• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari hasil analisis tanah dan tanaman pada aplikasi mikroba pelarut fosfat dan beberapa sumber bahan organik pada tanah andisol terdampak erupsi gunung Sinabung diperoleh hasil sebagai berikut :

Reaksi Tanah (pH H2O)

Hasil sidik ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah sedangkan aplikasi beberapa sumber bahan organik serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Berikut disajikan rataan nilai Reaksi Tanah (pH H2O):

Tabel 1. Rataan nilai Reaksi Tanah (pH H2O) pada aplikasi Mikroba

Pelarut Fosfat dan sumber bahan organik MPF

(30 ml/tan)

Reaksi Tanah (pH H2O)

Rataan Beberapa Sumber Bahan Organik (100 g/tan)

Tanpa BO Kotoran Sapi Kotoran Ayam Jerami Padi Tithonia difersifolia

Tanpa MPF 4.14de 4.49bcd 4.33cde 4.36cde 4.42cd 4.34

Bakteri 4.48bcd 4.58bc 4.04e 4.25cde 4.75ab 4.42

Jamur 4.44cd 4.60bc 4.90a 4.47bcd 4.53bc 4.59

Bakteri + Jamur 4.23de 4.37cde 4.47cd 4.25de 4.41cd 4.34

Rataan 4.32 4.51 4.43 4.33 4.52 4.42

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5 % diketahui bahwa Jamur Pelarut Fosfat (M2) menunjukkan nilai pH tertinggi sebesar 4.59

dibandingkan dengan Bakteri Pelarut Fosfat (M1) dengan nilai pH 4.42.

Interaksi keduanya (M3) memiliki nilai pH yang sama dengan perlakuan

Kontrol (M0) dan merupakan hasil terendah dengan nilai pH sebesar 4.34.

Bahan organik yang memberikan rataan tertinggi adalah bahan organik T. difersifolia (B4) yaitu sebesar 4.52 dan yang terendah adalah Kontrol (B0)

yaitu sebesar 4.32. Sementara bahan organik Kotoran Sapi (B1), Kotoran

Ayam (B2) dan Jerami Padi (B3) masing-masing memberikan hasil nilai pH

4.51, 4.43, dan 4.33. Pada interaksi MPF dan bahan organik diperoleh hasil terbaik pada perlakuan kombinasi Jamur Pelarut Fosfat dan bahan organik Kotoran Ayam (M2B2) dengan nilai pH 4.9 dan terendah pada kombinasi

Bakteri Pelarut Fosfat dan bahan organik Kotoran Ayam (M1B2) dengan

nilai pH 4.04.

Populasi Mikroba Tanah

Hasil sidik ragam (Lampiran 2) memberikan hasil bahwa aplikasi mikroba pelarut fosfat dan beberapa sumber bahan organik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah populasi Mikroba Tanah sedangkan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Rataan jumlah populasi Mikroba Tanah dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2. Rataan Populasi Mikroba Tanah pada Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan beberapa sumber bahan organik

MPF (30 ml/tan)

Populasi Mikroba Tanah (10-5 CFU/ml)

Rataan Beberapa Sumber Bahan Organik (100 g/tan)

Tanpa BO Kotoran Sapi Kotoran Ayam Jerami Padi Tithonia difersifolia Tanpa MPF 19.5 21.5 31.5 29.5 20.0 24.4 c Bakteri 17.5 32.5 26.5 30.5 21.5 25.7 bc Jamur 32.5 28.5 40.5 37.0 15.0 30.7 ab Bakteri + Jamur 36.0 30.5 34.5 45.5 33.0 35.9 b Rataan 26.38 c 28.25 bc 33.25 ab 35.63 a 22.38 c 29.175

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %

Berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5 % diperoleh rataan tertinggi pada pemberian mikroba yaitu perlakuan interaksi jamur dan bakteri pelarut fosfat (M3) yaitu sebesar 35.9 CFU/ml, diikuti oleh jamur

pelarut fosfat (M2) sebesar 30.7 CFU/ml dan rataan terendah pada kontrol

tertinggi adalah bahan organik jerami padi (B3) yaitu sebesar 35.63 CFU/ml

dan yang terendah adalah bahan organik T. difersifolia (B4) yaitu sebesar

22.38 CFU/ml. Sedangkan jumlah populasi pada perlakuan control, kotoran sapid an kotoran ayam memberikan hasil masing-masing adalah 26.38 CFU/ml, 28.25 CFU/ml, dan 33,25 CFU/ml.

Aktivitas Mikroba (Total Respirasi)

Hasil sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa aplikasi mikroba pelarut fosfat berpengaruh sangat nyata terhadap aktivitas mikroba (total respirasi) sedangkan aplikasi beberapa sumber bahan organik dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata. Rataan aktivitas mikroba (total respirasi) pada tanah akibat aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan bahan organik pada tanah andisol terdampak erupsi gunung sinabung dapat dilihat pada Tabel 3 :

Tabel 3. Rataan Aktivitas Mikroba (Total Respirasi) pada aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan beberapa sumber bahan organik

MPF (30 Ml/tan)

Aktivitas Mikroba (Total Respirasi) (mg CO2C-)

Total Rataan

Beberapa Sumber Bahan Organik (100 g/tan) Tanpa BO Kotoran Sapi Kotoran Ayam Jerami Padi Tithonia difersifolia Tanpa MPF 2.09 2.75 2.31 2.97 3.63 13.75 2.75 b Bakteri 2.09 4.07 3.64 3.41 3.30 16.51 3.30 b Jamur 2.97 3.63 4.07 2.97 3.63 17.27 3.45 b Bakteri + Jamur 5.72 3.63 4.62 4.02 9.90 27.89 5.58 a Rataan 3.22 3.52 3.66 3.34 5.12 3.77

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %

Berdasarkan uji jarak duncan taraf 5 % diperoleh rataan tertinggi pada pemberian mikroba adalah pada kombinasi bakteri dan jamur pelarut fosfat (M3) yaitu sebesar 5.58 mgCO2C- dan terendah pada control (M0) yaitu

sebesar 2.75 mgCO2C -

memberikan hasil 3.3 mgCO2C -

dan 3.4 mgCO2C -

. Bahan organik tidak memberikan pengaruh nyata namun yang memberikan rataan tertinggi adalah bahan organik T. difersifolia (B4) yaitu sebesar 5.12 mgCO2C- dan

yang terendah adalah control (B0) yaitu sebesar 3.22 mgCO2C-. Interaksi

keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap total respirasi tanah, namun perlakuan yang memberikn rataan tertinggi adalah aplikasi kombinasi bakteri dan jamur serta bahan organik T. difersifolia (M3B4)

yaitu sebesar 9.9 mgCO2C- dan rataan terendah pada perlakuan tanpa bahan

organik kotoran sapi dan tanpa mikroba (M0B0) yang memiliki nilai yang

sama dengan interaki bakteri pelarut fosfat dan tanpa bahan organik (M1B0)

yaitu sebesar 2.9 mgCO2C- . C-Organik

Hasil sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa aplikasi mikroba pelarut fosfat berpengaruh nyata terhadap persentase C-Organik tanah sedangkan aplikasi beberapa sumber bahan organik dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap persentase C-Organik tanah. Rataan persentase C-Organik tanah setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4 :

Tabel 4. Rataan C-Organik (%) pada aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan bebarapa sumber bahan organik

MPF (30 Ml/tan)

C-Organik (%)

Rataan Beberapa Sumber Bahan Organik (100 g/tan)

Tanpa BO Kotoran Sapi Kotoran Ayam Jerami Padi Tithonia difersifolia Tanpa MPF 3.29 3.68 3.38 3.48 3.77 3.52 b Bakteri 3.71 3.72 3.76 3.57 3.90 3.73 b Jamur 4.36 3.65 3.83 3.45 3.48 4.02 a Bakteri + Jamur 3.29 3.44 3.57 3.55 3.52 3.47 b Rataan 3.66 3.62 3.63 3.51 3.67 3.62

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan uji jarak duncan taraf 5 % diperoleh rataan tertinggi pada aplikasi Jamur Pelarut Fosfat (M2) yaitu sebesar 3.75 % dan terendah

pada kontrol (M0) yaitu sebesar 3.52 % sedangkan pemberian bakteri dan

kombinasinya memberikan rataan masing-masing yaitu 3.73 % dan 3.47 %. Bahan organik yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap C-organik tanah namun rataan tertinggi diperoleh pada aplikasi T. difersifolia (B4) yaitu sebesar 3.67 % dan yang terendah adalah bahan

organik Jerami Padi (B3) yaitu sebesar 3.51 %.Interaksi MPF dan bahan

organik tidak memberian pengaruh nyata namun diperoleh rataan tertinggi pada perlakuan Jamur Pelarut Fosfat tanpa bahan organik (M2B0) sebesar

4.36 % dan rataan terendah pada perlakuan control sebesar 3.29 % yang memiliki nilai yang sama dengan perlakuan bakteri dan jamur pelarut fosfat tanpa bahan organik.

P Tersedia

Berdasarkan sidik ragam (Lampiran 5) diketahui bahwa aplikasi mikroba pelarut fosfat dan beberapa sumber bahan organik serta interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata nyata terhadap jumah P tersedia pada tanah andisol terdampak erupsi Gunung Sinabung.

Rataan Total P Tersedia pada tanah akibat aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan beberapa Sumber bahan organik pada tanah andisol terdampak erupsi gunung sinabung dapat dilihat pada Tabel 5:

Tabel 5. Rataan P Tersedia pada tanah akibat aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan bebarapa sumber bahan organik

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan uji jarak duncan mikroba pelarut fosfat taraf 5 % diperoleh rataan tertinggi pada interaksi jamur dan bakteri pelarut fosfat (M3) yaitu sebesar 150.92 ppm dan terendah pada kontrol (M0) yaitu sebesar

128.90 ppm sedangkan hasil ujia bahan organik memberikan rataan tertinggi pada pemberian bahan organik T. difersifolia (B4) yaitu sebesar 150.17 ppm

dan yang terendah adalah control (B0) yaitu sebesar 132.67 ppm. Interaksi

keduanya memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah P-Tersedia dan rataan tertinggi didapat pada pemberian bakteri dan jamur pelarut fosfat dan bahan organik kotoran sapi (M3B1) dengan jumlah P-Tersedia yaitu 171.09

ppm dan rataan terendah pada control yaitu sebesar 98.81 %.

Serapan P

Hasil sidik ragam (Lampiran 6) menunjukkan hasil bahwa mikroba pelarut fosfat memberikan pengaruh sangat nyata terhadap serapan P tanaman dan interaksi keduanya berpengaruh nyata sedangkan aplikasi beberapa sumber bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap serapan P oleh tanaman. Rataan Total serapan P pada tanah akibat aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan beberapa Sumber bahan organik pada tanah andisol terdampak erupsi gunung sinabung dapat dilihat pada Tabel 6 :

MPF (30 mL/tan)

P Tersedia (ppm)

Rataan Beberapa Sumber Bahan Organik (100 g/tan)

Tanpa BO Kotoran Sapi Kotoran Ayam Jerami Padi Tithonia difersifolia

Tanpa MPF 98.81 g 123.58 efg 112.38 g 139.07 cdef 170.69 a 128.90

Bakteri 137.24 def 137.86 cdef 145.92 cde 163.47 ab 116.16 fg 140.13

Jamur 145.38 cde 145.63 cde 155.36 abcd 148.08 bcde 155.02 abcd 149.89

Bakteri + Jamur 149.26 abcd 171.09 a 129.43 defg 145.98 cde 158.83 abc 150.92

Tabel 6. Rataan Serapan P Tanah pada aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan bebarapa sumber bahan organik

MPF (30 ml/tan)

Serapan P (mg/tan)

Rataan Beberapa Sumber Bahan Organik (100 g/tan)

Tanpa BO Kotoran Sapi Kotoran Ayam Jerami Padi Tithonia difersifolia Tanpa MPF 5.15 c 6.51 bc 6.89 bc 6.53 abcd 4.94 c 6.01 Bakteri 6.38 c 5.62 c 6.90 bc 4.28 c 5.49 c 5.74 Jamur 9.43 bc 12.56 ab 15.99 a 9.79 bc 5.19 c 10.59

Bakteri + Jamur 9.46 bc 7.22 bc 6.09 c 10.05 abc 8.46 bc 8.25

Rataan 7.61 7.98 8.97 7.66 6.02 7.65

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan uji jarak duncan taraf 5 % diperoleh rataan tertinggi pada aplikasi jamur pelarut fosfat (M2) yaitu sebesar 10.59 ppm dan

terendah pada aplikasi bakteri pelarut fosfat (M1) yaitu sebesar 5.74 ppm

sedangkan bahan organik yang memberikan rataan tertinggi adalah bahan organik kotoran ayam (B2) yaitu sebesar 8.97 ppm dan yang terendah adalah

bahan organik

T. difersifolia (B4) yaitu sebesar 6.02 ppm. Interaksi keduanya memberikan

pengaruh nyata terhadap serapan P dan rataan tertinggi diperoleh pada pemberian jamur pelarut fosfat dan bahan organik kotoran ayam (M2B2)

dengan nilai serapan P adalah 15.99 ppm dan terendah pada aplikasi bakteri pelarut fosfat dan bahan organik jerami padi (M1B3) dengan nilai seraan P

adalah 4.28 ppm.

Berat Kering Tajuk

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 7) diperoleh hasil bahwa aplikasi mikroba pelarut fosfat berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tajuk tanaman sedangkan aplikasi beberapa sumber bahan organik dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk

tanaman. Rataan total berat kering tajuk tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7. Rataan total berat kering tajuk tanaman kentang 8 MST (g) aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan sumber bahan organik

MPF (30 mL/tan)

Berat Kering Tajuk Tanaman (g)

Rataan Beberapa Sumber Bahan Organik (100 gr/tanaman)

Tanpa BO Kotoran Sapi Kotoran Ayam Jerami Padi Tithonia difersifolia Tanpa MPF 17.63 18.42 19.08 21.31 16.68 18.62 b Bakteri 17.43 18.26 24.53 13.08 18.67 18.39 b Jamur 32.05 35.40 37.49 27.96 17.40 30.06 a Bakteri + Jamur 31.47 21.93 19.53 29.71 31.52 26.83 ab Rataan 24.64 23.50 25.15 23.01 21.07 23.47

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan uji duncan taraf 5 % diperoleh rataan tertinggi pada pada aplikasi jamur pelarut fosfat (M2) yaitu sebesar 30.06 g dan terendah

pada aplikasi bakteri pelarut fosfat (M1) yaitu sebesar 18.39 g sedangkan

perlakuan control dan interaksinya masing-masing sebesar 18.62 g dan 26.83 g. Bahan organik yang memberikan rataan tertinggi adalah bahan organik kotoran ayam (B2) yaitu sebesar 25.15 g dan yang terendah adalah

bahan organik T. difersifolia (B4) yaitu sebesar 21.07 g sedangkan perlakuan

yang lain yaitu control sebesar 24.64 g, kotoran sapi 23.50 g dan jerami padi sebesar 23,01 g. Interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap serapan P namun rataan tertinggi berada pada aplikasi jamur pelarut fosfat dan bahan organik kotoran ayam (M2B2) sebesar 37.49 g dan

terendah pada bakteri pelarut fosfat dan jerami padi (M1B3) sebesar 13.08 g. Berat Kering Akar

Hasil sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan aplikasi mikroba pelarut fosfat dan aplikasi bahan organik tidak berpengaruh nyata terhada berat kering akar sedangkan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap

berat kering akar tanaman. Rataan total berat kering akar tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) pada aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan beberapa Sumber bahan organik pada tanah andisol terdampak erupsi gunung sinabung dapat dilihat pada Tabel 8 :

Tabel 8. Rataan total berat kering akar tanaman kentang 8 MST (g) aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan sumber bahan organik

MPF (30 Ml/tan)

Berat Kering Akar Tanaman (g)

Rataan Beberapa Sumber Bahan Organik (100 g/tan)

Tanpa BO Kotoran Sapi Kotoran Ayam Jerami Padi Tithonia difersifolia

Tanpa MPF 1.37abcd 1.22bcd 2.31a 1.53abcd 1.50abcd 1.59

Bakteri 1.80abcd 1.86abcd 1.67abcd 1.41abcd 1.42abcd 1.63

Jamur 2.19ab 1.61abcd 2.25a 2.12abc 1.04d 1.84

Bakteri + Jamur 1.81abcd 1.79abcd 1.12cd 2.37a 2.18ab 1.85

Rataan 1.79 1.62 1.84 1.86 1.53 1.73

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan uji jarak duncan taraf 5 % diperoleh rataan tertinggi pada interaksi bakteri dan jamur pelarut fosfat (M3) yaitu sebesar 1.85 g dan

terendah pada kontrol (M0) yaitu sebesar 1.59 g sedangkan bahan organik

yang memberikan rataan tertinggi adalah bahan organik jerami padi (B3)

yaitu sebesar 1.86 g dan yang terendah adalah bahan organik Titonia (B4)

yaitu sebesar 1.53 g. Interaksi keduanya memberikan pengaruh nyata dan diperoleh rataan tertinggi pada M0B2, M2B2, dan M3B3 sebesar 2.37 g dan

Pembahasan

Reaksi Tanah (pH H2O)

Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion unsur (H+) di dalam tanah. Berdasarkan analisis tanah andisol Sinabung diperoleh bahwa nilai pH tanah andisol tertinggi setelah aplikasi mikroba pelarut fosfat dan bahan organik adalah 4.90 (< 7) artinya tanah tersebut tergolong masam. Kadar ion H+ di dalam tanah lebih besar dibanding jumlah ion OH- . Hal ini sesuai dengan literatur Hardjowigeno (1995) yang mengatakan bahwa pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah beraksi netral yaitu mempunyai pH=7.

Pada perlakuan interaksi mikroba dengan bahan organik, nilai pH tersebut mengalami penurunan dari pH tanah awal sebelum aplikasi yaitu 5,5 menjadi pH dibawah 5,5 artinya mikroba dan bahan organik yang diaplikasikan kedalam tanah menghasilkan asam-asam organik yang dapat meningkatkan kadar Ion H+ dalam tanah sehingga pH tanah semakin menurun. Asam organik yang dihasilkan selain menurunkan pH tanah juga dapat membentuk kompleks stabil (khelasi) dengan kation-kation pengikat P seperti Al dan Fe sehingga P yang terikat oleh logam dapat terlepas dari ikatan dan menjadi tersedia bagi tanaman. Sesuai dengan literatur Fitriatin, dkk (2011) yang mengatakan bahwa asam organik akan bereaksi dengan FePO4 dan membentuk khelat (kompleks stabil) akibatnya dapat

menurunkan reaktivitas ion-ion dan menyebabkan pelarutan yang efektif sehingga P terfiksasi dapat tersedia untuk tanaman Mikroba selain menghasilkan asam organik juga dapat meningkatkan aktivitas fosfatase dalam tanah sehingga P tersedia bagi tanaman. Berikut adalah grafik reaksi

tanah setelah aplikasi MPF dan sumber bahan organik pada tanah andisol terdampak erupsi Gunung Sinabung:

Gambar 1.Grafik Reaksi Tanah (pH H2O) akibat aplikasi MPF dan beberapa

sumber bahan organik pada tanah andisol terdampak erupsi Gunung Sinabung

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan terbaik berada pada aplikasi jamur pelarut fosfat dan bahan organik kotoran ayam (M2B2)

dengan nilai pH akhir tanah 4,90. Penurunan pH menjadi < 5 tidak berpengaruh terhadap penambahan jumlah logam pengikat P karena pada pH awal jumlah logam yang mengikat kuat P sudah tinggi. Kondisi pH tanah asam mengakibatkan P tidak tersedia bagi tanaman karena P terikat oleh Al dan Fe yang sangat aktif mengikat P dalam kondisi asam. Asam organik yang dihasilkan oleh mikroba dan bahan organik akan menurunkan pH tanah, namun akan menkhelat logam berat sehingga walaupun pH tanah menurun asam organik tetap berperan dalam membantu membuat P menjadi tersedia bagi tanah dan tanaman.

Populasi Mikroba

Mikroba tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui interaksinya dengan tanaman di rhizosfer. Rhizosfer adalah daerah perakaran tanaman yang ditempati oleh mikroba untuk tumbuh karena pada daerah rhizosfer terdapat bahan organik berupa eksudat akar yang dapat digunakan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang. Kehadiran mikroba dalam tanah penting karena dapat memberikan manfaat bagi tanaman. Apabila mikroba yang mendominasi daerah rhizosfer tersebut adalah mikroba yang menguntungkan seperti contoh mikroba pelarut fosfat maka dapat membantu melarutkan fosfat dalam tanah sehingga fosaf dapat tersedia bagi tanaman.

Aplikasi mikroba pelarut fosfat dan sumber bahan organik yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap total jumlah populasi mikroba. Berikut adalah grafik yang menggambarkan tingkat populasi mikroba tanah oleh aplikasi MPF dan bahan organik pada tanah :

Gambar 2.Grafik populasi Mikroba Tanah Akibat aplikasi MPF dan beberapa sumber bahan organik pada tanah andisol terdampak erupsi Gunung Sinabung

Dari perlakuan kombinasi mikroba pelarut fosfat dan bahan organik, perlakuan terbaik berada pada perlakuan interaksi aplikasi jamur dan bakteri pelarut fosfat dikombinasikan dengan bahan organik jerami padi ( M3B3) yaitu sebesar 8,74 CFU/ml. Bahan organik jerami padi mengandung

unsur hara Kalium, Nitrogen dan juga Fosfor yang berperan seacara tidak langsung dalam pertumbuhan mikroba dalam tanah, mampu memperbaiki kesuburan tanah secara fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik jerami padi mampu mendukung perkembangan mikroba tanah termasuk bakteri dan jamur pelarut fosfat yang diaplikasikan pada tanah. Keberadaan bahan organik sekaligus mempengaruhi jumlah populasi mikroba dalam tanah (sinuraya, 2009).

Aktivitas Mikroba Tanah (Total Respirasi)

Aktivitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan produktivitas tanah. Kondisi kesuburan tanah itu sendiri berpengaruh terhadap tingkat aktivitas mikroba tanah. Apabila mikroba yang mendominasi tanah adalah mikroba yang menguntungkan maka aktivitas mikroba tersebut akan memberikan dampak yang baik bagi tanaman misalnya mikroba pelaruf fosfat akan menghasilkan suatu enzim yang dapat mengubah P Organik menjadi P anorganik yang dinamakan enzim fosfatase. Keberadaan MPF akan membantu tanaman mendapatkan P dengan enzimnya. Selain berperan dalam mineralisasi P, Mikroba tersebut juga menghasilkan asam-asam organik seperti asam sitrat, glutamate, asetat, dll yang mampu menkhelat logam berat sehingga P terlepas dan tersedia bagi tanaman.

Aplikasi MPF dan beberapa suber bahan organik memberikan hasil yang berbeda untuk tiap perlakuan pada parameter Aktivitas mikroa. Berikut disajikan gambar yang menunjukkan perbedaan aktivitas mikroba untuk tiap

perlakuan setelah dilakukan aplikasi MPF dan bahan organik :

Gambar 3.Grafik Aktivitas Mikroba Tanah Akibat aplikasi MPF dan beberapa sumber bahan organik pada tanah andisol terdampak erupsi Gunung Sinabung

Pada perlakuan interaksi mikroba pelarut fosfat dan beberaapa sumber bahan organik, perlakuan terbaik berada pada perlakuan interaksi jamur dan bakteri pelarut fosfat dikombinasikan dengan bahan organik titonia (M3B4) sebesar 9.90 (mg CO2C-) . Nilai akivitas mikroba dengan pemberian T. diversifolia sangat tinggi dibandingkan bahan organik lain yang memberikan rataan nilai yang rendah. Bahan organik T. diversifolia adalah bahan organik yang paling cepat dan mudah terdekomposisi diantara seluruh bahan organik yang diaplikasikan sehingga hasil dekomposisinya dapat digunakan oleh mikroba tanah dalam pertumbuhannya. Selain itu jumlah populasi mikroba pada perlakuan ini paling sedikit sehingga persaingan juga sedikit mengakibatkan aktivitas mikroba menjadi tinggi.

C-Organik

Bahan organik sangat penting sebagai salah satu syarat kesuburan tanah. Bahan organik akan menyumbangkan karbon organik (C-Organik) dalam tanah. C-Organik tanah akan membantu menyuburkan tanah secara fisik melalui perbaikan struktur tanah, agregat tanah, porositas tanah, dll serta perbaikan secara biologi yaitu mendukung aktivitas mikroba tanah. C- organik tanah dimanfaatkan oleh mikroba tanah sebagai sumber energi untuk beraktivitas.C-organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika sumber kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.

Aplikasi MPF dan beberapa bahan organik memberikan hasil yang berbeda untuk tiap perlakuan. Berikut disajikan grafik yang menunjukkan perbedaan total C-Organik setelah pemberian MPF dan bahan organik :

Gambar 4.Grafik C-Organik Tanah Akibat aplikasi MPF dan beberapa sumber bahan organik pada tanah andisol terdampak erupsi Gunung Sinabung

Dari perlakuan kombinasi mikroba pelarut fosfat dan bahan organik, perlakuan terbaik berada pada perlakuan aplikasi jamur pelarut fosfat tanpa

menggunakan bahan organik ( M2B0) yaitu sebesar 8,74 %. Hal ini tidak

sesuai dengan hasil yang diharapkan karena aplikasi bahan organik seharusnya akan mengahasilkan persentase C-Organik yang tinggi. Hal ini mungkin disebabkan adanya faktor tertentu yang menyebabkan C-Organik pada perlakuan tanpa bahan organik lebih tinggi. Faktor tersebut antara lain adanya bahan organik disekitar lubang tanaman yang dapat berperan dalam peningkatan C-Organik tanaman. Faktor tunggal jamur memberikan pengaruh nyata diduga akibat hifa yang dihasilkan menyumbangkan bahan organik pada tanah.

P Tersedia

Unsur P adalah salah unsur hara yang essensial yang dibutuhkan tanaman dalam metabolismenya. Unsur P adalah salah satu komponen penyusun ATP yang berperan dalam transfer energi pada saat terjadinya metabolisme. P dapat diserap oleh tanaman dari dalam tanah bila P berada dalam bentuk tersedia (H2PO4-, HPO42-, dan juga PO43-). Akan tetapi

ketersediaan P dalam tanah sangat ditentukan oleh pH tanah. Rendahnya pH tanah pada Andisol terdampak erupsi gunung sinabung menyebabkan munculnta logam berat seperti Al dan Fe yang aktif berikatan kuat dengan P membentuk P-Al atau P-Fe. Ikatan antara P dan logam ini akan menyebabkan P menjadi tidak tersedia bagi tanaman walaupun P banyak terdapat di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Gusbiandha (2011) yang menyatakan bahwa P dalam tanah Andisol sangat kuat terikat oleh Al dan Fe dari mineral nonkiristalin.

Aplikasi MPF dan bahan organik yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula untuk tiap perlakuan pada parameter P- Tersedia. Berikut adalah gambar grafik yang menunjukkan tingkat perbedaan jumlah P-Tersedia pada tanah Andisol terdampak erupsi gunung Sinabung setelah aplikasi MPF dan beberapa sumber bahan organik :

Dokumen terkait