• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Usahatani Cabai merah besar dan Tomat di Desa Srikaton Produksi merupakan kegiatan menghasilkan suatu produk dengan penggunaan sejumlah input yang tujuan memaksimumkan penerimaan dengan mengalokasikan biaya secara efisien. Cara pengelolaan input sangat penting guna mendapatkan hasil produksi yang direncakan atau ditargetkan. Hasil produksi merupakan implikasi dari kombinasi input yang digunakan. Produksi dalam jumlah atau volume yang besar tidak selalu karena menggunakan input dalam jumlah yang besar. Petani yang menggunakan lahan luas, belum dapat dipastikan akan meperoleh hasil panen yang berbanding lurus dengan luasan lahan. Lahan hanya menjadi salah satu modal awal petani dalam menyiapkan kegiatan usahatani sehingga tidak menjadi jaminan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap produksi. Petani akan dihadapkan pada pertimbangan pengguanaan input lainnya yang harus dikombinasikan dan dikelola secara baik. Oleh karena itu, cara pengelolaan petanilah yang akan membedakan besarnya produksi yang dihasilkan. Produksi cabai merah besar dan tomat yang dibandingkan sudah dikonversikan dalam luasan per hektar, dikarenakan luasan lahan yang dimiliki oleh petani berbeda-beda sehingga harus dikonversikan dalam satuan yang sama. Hasil produksi dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 1 Rata-rata produksi cabai merah besar dan tomat di Desa Srikaton

Petani

Luas Lahan (m2) Usahatani Cabai merah besar Usahatani Tomat

Cabai Tomat Jumlah produksi per periode tanam (Kg) Produktivitas per Ha Jumlah produksi per periode tanam (Kg) Produktivitas per Ha P1 5 000 5 000 4 049 8 098 21 000 42 000 P2 2 500 1 250 2 000 8 000 2 000 16 000 P3 3 750 1 250 4 000 10 667 5 000 40 000 P4 5 000 1 250 8 512 17 023 995 7 960 P5 2 500 2 500 1 708 6 832 1 000 4 000 P6 3 125 1 250 2 760 8 832 5 000 40 000 P7 2 500 1 250 4 815 19 260 4 000 32 000 P8 1 875 625 2 000 10 667 4 000 64 000 P9 1 875 625 1 250 6 667 1 100 17 600 P10 3 750 2 500 2 795 7 453 10 457 41 828 P11 3 750 1 250 2 000 5 333 2 900 23 200 P12 2 500 1 250 2 645 10 580 1 140 9 120 P13 2 500 1 250 1 775 7 100 2 675 21 400 P14 2 500 1 250 2 000 8 000 1 000 8 000 P15 2 500 1 250 1 486 5 944 1 548 12 384 P16 2 500 625 2 480 9 920 1 000 16 000 P17 6 250 1 250 5 447 8 715 5 000 40 000 P18 2 500 1 250 2 318 9 272 2 000 16 000 P19 3 750 1 875 3 275 8 733 3 270 17 440 Rata-rata 3 191 1 513 3 016.54 9 321 3 951.84 24 681

Pada Tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata produktivitas tomat yaitu 24 681 kg per Ha sedangkan produktivitas rata-rata cabai merah besar 3 016.54 per Ha. Produktivitas artinya sejumlah input yang digunakan untuk menghasilkan sejumlah output. Berdasarkan data produktivitas cabai merah besar dan tomat dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura tahun 2013, produktivitas rata-rata cabai merah besar yaitu 8.16 ton per hektar, sedangkan produktivitas rata-rata tomat yaitu 16.61 ton per hektar. Jika dibandingkan dengan data standar produktivitas dari BPS dan Dirjen Hortikultura, produktivitas usahatani cabai merah besar dan tomat yang dihasilkan petani di Desa Srikaton di atas standar rata-rata sehingga dapat dikatakan bahwa produktivitas lahan di Desa Srikaton relatif tinggi.

Petani yang memiliki produktivitas tertinggi pada usahatani cabai merah besar adalah petani 7 dengan luasan lahan 2 500 m2. Pada usahatani tomat, petani yang memiliki produktivitas tertinggi adalah petani 8 yang memiliki luasan lahan 625 m2 dengan produktivitas sebesar 64 000 kg per Ha. Hasil produksi ini merupakan produksi yang besar jika dibandingkan dengan hasil produksi yang dihasilkan petani dengan lahan terluas yaitu petani 1 dengan luasan lahan 5 000 m2. Oleh karena itu penting bagi petani untuk tidak terfokus pada perluasan lahan guna meningkatkan produksi tetapi bagaimana petani mampu mengoptimalkan lahan yang mereka punya untuk meningkatkan produktivitas.

Produktivitas yang telah disebutkan di atas, pada dasarnya dapat berubah pada musim berikutnya dikarenakan hasil produksi komoditas yang sangat dipengaruhi oleh alam ini, belum dapat dijadikan standar produksi, karena hanya satu periode musim tanam saja. Akan tetapi apabila diperoleh hasil produksi selama kurun waktu tertentu dengan kondisi panen yang relatif stabil, maka produktivitas rata-ratanya dapat dijadikan standar produksi. Produktivitas yang rendah dapat diakibatkan oleh hasil produksi yang gagal, bisa terjadi karena serangan OPT ataupun benih yang digunakan tidak mampu memberikan hasil produksi secara optimal. Oleh karen itu, biasanya untuk menetapkan standar porduktivitas per luasan lahan, digunakan hasil produksi yang tinggi.

Penerimaan Usahatani Cabai Merah Besar dan Tomat

Penerimaan merupakan hasil perkalian dari harga cabai merah besar atau tomat per satuan dengan volume hasil panen. Perhitungan penerimaan usahatani cabai merah besar dan tomat disesuaikan berdasarkan jumlah panen tiap petikan dan harga yang berlaku pada tiap petikan. Cara panen kedua komoditas tersebut adalah panen parsial atau panen sebagian dimana hasil panen tiap petikan berbeda-beda. Perhitungan panen tidak dapat dilakukan hanya dengan satu tingkat harga saja yang dikalikan dengan total panen dalam satu periode tanam. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab panen, rata-rata jumlah petikan cabai merah besar sebanyak 16 kali petikan dan tomat sebanyak 13 kali petikan.

Oleh karena harga jual produk ditentukan oleh pasar (petani sebagai price taker atau pengambil harga), petani tidak dapat menentukan harga secara sendiri-sendiri, sehingga penerimaan total petani juga tidak dapat diprediksi karena harga dan hasil panen relatif dinamis. Pada penelitian ini tidak dipaparkan fluktuasi penerimaan yang diterima petani pada usahatani cabai merah besar dan tomat dikarenakan informasi harga dan jumlah panen yang diperoleh setiap petani tidak

secara spesifik pada tiap petikan sehingga digunakan pendekatan perhitungan rata-rata penerimaan menggunakan harga rata-rata-rata-rata dan produktivitas rata-rata-rata-rata. Penerimaan usahatani cabai merah besar dan usahatani tomat dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 2 Penerimaan rata-rata usahatani cabai merah besar dan usahatani tomat

No Komoditas Harga Rata-rata

(Rp/kg)

Produktivitas rata-rata per hektar (kg)

Penerimaan rata-rata (Rp)

1 Cabai merah besar 17 722.19 9 321 165 185 204

2 Tomat 2 200.11 24 681 54 299 994.1

Data harga dan produktivitas yang diperoleh pada tabel di atas merupakan

data pada periode tanam bulan Oktober 2013 sampai Maret 2014. Oleh karena itu, penerimaan rata-rata dan produktivitas rata-rata dapat berubah pada periode tanam selanjutnya.

Analisis Struktur Biaya Usahatani Cabai merah besar dan Tomat Di Desa Srikaton

Biaya usahatani cabai merah besar dan tomat berkaitan dengan sejumlah faktor produksi yang digunakan. Faktor produksi juga biasa disebut input produksi. Menurut Soekartawi (1991) faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Oleh karena itu, penggunaan input produksi harus efektif dan efisien sehingga biaya dapat lebih dihemat. Perhitungan biaya berdasarkan luasan lahan 10 000 m2 (1 hektar) dan satu musim tanam yang dibedakan berdasarkan biaya tunai dan biaya non tunai. Biaya tunai pada usahatani cabai merah besar dan tomat meliputi biaya benih, polibag semai, kapur, pupuk, pestisida, mulsa, ajir, tali rafia, tali bendeng, plastik tandon, bensin, gas, tenaga kerja luar keluarga (TKLK)dan biaya lain-lain (iuran desa, PBB, dll). Sedangkan komponen biaya non tunai yaitu biaya penyusutan, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dan biaya sewa tandon air. Kebutuhan biaya tunai maupun non tunai sangat dipengaruhi oleh luasan lahan. Semakin luas lahan yang diusahakan, maka estimasi biaya yang akan dikeluarkan juga semakin besar. Besarnya biaya dapat diminimalkan, tergantung bagaimana cara pengelolaan petani terhadap usahataninya. Jika petani tidak menyesuaikan dengan standar input yang digunakan per luasan lahan, maka dapat dipastikan biaya yang dikeluarkan petani relatif besar. Berikut ini tabel perbandingan biaya tunai cabai merah besar dan tomat.

Tabel 3 Rata-rata biaya usahatani cabai merah besar dan tomat per periode tanam per hektar di Desa Srikaton

No Uraian

Biaya Usahatani (Rp/Ha)

Usahatani Cabai merah besar Usahatani Tomat

Nilai (Rp/Ha) Persentase (%) Nilai (Rp/Ha) Persentase (%) 1 Benih 2 028 866 3.2 2 539 130 4.4 2 Polibag semai 112 165 0.2 146 087 0.3 3 Pupuk Pupuk Kandang 4 272 165 6.7 3 440 000 6.0 Pupuk NPK Ponscha 725 361 1.1 699 130 1.2 Pupuk Urea 14 845 0.0 0 0 Pupuk SP-36 1 285 361 2.0 741 739 1.3 Pupuk KCl 49 485 0.1 0 0 Pupuk NPK Mutiara 3 628 866 5.7 1 561 739.1 2.7 Pupuk Petroganik 349 691 0.5 0 0 Pupuk Daun 471 340 0.7 110 435 0.2 Pupuk Buah 222 021 0.3 208 348 0.4 Sum total (3) 11 019 134 17.2 6 761 391 11.8 4 Kapur pertanian 706 804 1.1 648 696 1.1 5 Pestisida Fungisida 1 829 196 2.9 1 568 261 2.7 Insektisida/herbisida 6 999 752.6 11.0 4 477 739 7.8 Sub total (5) 8 828 948 13.8 6 046 000 10.6 6 Mulsa 4 247 835.1 6.6 3 896 522 6.8 7 Ajir 5 260 206.2 8.2 5 426 087 9.5 8 Tali rafia 104 907.2 0.2 250 087 0.4 9 Tali bendeng 237 525.8 0.4 321 739 0.6

10 Plastik tandon air 148 552.6 0.2 475 130 0.8

11 Bensin/Gas 449 567.0 0.7 698 174 1.2

12 TKLK 16 241 437.4 25.4 13 919 905 24.3

12 Karung/kotak baru 401 671.7 0.6 493 896 0.9

14 Biaya Lainnya (iuran

desa, PBB, dll) 281 171.1 0.4 187 447 0.3

Total biaya tunai 50 068 792 78.3 41 810 291 73.0

15 Penyusutan/MT 966 716.9 1.5 1 029 162.6 1.8

16 TKDK 9 862 739.3 15.4 12 313 540.4 21.5

17 Karung bekas pupuk 6 872.9 0.01 140 723.0 0.2

18 Sewa Lahan 3 000 000.0 4.69 2 000 000.0 3.49

Total biaya non tunai 13 836 329.1 21.7 15 483 426.0 27.0 Biaya total 63 905 120.6 100 57 293 717.0 100

Dari Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa komponen biaya yang memiliki persentase terbesar adalah persentase biaya tenaga kerja yaitu 30.8 persen atau senilai Rp 26 104 176.7 untuk usahatani cabai merah besar dan 41.3 persen atau senilai Rp 26 233 444.9 untuk usahatani tomat. Biaya tenaga kerja usahatani tomat lebih besar daripada usahatani cabai merah besar meskipun nilainya relatif sama. Usahatani tomat cukup banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) artinya petani lebih memberdayakan anggota keluarganya dalam kegiatan produksi. Kadang-kadang TKDK kurang memperhatikan waktu kerja (toleransi terhadap waktu kerja cukup tinggi) sehingga waktu kerja kurang efektif dan berimbas pada biaya waktu yang tinggi. Biaya TKDK yang tinggi juga disebabkan oleh penggunaan TKDK terbesar pada saat panen untuk usahatani tomat, sedangkan pada usahatani cabai merah besar lebih memberdayakan TKLK.

Petani lebih memberdayakan TKDK bertujuan untuk menghemat biaya dan dipengaruhi luasan lahan tanam yang relatif sempit untuk usahatani tersebut. Pada mulanya petani menanam tomat untuk meminimkan risiko produksi pada satu musim tanam, akan tetapi beberapa petani mengatakan bahwa usahatani tomat dimaksudkan antara lain untuk mewadahi hama dan penyakit supaya tidak menyerang tanaman cabai merah besar dan mensubsidi penerimaan dari panen tomat untuk biaya produksi cabai merah besar. Tenaga kerja menjadi salah satu modal utama petani dalam usahatani baik dalam manejemen usahatani (berkaitan dengan perencanaan dan pengambilan keputusan) dan pelaku kegiatan produksi. Oleh karena itu, petani perlu memperhatikan secara baik pengalokasian tenaga kerja yang lebih hemat biaya dan waktu sehingga membantu petani dalam mewujudkan produktivitas kerja yang lebih tinggi.

Komponen usahatani yang mempunyai persentase terbesar kedua yaitu biaya pupuk. Total biaya pupuk untuk usahatani cabai merah besar yaitu Rp 11 019 134 atau 17.2 persen, sedangkan usahatani tomat sebesar Rp 6 761 391 atau 11.8 persen. Biaya pupuk dipengaruhi oleh lahan dan populasi tanaman. Dalam hal ini, pupuk dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kegunaan yaitu pupuk untuk persiapan lahan dan pemeliharaan. Pupuk yang digunakan untuk persiapan lahan yaitu pupuk kandang, pupuk petroganik, dan pupuk SP-36 (pupuk fosfat). Sedangkan pupuk yang digunakan untuk pemeliharaan yaitu pupuk buah, pupuk daun, dan pupuk NPK. Pupuk NPK yang digunakan ada 2 jenis yaitu pupuk ponska dengan komposisi N15:P15:K15 dan pupuk mutiara dengan komposisi N16:P16:K16. Ari dari komposisi pupuk tersebut yaitu dalam setiap 100 kg pupuk NPK ponska maka di dalamnya terkandung 15 kg unsur nitrogen, 15 kg unsur fosfor, dan 15 kg unsur kalium.

Penggolongan pupuk berdasarkan kegunaan di dasarkan pada fungsi komposisi atau kandungan mineral yang ada pada pupuk. Pupuk dasar pada umumnya mempunyai kegunaan antara lain memperbaiki struktur dan tata udara tanah sehingga penyerapan unsur hara oleh akar tanaman menjadi lebih baik, meningkatkan daya sangga air tanah dan unsur hara, mempercepat pertumbuhan jaringan tanaman, memacu pertumbuhan dan pembentukan sistem perakaran, dan dapat memperbaiki struktur tanah supaya mudah ditembus akar tanaman. Sedangkan kegunaan pupuk untuk perawatan mempunyai fungsi antara lain untuk menjaga agar tanaman tetap hijau dan segar, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit, dan memperbesar ukuran buah.

Pupuk menjadi bagian dari sarana produksi yang sangat vital karena mengandung unsur atau mineral yang dibutuhkan sebagai nutrisi bagi pertumbuhan tanaman. Biaya pupuk usahatani cabai lebih besar dari tomat dikarenakan petani memberikan perhatian yang lebih pada cabai merah besar. Apapun diperjuangkan petani untuk kesuburan tanaman cabai merah besar. Hal ini disebabkan harga cabai merah besar lebih tinggi dari harga tomat dan kenaikan harganya juga jauh lebih tinggi dari pada tomat sehingga petani mengusakan supaya hasil produksinya baik dengan volume yang besar pada saat harga cabai merah besar tinggi.

Biaya obat-obatan atau pestisida merupakan komponen biaya terbesar ketiga. Biaya pestisida untuk usahatani cabai merah besar per hektar yaitu Rp 8 828 948.6 atau 13.9 % dan usahatani tomat sebesar Rp 6 046 000 atau 10.6%. Sama halnya dengan pupuk, petani juga memberikan perhatian yang lebih pada tanaman cabai

merah besar dalam hal pengendalian OPT. Oleh sebabnya penggunaan pestisida untuk tanaman cabai juga cukup banyak dan beragam. Hal ini disebabkan OPT yang biasa menyerang tanaman cabai merah besar juga cukup banyak. Hama dan penyakit tanaman di kawasan pertanian sayuran di Desa Srikaton telah mengalami peningkatan resistensi terhadap obat kimia dan populasinya semakin meningkat. Pemicu kondisi tersebut antara lain:

1. Penggunaan obat-obatan yang sama untuk jenis OPT yang sama dalam rentang waktu yang cukup lama.

2. Kurangnya perotasian tanaman sehingga tanah kurang mampu menguraikan zat-zat racun yang memicu bakteri atau virus yang berasal dari tanah.

3. Musim tanam jagung bersamaan dengan musim tanam sayuran. Menurut sebagian petani, tanaman jagung merupakan inang yang cocok untuk perkembangbiakan hama tanaman cabai merah besar dan tomat seperti kutu daun, trip, dan kutu kebul sehingga perkembangbiakannya sangat cepat. Perlakuan petani dalam pengendalian OPT menggunakan pestisida hanya menurunkan jumlah populasi OPT tidak memutus rantai perkembangbiakan OPT. Oleh karena itu meskipun petani telah memberantas hampir keseluruhan OPT yang menyerang tanaman cabai merah besar dan tomat, masih ada OPT yang lainnya yang siap menyerang di tanaman jagung. Maka, sebaiknya penanaman jagung dilakukan setelah musim tanam cabai dan tomat selesai 4. Penggunaan pupuk kandang yang menggunakan campuran serbuk kayu yang

didatangkan dari luar daerah. Pupuk kandang tersebut digunakan dalam jumlah yang besar karena harganya lebih murah daripada pupuk kandang campuran sekam yang berasal dari lokal (dari Desa Srikaton). Seiring berjalannya waktu, tanah yang digunakan petani menjadi semakin gembur (seperti ada udara di dalam tanah). Beberapa petani yang mengalami hal demikian, tanamannya mudah terjadi layu (leles) pada pangkal batang, akar menjadi tidak kuat, dan mengakibatkan kematian. Indikasi petani adalah campuran serbuk kayu yang belum terurai dan bertambah semakin banyak, menyebabkan terbentuknya lingkungan baru bagi OPT sehingga populasinya semakin potensial untuk meningkat.

Beberapa kondisi di atas menggerakkan petani untuk menggunakan pestisida semakin banyak dengan jenis yang berbeda untuk penyakit yang sama. Pengguanaan obat-obatan yang berbeda untuk satu jenis OPT yang sama, dapat dibuktikan mampu menekan pertumbuhan OPT. Oleh sebab itu, kebutuhan pestisida untuk tanaman semakin tinggi dan berimplikasi pada biaya pestisida yang semakin tinggi.

Peralatan penunjang kegiatan usahatani yang masuk ke dalam biaya tunai seperti mulsa, ajir, tali rafia, karung/kotak, dan tali bendeng jika ditotal mempunyai persentase 16.3% pada usahatani cabai merah besar dan 18.8% pada usahatani tomat dari biaya total masing-masing usahatani. Artinya biaya peralatan tersebut masih relatif kecil akan tetapi secara fungsi sangat penting untuk menunjang keberhasilan usahatani. Melihat nilai persentase biaya peralatan penunjang usahatani cabai merah besar dan tomat yang tidak terlalu berbeda jauh sehingga dalam satuan hektar besarnya biaya relatif sama. Selain peralatan penunjang, usahatani cabai merah besar dan tomat membutuhkan bahan bakar seperti bensin dan gas. Bensin sangat umum digunakan petani sebagai bahan

bakar pompa air dan kendaraan untuk mengangkut hasil panenan. Sedangkan gas, yang menggunakan hanya satu orang petani untuk pompa air. Pompa air petani tersebut dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat diganti menggunakan bahan bakar gas. Petani mengatakan bahwa penggunaan bahan bakar gas sedikit menghemat biaya. Lama waktu penggunaan pompa air menggunakan bensin 3 liter seharga Rp 6 500 /liter sama dengan lama waktu penggunaan gas 3 kg seharga Rp 16 000. Petani dapat menghemat biaya bahan bakar sebesar Rp 3 500.

Komponen biaya terendah adalah biaya non tunai untuk pengadaan karung pengemasan hasil panen pada usahatani cabai merah besar yaitu 0.01% atau 6 873. Pengadaan karung disini ada yang masuk ke dalam biaya tunai dan ada yang masuk ke dalam biaya non tunai. Petani yang mengeluarkan biaya untuk membeli karung, maka karung tersebut masuk ke dalam biaya tunai, sebaliknya jika karung yang digunakan tidak menjadi beban biaya petani maka masuk ke dalam biaya non tunai. Karung yang masuk biaya non tunai merupakan karung bekas pupuk kandang ataupun pupuk kimia. Dikarenakan jumlah karung bekas tersebut cukup banyak dan masiih layak digunakan, maka petani lebih baik memanfaatkannya untuk wadah pengemasan. Sama halnya dengan usahatani tomat, karung yang digunakan sebagian petani merupakan karung bekas pupuk sehingga juga lebih menghemat biaya pengemasan.

Nilai penggunaan lahan dihitung sebagai sewa lahan dalam biaya non tunai yang disesuaikan dengan nilai sewa lahan yang berlaku di Desa Srikaton. Nilai lahan dimasukkan sebagai sewa lahan karena mempertimbangkan nilai waktu pemakaian dari lahan selama kegiatan usahatani. Sewa lahan per 2 500 m2 sebesar Rp 1 500 000 per tahun. Oleh karena itu, nilai sewa dilakukan perhitungan secara proporsional dengan mempertimbangkan ukuran lahan dan lama waktu penggunaan dalam satu musim. Biaya sewa lahan untuk usahatani cabai merah besar adalah Rp 3 000 000 atau 4.69% dan usahatani tomat sebesar Rp 2 000 000 atau 3.49%.

Selain sewa lahan, biaya non tunai usahatani yaitu biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Biaya TKDK sudah dibahas sebelumnya dalam kebutuhan biaya tenaga kerja total. Biaya penyusutan merupakan nilai guna waktu dari suatu barang yang bertujuan untuk reinfestasi dari barang tersebut. Perhitungan biaya penyusutan dihitung dalam waktu satu tahu. Dikarenakan cabai merah besar dan tomat mempunyai masa tanam yang krang dari satu tahun, maka biaya penyusutan dikonversikan berdasarkan lama musim tanam masing-masing. Pada kondisi usahatani dengan diversifikasi tanam, biaya penyusutan dihitung menggunakan proporsi waktu pemakaian menggunakan perhitungan joint cost. Joint cost merupakan nilai dari suatu barang yang kemudian dibagi secara proporsional akibat penggunaan barang secara bersama untuk lebih dari satu kegiatan usahatani. Pertimbangan untuk memproporsionalkan nilai barang, digunakan banyaknya waktu pemakaian per musim. Biaya penyusutan dalam hektar untuk usahatani tomat lebih besar daripada usahatani cabai merah besar yaitu Rp 1 029 162.6 lebih besar dari Rp 966 716.9.

Analisis Pendapatan Atas Biaya Total Usahatani Cabai merah besar dan Usahatani Tomat

Dalam analisis usahatani yang petaninya hanya mengandalkan perolehan pendapatan dari hasil usahataninya saja, maka pendapatan akan ditentukan oleh besarkan kapasitas produksi yang dihasilkan, besarnya harga jual per satuan produk, dan besarnya biaya produksi. Berdasarkan hasil analisis struktur biaya yang dibahas sebelumnya, usatani cabai merah besar memiliki biaya total yang lebih besar dari pada usahatani tomat. Akan tetapi biaya yang besar belum tentu akan memperoleh pendapatan total yang lebih rendah. Pendapatan terhadap biaya total merupakan pengurangan dari total penerimaan dengan total biaya. Total biaya sendiri merupakan penjumlahan dari total biaya tunai dan non tunai. Oleh karena itu besarnya total biaya tidak hanya dipengaruhi biaya tunai saja, akan tetapi biaya non tunai juga. Oleh karena itu dalam perhitungan pendapatan terhadap biaya total usahatani komponen biaya non tunai harus diuraikan dan diperhitungkan secara benar sehingga diharapkan pendapatan terhadap biaya total dapat mencerminkan kinerja usahatani secara keseluruhan.

Rata-rata pendapatan atas biaya total petani dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Rata-rata pendapatan atas biaya total usahatani cabai merah besar dan

tomat

No Usahatani Luas lahan rata-rata

Total

penerimaan Total Biaya

Pendapatan

atas biaya total R/c 1 Cabai merah

besar 3 191 165 185 204 63 905 120.6 101 280 083.5 2.58 2 Tomat 1 513 54 299 994.1 57 293 717.0 -2 993 723.0 0.95 Sumber: Data Primer 2014

Pada tabel di atas, nilai rata-rata pendapatan atas biaya total untuk usahatani tomat bernilai negatif. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata total biaya lebih besar dari nilai total penerimaan rata-rata. Pada usahatani tomat, terdapat 63.16% atau 12 orang dari total petani memperoleh pendapatan atas biaya total bernilai lebih kecil dari total biaya (rugi). Hal ini disebabkan oleh kondisi harga jual yang cukup rendah yang dialami petani oleh sebagian besar petani akibat melimpahnya hasil panen di pasaran sehingga harga tomat rendah. Sedangkan pada usahatani cabai merah besar, tidak ada petani yang memperoleh pendapatan atas biaya total yang bernilai negatif. Usahatani cabai merah besar besar memperoleh nilai pendapatan atas biaya total yang lebih besar dari usahatani tomat yaitu sebesar Rp 101 280 083.5, sedangkan usahatani tomat sebesar -Rp 2 993 723.0.

R/C rasio usahatani cabai merah besar sebesar 2.58 artinya setiap 1 juta rupiah yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar 2.58 juta rupiah, sedangkan pada usahatani tomat R/C rasio sebesar 0.95 artinya setiap 1 juta rupiah biaya yang dikeluarkan maka akan mendapatkan penerimaan sebesar 0.95 juta rupiah. Petani akan mendapatkan kerugian sebesar Rp 50 000.00 jika mengeluarkan modal sebesar 1 juta rupiah. Karena usahatani yang efisien adalah usahatani yang mempunyai R/C rasio di atas 1, maka usahatani tomat berdasarkan perhitungan R/C rasio terhadap biaya total dapat disimpulkan tidak efisien, sedangkan cabai merah besar efisien.

Analisis Pendapatan Atas Biaya Tunai Usahatani Cabai merah besar dan Tomat

Pendapatan atas biaya tunai merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya tunai. Pendapatan atas biaya tunai dihitung untuk melihat seberapa besar pendapatan yang diperoleh petani apabila biaya non tunai tidak diperhitungkan. Perhitungan pendapatan atas biaya tunai dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 5 Pendapatan atas biaya tunai usahatani cabai merah besar dan usahatani tomat

No Usahatani Luas lahan

rata-rata Total penerimaan

Total Biaya tunai Pendapatan atas biaya tunai R/C

Dokumen terkait