Hasil analisis unsur hara berdasarkan kompisisi media tanam yang akan digunakan sebagai media tanam semai Eukaliptus.
Tabel 1. Analisis unsur hara berdasarkan komposisi media tanam semai Eukaliptus
Parameter Satuan Komposisi media tanam
A B C D pH H2O - 6.52 7.10 6.88 7.10 C organik % 27.85 26.48 21.92 19.85 N total % 0.77 0.98 0.91 1.90 C/N - 36.17 27.02 24.09 10.45 P-avl Bray II ppm 162.65 156.86 166.83 161.04 K-tukar me/100gr 2.570 2.147 1.894 1.711 Na-tukar me/100gr 0.063 0.049 0.049 0.039 Ca-tukar me/100gr 0.008 0.005 0.002 0.007 Mg-tukar me/100gr 0.114 0.147 0.153 0.180
Sumber: Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pH komposisi media tanam bervarisi dimana pH tertinggi terdapat pada komposisi media tanam B dan D masing-masing 7.10 hal ini menunjukkan bahwa kedua komposisi media tanam tersebut memiliki tingkat kemasaman terendah sedangkan komposisi media tanam C (50 % kompos kulit kayu + 50 % cocopeat yakni sebesar 6.88 dan kontrol sendiri yakni komposisi media tanam A (100 % cocopeat) memiliki pH yakni sebesar 6.51.
Rasio C/N komposisi media tanam mengalami penurunan dengan semakin besarnya persentase kompos kulit kayu Eukaliptus yang ditambahkan dengan cocopeat hingga pada komposisi media tanam D yaitu sebesar 10.45. Hal ini berarti bahwa komposisi media tanam D tersebut sudah mendekati bahkan di bawah C/N tanah ( ≤ 20 ) dan sudah baik digunakan sebagai media kompos
dinyatakan dalam Murbandono, 2007 bahwa Semakin mendekati C/N tanah maka bahan tersebut akan menjadi lebih cepat menjadi kompos. Jadi sebelum digunakan, C/N kompos harus lebih rendah atau mendekati C/N tanah.
Keunggulan dari kompos kulit kayu Eukaliptus ini adalah dapat digunakan sebagai media campuran berbagai media tanam dalam memenuhi unsur hara media tanam tersebut, kandungan hara esensial yang lengkap, bobot kompos yang ringan sehingga mudah diangkut, pemanfaatan limbah industri yang mencerminkan pelestarian lingkungan dan lain-lainnya.
Hasil analisis unsur hara di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah kulit kayu Eukaliptus menjadi media kompos organik baik untuk dikembangkan dengan memperhatikan nilai kelestarian lingkungan, seperti halnya di PT.Toba Pulp Lestari yang merupakan salah satu industri Pulp yang juga menjadi lokasi pelaksanaan penelitian ini yang berbahan baku kulit kayu dan menjadi limbah industri di perusahaan tersebut perlu pengembangan kegiatan pengomposan seperti halnya penelitian periode pertama yang telah dilaksanakan sebab selain membantu PT.TPL dalam mengelola lingkungan sebagai salah satu perusahaan yang telah mendapatkan sertifikat juga dapat memperkecil pengeluaran dalam pemenuhan kebutuhan pupuk di persemaian. Pengaplikasian kompos kulit kayu Eukaliptus sebagai media campuran dengan berbagai media tanam seperti
cocopeat dapat digunakan dalam pemenuhan ketersediaan unsur hara yang optimal di dalam media tanam untuk meningkatkan pertumbuhan berbagai tanaman kehutanan salah satunya adalah Eukaliptus yang menjadi tanaman komoditi di PT.TPL. Menurut Murbandono (2000) bahan organik yang telah mengalami pengomposan mempunyai peran penting bagi perbaikan mutu dan sifat tanah.
Hasil uji lanjut interaksi komposisi media tanam dengan aplikasi mikoriza pada media pembibitan semai Eukaliptus terhadap parameter tinggi, diameter, dan ratio tajuk-akar semai Eukaliptus disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji DMRT interaksi aplikasi mikoriza dengan komposisi media tanam pada pembibitan semai Eukaliptus terahadap parameter tinggi, diameter dan ratio tajuk-akar pada 12 MST
Interaksi Perlakuan Tinggi Diameter Ratio tajuk-akar
M0 A ---cm--- 8.09 c ---mm--- 0.47 d 6.21 a M0 B 10.00 abc 0.68 bc 2.81 bc M0 C 12.02 a 0.77 ab 1.72 c M0 D 11.32 ab 0.50 d 2.84 bc M1 A 11.33 ab 0.34 e 2.76 bc M1 B 12.24 a 0.85 a 3.15 b M1 C 11.43 ab 0.64 c 2.49 bc M1 D 9.22 bc 0.43 de 2.60 bc
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %.
Parameter tinggi, diameter, dan persen hidup semai Eukaliptus pada interaksi kedua perlakuan menunjukkan variasi pertumbuhan. Pertambahan tinggi
semai Eukaliptus terbesar yang diamati pada 12 MST pada interaksi perlakuan komposisi media tanam dengan aplikasi mikoriza adalah M1B (25 % kompos kulit kayu + 75 % cocopeat dengan mikoriza 5 gr) yaitu sebesar 12,24 cm dan pertambahan tinggi terkecil pada interaksi perlakuan adalah MOA (100% cocopeat tanpa mikoriza) dan menurut uji DMRT pada taraf 5 % M1A berbeda nyata dengan M0A. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kompos kulit kayu Eukaliptus sebagai media campuran dengan cocopeat baik dalam meningkatkan pertambahan tinggi tanaman, di samping hal tersebut pemberian mikoriza juga membantu peningkatan pertambahan tinggi semai Eukaliptus pada 12 MST. Hasil analisis menunjukkan aplikasi mikoriza dapat disarankan sebagai salah satu perlakuan dalam pembibitan stek pucuk Eukaliptus setelah tanaman semai berakar tentunya. Menurut Adiwiganda (1996) Pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman yang bermikoriza dinyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza lebih baik daripada tanaman yang tidak bermikoriza karena akar tanaman yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman, hal ini juga sesuai dengan pendapat Crawford (2003) yang menyatakan bahwa aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak (Crawford, 2003).
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000 5.500 6.000 6.500 7.000 7.500 8.000 8.500 9.000 9.500 10.000 10.500 11.000 11.500 12.000 12.500 13.000 2 4 6 8 10 12 MS T Pe rta m ba ha n Ti ng gi (c m ) M0AM0B M0C M0D M1A M1B M1C M1D
Gambar 1. Pertambahan tinggi semai Eukaliptus
Pertambahan tinggi semai Eukaliptus (Gambar 1) di atas,menunjukkan bahwa pertambahan tingi tanaman yang diamati dan diukur dengan jangka waktu 2 minggu dalam 12 minggu pengamatan merupakan peningkatan yang linear. Pertambahan waktu pengamatan diikuti dengan pertambahan tinggi semai Eukaliptus.
Pertambahan diameter semai Eukaliptus terbesar yang diamati pada 12 MST pada interaksi perlakuan komposisi media tanam dengan aplikasi mikoriza adalah M1B (25 % kompos kulit kayu + 75 % cocopeat dengan mikoriza 5 gr) yaitu sebesar 0.85 mm dan pertambahan tinggi terkecil pada interaksi perlakuan adalah M1A (100% cocopeat dengan mikoriza) dan menurut uji DMRT pada taraf 5 % M1B berbeda nyata dengan M1A. Hasil analisis pertambahan diameter semai Eukaliptus menunjukkan bahwa aplikasi kompos kulit kayu Eukaliptus baik
digunakan sebagai media campuran dengan cocopeat sebagai media tanam harus menggunakan mikoriza sebagai mikroba yang mempercepat penyerapan hara tanamannya. Kompos kulit kayu Eukaliptus sebagai pupuk organik dapat disarnkan sebagai media campuran dengan cocopeat sebagai media tanam Eukaliptus dengan memperhatikan hasil analisis unsur hara (Tabel 1) juga menunjukkan bahwa ratio C/N komposisi media tanam yang terbaik dengan C/N mendekati dan di bawah ≤ 20 adalah media campuran dengan kompos kulit kayu
dengan komposisi media tanam C dan D dinyatakan dalam Murbandono, 2007 bahwa Semakin mendekati C/N tanah maka bahan tersebut akan menjadi lebih cepat menjadi kompos. Jadi sebelum digunakan, C/N kompos harus lebih rendah atau mendekati C/N tanah.
Gambar 2. Pertambahan diameter semai Eukaliptus
Pertambahan diameter semai Eukaliptus (Gambar 2) di atas,menunjukkan bahwa pertambahan diameter tanaman yang diamati dan diukur setiap jangka waktu 4 minggu dalam 12 minggu pengamatan merupakan peningkatan yang
linear kecuali pada M1A mengalami kemunduran antara 8 MST sampai 12 MST hal ini dikarenakan nilai dari transformasi data akibat keseluruhan unit oengamatan pada perlakuan ini mati. Pertambahan waktu pengamatan diikuti dengan pertambahan diameter semai Eukaliptus.
Dari data hasil yang didapatkan bahwa interaksi yang terjadi tersebut menunjukkan bahwa tanaman kehutanan yang dalam penelitian ini menggunakan tanaman Eukaliptus dengan menggunakan kompos kulit kayu Eukaliptus sebagai media komposnya dapat disarankan untuk menggunakan mikoriza sebagai mikroba yang dapat mempercepat penyerapan haranya. Selanjutnya menurut Santoso (2006) yang menyatakan bahwa Untuk memacu pertumbuhan pohon di persemaian dan lapangan, diperlukan pemahaman kondisi biologi di sekitar sistem perakaran beserta interaksi biogeokimia dalam proses penyerapan unsur hara oleh tanaman. Cendawan mikoriza merupakan mikroba penting dalam ekosistem hutan. Bagian tubuh cendawan mikoriza yang cocok dengan inang dapat dimanfaatkan dalam bentuk produk inokulum. Bibit bermikoriza lebih tahan kering daripada bibit yang tidak bermikoriza. Kekeringan yang menyebabkan rusaknya jaringan korteks, kemudian matinya perakaran, pengaruhnya tidak akan permanen pada akar yang bermikoriza.
Hasil uji lanjut pengaruh komposisi media tanam pada pembibitan semai Eukaliptus terhadap variabel diameter dan persen hidup semai Eukaliptus disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji DMRT pengaruh komposisi media tanam pada pembibitan semai Eukaliptus terahadap variabel diameter, ratio tajuk-akar, dan persen hidup pada 12 MST
Komposisi media tanam Diameter Ratio tajuk-akar Persen hidup
A (100 % cocopeat) ---mm--- 0.41 b 4.49 a ---%--- 38.33 b B
(25% kompos kulit kayu Eukaliptus + 75% cocopet)
0.76 a 2.98 b 60.00 ab
C
(50% kompos kulit kayu Eukaliptus + 50% cocopet)
0.70 a 2.10 b 69.99 a
D
(75% kompos kulit kayu Eukaliptus + 25% cocopet)
0.46 b 2.72 b 49.99 b
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %.
Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan komposisi kompos kulit kayu Eukaliptus memberikan pengaruh nyata terhadap diameter, ratio tajuk-akar dan juga persen hidup. Dan pertambahan diameter semai 12 MST komposisi media tanam, hal tersebut menunjukkan bahwa kompos kulit kayu Eukaliptus yang merupakan pupuk organik yang telah mengalami pelapukan oleh mikroorganisme sehingga keberadaan kompos organik ini sangat baik dimanfaatkan. Murbandono (2000) menyatakan bahwa bahan organik yang telah mengalami pengomposan mempunyai peran penting bagi perbaikan mutu dan sifat tanah.
Hasil uji DMRT pada tabel 3 menunjukkan bahwa besarnya pertambahan diameter, besarnya ratio tajuk akar dan persen hidup semai Eukaliptus bervariasi
pada 12 MST. Pertambahan diameter terbesar pada perlakuan komposisi media tanam yaitu pada komposisi B (25 % kompos kulit kayu + 75 % cocopeat) sebesar 0,76 mm dan pertambahan diameter terkecil pada perlakuan A (100% cocopeat) yaitu sebesar 0,41 mm. Hal ini menunjukkan bahwa media cocopeat saja tidak cukup untuk menghasilkan semai dengan diameter terbaik dan dibutuhkan media campuran kompos kulit kayu Eukaliptus untuk meningkatkan pertumbuhan semai Eukaliptus. Analisis unsur hara (tabel 1) juga menunjukkan bahwa media campuran lebih baik dari pada media kontrol (100% cocopeat) diperhatikan dari ratio C/N mapun pH, media campuran labih mendekati pada kriteria media tanam yang baik. Sehingga kompos kulit kayu baik untuk disarankan sebagai media campuran dengan media tanam cocopeat untuk mendapatkan pertumbuhan semai Eukaliptus yang baik.
Hasil analisis terhadap ratio tajuk-akar semai Eukaliptus dengan berbagai komposisi media tanam menunjukkan bahwa ratio tajuk-akar terbesar adalah A dan yang terkecil adalah C. Seamkin kecil ratio tajuk-akar suatu tanaman maka semakin baik keseimbangan antara tajuk dan akar dari tanaman tersebut. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ratio tjuk-akar terbaik didapatkan pada media campuran juga, karena apabila dibandingkan dengan A sebagai kontrol komposisi tanaman lainnya memiliki ratio tajuk-akar yang lebih kecil sehingga memperhatikan hasil analisis parameter ratio tajuk-akar tersebut perlu disarnkan untuk menggunakan kompos kulit kayu Eukaliptus sebagai media campuran dengan media tanam cocopeat yang telah digunakan digunakan sebagai media tanam Eukaliptus di PT.TPL sebagai lokasi penelitian
Persen hidup yang tertinggi dari Hasil uji DMRT pengaruh komposisi media tanam pada pembibitan semai Eukaliptus 12 MST adalah C yaitu 69.99 % sedangkan persen hidup semai Eukaliptus terendah adalah komosisi media tanam A yaitu 38.33 %. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa penambahan kompos kulit kayu Eukaliptus dengan cocopeat sebagai media dasar dapat meningkatkan persen hidup terbaik dibandingkan dengan persen hidup pada A (100% cocopeat) sebagai kontrol. Komposisi media tanam dengan campuran kulit kayu Eukaliptus bervariasi diduga karena faktor inang tidak selalu bertoleransi pada pemberian campuran komposisi media tanam yang kurang dan berlebihan, disamping keseragaman dari inang dari segi umur, diamater, tinggi, keadaan fisik tanaman pada saat pemanenan di awal penelitian.
Dari hasil analisis yang dilakukan bahwa pengaruh nyata dalam komposisi media kompos menunjukkan bahwa pada tanaman kehutanan dimana dalam penelitian ini menggunakaan stek pucuk Eukaliptus sangat baik digunakan dan dimanfaatkan sebagai media kompos organik sebagai alternatif pengganti dari pupuk anorganik yang tentunya lebih mahal.
Berdasarkan hasil analisis pemberian mikoriza tidak berpengaruh nyata. Pada taraf 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian mikoriza saja pada penelitian ini tidak berpengaruh pada pertumbuhan stek pucuk Eukaliptus, lain halnya dengan interaksi yang telah dibahas sebelumnya. Pemberian mikoriza ini tidak berpengaruh nyata karena komposisi kompos itu sendiri sudah memberikan hasil yang nyata pada perlakuan ini tanpa harus memberikan mikoriza. Dan pemberian mikoriza pada awalnya menyebabkan tanaman juga tertekan, hal ini sesuai dengan pendapat dari Hanafiah, 2005 yang menyatakan bahwa Pada awal
perkembangan mikoriza bersifat parasit bagi tanaman dan jika kondisi tidak optimum, sering menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan. Fotosintat diserap mikoroza dalam akar khususnya melalui arbuskola, yang merupakan area kontak permukaan terbesar antara tanaman dan fungi.
Dari hasil penelitian dapat diperhatikan bahwa pemberian mikoriza saja pada pertumbuhan stek pucuk Eukaliptus tidak memberikan pengaruh nyata, hal ini juga menunjukkan bahwa mikoriza tidak berasosiasi dengan inangnya. Menurut Muas, et al., 2007) Peningkatan serapan hara akan menyebabkan peningkatan biomassa tanaman. Meskipun derajat infeksi yang terjadi pada akar cukup tinggi ternyata tidak dapat menjamin memberikan hasil yang tinggi terhadap pertumbuhan serapan hara dan bobot kering. Hal ini ditentukan oleh kombinasi cendawan dengan inang. Keefektifan mikoriza terhadap suatu jenis tanaman, ditentukan oleh kemampuannya menginfeksi akar dan membentuk hifa eksternal, serta dapat membantu meningkatkan absorbsi hara dan pertumbuhan tanaman. Pendapat diatas tersebut menunjukkan bahwa tidak semua pemberian mikoriza pada tanaman kehutanan tidak menjamin hasil terhadap serapan hara.
Aplikasi mikoriza tidak berpengaruh nyata pada penelitian ini diduga karena umur pengamatan semai reltif cepat sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi seiring bertambahnya umur dari semai Eukaliptus tersebut untuk menunjukkan pengaruh dari aplikasi mikoriza atau simbiosis rhizobium
Aplikasi mikoriza dalam penelitian langsung dilakukan pada saat penanaman dilakukan pada hal saharusnya aplikasi mikoriza dilakukan setelah akan muncul akar dari inang tanaman (stek pucuk Eukaliptus) yang berumur 3 MST, hal ini diduga ikut menyebabkan aplikasi mikoriza tidak memberikan
pengaruh nyata pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Hanafiah, 2005 yang menyatakan bahwa Pada awal perkembangan mikoriza bersifat parasit bagi tanaman dan jika kondisi tidak optimum, sering menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan.
Ketidak konsitenan hasil yang didapatkan diduga disebabkan karena berbagai faktor diantaranya adalah faktor tanaman dapat mempengaruhi hasil dari penelitian misalnya dalam keseragaman sampel pada awal penelitian (kesalahan pengambilan anakan), kesehatan dari tanaman inang, tingkat toleransi semai terhadap lingkunngan tempat tumbuh dan tempat tumbuh yang tidak mendukung. Faktor manusia juga sangat penting dalam tingkat ketelitian hasil penelitian yang didapatkan misalnya kesalahan dalam melakukan pengukuran berbagai parameter pada saat penelitian sedang berjalan, kelalaian dalam perawatan yang dapat mempengaruh kondisi tanaman, dan kesalahan dalam pengolahan data, diduga masih kurang lama pengamatan/penelitian dilakukan dan juga koefisien keragamannya.
Dari keseluruhan data yang diperoleh dominan perlakuan C (50 % kompos kulit kayu Eukaliptus + 50 % cocopiet) menjadi yang terbaik didapatkan untuk disarankan sebagai media tanam stek pucuk Eukaliptus untuk mendapatkan tanaman terbaik dengan berbagai parameter pengamatan.