarenakan perekonomian suatu negara yang besar akan membuat investasi negara menjadi semakin besar, yang akan meningkatkan kapasitas produksi barang suatu negara termasuk komoditi untuk ekspor (Zahidi 2012).

Selain dipengaruhi oleh pendapatan nasional negara pengekspor, ekspor kayu dipengaruhi oleh pendapatan nasional negara pengimpor (GDPi). Hasil estimasi ini tidak sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, dimana hasilnya menunjukkan pengaruh signifikan secara negatif. Pendapatan nasional negara pengimpor yang naik setiap satu persen maka akan menurunkan nilai ekspor sebesar 0.900789 persen, cateris paribus. Penurunan nilai ekspor kepada negara pengimpor dikarenakan negara-negara di kawasan ASEAN+3 mampu untuk memenuhi kebutuhan kayu dalam negeri sehingga mengurangi nilai impor kayu. Sebagian besar negara-negara di kawasan ASEAN+3 juga merupakan pengekspor kayu terbesar di dunia, seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura (Kontan 2014).

Populasi negara pengimpor (Popi) turut mempengaruhi terhadap nilai ekspor komoditi kayu. Nilai estimasi populasi mempengaruhi secara signifikan negatif. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis di awal. Peningkatan jumlah

Variabel Koefisien Probabilitas

GDPj 2.189944*** 0.0000 GDPi -0.900789* 0.0513 POPj -0.363778 0.5591 POPi -1.403039** 0.0437 S_X -1.105593*** 0.0076 T_X -0.174916 0.1600 Qual 0.591260*** 0.0003 Tar_X -0.020102*** 0.0062 Cost_Tran -0.239631** 0.0147 Doc_X 0.0067222 0.539 DCrisis -0.088639*** 0.0034 C 19.59291 0.2081 AR1 0.383910 0.0000 Observation 432 0.993144 Prob(F-stat) 0.000000 DW-stat 2.086949

Tabel 16 Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kayu Elektronik di Kawasan ASEAN+3

33 populasi negara tujuan ekspor sebesar satu persen akan menurunkan jumlah ekspor kayu sebesar 1.403039 persen, cateris paribus. Hasil ini sesuai dengan penelitian Jayangsari (2006), bahwa negara dengan populasi penduduk yang besar memiliki volume perdagangan yang rendah dan sebaliknya negara dengan populasi penduduk yang kecil memiliki volume perdagangan internasional yang besar. Negara dengan ukuran besar memiliki produksi terdiversifikasi dan madiri sehingga untuk transaksi ekspor akan cenderung kecil. Sedangkan negara yang kecil tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga perlu perdagangan internasional.

Jarak ekonomi (S_X) mempengaruhi ekspor kayu di kawasan ASEAN+3 secara signifikan negatif. Setiap peningkatan jarak negara untuk transaksi perdagangan sebesar satu persen maka akan menurunkan nilai ekspor kayu sebesar 1.105593 persen, cateris paribus. Hasil ini sesuai dengan penelitian dengan Zahidi (2012) bahwa jarak nominal akan mengakibatkan penurunan transaksi perdagangan. Share GDP yang semakin meningkat akan mengurangi jarak, atau dikatakan given pendapatan nasional negara-negara ASEAN+3 akan menurunkan jarak antar negara, sehingga akan berpengaruh terhadap ekspor yang semakin meningkat.

Trade facilitation untuk ekspor kayu diwakili oleh variabel kualitas pelabuhan (Qual) dan biaya transportasi (Cost_tran). Kualitas pelabuhan berpengaruh signifikan secara positif terhadap perdagangan kayu di kawasan

Dokumen terkait