• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), yang berlokasi di Jl. Dr. Mansyur No.5 Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Subjek dalam penelitian ini terdiri dari pedagang makanan yang berada di lingkungan Fakultas Kedokteran USU. Total sampel adalah 25 orang pedagang. Sampel dipilih dengan teknik total sampling, di mana karakteristik sampel disesuaikan dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi penelitian.

Karakteristik pedagang makanan dideskripsikan berdasarkan jenis kelamin dan usia.

5.1.2.1. Karakteristik Pedagang Makanan Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi pedagang makanan di lingkungan Fakultas Kedokteran USU tahun 2014 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Pedagang Makanan berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 13 52

Perempuan 12 48

Berdasarkan tabel 5.1., distribusi jenis kelamin pedagang makanan memperlihatkan laki-laki ditemukan lebih banyak daripada perempuan pada penelitian ini. Dari 25 orang pedagang makanan, terdapat 13 orang (52%) laki-laki dan 12 orang (48%) perempuan.

5.1.2.2. Karakteristik Pedagang Makanan Berdasarkan Usia

Distribusi pedagang makanan di lingkungan Fakultas Kedokteran USU tahun 2014 berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Pedagang Makanan berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase (%)

18-40 18 72

41-60 7 28

Total 25 100

Berdasarkan tabel 5.2., didapati bahwa jumlah pedagang makanan yang berjualan di lingkungan Fakultas Kedokteran USU pada rentang usia 18-40 tahun sebanyak 18 orang (72%), dan rentang usia 41-60 tahun sebanyak 7 orang (28%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Angka Kejadian Infeksi Nematoda Usus pada Pedagang Makanan di Lingkungan Fakultas Kedokteran USU tahun 2014

Telah dilakukan pemeriksaan mikroskopis di Laboratorium Parasitologi berdasarkan sampel feses yang didapat dari pedagang makanan di lingkungan Fakutas Kedokteran USU dan didapati hasil sebagai berikut.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pedagang Makanan berdasarkan Infeksi Cacing Nematoda Usus di lingkungan Fakultas Kedokteran USU pada Tahun 2014 Infeksi Nematoda Usus Frekuensi Persentase (%)

Positif 1 4

Negatif 24 96

Total 25 100

Berdasarkan tabel 5.3., pedagang makanan yang terinfeksi nematoda usus berjumlah 1 orang dari jumlah pedagang makanan di lingkungan Fakultas Kedokteran USU adalah 25 orang. Pedagang makanan yang terinfeksi tersebut berjenis kelamin perempuan, berada pada rentang usia 18-40 tahun. Jadi, angka kejadian infeksi nematoda usus dapat di hitung sebagai berikut :

Angka kejadian infeksi nematoda usus pada pedagang makanan di lingkungan Fakultas Kedoteran USU =

= Jumlah pedagang makanan yang terinfeksi nematoda usus (positif)

= 1/25 X 100%

x 100% Jumlah seluruh pedagang makanan (total)

= 4 %

5.1.3.2. Distribusi Frekuensi Pedagang Makanan berdasarkan Jenis Cacing Nematoda Usus

Distribusi frekuensi pedagang makanan berdasarkan jenis cacing nematoda usus yang menginfeksi pedagang makanan di lingkungan Fakultas Kedokteran USU pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Pedagang Makanan berdasarkan Jenis Cacing Nematoda Usus

Jenis Cacing Frekuensi Persentase (%)

A.lumbricoides 1 4

T.trichiura - -

Hookworm - -

Tidak Terinfeksi 24 96

Total 25 100

Setelah dilakukan pemeriksaan secara mikroskopis ditemukan jenis cacing nematoda usus yang menginfeksi pedagang makanan tersebut adalah

A.lumbricoides (lihat gambar 5.1.), tidak ada yang terinfeksi T.trichiura, ataupun

Hookworm.

Gambar 5.1. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis (perbesaran 10 X) pada Pedagang Makanan yang Terinfeksi (Positif)

5.1.3.3. Deskripsi Hasil Lembar Observasi dan Lembar Kuisioner Pedagang Makanan

5.1.3.3.1. Distribusi Frekuensi Jawaban pada Tiap Item Observasi

Distribusi frekuensi jawaban dari tiap item observasi pada lembar observasi tentang perilaku host dan faktor lingkungan pedagang makanan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban pada Tiap Item Observasi pada Lembar Observasi

No. Item Observasi Perilaku Host dan Faktor Lingkungan

Ya Tidak

F % F %

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh makanan

17 68 8 32

2. Menggunakan alat seperti sendok atau sarung tangan sebelum

menyentuh makanan

25 100 0 0

3. Mencuci tangan setelah membersihkan piring yang kotor,

sampah dan sisa makanan

22 88 3 12

4. Mencuci tangan setelah memegang uang

5 20 20 80

5. Menyimpan makanan bersih dan terpelihara yaitu dengan keadaan tertutup, bebas dari debu, asap

ataupun serangga

24 96 1 4

6.. Melakukan pembersihan serta desinfeksi pada peralatan makanan

sebelum dan setelah digunakan

7. Tempat mencuci tangan (maks.berjarak 10 meter) dari tempat

berjualan

21 84 4 16

8. Lokasi berjualan jauh dengan sumber pencemaran misalnya tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan limbah atau kondisi

tercemar lainnya.

17 68 8 32

Keterangan : F = Frekuensi

Berdasarkan tabel 5.5. pada item observasi perilaku host dan faktor lingkungan pada pedagang makanan di Lingkungan Fakutas Kedokteran USU, yang paling banyak dinilai dengan Ya yaitu item observasi nomor 2 sebanyak 100% diikuti nomor 5 yaitu sebanyak 96%. Sedangkan item observasi yang paling banyak dinilai dengan Tidak yaitu item observasi nomor 4 yaitu sebanyak 80%.

5.1.3.3.2. Distribusi Frekuensi Jawaban pada Lembar Kuisioner

Distribusi frekuensi jawaban pada lembar kuisioner tentang perilaku host dan faktor lingkungan pedagang makanan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban pada Lembar Kuisioner

No. Pertanyaan Ya Tidak

F % F %

1. Mencuci tangan dengan air bersih dan mengalir

17 68 8 32

2. Mencuci tangan menggunakan sabun 14 56 11 44

3. Mencuci tangan dengan menggosok telapak tangan dan membersihkan

sela sela jari

12 48 13 52

4. Menjaga kebersihan kuku dengan memotong kuku jari secara rutin

16 64 9 36

5. Mencuci tangan setelah membuang kotoran (BAB)

25 100 0 0

6. Tidak pernah mengalami infeksi kecacingan sebelumnya

21 84 4 16

Keterangan : F = Frekuensi

Berdasarkan tabel 5.6. pada lembar kuisioner perilaku host dan faktor lingkungan pada pedagang makanan di Lingkungan Fakutas Kedokteran USU, yang paling banyak dijawab dengan Ya yaitu pertanyaan nomor 5 sebanyak 100%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan Tidak yaitu pertanyaan nomor 3 yaitu sebanyak 52%.

5.1.3.3.3. Skor Hasil dari Lembar Observasi dan Lembar Kuisoner dan Kategori Pedagang Makanan

Distribusi skor hasil dari lembar observasi dan lembar kuisioner dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.7. Skor Hasil dari Lembar Observasi dan Lembar Kuisioner Pedagang Makanan Pedagang Makanan Skor Lembar Observasi Skor Lembar Kuisioner Total Kategori 1. 3 1 4 Buruk 2. 5 2 7 Sedang 3. 3 2 5 Buruk 4. 6 6 12 Baik 5. 7 6 13 Baik 6. 8 6 14 Baik 7. 7 6 13 Baik 8. 6 5 11 Baik 9. 6 5 11 Baik 10. 6 3 9 Sedang 11. 6 2 8 Sedang 12. 5 5 10 Sedang 13. 7 5 12 Baik 14. 6 5 11 Baik 15. 7 6 13 Baik 16. 7 5 12 Baik 17. 4 1 5 Buruk 18. 6 6 12 Baik 19. 4 2 6 Sedang 20. 7 5 12 Baik 21. 6 3 9 Sedang 22. 6 3 9 Sedang 23. 7 6 13 Baik 24. 8 6 14 Baik 25. 6 3 9 Buruk

Adapun kategori perilaku pedagang makanan dan faktor lingkungan tentang infeksi kecacingan dicantumkan pada Tabel 5.8 berikut ini.

Tabel 5.8 Kategori Perilaku Pedagang Makanan dan Faktor Lingkungan berdasarkan Lembar Observasi dan Lembar Kuisioner

Kategori N %

Baik 14 56

Sedang 8 32

Buruk 3 12

Total 25 100

Berdasarkan tabel 5.8., perilaku host dan faktor lingkungan pedagang makanan terhadap infeksi kecacingan, yaitu Baik sebanyak 14 orang (56%) pedagang, perilaku Sedang sebanyak 8 orang (32%) pedagang dan perilaku Buruk sebanyak 3 orang (12%) pedagang.

Tabel 5.9. Distribusi Tabulasi Silang Kategori Perilaku dan Faktor Lingkungan Pedagang Makanan dengan Infeksi Kecacingan di Lingkungan Fakultas

Kedokteran USU tahun 2014

No. Kategori Infeksi Kecacingan Jumlah

Terinfeksi Tidak terinfeksi

F % F % F % 1. Baik 0 0 14 56 14 56 2. Sedang 0 0 8 32 8 32 3. Buruk 1 4 2 8 3 12 Total 1 4 24 96 25 100 Keterangan : F = Frekuensi

5.1.3.3.4. Deskripsi Lembar Observasi dan Lembar Kuisioner pada Pedagang Makanan yang Terinfeksi

Hasil observasi pada lembar observasi yang dilakukan pada pedagang makanan yang terinfeksi (positif) sebagai berikut.

Tabel 5.10. Deskripsi Hasil dari Lembar Observasi Perilaku Host dan Faktor Lingkungan pada Pedagang Makanan yang Terinfeksi (Positif)

No. Item Observasi Perilaku Host dan Faktor Lingkungan

Nilai Ya Tidak 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah

menyentuh makanan

2. Menggunakan alat seperti sendok atau sarung tangan sebelum menyentuh

makanan

3. Mencuci tangan setelah membersihkan piring yang kotor, sampah dan sisa

makanan

4. Mencuci tangan setelah memegang uang

5. Menyimpan makanan bersih dan terpelihara yaitu dengan keadaan tertutup, bebas dari debu, asap ataupun

serangga

6. Melakukan pembersihan serta desinfeksi pada peralatan makanan

sebelum dan setelah digunakan

7. Tempat mencuci tangan (maks.berjarak 10 meter) dari tempat

berjualan

pencemaran misalnya tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan limbah atau kondisi

tercemar lainnya.

Tabel 5.11. Deskripsi Hasil dari Lembar Kuisioner Perilaku Host dan Faktor Lingkungan pada Pedagang Makanan yang Terinfeksi (Positif)

No. Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak 1. Mencuci tangan dengan air bersih dan

mengalir

2. Mencuci tangan menggunakan sabun 

3. Mencuci tangan dengan menggosok telapak tangan dan membersihkan sela

sela jari

4. Menjaga kebersihan kuku dengan memotong kuku jari secara rutin

5. Mencuci tangan setelah membuang kotoran (BAB)

6. Tidak pernah mengalami infeksi kecacingan sebelumnya

Dari penilaian berdasarkan lembar observasi dan lembar kuisioner di atas, dapat disimpulkan bahwa pedagang makanan yang terinfeksi memiliki perilaku host dan faktor lingkungan yang Buruk (skor total jawaban dari lembar observasi dan lembar kuisioner = 5, < 40% dari nilai tertinggi).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran USU didapati bahwa pedagang makanan yang terinfeksi berjumlah 1 orang (4%) sedangkan pada 24 orang (96%) pedagang makanan lainnya tidak didapati infeksi nematoda usus. Hal ini menujukkan sebagian besar pedagang makanan (food handler) di lingkungan Fakultas Kedokteran USU sudah menjaga kesehatan dirinya dengan baik. Namun terdapat satu orang pedagang makanan (food handler) yang terinfeksi nematoda usus, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti perilaku hidup sehat, sanitasi, pengelompokan rumah tangga, tingkat kemiskinan, kondisi alam dan geografi, dan faktor faktor lain yang juga berperan dalam kejadian infeksi kecacingan (Hotez et al., 2006).

Penyakit kecacingan mempunyai prevalensi yang tinggi dan semua umur dapat terinfeksi cacing. Berdasarkan data penilitian pada bulan Agustus tahun 1999 di Kepulauan Seribu, yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan didapati bahwa angka kejadian infeksi kecacingan di Indonesia pada usia dewasa adalah 40 – 60%. Pada penelitian ini didapati bahwa pedagang makanan yang terinfeksi berjenis kelamin perempuan dan usia pedagang makanan yang terinfeksi adalah 18-40 tahun. Pada penelitian ini didapati juga jenis cacing yang menginfeksi pedagang makanan adalah Ascaris lumbricoides.

Menurut Hotez et al. (2006), infeksi dengan Trichiuris trichiura dan

Ascaris lumbricoides secara tipikal diderita pada anak-anak berusia 5-10 tahun, semakin bertambah usia akan menurun dan menetap pada usia dewasa. Hal ini berbeda dengan infeksi Hookworm yang terjadi pada anak usia dini dan remaja kemudian meningkat populasi dewasa, menetap dan menurun dari usia 40 tahun atau lebih. Berdasarkan data infeksi kecacingan pada tahun 1970 di beberapa provinsi di Indonesia seperti Bali, Irian jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan pada usia dewasa didapati prevalensi infeksi Ascaris

lumbricoides sebanyak 50,8%, Trichuris.trichiura sebanyak 56% dan Hookworm

sebanyak 65,9% (Margono, 2001).

Namun, perbedaan karakteristik infeksi STH berdasarkan usia, jenis kelamin dan jenis cacing yang menginfeksi dapat diakibatkan oleh perbedaan dari karakteristik sampel pada tiap penelitian.

5.2.2. Lembar Observasi dan Lembar Kuisioner

Perilaku dan sanitasi lingkungan merupakan faktor penting terhadap kejadian infeksi kecacingan. Perilaku merupakan reaksi seseorang terhadap lingkungannya, sedangkan lingkungan merupakan suatu hal yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu. Jika lingkungan mendukung ke arah positif, maka individu akan berperilaku positif, tetapi jika lingkungan sekitar tidak kondusif, maka individu tersebut akan berperilaku kurang baik (Notoatmodjo, 2007).

Dari hasil lembar observasi perilaku host dan faktor lingkungan pada pedagang makanan di Lingkungan Fakutas Kedokteran USU, yang paling banyak dinilai dengan Ya yaitu item observasi nomor 2 sebanyak 100%, yaitu menggunakan alat seperti sendok atau sarung tangan sebelum menyentuh makanan. Dari item observasi tersebut dapat dilihat bahwa pedagang makanan melakukan usaha pencegahan penularan infeksi secara lansung dari tangan ataupun kuku yang terkontaminasi dengan telur cacing kepada pembeli (Onggowaluyo, 2002) diikuti nomor 5 sebanyak 96% yaitu menyimpan makanan bersih dan terpelihara yaitu dengan keadaan tertutup, bebas dari debu, asap ataupun serangga, hal tersebut mendukung dalam pencegahan infeksi kecacingan terutama yang transmisinya dibantu oleh vektor (serangga), dimana telur cacing dapat menempel pada kaki vektor (serangga), begitu juga halnya dengan debu yang transmisi infeksinya dibantu oleh angin (Brown, 1979). Sedangkan item observasi yang paling banyak dinilai dengan Tidak yaitu item observasi nomor 4 sebanyak 80% yaitu mencuci tangan setelah memegang uang. Menurut Stephen

dari satu orang ke orang lain sebagai alat pembayaran yang sah, dimana uang paling sering terkontaminasi oleh bakteri, jamur dan parasit lainnya, sehingga dapat membantu penularan infeksi.

Dari hasil lembar kuisioner perilaku host dan faktor lingkungan pada pedagang makanan di Lingkungan Fakutas Kedokteran USU, yang paling banyak dijawab dengan Ya pertanyaan nomor 5 sebanyak 100% yaitu mencuci tangan setelah membuang kotoran (BAB). Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan Tidak yaitu pertanyaan nomor 3 sebanyak 52% yaitu mencuci tangan dengan menggosok telapak tangan dan membersihkan sela sela jari. Dari kedua pertanyaan diatas hal ini dapat membantu penyebaran infeksi melalui telur cacing yang menempel pada permukaan tangan dan sela-sela jari (Onggowaluyo, 2002).

Berdasarkan lembar observasi dan lembar kuisioner perilaku pedagang makanan dan faktor lingkungan didapati bahwa pedagang makanan memiliki perilaku Baik tentang infeksi kecacingan, yaitu sebanyak 14 orang (56%), 8 orang (32%) pedagang makanan berperilaku Sedang dan 3 orang (12%) pedagang makanan berperilaku Buruk. Pada hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa kategori pedagang makanan yang Buruk dengan infeksi kecacingan (positif) mempunyai persentase lebih tinggi. Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan di Kecamatan Blang, Mangat, Kota Lhokseumawe yang mendapati bahwa kategori yang Buruk dengan infeksi positif mempunyai persentase yang lebih tinggi (Jalaluddin, 2009). Namun, hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang pada bulan Agustus 2011, didapati yang mempunyai kategori yang Baik dengan infeksi positif (54.5%) lebih banyak daripada kategori yang Sedang dan Buruk.

Perilaku dan faktor lingkungan pedagang makanan yang Buruk dalam penelitian ini belum tentu terinfeksi cacing (positif), infeksi cacing dapat juga pada pedagang makanan yang memiliki perilaku dan faktor lingkungan yang Baik dan Sedang. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti perilaku

hidup sehat, sanitasi, pengelompokan rumah tangga, tingkat kemiskinan, kondisi alam dan geografi, dan faktor faktor lain yang juga berperan dalam kejadian infeksi kecacingan (Hotez et al., 2006). Selain itu, infeksi kecacingan juga dipengaruhi oleh karakteristik penjamu seperti imunitas, status gizi, status kesehatan, usia dan jenis kelamin. Di lokasi penelitian, peneliti melakukan observasi di sekitar tempat berjualan didapati anak dari pedagang makanan tersebut yang masih berusia sekolah dasar. Penularan infeksi kecacingan dapat terjadi dari ibu ke anak tapi tidak tertutup kemungkinan dapat terjadi dari anak ke ibu, hal ini dikarenakan apabila dalam satu rumah ada yang terinfeksi maka orang lain dalam rumah tersebut dapat tertular infeksi akibat kontak yang terlalu kuat. Namun, pedagang makanan yang terinfeksi cacing (positif) telah diberikan pengobatan untuk pemberantasan infeksi dengan menggunakan mebendazole. Walaupun mebendazole merupakan obat broad-spectrum, obat ini sangat efektif terhadap ascariasis dengan pemberian dosis tunggal.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, kesimpulan penelitian ini adalah: 1. Angka kejadian infeksi nematoda usus pada pedagang makanan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah 4%. Pedagang yang terinfeksi berjumlah 1 orang, berjenis kelamin perempuan dan berada pada rentang usia 18-40 tahun.

2. Jenis nematoda usus yang menginfeksi pedagang makanan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah Ascaris lumbricoides. 3. Dari 25 orang pedagang makanan berdasarkan lembar observasi perilaku pedagang dan faktor lingkungan, terdapat perilaku Baik paling banyak yaitu sebanyak 14 orang (56%).

4. Perilaku pedagang makanan yang terinfeksi nematoda usus adalah Buruk.

6.2. Saran

Selama proses pelaksanaan penelitian, penulis menemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dibenahi untuk meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, serta penelitian. Berdasarkan hal tersebut, saran penulis adalah

1. Pedagang makanan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara lebih membangun kesadaran untuk menjalankan hidup sehat, baik di dalam rumah, lokasi berjualan maupun di lingkungan sekitar.

2. Sebagai mahasiswa kedokteran sebaiknya memberikan edukasi kesehatan kepada pedagang makanan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih baik dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan variabel yang lebih bervariasi.

4. Dianjurkan lebih banyak penelitian yang berhubungan dengan infeksi kecacingan pada dewasa karena data infeksi kecacingan pada dewasa sangat minim.

DAFTAR PUSTAKA

Bethony, J., et al., 2006. ”Soil Transmitted Helminth Infection : Ascariasis, Trichuriasis, and Hookworm. Lancet, 367: 1521-1532. Diunduh dari:

Brown. H. 1979. Dasar Parasitologi klinis. Gramedia, Jakarta

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2009. Ascariasis : Biology, Atlanta: Center for Disease Control and Prevention. Diunduh dari: 2014].

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2009. Hookworm : Biology, Atlanta: Center for Disease Control and Prevention. Diunduh dari: 2014].

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2009. Trichuriasis : Biology, Atlanta: Center for Disease Control and Prevention. Diunduh dari: 2014].

Dahlan, S. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan edisi ke 2. Jakarta, Salemba Medika, 2009. De Silva N., Brooker S., Bethony J. 2003. Soil transmitted helminth infections:

The Nature, Causes and Burden of the Condition. Working paper No.3, Disease Control Priorities Project. Bethesda, Maryland : Fogarty International Center, National Institute of Health

.

Diunduh dari :

Endrawati, H., 2011. Pemeriksaan Tinja Metode Kato Katz. Diunduh dari :

Glinz, D., et al., 2010. Comparing Diagnostic Accuracy of Kato-Katz, Koga Agar Plate, Ether-Concentration, and FLOTAC for Schiscosoma mansoni and Soil-Transmitted Helminths. PLoS Negl Trop Dis, 4 (7): e754 (110). Diunduh dari:

54.pdf

Hotez, P. J., et al., 2006. Helminth Infections : Soil - Transmited Helminth Infection and Schistomiasis. Dalam: Jamison, D. T., et al., ed. Diseases Control Priorities in Developing Countries. 2ndEdition. Washington (DC):World Bank, 467-481.

Diunduh dari :

[Diakses 18 April 2013].

Hotez, P. J., et al., 2006. Hookworm Infection. N Engl J Med, 19(5): 47-51.

Diunduh dari [Diakses Mei 2014].

Jalaluddin. 2009. Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal, Higiene dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe tersedia dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6730/1/09E01727.pdf

Margono, S.S. (2001). Review on the control of soil-transmitted helminthiases in Indonesia: the role of parasitologists. In Collected Papers on the Control of Soil-transmitted Helminthiases. Ed. Hayashi, S. pp. 169-172.

, diunduh November 2014

Natadisastra, D., Agoes R., 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Onggowoluwo J.S., 2002. Parasitologi Medik (Helmintologi) Pendekatan Aspek Identifikasi, Diagnostik dan Klinik, Jakarta: EGC.

Pratomo H., dan Sudarti., 1986. Pedoman Pembuatan usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan KB/Kependudukan. Depdikbud, Jakarta. Sastroasmoro, S., dan Sofyan, I., 2002. Dasar-dasar Metodologi

Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto

Srisari, G., 2006. Parasitologi Kedokteran edisi ke 3. Jakarta: EGC

Diunduh dari :

HASH11e/3086d1cd.dir/doc.pdf

Supali, T., Margono, S. S., dan Abidin, S. A. N., 2008. Nematoda Usus. Dalam: Sutanto, I., Ismid, I. S., Sjarifuddin, P. K., dan Sungkar, S., ed. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi ke 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 6-25.

. [Diakses 20 Mei 2014]

Suriptiastuti, 2006. Infeksi Soil-Transmitted Helminth: Ascariasis, Trichiuriasis dan Cacing Tambang. Universa Medicina 25 (2): 84-91 [Diakses Mei 2014]

Swierczynski, G., 2010. The Search for Parasites in Fecal Specimens. Diunduh

dari:[Diakses Mei 2014]

WHO, 2012. Weekly Epidemiological Record. Geneva: 83:237–252. Diunduh dari:

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Olivia Monica D

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 20 September 1994 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Komp. Taman Setia Budi Indah blok F No.64 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Fajar Medan (1997-1999) 2. SD St. Antonius II Medan (1999-2005) 3. SMP St. Thomas 1 Medan (2005-2008) 4. SMA Negeri 1 Medan (2008-2011) 5. Fakultas Kedokteran USU (2011- sekarang) Pengalaman Kepanitiaan : 1. Pantia Perayaan Natal FK USU 2012

2. Panitia Perayaan Paskah FK USU 2012-2013 3. Panitia Porseni FK USU 2013

Karya Ilmiah :

1. Karya Tulis Ilmiah berjudul : Griffithsin (GRFT) : Mikrobisida dalam tanaman tembakau (Nicotiana sp.) sebagai alternatif pencegahan transmisi HIV/AIDS di Indonesia.

Pengalaman Seminar dan Pelatihan :

1. Seminar Nasional : “Supporting the survivors and never ever giving up on Leukimia”, Scripta Research Festival (SRF) 2014 di Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Seminar Internasional : “Basic & Clinical Update on Vaccine & Occupational Health for TB and MersCov”, Scientific Project and Olympiad of Sriwijaya (SPORA) 2014 di Universitas Sriwijaya, Palembang.

3. Seminar Nasional : “Optimalisasi Derajat Kesehatan dalam Peningkatan Wawasan dan Pengetahuan TRIAD KKR : Tiga Resiko Kesehatan reproduksi Remaja : Seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA” Indonesian Scientific Competiton (IDENTIC) 2014 di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.

Pengalaman Lomba :

1. 10 Finalis Terbaik Medical Competition bidang Respiratory System dalam acara Scientific Project and Olympiad of Sriwijaya (SPORA) tahun 2014 di Universitas Sriwijaya, Palembang.

2. 8 Besar Finalis Karya Tulis Ilmiah tingkat Nasional dalam acara

Indonesian Scientific Competiton (IDENTIC) tahun 2014 di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.

Lampiran 2. Lembar Ethical Clearence

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

Lampiran 4.

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul

“ ANGKA KEJADIAN INFEKSI NEMATODA USUS PADA PEDAGANG

MAKANAN (FOOD HANDLER) DI LINGKUNGAN FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2014”, maka dengan ini secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut berpartisipasi sebagai salah seorang responden dalam penelitian ini. Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden akan dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, September 2014

Lampiran 5.

LEMBAR OBSERVASI DAN LEMBAR KUISIONER “ANGKA KEJADIAN INFEKSI NEMATODA USUS

PADA PEDAGANG MAKANAN (FOOD HANDLER) DI LINGKUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN USU TAHUN 2014”

Nomor Responden : I.Identitas Pedagang

1.Nama : ...

2.Umur : ... Tahun 3.Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

II. Lembar Observasi

No. Item Observasi Perilaku oleh Pedagang Makanan

Ya Tidak

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh makanan

2. Menggunakan alat seperti sendok atau sarung tangan sebelum menyentuh makanan 3. Mencuci tangan setelah membersihkan piring

yang kotor, sampah dan sisa makanan 4. Mencuci tangan setelah memegang uang 5. Menyimpan makanan bersih dan terpelihara yaitu

dengan keadaan tertutup, bebas dari debu, asap ataupun serangga

6.. Melakukan pembersihan serta desinfeksi pada

Dokumen terkait