Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada penelitian ini menganalisis pengaruh variabel-variabel fundamental dan teknikal terhadap harga saham dengan menggunakan SEM pada industri perbankan di BEI yang konsisten masuk ke dalam LQ 45 selama periode 2008-2012. Penelitian ini menggunakan data panel seimbang yaitu gabungan antara data time series triwulan selama lima tahun yaitu periode 2008-2012 dan data cross section yaitu sebanyak lima perusahaan. Proses pengolahan data dilakukan dengan program excell dan program Lisrell 8.80. Perusahaan yang termasuk dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Sampel penelitian
No Nama Perusahaan Kode
1 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk BBRI
2 PT Bank Mandiri Tbk BMRI
3 PT Danamon Indonesia Tbk BDNM
4 PT Bank Central Asia Tbk BBCA
5 PT Bank Negara Indonesia Tbk BBNI
Profil Singkat Bank PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) didirikan 16 Desember 1895. Kantor pusat BBRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 44-46, Jakarta 10210. Pada saat ini BBRI memiliki 18 kantor wilayah, 16 kantor inspeksi, 442 kantor cabang domestik, tiga kantor cabang khusus, tiga kantor perwakilan di luar negeri, 545 kantor cabang pembantu, 914 kantor kas, 5.000 BRI unit, dan 1778 teras.Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BBRI adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dengan melakukan usaha di bidang perbankan, termasuk melakukan kegiatan operasi sesuai dengan prinsip syariah.
Pada tanggal 31 Oktober 2003, BBRI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.811.765.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp875,- per saham. Selanjutnya, opsi pemesanan lebih sejumlah 381.176.000 lembar saham dan opsi penjatahan lebih sejumlah 571.764.000 lembar saham masing-masing dengan harga Rp875,- setiap lembar saham telah dilaksanakan masing-masing pada tanggal 10 November 2003 dan 3 Desember 2003. Setelah IPO BRI dan opsi pemesanan lebih dan opsi penjatahan lebih dilaksanakan oleh Penjamin Pelaksana Emisi, Negara Republik Indonesia memiliki 59,50% saham di BRI. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 November 2003.
PT Bank Mandiri Tbk
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia.
Setelah proses merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu, bank ini menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620 orang. Kinerja bank pada tahun 2011 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai yang dipacu oleh peningkatan fee based income. Berdasarkan pembagian segmen kredit menurut laporan keuangan Bank Mandiri, terjadi pertumbuhan nilai kredit di seluruh segmen secara signifikan. Terdapat beberapa kelompok strategi bisnis unit di dalam Bank ini, terbagi menjadi kelompok:
institutional banking, corporate banking, commercial and business banking,
micro and retail banking, consumer finance, dan treasury FI and SAM.
Segmen yang mengalami pertumbuhan paling baik adalah segmen ritel. Segmen ritel terbagi menjadi kelompok usaha kecil (mengelami pertumbuhan 33% dari tahun 2010), kelompok consumer (mengalami pertumbuhan 27% dari tahun 2010), dan kelompok mikro (mengalami pertubuhan 62% dari tahun 2010). Total penyaluran kredit ritel itu sendiri mencapai Rp. 81 triliun atau mencapai 29,7% dari total kredit bank.
PT Bank Danamon Tbk
Tahun 1988, Bank Indonesia meluncurkan paket reformasi perbankan
yang dikenal dengan “Paket Oktober 1988” atau PAKTO 88. Sebagai hasil
dari reformasi ini, Bank Danamon menjadi salah satu bank valuta asing pertama di Indonesia dan menjadi perusahan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.Saat ini, bank ini menjadi salah satu institusi keuangan terbesar di Indonesia dari jumlah pegawai sekitar 61.875 (termasuk karyawan anak perusahaan) pada September 2011.
Saat ini Danamon adalah bank keenam terbesar di Indonesia berdasarkan aset, dengan jaringan cabang kedua terbesar yaitu lebih dari 2,900 kantor cabang dan point of sales, termasuk unit Danamon Simpan Pinjam (DSP) dan Unit Syariah, serta kantor-kantor cabang anak perusahaannya . Danamon juga didukung oleh serangkaian fasilitas perbankan elektronik yang komprehensif. Sementara itu, dari sisi pembagian lini bisnisnya, bank ini memiliki lima kelompok tinjauan usaha, yang terbagi atas perbankan mikro, perbankan konsumer, perbankan UKM dan komersial, perbankan syariah, dan perbankan korporasi.
PT Bank Central Asia Tbk
BCA resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak berdirinya itu, dan yang paling signifikan yaitu krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997.Per Desember 2009, BCA telah memiliki 875 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, 2 kantor perwakilan di luar negeri yaitu di Nassau, Hongkong dan Singapura. Selain
itu, BCA telah memiliki 6.611 ATM BCA yang tersebar di seluruh Indonesia dan sampai akhir 2009 total nasabah BCA mencapai 1,7 juta nasabah, meningkat dari 1,2 juta nasabah pada tahun 2008. Pada bulan Juli 2009, BCA mendapat penghargaan Bank berpredikat "Bank Nasional Papan Atas" pada acara Infobank Awards 2009. Dalam laporan tahunan, BCA membagi tinjauan bisnisnya menjadi 4 kelompok besar, yaitu: perbankan cabang, perbankan korporasi, perbankan individual, perbankan tresuri dan internasional.
PT Bank Negara Indonesia Tbk
Bank Negara Indonesia Tbk, pada saat awal berdirinya berfungsi sebagai bank sentral di Indonesia. Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah.Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadiperusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Sepanjang 2011, kinerja keuangan BNI mencatat hasil yang baik. Laba bersih mengalami pertumbuhan mencapai Rp 5,8 triliun dari pencapaian Rp 4,1 triliun di tahun 2010, merefleksikan pertumbuhan yang seimbang dari berbagai lini usaha serta pertumbuhan pendapatan fee-based income yang positif. Aset tumbuh 20,3% dibandingkan tahun 2010 menjadi Rp 299,1 triliun dengan provisi untuk kredit bermasalah dipertahankan pada level yang sama dengan tahun 2010. Ekuitas tumbuh mencapai Rp 37,8 triliun di tahun 2011, meningkat dari sebesar Rp 33,1 triliun di tahun 2010. Laporan tahunan 2011 Bank BNI membedakan jenis debitur menjadi lima kategori, yaitu korporasi, kecil-menengah, consumer,
internasional dan syariah.
Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
Permodelan melalui SEM memungkinkan seorang peneliti dapat menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat regresif maupun dimensional (yaitu mengukur apa dimensi-dimensi dari sebuah konsep) (Ferdinand, 2000). Keunggulan aplikasi SEM dalam penelitian manajemen adalah karena kemampuannya untuk mengkonfirmasi dimensi-dimensi dari sebuah konsep atau faktor yang sangat lazim digunakan dalam manajemen serta kemampuannya untuk mengukur pengaruh hubungan-hubungan yang secara teoritis ada (Ferdinand 2000). Uji kesesuaian model (goodness of fit) menunjukkan bahwa model ini dapat diterima atau ditolak. Model Persamaan Struktural (SEM) pada penelitian ini juga menghasilkan sebuah model yang akan memenuhi Goodness of
Fit dengan hasil terlampir pada Lampiran 5. Ringkasan dari goodness of fit dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil kriteria kesesuaian model SEM
Goodness-of-Fit Cutt-off-Value Hasil Keterangan
Significance Probability(P-
value) 0,05 0,88474 Good Fit
GFI(Goodness of Fit) 0,90 0,97 Good Fit
RMSEA(Root Mean
square Error of Approximation)
0,08 0,000 Good Fit
AGFI(Adjusted Goodness
of Fit Index) 0,90 0,95 Good Fit
Overall Good Fit
Sebagian besar persyaratan goodness of fit telah memenuhi standar cut- offvalue sehingga model layak untuk dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan Tabel 4. tersebut dapat diketahui bahwa perhitungan GFI yang dianalogkan R2 pada model regresi sebesar 0,97, hasil ini menunjukkan hasil yang baik, karena mendekati nilai 0,9. Hasil RMSEA sebesar 0,000 yang kurang dari 0,08 menunjukkan kriteria baik dalam mengukur nilai penyimpangan parameter model dengan matriks kovarians populasi. Nilai tersebut menunjukkan proporsi varians dalam matriks kovarian populasi yang terestimasikan. Sementara ukuran AGFI sebagai nilai GFI yang telah disesuaikan dengan derajat kebebasan model penelitian berada pada interval kriteria yang masih cukup baik. Secara keseluruhan, berdasarkan ukuran penggunaan SEM tersebut dapat dinyatakan model modifikasi dapat menghasilkan model yang baik, karena itu analisis model utama dapat dilanjutkan dengan menggunakan ukuran signifikansi dan besarnya pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen.
Hasil pengukuran hubungan signifikansi antar variabel dapat diketahui dari output model dengan melihat besarnya t-value yang dihasilkan. Adapun model yang dihasilkan oleh model persamaan struktural (SEM) dengan t-value
Chi-Square=17.75, df=26, P-value=0.88474, RMSEA=0.000
Gambar 6. Diagram path SEM pengaruh variabel fundamental dan teknikal terhadap harga saham (t-value)
Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat terdapat empat dari delapan pengujian indikator berpengaruh secara positif dan signifikan antara lain: dari teknikal ke volume penjualan saham, dari fundamental ke tingkat bunga deposito, dari fundamental nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dari fundamental ke
current ratio. Sedangkan ada empat indikator yang berpengaruh negatif dan signifikan antara lain: dari fundamental ke jumlah uang beredar, dari fundamental ke return on investment, dari fundamental ke tingkat inflasi dan dari teknikal ke harga saham lalu. Hal tersebut menunjukkan bahwa indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabelnya sudah cukup baik dan dapat diterima. Delapan hasil pengujian tersebut sekaligus menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai masing-masing indikator variabel yang ada akan membuat variabel semakin besar. Apabila terdapat koefisien jalur berwarna merah, maka nilai tersebut tidak signifikan, hal ini dikarenakan kurang dari 1,96 yang merupakan nilai kritis uji-t pada taraf nyata 5% (Suharjo dan Suwarno 2002). Yang tidak signifikan adalah variabel laten yaitu variabel teknikal terhadap harga saham. Hal ini, ditunjukkan dengan nilai t hitung < t tabel dan koefisein jalurnya berwarna merah. Sedangkan untuk nilai koefisien lintas model yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 7.
Chi-Square=17.75, df=26, P-value=0.88474, RMSEA=0.000
Gambar 7. Diagram koefisien hasil SEM pengaruh variabel fundamental dan teknikal terhadap harga saham (Standardized Loading Factor)
Gambar 6 menunjukkan koefisien nilai model yang menunjukkan nilai pengaruh antar variabel. Semakin besar nilai factor loading maka semakin besar pengaruhnya dan semakin besar kontribusinya. Untuk nilai yang negatif dapat diartikan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh yang negatif dan tetap memiliki pengaruh yang signifikan jika nilainya lebih dari T tabel=1,96.
Pengujian Hipotesis
Pengaruh secara serentak maupun parsial variabel-variabel fundamental dan teknikal terhadap Harga Saham (Pengujian Hipotesis 1)
Untuk membuktikan hipotesis pertama yaitu “diduga terdapat pengaruh
signifikan secara simultan maupun parsial dari variabel-variabel fundamental terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang telah terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”, dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Namun perlu diketahui bahwa dalam analisis SEM, data yang tidak memiliki nilai atau angka misalnya nol (0) secara otomatis akan diabaikan dalam analisis selanjutnya. Oleh karena data riil dari delapan variabel fundamental dan teknikal yang telah terkumpul tersebut tidak ditemukan data yang tidak memiliki nilai atau angka atau tercatat sebesar nol (0), maka unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini tetap sebanyak 100, jumlah ini diketahui setelah proses komputerisasi SEM ini dijalankan.
Adapun hasil analisis pengaruh variabel fundamental dan teknikal baik simultan maupun secara parsial terhadap harga saham dapat dilihat pada Gambar
7. Dari kedua variabel yang pengaruh tersebut, pengaruh variabel fudamental terhadap harga saham lebih kuat pengaruhnya daripada variabel teknikal terhadap harga saham.Hasilnya secara umum variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap harga saham karena berdasarkan hasil nilai probabilitasnya terima Ho. Delapan variabel bebas berpengaruh secara parsial terhadap harga saham.
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat secara terperinci bobot pengaruh (regression weights) indikator fundamental dan teknikal secara simultan seperti yang disajikan pada diagram path tersebut. Diagram tersebutmenunjukkan nilai koefisien terbesar variabel laten fundamental yaitu -0,35 dan p-value terkecil yaitu 0,88, nilai ini lebih tinggi dari pada nilai koefisien variabel teknikal sebesar -0,09 dengan p-value 0,147. Adapun nilai loading faktor secara parsial dari masing- masing indikator fundamental dan teknikal ini dapat dilihat dalam Gambar 7. Kontribusi yang paling tinggi pengaruhnya berasal dari volume penjualan saham dengan koefisien sebesar 1,00, berikutnya diikuti oleh jumlah uang beredar (bobot= 0,55), tingkat bunga deposito (bobot =0,53), nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (NLTR) (bobot= 0,52), return on investment (bobot= -0,28), tingkat inflasi (TI) (bobot= -0,15), current ratio (bobot= 0,13) dan harga saham lalu (HSL) (bobot= -0,10). Penjelasan mengenai pengaruh parsial variabel fundamental dan teknikal terhadap harga saham adalah sebagai berikut:
1. Variabel volume penjualan saham berpengaruh positif dan signifikan, serta memiliki pengaruh yang dominan. Secara teoritis, hal ini sejalan dengan pemikiran analis teknikal yang menyatakan bahwa volume penjualan saham menunjukkan seberapa produktif suatu perusahaan dan keberhasilan dalam menjualan sahamnya. Volume penjualan yang meningkat adalah sebuah pertumbuhan yang dialami perusahaan tersebut. Semakin besar volume penjualan, maka semakin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan.
Hal ini akan membuat investor semakin percaya kepada perusahaan industri perbankan, dengan meningkatnya kepercayaan investor, maka permintaan terhadap saham akan meningkat dan harga saham pun juga ikut naik. Naiknya harga saham, maka akan terjadi capital gain yang meningkatkan
return saham (Gambar 9). Demikian pula sebaliknya, jika volume penjualan menurun, maka akan mengakibatkan menurunnya return yang diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2003), menyatakan bahwa volume penjualan saham mempunyai pengaruh positif dan signifikan, serta pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini sesuai dengan ekspektasi peneliti yang menyatakan bahwa volume penjualan saham mempunyai arah koefisien yang positif. Hal ini dikarenakan volume penjualan saham industri perbankan yang terus meningkat dari tahun 2008-2012 sebesar 14,7 persen (Bank Indonesia 2012).
2. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham adalah jumlah uang beredar dengan nilai t-hitung sebesar -8,78 dan nilai koefisien sebesar - 0,55. Variabel jumlah uang beredar arahnya negatif. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori yang ada. Terjadinya kontradiksi ini adalah adanya kemungkinan bahwa dana yang dimiliki masyarakat tersebut tidak banyak yang digunakan dalam perdagangan saham industri perbankan di BEI, tetapi
digunakan untuk keperluan transaksi dan berjaga-jaga. Selain itu adanya kemungkinan dana tersebut digunakan dalam perdagangan saham pada perusahaan selain obyek penelitian. Hal ini juga dimungkinkan oleh faktor ekspektasi dari investor. Bila uang beredar naik maka akan menyebabkan naiknya tingkat inflasi (Gambar 9). Investor akan memperkirakan bahwa harga saham akan turun sehingga investor menjual sahamnya. Penjualan ini akan menyebabkan supply saham meningkat dan pada akhirnya akan menurunkan harga saham.
3. Variabel yang berpengaruh terhadap harga saham adalah tingkat bunga deposito dengan nilai t-hitung sebesar 8,69 dan nilai koefisien sebesar 0,53. Penelitian ini telah membuktikan bahwa tingkat bunga deposito berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Tarkhani (2005) yang menyatakan bahwa tingkat bunga deposito memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan. Tingkat bunga deposito merupakan salah satu dari beberapa indikator ekonomi moneter Indonesia. Tingkat bunga deposito yang positif menunjukkan bahwa semakin naik tingkat bunga deposito, maka akan mempengaruhiinvestor dalam menanamkan dananya pada saham perusahaan perbankan. Perubahan tingkat bunga deposito dapat mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan tingkat suku bunga deposito akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, jika tingkat bunga deposito meningkat, maka harga saham akan turun, demikian pula sebaliknya. Jika tingkat bunga deposito turun, maka harga saham turun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang ada. Secara teoritis, investor cenderung lebih menyukai menabung pada saat tingkat bunga deposito tinggi, sebab investasi di bidang ini relatif tidak mengandung risiko. Sebaliknya investor akan lebih menyukai kecenderungan menginvestasikan uang dalam bentuk saham ketika tingkat bunga deposito rendah. Akan tetapi untuk perusahaan yang bergerak di bidang keuangan seperti halnya bank, asuransi dan perusahaan penjaminan, pengaruh perubahan suku bunga terhadap
return saham adalah positif, artinya jika suku bunga naik maka return saham juga akan meningkat dan demikian pula sebaliknya. Apabila tingkat suku bunga deposito mengalami kenaikan maka investor akan lebih tertarik untuk menanamkan sahamnya pada deposito dari pada saham. Semakin banyaknya dana yang terhimpun oleh bank, berarti bank akan dapat menyalurkan dana lebih banyak ke masyarakat untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Karena terjadi peningkatan performa dari perusahaan perbankan ini, maka tentu saja investorakan tertarik menanamkan sahamnya. Permintaan saham yang meningkat ini akan menyebabkan naiknya harga saham sehingga terjadi capital gain yang akan meningkatkan return saham perusahaan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8.
0,00% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 10,00% 2008 2009 2010 2011 2012 8,67% 7,15% 6,50% 6,58% 5,77% Tahun
Gambar 8. Suku bunga tahunan Bank Indonesia (2008 – 2012)
Hal ini justru merupakan kebalikan dari ekspektasi koefisien oleh peneliti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu pengaruh tingkat bunga deposito mempunyai pengaruh yang negatif. Kontradiksi ini dapat terjadi karena investor lebih mengikuti teori analisis fundamental daripada pengaruh faktor-faktor lain yang akan mempengaruh perilaku investor untuk membeli dan menjual saham. Hal ini, juga terjadi dikarenakan data empiris (Gambar 9) menunjukkan bahwa rata-rata return saham IHSG di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun 2008-2012.
4. Variabel yang berpengaruh terhadap harga saham adalah variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dengan nilai t-hitung sebesar 8,67 dan nilai koefisien sebesar 0,52. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Tarkhani (2005) yang menyatakan bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika memiliki pengaruh positif dan signifikan. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bowonu (2007), yang menyatakan bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan ekspektasi peneliti yang mengharapkan koefisien variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika memiliki nilai negatif, artinya return yang berasal dari kenaikan harga saham masih relatif lebih baik daripada kerugian yang diakibatkan terdepresiasinya Rupiah bagi investor asing.
5. Variabel yang berpengaruh terhadap harga saham adalah variabel return on investment dengan nilai t-hitung sebesar -5,46 dan nilai koefisien sebesar -0,28. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bowonu (2007) dan Hidayat (2003), yang menyatakan bahwa variabel ROI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. ROI yang arahnya negatif berarti, pengaruh variabel ROI memiliki pengaruh yang negatif. Penelitian ini menunjukkan bahwa ROI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini, sejalan dengan teori yang ada, yang menyatakan bahwa semakin tinggi ROI maka semakin tinggi pula harga saham perusahaan. Tujuan perusahaan perbankan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan yang juga berarti memakmurkan kesejahteraan pemegang saham, maka tentu langkah yang paling tepat bagi perusahaan perbankan adalah mencari kesempatan investasi yang benar-benar dapat menghasilkan ROI yang tinggi. Sebab semakin tinggi ROI maka harga saham akanmeningkat.
6. Variabel yang berpengaruh terhadap harga saham adalah tingkat inflasi dengan nilai t-hitung sebesar -3,03 dan nilai koefisien sebesar -0,15. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomiterlalu panas
(overheadted). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produk, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menurunkan daya beli uang. Selain itu, inflasi yang tinggi dapat mengurangi tingkat pendapatan rill yang diperoleh investor dari investasinya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hooker (2004) yang menyatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham dan mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mok (1993), yang menyatakan bahwa tingkat inflasi berpengaruhsignifikan terhadap harga di Hongkong.
Selain itu, tingkat inflasi yang terjadi tidak terlalu bagus, dikarenakan data tingkat inflasi yang terjadi pada tahun 2008-2012 menunjukkan grafik yang fluktuatif dan kondisi perekonomian yang tidak stabil (Gambar 10), hasil yang menunjukkan bahwa tingkat inflasi terhadap harga saham arahnya negatif, artinya, bila tingkat inflasi meningkat, maka akan membuat kepercayaan investor ragu-ragu untuk menanamkan modalnya pada perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini, tidak sesuai dengan arah koefisien yang diharapkan peneliti pada bab sebelumnya yang menyatakan bahwa arah tingkat inflasi positif.
0,00% 2,00% 4,00% 6,00% 8,00% 10,00% 12,00% 2008 2009 2010 2011 2012 10,30% 4,89% 5,13% 5,38% 4,27% Tahun
Gambar 10. Grafik tingkat inflasi tahun 2008-2012