• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya terhadap Arus Perdagangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya terhadap Arus Perdagangan"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS

TRADE FACILITATION

DAN TARIF PADA

ELEKTRONIK DAN KAYU DI KAWASAN ASEAN+3 SERTA

DAMPAKNYA TERHADAP ARUS PERDAGANGAN

RAMDHANI BUDIMAN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya terhadap Arus Perdagangan adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RAMDHANI BUDIMAN : Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya terhadap Arus Perdagangan. Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI.

Tarif merupakan salah satu hambatan dalam perdagangan internasional. Di ASEAN, penurunan tarif telah dilakukan untuk memberikan kenyamanan dalam perdagangan. Untuk menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015, ASEAN mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai hal ini. Beberapa diantaranya, penurunan tarif perdagangan dengan menggunakan pengukuran trade facilitation dan kerjasama dengan negara-negara di luar ASEAN. Di antaranya kerjasama dengan China, Korea Selatan, dan Jepang. Sebuah konsep pengukuran trade facilitation yang digunakan sebagai bentuk lain untuk mengatasi masalah tarif perdagangan, terutama untuk produk-produk yang termasuk dalam Sektor Prioritas Integrasi (Priority Integration Sectors/PISs). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan trade facilitation dan tarif pada komoditi kayu dan elektronik serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan dari tahun 2007 hingga tahun 2012. Model ini diestimasi dengan menggunakan model gravitasi yang kemudian diolah dalam bentuk panel. Hasil penelitian menunjukkan efek yang berbeda pada dua komoditas. Dalam elektronik, trade facilitation memberikan efek yang lebih baik dan tidak ada efek untuk hambatan tarif . Hal ini berbeda dengan kayu, meskipun mereka telah menggunakan trade facilitation tapi masih ada efek signifikan dari hambatan tarif. Agar potensi perdagangan di kawasan ASEAN+3 dapat dimaksimalkan dengan baik, fasilitas-fasilitas perdagangan yang tersedia agar dimaksimalkan dengan baik dan koordinasi yang baik antar sesama pelaku perdagangan.

Kata kunci: Sektor Prioritas Integrasi (Priority Integration Sectors/PISs), tarif, trade facilitation.

ABSTRACT

RAMDHANI BUDIMAN : Analysis on Trade Facilitation and Tarif on Electronic and Wood in ASEAN+3 and Its Impact on Trade Flows. Supervised by RINA OKTAVIANI.

Tariff is one of the barriers in international trade. In ASEAN, tariff reduction have been made to provide comfort in the trade. ASEAN’s countries take the necessary steps to face ASEAN Economic Community (AEC) by 2015. Some of them, trade tariff reduction by using measurements of trade facilitation and cooperation with countries outside ASEAN. Among other cooperation with China, South Korea and Japan. A concept of trade facilitation measures are used as another form of trade tariffs to solve the problem, especially for products that are included in the Priority Integration Sectors (PISs). This study aims to determine the effectiveness of the application of tariffs on trade facilitation and electronic commodities and factors that influence it. The data used in this study are annual data from 2007 through 2012. These models are estimated using a gravity model which is then processed in the form of panels. The results showed different effects on the two commodities. In electronics, trade facilitation provide a better effect and no effect of tariff barriers. This is in contrast with the wood, even though they have used the trade facilitation but there is still a significant effect of tariff barriers. In order for the potential of trade in the ASEAN +3 region can be maximized by good, facilities are available in order to maximize trade well and good coordination among fellow traders.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS

TRADE FACILITATION

DAN TARIF PADA

ELEKTRONIK DAN KAYU DI KAWASAN ASEAN+3 SERTA

DAMPAKNYA TERHADAP ARUS PERDAGANGAN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi: Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya terhadap Arus Perdagangan Nama : Ramdhani Budiman

NIM : H14100143

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik. Judul penelitian ini adalah “Analisis Trade Facilitation dan Tarif pada Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 serta Dampaknya Terhadap Arus Perdagangan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Osep Kadarsyah dan Ibu Sri Mulyaningsih dan kepada kakak serta adik, yaitu Siska Okky Viani, Sanny Mardhiana, dan Rama Putra Junior atas doa dan dukungan yang diberikan selama ini. Selain itu, penulis megucapkan terima kasih kepada:

1. Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Dr Ir Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. Agr sebagai dosen penguji utama yang memberikan saran serta kritik demi perbaikan penulisan skripsi ini dan Dr Ir Sri Mulatsih, M.Sc. Agr sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberi masukan demi perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik.

2. Para dosen, staff, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

3. Teman-teman satu bimbingan saya, Nicco Andrian, Azmal Gusri Berliansyah, Dwiki Peni Abimanyu, Silvia Sari Busnita, Faqih Aulia Akbar Arrasyid, dan Febrina Mirazdianti yang telah saling membantu, memberi saran, serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabat-sahabat penulis Taufik Rizki, Wibisono Adhi, Syahbudien Hasan, Muhammad Yunus Djamaluddin, Kusuma Hani Putri, Bramastyo Agung, Hayuningtyas Triwahyuni, dan Keluarga Pasopati 17.

5. Keluarga Ilmu Ekonomi 47 yang telah memberikan doa dan dukungannya selama menyelesaikan skripsi ini.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan semuanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 8

METODE 17

Data dan Jenis Data 17

Metode Analisis 18

Perumusan Model 19

Pengujian Model 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Keragaan Ekonomi Ekspor Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3 21 Gambaran Trade Facilitation di Negara-Negara ASEAN+3 26

Hasil Estimasi dan Evaluasi Model 28

Model Untuk Ekspor Elektronik 30

Model Untuk Ekspor Kayu 31

SIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 39

(10)

DAFTAR TABEL

1 Share perdagangan negara-negara ASEAN dengan negara lainnya di

dunia 2

2 Nilai ekspor-impor negara-negara ASEAN+3 2007 dan 2012(USD

miliar) 3

3 Daftar pengahapusan tarif di kawasan ASEAN 6

4 Efektivitas penerapan empat pilar masyarakat ekonomi ASEAN hingga

2012 7

5 Sumber data penelitian 17

6 Nilai ekspor di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD Juta) 22 7 Nilai impor di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD Juta) 22 8 Nilai ekspor elektronik di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012

(USD juta) 23

9 Nilai ekspor kayu di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD

juta) 24

10 Perkembangan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil negara-negara

ASEAN+3 (USD juta) 25

11 Jumlah penduduk negara-negara di kawasan ASEAN+3 (juta jiwa) 25 12 Kualitas pelabuhan negara-negara di kawasan ASEAN+3 (Indeks;0-7) 26 13 Kelengkapan berkas dokumen di negara-negara ASEAN+3 (jumlah) 27 14 Waktu ekspor di negara-negara ASEAN+3 (hari) 28 15 Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor

elektronik di kawasan ASEAN+3 30

16 Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor kayu di

kawasan ASEAN+3 32

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan tarif elektronik di kawasan ASEAN+3 (Persen) 4 2 Perkembangan tarif kayu di kawasan ASEAN+3 (Persen) 5

3 Kurva perdagangan internasional 9

4 Kerangka pemikiran 16

5 Rata-Rata Total Tarif di Kawasan ASEAN+3 (Persen) 26 6 Biaya Transportasi Negara-Negara di Kawasan ASEAN+3 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Generalized Least Squared (GLS) Ekspor Elektronik 39 2 Uji Chow Ekspor Elektronik 39

3 Uji Hausmann ekspor elektronik 40

4 Uji Heteroskedastisitas ekspor elektronik 40

5 Uji Normalitas Ekspor Elektronik 40

6 Uji Multikolinieritas ekspor elektronik 41

(11)

8 Uji Chow ekspor kayu 42

9 Uji Hausmann ekspor kayu 43

10 Uji Normalitas ekspor kayu 43

11 Uji Heteroskedastisitas ekspor kayu 43

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebijakan perdagangan internasional timbul dari masing-masing negara yang ingin melindungi perdagangan mereka di tengah persaingan pasar internasional dengan negara lain. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan penerapan tarif perdagangan, baik itu tarif ekspor ataupun tarif impor. Di tahun 1987 total rata-rata tarif di dunia secara tahunan sebesar 25 persen namun seiring pertumbuhan ekonomi dunia yang terus berkembang pada tahun 2007, tingkat tarif menurun menjadi hanya 9 persen. Penurunan tarif perdagangan ini akan berimbas terhadap komponen biaya perdagangan lainnya, seperti biaya transportasi yang meningkat, biaya informasi yang meningkat, dan lainnya (Màrquez-Ramos et al. 2012). Menurut Kindleberger dan Lindert (1993) beberapa pakar ekonomi berpandangan bahwa perdagangan yang bebas akan lebih disukai dibanding dengan adanya restrikal parsial. Hingga banyak negara melalui organisasi perdagangan internasional mulai mengurangi tarif perdagangan bahkan penghapusan tarif.

Suatu konsep trade facilitation dijadikan salah satu solusi dalam perdagangan internasional untuk tetap melindungi arus perdagangan negara. Trade facilitation merupakan suatu pengukuran untuk kemudahan perdagangan. Hal ini menjadi isu hangat dalam perdagangan internasional, merupakan salah satu komponen dalam Doha Development Agenda yang diselenggarakan oleh World Trade Organization (WTO) pada tanggal 15 Mei 1998. Banyak negara yang menerapkan trade facilitation sebagai salah satu cara dalam menghadapi perdagangan bebas karena penurunan biaya transaksi. Namun tidak semua negara pula menerapkan trade facilitation karena keterbatasan sumber daya manusia dan finansial yang dimiliki. Penerapan trade facilitation akan mempermudah aliran perdagangan antar negara sehingga diharapkan menjadi solusi bagi negara-negara yang melakukan perdagangan.

Pengaruh liberalisasi perdagangan dengan menghilangkan segala bentuk hambatan perdagangan di negara kawasan ASEAN terbentuk dalam perjanjian Preferential Tarif Arrangement (PTA) tahun 1977. Kemudian pada tahun1992 terbentuk kesepakatan Common Effective Prefferential Tarif-ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) yang merupakan cikal bakal penghapusan tarif di kawasan ASEAN-6 dengan target implementasi pada tahun 2008 (Kementerian Perdagangan RI 2010a). Negara-negara ASEAN melakukan kesepakatan Free Trade Area (FTA) dengan negara Austarlia, Selandia Baru, China, India, Jepang, dan Korea Selatan untuk menciptakan integrasi perdagangan yang lebih luas. Kesepakatan tersebut dilakukan secara individu dengan mitra dagang mereka yang berada di luar kawasan ASEAN (US International Trade Commission 2010).

(14)

2

share terbesar selain dari intra ASEAN, yaitu China dengan total share perdagangan sebesar 12.8 persen (lihat Tabel 1).

Kerjasama Free Trade Area ASEAN+3 merupakan kerjasama perdagangan bebas dengan negara-negara yang memiliki perekonomian yang maju di kawasan Asia Timur. Perjanjian yang dilakukan oleh ASEAN dengan ketiga negara di kawasan Asia Timur tersebut dilakukakan secara bertahap, pertama perjanjian antara ASEAN dengan China dalam ASEAN-China Comprehensive Economic Cooperation pada tahun 2003, kedua perjanjian antara ASEAN dengan Jepang dalam ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership pada tahun 2003, dan ketiga perjanjian antara ASEAN dengan Korea Selatan dalam Joint Declaration on Comprehensive Cooperation Partnership beween ASEAN and Korea pada tahun 2004. Inti dari kerjasama ASEAN+3 adalah untuk meningkatkan dan memperkuat kerjasama ekonomi, perdagangan, investasi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat ekonomi ASEAN+3 (Kementerian Perdagangan RI 2010a).

Perkembangan perdagangan negara-negara ASEAN+3 menunjukkan potensi yang dimiliki masing-masing negara di perdagangan internasional. Pada tahun 2007, nilai total ekspor negara-negara di kawasan ASEAN+3 sebesar USD 3 147.81, kemudian pada tahun 2012 nilai total ekspor sebesar USD 4 617.1. Pertumbuhan ekspor dari tahun 2007 hingga tahun 2012 secara year on year sebesar 46.68 persen. Sedangkan nilai impor pada tahun 2007 sebesar 3203.4 dan pada tahun 2012 nilai impor sebesar USD 5 006. Pertumbuhan nilai impor secara year on year antara tahun 2007 dan 2012 sebesar 56.27 persen (lihat Tabel 2).

Negara 2005 (%)` 2012 (%)

ASEAN 25 24.3

Jepang 13 10.6

EU 25 9.8

China 9 12.8

US 13 8.1

Korea Selatan 4 5.3

AUS-NZ 3 2.8

India 2 3

Negara lainnya 21 23.3

Total Perdagangan USD1.2 Trillion USD2.4 Trillion Tabel 1 Share perdagangan negara-negara ASEAN dengan negara lainnya di dunia

(15)

3

Sumber: WITS, 2014a (diolah)

Kerjasama ASEAN+3 ini merupakan kawasan Free Trade Area terbesar di dunia karena melibatkan sekitar 2.3 miliar konsumen. Adanya perdagangan bebas ASEAN+3 akan menciptakan persaingan ekonomi yang semakin ketat selain dengan negara-negara ASEAN sendiri namun juga dengan China, Jepang, dan Korea Selatan. Hal ini justru akan mendorong masing-masing negara untuk meningkatkan kreatifitas perdagangan dan inovasi perdagangan sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN+3.

Dalam rangka menuju kawasan perdagangan bebas di ASEAN, dibuat suatu kesepakatan mengenai sektor atau komoditi yang mengalami penghapusan tarif. Kesepakatan tersebut tertuang dalam Mutual Recognition Agreements (MRAs) yang merupakan suatu perjanjian dibuat sesama negara ASEAN terhadap suatu sektor atau komoditi yang kemudian diterima oleh seluruh negara anggota. Mutual Recognition Agreements akan memberi dampak terhadap pengurangan dan penghapusan tarif dalam transaksi perdagangan dan tidak hanya memberi dampak positif terhadap para pelaku perdagangan. Sektor-sektor yang dianggap strategis untuk diperdagangkan akan diliberalisasikan yang tergabung dalam Sektor Prioritas Integritas (Priority Integration Sectors/ PISs). Sektor-sektor tersebut diantaranya Agro-based product, air travel, automotives, e-ASEAN, electronics, fisheries, healthcare, rubber-based product, textile and apparels, tourism, wood-based products. Sektor-sektor tersebut disepakati oleh perwakilan dari masing-masing negara ASEAN pada tanggal 12-13 Juli 2003. Selanjutnya, pada tanggal 8 Desember 2006, logistics ditambahkan sebagai salah satu sektor prioritas untuk diliberalisasikan.

(16)

4

Elektronik dan kayu merupakan salah satu sektor prioritas untuk diliberalisasikan di perdagangan ASEAN. Dalam rangka menuju hal tersebut, dilakukanlah penghapusan tarif pada kedua komoditi tersebut. Pada Gambar 1 terlihat perkembangan nilai tarif impor sektor elektronik di kawasan ASEAN+3 dari tahun 2007 hingga 2012. Nilai tarif elektronik tertinggi terdapat di negara Jepang, pada tahun 2012 nilai tarif rata-rata yang diambil dari delapan negara lainnya sebagai tujuan ekspor Jepang sebesar 6.93 persen. Nilai tarif ini meningkat dibanding pada tahun 2007 yang sebesar 5.82 persen. Sedangkan nilai tarif elektronik terendah yaitu Filipina. Nilai tarif rata-rata yang diambil dari beberapa negara mitra dagang Filipina di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2012 sebesar 2.62 persen.

Pada Gambar 2 terlihat perkembangan tarif rata-rata sektor kayu di kawasan ASEAN+3 di sektor kayu. Nilai tarif tertinggi terdapat pada negara Jepang. Nilai tarif rata-rata kayu yang diambil dari mitra dagang Jepang di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2012 sebesar 10.73 persen. Sedangkan nilai tarif terendah terdapat di negara Indonesia sebesar 7.33 persen. Dari nilai tarif tersebut menunjukkan masih adanya negara-negara yang masih menerapkan tarif sebagai kebijakan perdagangan mereka meskipun penurunan tarif telah mulai diberlakukan.

0

Sumber : WITS, 2014b (diolah)

(17)

5

Permasalahan yang dihadapi adalah penghapusan tarif pada sektor-sektor strategis yang sudah mulai diberlakukan namun tingkat penerapannya yang masih sangat rendah. Dengan melibatkan penduduk yang sangat besar dan tingkat konsumsi masyarakatnya yang tinggi menjadikan ASEAN+3 menjadi pasar yang berpotensial bagi negara-negara sesama anggota ataupun dengan non-anggota. Namun penggunaan fasilitas perdagangan yang digunakan para pelaku usaha masih sangat rendah. Kegiatan transaksi ekspor yang memanfaatkan fasilitas tersebut baru sekitar 34 persen dan 15 persen untuk kegiatan impor.

Perumusan Masalah

Dalam perdagangan internasional, terdapat dua mekanisme kebijakan yang digunakan yaitu kebijakan perdagangan tarif dan non-tarif. Dalam prakteknya, banyak negara yang menggunakan kebijakan tarif sebagai kebijakan perdagangan utama mereka. Banyak hambatan yang dapat digunakan dalam perdagangan seperti kuota impor, pembatasan sukarela, dan tindakan anti-dumping. Seiring perkembangan perdagangan dunia, negara-negara yang terlibat dalam kegiatan perdagangan internasional mulai meninggalkan kebijakan tarif dan beralih menggunakan non-tarif (Salvatore 1997).

Di kawasan ASEAN, kesepakatan ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang terbentuk pada tahun 1992 yang kemudian menjadi awal untuk terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) mulai dilakukan penghapusan tarif perdagangan. Penghapusan tarif perdagangan dilakukan secara bertahap yang dimulai pada tahun 2003 di negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan Brunei Darussalam yang sebesar 60 persen dari pos tarif. Kemudian disusul oleh Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja masing-masing pada tahun 2006, 2008, dan 2010. Penghapusan tarif tersebut diharapkan mulai secara penuh diterapkan pada tahun 2015 (lihat Tabel 3).

5

Sumber : WITS, 2014b (diolah)

(18)

6

*) Fleksibel hingga tahun 2018 Sumber : Kemendag RI, 2010

Penghapusan tarif tidak diterapkan sepenuhnya pada semua jenis produk di kawasan ASEAN terutama pada produk kategori Sensitive List (SL) dan Higly Sensitive List (HSL). Produk-produk tersebut harus masuk dalam skema Inclusion List (IL) berdasarkan jadwal yang telah disepakati. Tarif produk tersebut diturunkan menjadi 0-5 persen yang telah efektif setelah tanggal 1 Januari 2010.

Dalam perkembangannya, telah terdapat beberapa kesepakatan MRA yang telah dibuat hingga tahun 2009 dari tahun 2002. Kesepakatan Mutual Recognition Arrangement on Electronic and Electronic Equipment dan Agreement on The Harmonized Cosmetics Regulatory Scheme-AHCRS masing-masing pada tahun 2002 dan 2003 telah ditandatangani. ASEAN MRA on Engineering Services tahun 2005, ASEAN MRA on Nursering Services pada tahun 2006, ASEAN MRA on Architectural Services pada tahun 2007, ASEAN Framework Arrangement for Mutual Recognition of Surveying Qualifications pada tahun 2007, ASEAN MRA on Medical Practitioners pada tahun 2009, ASEAN MRA on Dental Practitioners pada tahun 2009, ASEAN MRA Framework on Accountancy Services pada tahun 2009, ASEAN MRA Framework on Accountacy Services pada tahun 2009, dan ASEAN Sectoral MRA for Good Manufacturing Practice (GMP) Inspection of Manufacturers of Medicinal Products pada tahun 2009 (Kementerian Perdagangan RI 2010).

Pada Tabel 4 menunjukkan tingkat keefektivitas persiapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 hingga akhir Desember 2011. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dibangun berdasarkan keempat pilar ini. Persiapan dari pilar pertama menunjukkan masih rendahnya keefektifan dari pasar tunggal dan produksi dasar. Hal ini disebabkan arus perdagangan barang yang masih berjalan belum efektif di kawasan perdagangan sesama negara ASEAN. Sedangkan perkembangan yang telah berjakan efektif ditunjukkan oleh pilar keempat. Hal ini ditunjukkan dengan dibentuknya kerjasama ASEAN dengan negara-negara mitranya, seperti China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru.

Negara ASEAN

Tahun Penghapusan Tarif

60% pos tarif 80% pos tarif 100% pos tarif

ASEAN-6 2003 2007 2010

Vietnam 2006 2010 2015

Laos dan Myanmar 2008 2012 2015

Cambodia 2010 - 2015*

(19)

7

Pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Efektivitas (%) Pilar Pertama Single Market and

Production Based

65.9 Pilar Kedua Competitiveness

Economic Region

67.9 Pilar Ketiga Equitable Economic

Development

66.7 Pilar Keempat Integration Into The

Global Economy

85.7 Sumber : ASEANSEC, 2012

Pemberlakuan penurunan tarif yang sudah mulai diterapkan namun hambatan tarif masih tetap diberlakukan di masing-masing negara ASEAN+3. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap arus transaksi perdagangan di kawasan ASEAN+3 menjadi kurang optimal. Adanya konsep trade facilitation diharapkan menjadi suatu solusi di masing-masing negara untuk meningkatkan perdagangan mereka. Selain itu, konsep tersebut akan memberikan kemudahan dalam bertransaksi antar negara ASEAN+3. Sehinggga dari adanya trade facilitation akan meningkatkan nilai arus perdagangan secara optimal di kawasan ASEAN+3.

Lebih lanjut lagi penerapan trade facilitation akan memberikan pengaruh terhadap arus perdagangan di kawasan ASEAN+3 baik untuk perdagangan dalam ataupun luar kawasan. Perubahan-perubahan harus dilakukan oleh negara-negara ASEAN+3 guna mendukung kebijakan tersebut. Hal ini tentunya akan memberikan pengaruh positif terhadap kemudahan transaksi perdagangan, namun dapat juga menjadi suatu tantangan bagi negara anggota kawasan tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi arus perdagangan di sektor elektronik dan kayu di kawasan ASEAN+3?

2. Bagaimana pengaruh trade facilitation dan tarif pada komoditi elektronik dan kayu di kawasan ASEAN+3?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dari tarif dan trade facilitation pada arus perdagangan sektor elektronik dan kayu di kawasan ASEAN+3. 2. Menganalisis pengaruh trade facilitation dan tarif di sektor elektronik dan

kayu perdagangan di kawasan ASEAN+3.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan mengenai kebijakan perdagangan internasional

(20)

8

2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai trade facilitation dan trade policy bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisis pengaruh dari trade facilitation dan tarif di kawasan ASEAN+3. Tarif yang diterapkan merupakan tarif impor yang diambil secara rata-rata per tahun dari masing-masing delapan negara tujuan ekspor. Variabel trade facilitation yang digunakan adalah kelengkapan berkas dokumen ekspor, waktu untuk mengekspor, efisiensi pelabuhan, dan biaya transportasi. Sektor yang akan diteliti yaitu kayu dan elektronik. Negara-Negara yang akan diteliti yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Jepang, China, dan Korea Selatan. Perdagangan yang dilakukan yaitu kegiatan ekspor kayu dan elektronik sesama negara anggota ASEAN+3.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Teori Perdagangan Internasional

Ekonomi internasional menjelaskan hubungan saling ketergantungan antar negara. Ilmu ini menjelaskan dasar-dasar serta keuntungan perdagangan, alasan serta pengaruh dilakukannya pembatasan perdagangan, kebijakan yang diarahkan untuk mengatur arus pembayaran dan penerimaan internasional, serta pengaruh kebijakan-kebijakan tersebut terhadap kesejahteraan suatu negara (Salvatore, 1997). Studi-studi yang membahas mengenai ekonomi internasional telah menjadi sangat penting karena adanya pengaruh dari globalisasi ekonomi dunia yang dicirikan:

1. Keterbukaan ekonomi terutama dengan adanya liberalisasi pasar dan arus uang serta transfer teknologi secara internasional;

2. Keterkaitan dan ketergantungan ekonomi, keuangan, perdagangan, dan industry antar negara atau perusahaan yang ditunjukkan oleh adanya pembentukan perusahaan multinasional dan kecenderungan integrasi ekonomi regional;

3. Persaingan yang semakin ketat antar negara ataupun perusahaan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas yang optimal.

Sehingga secara spesifik ekonomi internasional mengkaji permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Teori perdagangan internasional, 2. Kebijakan perdagangan internasional, 3. Pasar valuta asing, dan

4. Neraca pembayaran.

(21)

9

X

Krugman dan Obstfeld (2003) menjelaskan bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional:

1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain,

2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economic of scale).

Sumber : Salvatore (1997)

Pada Gambar 3 memperlihatkan sebelum terjadi perdagangan pada masing-masing negara 1 dan 2 dengan tingkat harga P1 dan P2 di kedua negara. Penawaran internasional akan terjadi untuk negara 1 jika harga komoditi berada di atas harga P1 sedangkan permintaan internasional akan terjadi jika harga komoditi berada di bawah harga P2. Pada saat harga internasional (P*) sama dengan P1 maka akan terjadi excess demand pada negara 2. Jika harga internasional sama dengan harga P2 maka akan terjadi excess supply di negara 2. Dari A dan A’ akan terbentuk kurva S dan D akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P*. Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara 1 akan mengekspor komoditi sebesar X sedangkan negara 2 akan mengimpor komoditi sebesar M, dimana di pasar internasional sebesar X sama dengan M yaitu Q*.

Integrasi Ekonomi

Dalam kegiatan ekonomi internasional, negara-negara cenderung menjalin kerjasama di bidang ekonomi dengan membentuk suatu kelompok yang terdiri dari beberapa negara di dalamnya. Pembentukan kelompok tersebut dimaksudkan untuk hambatan-hambatan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dapat diturunkan bahkan dihilangkan sama sekali. Namun bagi negara-negara di luar anggota, masing-masing negara dapat menentukkan kebijakan sendiri.

Tingkatan integrasi ekonomi sendiri bervariasi mulai dari pengaturan perdagangan preferensial, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi pembentukkan kawasan/area perdagangan bebas, kemudian menjadi persekutuan

S

B

S

*

(22)

10

pabean, pasaran bersama dan akhirnya menjurus pada penyatuan ekonomi secara menyeluruh (Salvatore 1997).

1. Preferential Trade Arrangements (PTA) dibentuk oleh negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di antara mereka, dan membedakannya dengan yang diberlakukannya terhadap negara-negara di luar anggota.

2. Free Trade Area (FTA) merupakan bentuk integrasi ekonomi yang hambatan perdagangan tarif maupun non-tarif di antara anggota telah dihilangkan sepenuhnya, namun negara anggota tersebut masih masih berhak untuk menentukkan sendiri apakah mereka hendak mempertahankan atau menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkannya terhadap negara-negara luar yang bukan anggota.

3. Custom Union (CU) mewajibkan semua negara anggota untuk tidak menghilangkan semua bentuk perdagangan di antara mereka namun juga menyeragamkan kebijakan perdagangan mereka terhadap negara-negara di luar bukan anggota.

4. Common Market merupakan bentuk integrasi yang tidak hanya perdagangan yang dibebaskan namun juga arus-arus faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal.

5. Economic Union merupakan penyelarasan yang lebi jauh lagi dengan menyeragamkan kebijakan-kebijakan moneter dan fiskal dari masing-masing negara anggota.

Konsep Gravity Model

Gravity model merupakan model yang menganalisis perdagangan berdasarkan perhitungan jarak antar negara dan interaksi antarnegara. Model ini pertama kali digunakan oleh Tinbergen (1962) dan Poyhonen (1963)untuk menganalisis aliran perdagangan bilateral oleh mitra dagang pada GNP dan jarak geografi antar negara. Penamaan gravity model ini karena menggunakan rumus yang sama dengan model gravitasi Newton yang memperhitungkan jarak dan ukuran fisik kedua benda.

Gravity model secara umum disajikan dalam bentuk persamaan untuk mengetahui aliran ekspor komoditi dari negara i ke negara j sebagai berikut :

= � � � � � � � �� �� ……….…………...……….…(1) Kemudian persamaan di atas diubah ke dalam bentuk persamaan logaritma liniear

= � ��+� � � + � � � +� � � � + � � � � +

� � � � + � � � � ………...(2)

Keterangan :

= volume komoditi aliran perdagangan bilateral dari negara i ke negara j

= PDB negara i (USD) = PDB negara j (USD)

� = populasi negara i (jiwa)

(23)

11

� = jarak antara negara i dengan negara j (km)

Produk Domestik Bruto (PDB)

Menurut Mankiw (2002), Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atau output barang dan jasa. PDB terdiri dari PDB nominal dan PDB riil. PDB nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output ekonomi sedangkan PDB riil mengukur output yang dinilai pada harga konstan. PDB terdiri dari variabel konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan net ekspor yang ditulis dalam persamaan:

Y=C+I+G+NX………....….(3) Dalam gravity model, Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu variabel utama. Dalam model tersebut, nilai PDB menunjukkan besaran kemampuan perekonomian suatu negara. PDB yang semakin besar maka semakin besar pula negara tersebut dalam melakukan perdagangan.

Jarak Antar Negara

Jarak merupakan indikator dalam penentuan biaya transportasi untuk transaksi perdagangan. Semakin jauh jarak yang ditempuh maka akan meningkat pula biaya transportasinya. Jarak memberi pengaruh tidak langsung yang sangat besar terhadap perdagangan internasional. Keuntungan yang diperoleh pun akan semakin kecil jika jarak antar kedua negara semakin jauh. Hal ini akan berpengaruh terhadap transaksi perdagangan antar negara yang akan semakin menurun sehingga nilai ekspor pun akan rendah.

Tarif

Tarif merupakan pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas batas territorial. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Ditinjau dari aspek asal komoditi, dua macam tarif yaitu tarif impor, yaitu pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain dan tarif ekspor, yaitu pajak yang dikenakan terhadap suatu komoditi yang diekspor. Ditinjau dari mekanisme perhitungannya, tarif dibedakan atas tarif ad valorem, yaitu adalah tarif yang dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik merupakan beban yang dikenakan terhadap suatu komoditi dengan nilai tetap unit barang yang diimpor. Dan tarif campuran merupakan gabungan dari tarif ad valorem dan tarif spesifik (Salvatore 1997).

Populasi

(24)

12

domestik akan meningkatkan jumlah permintaan, hal ini dikarenakan kebutuhan hidup individu mengalami peningkatan. Sehingga jumlah produksi komoditi untuk ekspor akan menurun dan meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Trade Facilitation

Berdasarkan pengertian yang digunakan oleh WTO, trade facilitation merupakan penyederhaaan, standardisasi, dan harmonisasi dari prosedur perdagangan internasional dengan hanya memperhatikan apa saja yang terjadi di sekitar perbatasan (Engman 2005).

Sedangkan pengertian trade facilitation menurut Wilson et al. (2003b, 2005) merupakan perpindahan barang melalui pelabuhan-pelabuhan atau dengan lebih efisien dengan melalui transaksi dokumen yang terkait lintas batas negara. namun dalam artian yang lebih luas lagi, memiliki arti perdagangan yang memasukkan lingkungan perdagangan, lokasi dimana transaksi berlangsung yang di dalamnya terdapat transparansi dan profesionalisme dari aturan mengenai lingkungan. Adapun indikator-indikator dari trade facilitation berdasarkan OECD (2013) diantaranya ketersediaan informasi, konsultasi, mempercepat keputusan, biaya dan ongkos, dokumen-dokumen, prosedur, otomatisasi, serta pemerintah dan imparsialitas.

Biaya Transportasi

Menurut Salvatore (1997), biaya transportasi memberikan pengaruh langsung yang sangat besar terhadap perdagangan internasional, yaitu dengan meningkatkan harga atau komoditi yang diperdagangkan, baik untuk negara pengekspor ataupun bagi negara pengimpor. Biaya transportasi juga memberi pengaruh tidak langsung terhadap lokasi penyelenggaraan produksi dan pusat-pusat industri secara internasional. Biaya pengangkutan merupakan hambatan dalam setiap pergerakan barang dan jasa, maka unsur biaya ini memiliki implikasi penting terhadap mekanisme perekonomian terbuka. Adapun yang termasuk dalam biaya transportasi meliputi ongkos pengapalan, biaya bongkar muat di pelabuhan, premi asuransi, serta aneka pungutan pada saat komoditi yang diperdagangkam disimpan di suatu tempat sementara (transit).

Kelengkapan Berkas Dokumen Ekspor

Berdasarkan OECD (2013), langkah-langkah yang berkaitan dengan persyaratan dokumen merujuk sampai sebatas harmonisasi dokumen perdagangan, melalui ketergantungan dengan standar internasional dan penyederhanaan persyaratan dokumenter, melalui penggunaan salinan dan pengurangan jumlah dan kompleksitas dokumen yang diperlukan.

Waktu Ekspor

(25)

13 hingga transaksi perdagangan selesai. Prosedur pengiriman yang tercepat akan mengurangi biaya pengiriman dan tentunya itu akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan dari pihak perusahaan.

Kualitas Pelabuhan

Berdasarkan Dang dan Merk (2012) kualitas infrastruktur pelabuhan merupakan faktor penting untuk meningkatkan transaksi perdagangan dan pembangunan daerah. Pertumbuhan lalu lintas laut internasional serta teknologi yang semakin maju akan menciptakan persaingan antar pelabuhan agar memliki kualitas yang lebih baik. Peningkatan kualitas pelabuhan akan mempengaruhi efisiensi kegiatan bongkar-muat pelabuhan. Hal tersebut didukung dalam penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Wilson et al (2003) bahwa efisiensi pelabuhan akan meningkatkan kegiatan perdagangan. Negara-negara dengan transaksi perdagangan yang besar akan memerlukan ukuran pelabuhan yang luas guna mengefisiensikan kegiatan perdagangan.

Krisis 2008

Krisis yang terjadi pada tahun 2008 di Amerika Serikat yang dikenal dengan subprime mortgage memberi dampak secara global. Krisis yang terjadi pada tahun 2008 tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian negara-negara di dunia. Perekonomian negara-negara di kawasan ASEAN+3 tidak lepas dari pengaruh krisis. Ini. Pengaruh krisis tersebut secara umum dapat diantisipasi dengan adanya beberapa negara yang pertumbuhan perekonomiannya tetap naik dan mampu bertahan (Sihono 2009).

Penelitian Terdahulu

(26)

14

Dalam penelitian ini, digunakan data sekunder, dengan melibatkan negara-negara di kawasan ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand dan dalam kurun waktu 2001-2004. Analisis data panel dengan model gravitasi digunakan untuk melihat keterkaitan antara trade facilitation dan arus perdagangan, dan variabel lainnya. Pengujian yang dilakukan dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS).

Zahidi (2012) menganalisis mengenai dampak trade facilitation terhadap sektor manufaktur dan sektor pertanian di kawasan ASEAN+3. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa time series dari tahun 2006 hingga tahun 2010 dan data cross section 9 negara yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Vietnam. Model yang digunakan adalah gravity model yang dianalisis dengan panel data. Dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa perdagangan sektor pertanian dipengaruhi oleh efisiensi prosedur kepabeanan sebagai indicator trade facilitation, variabel PDB per kapita, nilai tukar, dan jarak ekonomi. Sedangkan untuk sektor manufaktur dipengaruhi oleh variabel administrasi impor dan efisiensi prosedur kepabeanan sebagai indicator trade facilitation, serta variabel lainnya seperti tarif, nilai tukar, PDB per kapita. Pada perdagangan sektor manufaktur, arus perdagangan impor tertinggi terjadi antara China dan Indonesia, dimana China sebagai pengimpor dan Indonesia sebagai negara pengeskpor. Pada sektor pertanian, arus impor pun dikuasai oleh China dan Indonesia sebagai negara pengekspornya.

Màrquez-Ramos et al (2012) menganalisis mengenai perbandingan penerapan trade facilitation dan trade policy pada Sembilan kelompok sektor . Penelitian ini mengambil sampel tiga belas negara pengekspor. Nilai tarif perdagangan diambil dengan melibatkan 168 negara pengimpor. Model gravitasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui aliran perdagangan 13 negara utama dengan 168 negara pengimpor. Analis kuadrat terkecil (OLS) digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan data cross section tahun 2000.

Penerapan trade facilitation lebih efektif penerapannya di sembilan sektor utama dibandingkan penerapan trade policy. Diantara ketiga belas negara pengekspor, model yang digunakan lebih efektif digunakan pada negara-negara maju dibanding negara-negara berkembang. Trade facilitation diindikasikan akan meningkatkan volume perdagangan pada sektor-sektor yang menggunakan teknologi tinggi dan manufaktur. Di negara-negara yang berpendapatan menengah dan rendah, trade policy masih menjadi isu utama. Penerapan pajak perdagangan masih merupakan salah satu sumber pendapatan negara, adanya lobi-lobi kepada pemerintah untuk memberi proteksi kepada produk-produk yang perlu perlindungan. Penurunan penerapan tarif perdagangan akan mengarah ke peningkatan di pasar dunia walaupun tidak sama untuk semua negara dan semua sektor.

(27)

15 facilitation akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan per kapita masing-masing negara hal ini dapat terlihat dari perubahan positif dari arus perdagangan bilateral bagi negara-negara anggota APEC dengan melihat keempat indikator tersebut.

Kerangka Pemikiran

(28)

16

Gambar 4 Kerangka pemikiran Implikasi Kebijakan Tarif

Gravity Model GDP, Populasi, jarak

ekonomi, tarif, dokumen, biaya transportasi, waktu, kualitas pelabuhan, dummy krisis 2008

Trade Facilitation Sektor : Kayu dan Elektronik

1. Pasar Tunggal dan Produksi Dasar 2. Kawasan Ekonomi Kompetitif 3 Pembangunan Ekonomi yang Merata 4. Integrasi Ekonomi Global

Arus Barang dan Sektor Prioritas Integrasi

Perdagangan Intra ASEAN+3 MEA 2015

4 Pilar ASEAN

(29)

17

Tabel 5 Sumber data penelitian

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah:

1. GDP memiliki pengaruh positif terhadap perdagangan bilateral di kawasan ASEAN+3. Semakin tinggi GDP kedua negara maka transaksi perdagangan di kedua negara pun akan meningkat.

2. Jarak memiliki pengaruh yang negatif terhadap perdagangan. Semakin jauh jarak kedua negara akan mengakibatkan transaksi perdagangan di kedua negara akan berkurang.

3. Populasi akan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor yang semakin meningkat.

4. Tarif impor berpengaruh negatif terhadap perdagangan. Penerapan tarif impor akan mengurangi jumlah komoditi yang akan diperdagangkan. 5. Biaya transportasi akan berpengaruh negatif terhadap perdagangan. 6. Kualitas pelabuhan berpengaruh positif terhadap arus perdagangan. 7. Waktu akan berpengaruh negatif terhadap perdagangan. Semakin lama

waktu yang diperlukan untuk transaksi perdagangan maka tingkat arus perdagangan pun akan menurun.

8. Kelengkapan berkas dokumen memiliki pengaruh negatif terhadap arus perdagangan. Semakin banyak berkas-berkas dokumen yang diperlukan transaksi akan mengurangi arus ekspor perdagangan.

9. Dummy krisis tahun 2008 berpengaruh negatif terhadap nilai perdagangan.

METODE

Data dan Jenis Data

Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan dalam bentuk time series dari tahun 2007 hingga 2012 dan cross section 9 negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Singapura, China, Jepang, dan Korea Selatan). Data elektronik dan kayu yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber, yaitu UN COMTRADE, ASEAN, World Bank, WITS, CEPII, dan beberapa diambil dari data publikasi internasional seperti Doing Business.

Variabel Sumber Keterangan Nilai Ekspor Riil UNCOMTRADE USD

GDP Riil WDI USD

Populasi WDI Jiwa

Jarak CEPII Kilometer Tarif WITS Ad Valorem (%) Kualitas Pelabuhan Global Competitiveness Report Indeks; 0-7 Biaya Transportasi Doing Business USD Waktu Pengiriman Doing Business Hari

(30)

18

Metode Analisis

Dalam penelitian ini, model yang akan digunakan untuk menganalisis perbandingan trade facilitation dan tarif terhadap perdagangan di ASEAN+3 adalah dengan menggunakan gravity model. Model ini akan diuji dengan metode kuadrat terkecil (OLS). Metode ini dipilih karena merupakan bentuk paling sederhana yang diterapkan dalam pengolahan data panel data yang berbentuk pool.

Panel Data

Jika dalam pengamatan ketersediaan data untuk beberapa individu untuk kurun waktu tertentu, beberapa metode penggabungan dapat dilakukan. Penggabungan cross section dan time series bisa dikenal dengan panel data atau pooled data (Juanda 2009). Penggunaan panel data memiliki beberapa penggunaan, adapun sebagai berikut (Gujarati 2006):

1. Mampu mengontrol heterogenitas individu,

2. mengurangi kolinieritas antar variabel, meningkatkan degrees of freedom, lebih bervariasi, dan lebih efisien,

3. mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diperoleh dari data cross section murni atau data time series,

4. dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.

Ordinary Least Square (OLS)

Ordinary Least Square (OLS) merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi ataupun sampel. Berdasarkan dalil Gauss-Markov, penduga yang baik dalam penggunaan metode OLS jika memenuhi asumsi-asumsi yang sebagai berikut (Juanda 2009):

1. Komponen harapan sisaan memiliki nilai sama dengan nol E(ε ) =0, dan ragam konstan untuk semua pengamatan i, Var(ε )=�

2. Tidak ada korelasi antar sisaan ε sehingga Cov(ε , ε )=0/ untuk i tidak sama dengan j

3. Komponen sisaan menyebar normal, ε ∽N , �

Apabila asumsi-asumsi tersebut (asumsi regresi linier klasik) terpenuhi maka dapat ditunjukkan bahwa estimator OLS bersifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE), artinya estimator tak bias terbaik di kelas estimator linier (Arifianto 2012).

Model Pooled

Model panel linier k variabel dapat direpresentasikan sebagai berikut:

�� = ∝ + ∑ = ∝ , �+ � ………....(4)

(31)

19

Model Efek Tetap (Fix Effect Model/FEM)

Model efek tetap digunakan dengan memasukkan variabel dummy untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda pada cross section atau time series.

��= ∝ + ∑ = ∝ , �+∑�−= �� +∑�−�= ��� �+ ��……….(5) Keterangan :

�� = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i

∝� = intercept yang berubah-ubah antar unit cross section , � = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i

∝ = parameter untuk variabel j

�� = variabel dummy sebanyak N-1

��� = variabel dummy sebanyak T-1 e = komponen eror

Persamaan 5 merupakan model variabel kategorik yang dapat diestimasikan dengan OLS. Jika dan diasumsikan tidak berkolerasi dengan variabel bebas maka estimator OLS adalah tidak bias. Model efek tetap dapat dijadikan model terbaik dalam pengestimasian dengan membandingkan dengan model residual gabungan (pooled OLS) melalui F test. Apabila model dengan efek tetap lebih baik dari pooled OLS maka nilai koefisien determinan (� ) model tersebut lebih tinggi secara signifikan (Arifianto 2012).

Model Efek Acak (Random Effect Model/REM)

Banyaknya variabel dummy yang diestimasikan dalam model efek tetap akan menimbulkan permasalahn multikolinieritas. Hal tersebut membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan ke dalam error. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan model efek acak (random effect model/REM). Model persamaan yang menggunakan REM sebagai berikut (Firdaus 2011):

�� = ∝ + ∝ , �+��

�� = �+ �= �

� ~ N(0, δu²) = komponen cross section error � ~ N(0,δv²) = komponen time series error

~ N(0,δw²) = komponen error kombinasi

Perumusan Model

� � = � + � � � + � � � + � � + � � +

� � � + � � � + � � � + � � �� +

� � �� + � � � + � + � ………(7)

Keterangan :

� : Nilai ekspor komoditi x negara j ke negara i pada tahun t (USD riil)

� : GDP riil negara eksportir pada tahun t (USD riil)

� : GDP riil negara importir pada tahun t (USD riil) : Jumlah penduduk negara eksportir pada tahun t (jiwa) : Jumlah penduduk negara importir pada tahun t (jiwa)

(32)

20

� _� : Tarif impor ad valorem komoditi pada tahun t (persen)

_� : Waktu yang diperlukan untuk mengekspor komoditi pada tahun t (hari)

�_� : Kelengkapan dokumen yang diperlukan untuk ekspor pada pada tahun t (jumlah berkas)

�� : Kualitas pelabuhan negara tujuan ekspor pada tahun t (indeks; 0-7)

_ � : Biaya transportasi ekspor komoditi pada tahun t (USD)

: Dummy krisis ekonomi global pada tahun 2008. Dimana 1 = untuk tahun setelah tahun 2008 ; 0 = lainnya

Pengujian Model

Pada analisis model yang menggunakan data panel, terdapat tiga macam pendekatan, yaitu Pendekatan Kuadrat Terkecil (PLS/ Pooled Least Squared), Pendekatan Efek Tetap (FEM/ Fixed Effect Model), dan Pendekatan Efek Acak (REM/ Random Effect Model). Pemilihan model yang terbaik dilakukan dengan beberapa uji. Pengujiannya yaitu:

1. Pemilihan model dalam data panel a. Chow Test

Chow test digunakan untuk melihat apakah model FEM lebih baik dibanding dengan model PLS. Pengujian ini dengan melihat signifikansi uji F-statistik dengan hipotesis sebagai berikut:

� = PLS

H = FEM

Jika p-value lebih kecil dari taraf nyata (5 persen atau 10 persen) pada PLS maka cukup bukti untuk menolak H , sehingga dipilih FEM sebagai model terbaik. b. Hausmann Test

Hausmann test digunakan untuk memilih model yang terbaik antara FEM dengan REM. Pengujian Hausmann mengikuti kriteria Wald , nilai statistik akan mengikuti distribusi chi-square.

� = REM

H = FEM

Jika p-value lebih kecil dari taraf nyata (5 persen atau 10 persen) pada REM maka cukup bukti untuk menolak H , sehingga dipilih FEM sebagai model terbaik. 2. Pengujian asumsi model

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengidentifikasi error term mendekati distribusi normal atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan uji Jarque Berra, jika nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka error term dapat dikatakan menyebar dengan normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

(33)

21 atau yang lebih umum disebut GLS (Generalized Least Squares). Prosedur dugaan dengan metode WLS adalah dengan cara memberikan bobot pada data asli, dan kemudian menerapkan metode OLS terhadap model yang telah diboboti tersebut (Juanda 2009)

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi menunjukkan sifat residual regresi yang tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Permasalahan ini timbul akibat adanya spesifikasi yang tidak tepat terhadap hubungan antara variabel endogenous dengan variabel penjelas (Ariefianto 2012). Model yang mengalami masalah autokorelasi, maka estimator OLS yang diperoleh adalah tidak bias, konsisten, dan secara asimtotik akan terdistribusi dengan normal (Gujarati 2003). Namun model regresi tersebut menjadi tidak Best Linier Unbiased Estimation (BLUE) karena varians residual tidak minimum pada estimator kelas linier.

Autokorelasi dapat diatasi dengan menambahkan term lag variabel terikat pada model regresi awal jika hal tersebut disebabkan oleh fenomena cobweb (lagged response) (Arifianto 2012).

d. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas timbul jika dua atau lebih variabel bebas berkorelasi tinggi antara peubah yang satu dengan peubah bebas lainnya. Adanya dua peubah bebas yang berkorelasi, dugaan parameter menggunakan OLS masih dapat diperoleh, namun dalam interpretasi variabel tersebut akan menjadi sulit. Sebaran dari dugaan parameter koefisien regresi sangat sensitif terhadap korelasi peubah bebas, dan akan berpengaruh terhadap simpangan baku parameternya. Mengatasi peubah bebas yang memiliki korelasi tinggi dengan peubah bebas lainnya dengan cara mengeluarkan salah satu peubah bebas yang memiliki korelasi tinggi, memanfaatkan informasi sebelumnya, menggunakan regresi komponen utama, menggabungkan data time series dengan data cross section, dan menambahkan data baru (Juanda 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan Ekonomi Ekspor Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3

Perkembangan Ekspor-Impor Negara-negara di Kawasan ASEAN+3

(34)

22

Tabel 7 Nilai impor di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD juta)

Sumber : WITS, 2014a (diolah)

Pertumbuhan ekspor yang signifikan terjadi di negara Vietnam, Filipina, dan China. Negara Vietnam mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 18.16 persen dari tahun 2011 ke tahun 2012 dengan nilai total impor sebesar USD 96.9 juta hingga USD 114.5 berturut-turut dari tahun 2011 hingga 2012. Negara Filipina mengalami pertumbuhan ekspor sebesar 8.33 persen dari tahun 2011 ke tahun 2012, dengan total ekspor secara berturut-turut sebesar USD 48.0 juta ke USD 52.0 juta. China pertumbuhan impornya sebesar 7.93 persen dari tahun 2011 ke tahun 2012, dengan nilai total perdagangan berturut-turut sebesar USD 1 898.3 juta dan USD 2 048.8 juta.

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pertumbuhan (2011-2012)

(%)

CHN 1 220.1 1 430.7 1 201.6 1 577.8 1 898.3 2 048.8 7.93 IDN 114.1 137.0 116.5 157.8 203.5 190.0 -6.63 JPG 714.3 781.4 580.7 769.8 823.2 798.6 -2.98 KOR 371.5 422.0 363.5 466.4 555.2 547.8 -1.33 MYS 175.9 198.7 157.2 198.8 227.0 227.4 0.18 PHL 50.5 49.1 38.4 51.5 48.0 52.0 8.33 SGP 299.3 338.2 269.8 351.9 409.5 408.4 -0.27 THA 153.6 175.9 152.5 195.3 228.8 229.5 0.31 VNM 48.6 62.7 57.1 72.2 96.9 114.5 18.16

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pertumb uhan

(2011-2012) (%)

CHN 956.10 1 132.60 1 005.60 1 396.00 1 743.39 1 818.20 4.30 IDN 74.50 129.20 96.80 135.66 177.44 191.70 8.04 JPG 622.20 762.50 550.00 694.06 855.38 885.84 3.56 KOR 356.80 435.30 323.08 425.21 524.41 519.57 -0.92 MYS 146.10 155.70 123.57 164.59 187.57 196.20 4.60 PHL 58.00 60.40 45.88 58.47 63.69 65.35 2.61 SGP 263.20 319.80 245.78 310.80 365.77 379.72 3.81 THA 143.86 178.60 133.77 182.39 228.48 247.57 8.36 VNM 62.80 80.70 70.00 84.83 106.75 113.78 6.59

Tabel 6 Nilai ekspor di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012 (USD juta)

(35)

23 Nilai impor negara-negara di kawasan ASEAN+3 pun mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2012, impor tertinggi terjadi di negara China sebesar USD 1 818.20 Juta. Pertumbuhan impornya pada tahun 2011 hingga tahun 2012 sebesar 4.30 persen. Kemudian diikuti oleh Jepang dengan nilai ekspor pada tahun 2012 sebesar USD 885.84 Juta dan pertumbuhan ekspornya sebesar 3.56 persen. Nilai impor terkecil dimiliki oleh negara Filipina sebesar USD 65.35 Juta dan nilai pertumbuhan ekspornya 2.61 persen. Terdapat pula negara dengan nilai impor yang menurun yaitu Korea Selatan pada tahun 2011-2012 yaitu sebesar -0.92 persen.

Perkembangan Ekspor Elektronik di ASEAN+3

China merupakan negara pengekspor elektronik dengan pertumbuhan tertinggi di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2011-2012 sebesar 20.86 persen. Pada tahun 2012, nilai ekspor China sebesar USD 4 069.84 miliar, mengungguli Jepang dengan nilai ekspor USD 3 075.30 miliar. Jepang merupakan negara dengan pertumbuhan ekspor elektronik dari tahun 2007-2012 mengalami penurunan yaitu pada tahun 2007 nilai elektronik sebesar USD 5 958.40 miliar menjadi sebesar USD 3 075.30 miliar. Negara dengan pertumbuhan ekspor terendah pada tahun 2011-2012 yaitu terdapat di Malaysia dengan nilai pertumbuhan sebesar -164.14 persen. Sedangkan negara dengan nilai ekspor terendah terdapat di Indonesia dengan nilai ekspor sebesar USD 0.41 miliar pada tahun 2012. Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan pada tahun 2011-2012 sebesar -1.96 persen.

Perkembangan Ekspor Kayu di ASEAN+3

Nilai ekspor untuk produk kayu pada tahun 2007 hingga tahun 2012, secara keseluruhan mengalami peningkatan. Negara dengan nilai ekspor tertinggi terjadi di negara Jepang, pada tahun 2012 yaitu sebesar USD 9 929.45 juta. Pada tahun 2009, nilai ekspor kayu negara-negara di kawasan ASEAN+3 mengalami penurunan karena terkena dampak dari krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008-2009. Filipina merupakan negara dengan pertumbuhan

2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tabel 8 Nilai ekspor elektronik di negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2012

(USD miliar)

(36)

24

ekspor yang tinggi pada tahun 2011 hingga 2012 yaitu sebesar 14.49 persen kemudian diikuti oleh China dan Korea Selatan masing-masing sebesar 10.32 persen dan 12.09 persen. Malaysia merupakan satu-satunya negara dengan nilai ekspor yang mengalami penurunan dari tahun 2011 hingga tahun 2012 yaitu sebesar 19.13 persen.

Sumber : UNCOMTRADE, 2014 (diolah)

Perkembangan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Riil Negara-negara di Kawasan ASEAN+3 2007-2012

Perkembangan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil di kawasan ASEAN+3 mengalami pertumbuhan dari tahun 2007 hingga tahun 2012. Dari Gambar 5 terdapat ketimpangan pendapatan antara negara ASEAN dengan negara mitra (China, Jepang, dan Korea Selatan). Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat berpengaruh terhadap negara-negara di kawasan ASEAN+3, hanya beberapa negara saja yang mampu bertahan terhadap krisis, di antaranya Singapura, Vietnam, China, dan Jepang. Negara dengan PDB riil tertinggi yaitu negara Jepang dengan nilai PDB pada tahun 2012 sebesar USD 65 079.7 juta dan negara dengan PDB terendah yaitu Vietnam dengan PDB sebesar USD 1 158.4 juta. Secara keseluruhan, nilai PDB riil negara-negara di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2012 sebesar USD 136 920.3 juta atau meningkat sebesar USD 6 535.3 juta.

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pertumbuha n (2011-2012) (%) IDN 270.04 265.19 191.99 276.42 475.99 516.43 7.83 MYS 248.96 271.14 238.91 457.52 545.98 458.29 -19.13 PHL 152.98 200.82 173.62 241.13 318.83 372.88 14.49 SGP 471.08 505.38 437.55 536.73 682.44 744.69 8.36 THA 308.77 330.37 307.75 414.29 569.73 614.21 7.24 VN

M 166.87 166.01 175.28 207.59 237.47 242.62 2.12

CHN 3 682.85 3 264.23 4 215.53 8 389.58

12 960.0

0

14 450.8

7

10.32

(37)

25

Sumber : WITS, 2014a (diolah)

Tabel 10 Perkembangan pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil negara-negara ASEAN+3 (USD juta)

Perkembangan Penduduk Negara-Negara ASEAN+3

Jumlah penduduk dapat mempengaruhi arus perdagangan di suatu negara. Negara dengan jumlah penduduk yang besar maka kebutuhannya pun akan meningkat. Jika suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya maka akan dilakukannya perdagangan dengan negara lain. Tabel 11 menunjukkan perkembangan jumlah penduduk di negara-negara di kawasan ASEAN+3 yang terus meningkat setiap tahunnya. Negara dengan jumlah penduduk tertinggi yaitu China. Pada tahun 2012, jumlah penduduk negara China sebesar 1 350 695 000 jiwa meningkat dari tahun 2011 yang berjumlah 1 344 130 000 jiwa. Negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua yaitu Indonesia. Pada tahun 2012, jumlah penduduk negara Indonesia sebesar 246 864 191jiwa kemudian diikuti Jepang degan jumlah 127 561 489 jiwa. Negara dengan jumlah penduduk terkecil yaitu Singapura sebesar 5 312 400 jiwa.

Sumber : World Development Indikator, 2014 (diolah)

(38)

26

Perkembangan Tarif Impor Elektronik dan Kayu di Kawasan ASEAN+3

Tarif impor yang tinggi akan menurunkan transaksi perdagangan di kawasan ASEAN+3. Tarif impor pada sektor kayu dan elektronik di kawasan ASEAN+3 mengalami perkembangan yang berbeda. Pada sektor kayu, tarif masih relatif tinggi dibanding dengan sektor elektronik. Pada tahun 2007 tarif impor kayu sebesar 8.88 persen kemudian mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 8.46 persen. Pada sektor elektronik, tarif impor elektronik sebesar 4.43 persen pada tahun 2007 namun pada tahun 2012 meningkat menjadi 4.56 persen.

Gambaran Trade Facilitation di Negara-Negara ASEAN+3

Kualitas Pelabuhan di Negara-Negara ASEAN+3

Kualitas pelabuhan yang baik berdasarkan volume dan teknologi di terminal kontainer atau bagian kemas dari pelabuhan. Meskipun aktivitas kontainer merupakan faktor penting mengenai kualitas pelabuhan, namun harus dilihat juga faktor seperti lalu lintas kargo secara umum dan juga lalu lintas penumpang yang menggunakan fasilitas pelabuhan (Merk dan Dang 2012). Pada negara-negara di kawasan ASEAN+3 terdapat negara-negara yang memiliki kualitas pelabuhan yang di atas lima persen, di antaranya Singapura yang memiliki kualitas pelabuhan terbaik di kawasan ASEAN+3 kemudian diikuti oleh Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang (lihat Tabel 12).

Sumber : WITS, 2014b (diolah)

Gambar 5 Rata-rata total tarif di kawasan ASEAN+3

Tabel 12 Kualitas pelabuhan di negara-negara ASEAN+3 (Indeks; 0-7)

(39)

27

Tabel 13 Kelengkapan berkas dokumen di negara-negara ASEAN+3 (jumlah)

Biaya Transportasi di Negara-Negara ASEAN+3

Menurut Salvatore (1997) biaya transportasi memberi pengaruh tidak langsung terhadap lokasi penyelenggaraan produksi dan pusat-pusat industri secara internasional, sejalan dengan ini jarak ekonomi antar negara di kawasan ASEAN+3 memberi pengaruh negatif. Semakin jauh jarak antar negara yang melakukan perdagangan akan mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan akan semakin tinggi. Pada gambar 6, menunjukkan biaya transportasi pengiriman barang ekspor di negara-negara kawasan ASEAN+ 3 masih tinggi sehingga menghambat transaksi ekspor komoditi kayu.

Kelengkapan Berkas Dokumen Transaksi Ekspor di Negara-Negara ASEAN+3

Untuk kelengkapan dokumen memberi pengaruh yang signifikan pada ekspor elektronik dibandingkan pada ekspor kayu di kawasan ASEAN+3. Kelengkapan berkas-berkas dokumen untuk transaksi ekspor dan impor diperlukan bagi kementerian pemerintahan, bea cukai, otoritas pelabuhan, dan lembaga-lembaga lainnya yang relevan untuk diperhitungkan. Semakin banyak dokumen yang diperlukan akan mengakibatkan penurunan arus perdagangan (DoingBusiness 2014). Ini dikarenakan proses birokrasi yang panjang dan memerlukan waktu yang lama akan menurunkan nilai transaksi ekspor di kawasan ASEAN+3.

350

Sumber : Doing Business,2013 (diolah) Sumber : Doing Business, 2013 (diolah)

(40)

28

Sumber : Doing Business,2013 (diolah)

Waktu Ekspor Negara-Negara di ASEAN+3

Waktu untuk proses pengurusan berkas-berkas dokumen dan pengiriman mempengaruhi mempengaruhi transaksi perdagangan. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk proses trasaksi hingga sampai ke tempat tujuan akan menurunkan nilai ekspor elektronik di kawasan ASEAN+3. Dapat dilihat di tabel 14, waktu yang diperlukan masing-masing negara ASEAN+3 untuk menyelesaikan transaksi perdagangan masih ada beberapa negara memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan transaksi perdagangan hingga pengiriman barang ke tempat tujuan. Pada tahun 2012, beberapa negara yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk transaksi perdagangan di antaranya China (21 hari), Vietnam (21 hari), dan Indonesia (17 hari).

Hasil Estimasi dan Evaluasi Model

Pengujian Asumsi

Dalam pengevaluasian hasil regresi terhadap model ekspor komoditi kayu dan elektronik adalah dengan mendeteksi ada atau tidaknya permasalahan yang dapat terjadi di dalam sebuah model. Untuk mendeteksi kemungkinan adanya permasalahan harus dilakukan uji asumsi yang terdapat 4 macam pengujian, yaitu normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi.

Uji Normalitas

Asumsi normalitas yaitu dengan melihat nilai probabilitas Jarque Bera atau dengan melihat plot sisaan. Berdasarkan hasil penelitian, nilai estimasi untuk masing komoditi ekspor kayu dan elektronik kurang nilai probabilitasnya kurang dari 5 persen. Nilai error term dikatakan terdistribusi normal apabila nilai probabilitas Jarque Bera lebih dari 5 persen. Namun untuk analisis data panel tidak memerlukan terpenuhinya uji asumsi klasik ini karena regresi data panel digunakan untuk melihat estimator yang lebih baik disesuaikan dengan matriks varians-covarians residual (Astuti 2013).

Uji Multikolinieritas

Model dikatakan terbebas dari masalah multikolinieritas dengan melihat nilai Prob (F-Statistik) yang signifikan pada taraf nyata 5 persen. Selain dengan melihat nilai Prob(F-Statistik), dapat dilihat nilai korelasi antar variabel yang rendah di bawah 0.9. Pada kedua model yang diuji memiliki nilai Prob yang

Tahun IDN MYS PHL SGP THA VNM CHN JPG KOR

(41)

29 dibawah 5 persen dan nilai korelasi antar variabel di bawah nilai 0.9 sehingga dapat disimpulkan tidak ada permasalahan multikolinieritas.

Uji Heteroskedastisitas

Permasalahan heteroskedastisitas dapat dijumpai pada penelitian yang menggunakan data cross section begitupula dalam penelitian ini yang menggunakan data seperti itu. Model yang terdapat permasalahan heteroskedastisitas dapat dilihat pada hasil penelitian jika nilai Sum Squared Residual Weight Statistic lebih kecil daripada Sum Squared Residual Unweight Statistic. Untuk model ekspor elektronik, nilai Sum Squared Residual Weight Statistic sebesar 210.9184 lebih kecil dari nilai Sum Squared Residual Unweight Statistic sebesar 249.5961 dan untuk model ekspor kayu nilai Sum Squared Residual Weight Statistic 53.01546 lebih kecil dari Sum Squared Residual Unweight Statistic 56.64058 sehingga dalam model ini terdapat permasalahan heteroskedastisitas. Dalam pengestimasian kedua model ini telah diberikan pembobotan cross section weights maka pelanggaran asumsi tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian, kedua model ekspor kayu dan elektronik terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Uji Autokorelasi

Dalam uji asumsi ini digunakan nilai Durbin Watson (DW) untuk melihat ada atau tidaknya masalah autokorelasi. Berdasarkan hasil estimasi untuk kedua model ini, nilai DW berada di daerah tolak � (0<DW< �) yang berarti ada korelasi positif. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam penelitian ini perlu ditambahkan lag(1) dari variabel dependen untuk menghilangkan korelasi yang timbul, sehingga nilai (DW-stat) sebesar 2.040078 dan 2.086949 masing-masing untuk ekspor komditi elektronik dan kayu. Sehingga kedua model tersebut dapat memenuhi uji asumsi ini.

Pengujian Kriteria Statistik

Koefisien Determinasi (R²)

Hasil estimasi model menunjukkan masing-masing nilai koefisien determinasi (R²) pada masing-masing model ekspor elektronik dan ekspor kayu 0.996988 dan 0.993144 menunjukkan bahwa 99.6988 persen keragaman dari variabel dependen pada model ekspor elektronik dan 99.3144 persen untuk model ekspor kayu dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai R² yang mendekati satu menunjukkan model tersebut dapat digunakan dengan cukup baik.

Uji F

Gambar

Tabel 1  Share perdagangan negara-negara ASEAN dengan negara lainnya di dunia
Gambar 1 Perkembangan tarif elektronik di kawasan ASEAN+3 (persen)
Gambar 2 Perkembangan tarif kayu di kawasan ASEAN+3 (persen)
Gambar 3 Kurva Perdagangan Internasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

  Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis tindakan pada penelitian ini sesuai dengan harapan penulis bahwa penggunaan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan menyimak

Penentuan cemaran timbal dan timah dalam makanan dilakukan dengan cara menimbang 5 gram sampel buah cabe jawa dan masukkan ke dalam cawan porselen.. Ditambahkan 10 mL

pembelajaran peneliti menyadari masih kekurangan pada siklus II yang harus diperbaiki oleh peneliti mencakup perbaikan pada tahap praberbicara, saat berbicara,

Salah satu cara untuk menyampaikan pembelajaran yang kreatif dan inovatif adalah dengan cara memodifikasi sebuah pembelajaran agar lebih menarik serta membuat siswa menjadi

Penelitian dalam bentuk korelasi yang dilaksanakan pada tanggal 9 November 2016 bertujuan untuk mengetahui signifikansi kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah

Pada penelitian ini jenis bakteri asam laktat yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan makroskopis berbentuk bulat/bundar, berwarna putih, putih kekuningan, hingga coklat

1.. 3 Produk ini ada dalam bentuk program baru yaitu program tahfidzul quran, yang juga sebagai program unggulan. Dalam program tahfidzul Quran ini, siswa ditaruh dikelas

“kegiatan pelayanan perpustakaan merupakan suatu sub unit kerja di perpustakaan yang mempunyai tugas pokok untuk memberikan layanan, bimbingan, informasi dan pengarahan berikut