• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi dengan karakteristik yang berbeda. Lokasi pertama adalah Cigudeg yang terletak di ketinggian 370 mdpl pada koordinat lintang 6°29'32.91"S dan bujur 106°33'30.27"T. Kebun penanaman manggis di Cigudeg berbentuk terasering karena kondisi lahan yang miring. Tanaman manggis ditanam dengan jarak 4 m x 4 m bersamaan dengan tanaman lain seperti durian dan sengon.

Lokasi kedua adalah kebun manggis di Citeureup yang terletak di ketinggian 221 mdpl pada koordinat lintang 6°30'32.97"S dan bujur

14

Cemaran Getah Kuning

Aplikasi kalsium dan boron mampu menurunkan persentase buah tercemar pada aril, persentase aril tercemar per buah, dan skor cemaran getah kuning pada aril di ketiga lokasi percobaan. Hasil pengaruh kombinasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril secara lengkap ditampilkan pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril buah manggis (persentase buah dan juring tercemar getah kuning) Perlakuan

(kg Ca/pohon

+ g B/pohon)

Persentase buah tercemar getah kuning (%)

Persentase aril tercemar getah kuning per buah (%) Cigudeg Citeureup Sukabumi Cigudeg Citeureup Sukabumi

0 45.00a 57.50a 40.75a 28.85a 23.37a 25.25a

1.0 + 0.047 43.25ab 38.25ab 30.00ab 21.81ab 13.30ab 15.25ab

1.0 + 1.553 36.00ab 42.00ab 41.25a 18.88ab 16.20ab 18.50ab

1.5 + 0.047 33.00ab 29.25b 29.00ab 19.26ab 15.00b 12.50ab

1.5 + 1.553 16.00b 18.00b 12.00b 8.66b 10.92b 6.50b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa hampir setengah dari perlakuan kontrol terkena cemaran getah kuning, bahkan di Citeureup persentase buah tercemar getah kuning mencapai 57.5%. Pemberian kalsium dan boron dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon nyata menurunkan cemaran getah kuning dibandingkan dengan kontrol baik pada parameter persentase buah tercemar, persentase juring tercemar, maupun skor cemaran. Penurunan pada persentase buah tercemar dan persentase juring tercemar cukup tinggi. Penurunan persentase buah tercemar sebesar 29% di Cigudeg, 40% di Citeureup, 29% di Sukabumi, serta penuruan persentase juring tercemar sebesar 20% di Cigudeg, 12% di Citeureup, dan 18% di Sukabumi. Dosis 1.5 kg Ca/pohon +1.553 g B/pohon adalah perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lain dalam menurunkan persentase cemaran getah kuning. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa perlakuan dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon di Citeureup nyata menurunkan persentase cemaran getah kuning dibandingkan dengan kontrol, namun tidak berbeda nyata dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon +1.553 g B/pohon. Berdasarkan hal tersebut, maka dosis 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon dapat digunakan untuk menurunkan persentase cemaran getah kuning pada aril di Citeureup, sedangkan kedua lokasi lain memerlukan penggunaan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon untuk dapat menurunkan persentase cemaran.

Kondisi yang berbeda ditunjukkan pada paramater skor cemaran getah kuning. Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi kombinasi kalsium dan boron tidak berpengaruh nyata terhadap skor cemaran getah kuning di Sukabumi. Pengaruh yang tidak nyata di Sukabumi disebabkan karena kualitas buah yang sudah cukup

16

Pengamatan cemaran getah kuning juga dilakukan pada kulit buah manggis. Hasil pengataman secara rinci disajikan pada Tabel 3. Kondisi cemaran getah kuning yang terjadi pada kulit buah manggis lebih parah dibandingkan dengan yang terjadi pada aril. Persentase buah tercemar getah kuning hampir mencapai angka 100% di Cigudeg dan Citeureup, serta 71% di Sukabumi. Aplikasi kalsium dan boron mampu menurunkan intensitas dan tingkat keparahan cemaran buah manggis yang terjadi di ketiga lokasi tersebut. Dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon nyata menurunkan persentase dan skor cemaran getah kuning pada kulit di ketiga lokasi percobaan. Penurunan persentase yang cukup tinggi tersebut sebesar 38.5% di Cigudeg, 61% di Citeureup, dan 46% di Sukabumi. Dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon dapat menurunkan skor cemaran getah kuning yang cukup signifikan, yaitu dari 2.30 menjadi 1.52 di Cigudeg, dari 2.66 menjadi 1.35 di Citeureup, dan dari 1.84 menjadi 1.29 di Sukabumi. Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa dosis 1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon sudah menunjukkan pengaruh yang nyata menurunkan persentase dan skor cemaran getah kuning di Citeureup, namun dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon menunjukkan tingkat penurunan yang nyata lebih tinggi dibandingkan dosis yang lain. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon adalah dosis yang paling efektif untuk menurunkan cemaran getah kuning pada kulit dibandingkan dengan dosis yang lain baik di Cigudeg, Citeureup, maupun Sukabumi.

Tabel 3 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada kulit buah manggis

Perlakuan (kg Ca/pohon +

g B/pohon)

Persentase buah tercemar getah kuning (%)

Skor cemaran getah kuning Cigudeg Citeureup Sukabumi Cigudeg Citeureup Sukabumi

0 91.75a 96.00a 71.00a 2.30a 2.66a 1.84a

1.0 + 0.047 82.25a 78.25b 76.25a 2.03ab 1.94b 2.01ab 1.0 + 1.553 81.50a 68.00b 60.25a 1.88b 1.78b 1.78ab 1.5 + 0.047 71.50ab 75.25b 50.00ab 1.87b 1.93b 1.63ab 1.5 + 1.553 53.25b 35.00c 25.00b 1.52c 1.35c 1.29b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Pengamatan cemaran getah kuning yang dilakukan dengan 2 kriteria penilaian (persentase dan skor) memiliki tujuan yang berbeda. Pengamatan terhadap persentase cemaran getah kuning dilakukan untuk mengetahui intensitas cemaran yang terjadi, baik pada buah dalam satu pohon maupun pada juring per buah. Persentase cemaran tidak memperhatikan parah atau tidaknya jumlah getah yang mencemari buah. Buah akan dikatakan tercemar walaupun hanya sedikit getah kuning yang keluar. Skor cemaran getah kuning menunjukkan tingkat keparahan getah kuning yang mencemari buah. Data yang ditampilkan pada Tabel 1, 2 dan 3 cenderung menunjukkan penurunan intensitas cemaran getah kuning yang diikuti dengan penurunan tingkat keparahan cemaran getah kuning pada tanaman yang diberi kalsium dan boron.

17 Penurunan cemaran getah kuning baik pada aril maupun pada kulit diperkirakan terjadi akibat meningkatnya kandungan kalsium dan boron pada buah yang telah diberi dolomit dan finbor. Menurut Marschner (1995) kalsium berperan sebagai perekat antar dinding sel. Kalsium yang berperan sebagai penyusun dinding sel tersebut diserap dalam bentuk Ca2+ melalui aliran transpirasi dan intersepsi akar. Unsur boron berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel yang sedang berkembang (Dear dan Weir 2004). Kebutuhan boron yang tidak tercukupi pada tanaman menyebabkan tanaman sangat rentan mengalami kerusakan sel termasuk pecahnya saluran getah. Martias (2012) pada penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi kalsium dan boron di kulit buah manggis dapat menurunkan cemaran getah. Kalsium dan boron di dalam jaringan akan berinteraksi dengan pektin membentuk polimer cross-link

(Dong et al. 2000). Ikatan polimer tersebut membuat dinding sel lebih stabil dan lentur terhadap perubahan tekanan. Pemberian dolomit meningkatkan kandungan kalsium di perikarp khususnya pada eksokarp (Dorly et al. 2011). Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Depari (2011) yang menyatakan adanya pola peningkatan kandungan Ca di kulit buah manggis akibat pemberian dolomit. Peningkatan kandungan boron di dalam endokarp karena aplikasi kalsium dan boron juga telah dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Saribu (2011).

Keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kalsium dan boron mampu mengurangi cemaran getah kuning terutama dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dorly et al. (2011) dan Depari (2011) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara skor getah kuning dengan kandungan Ca di kulit buah, yaitu peningkatan kandungan Ca pada kulit buah dapat menurunkan skor getah kuning di kulit luar dan aril buah. Purnama (2014) juga menyatakan adanya korelasi negatif antara kandungan Ca dan B di perikarp dengan skor dan persentase cemaran getah kuning.

Kualitas Fisik Buah

Terdapat beberapa kualitas fisik yang diamati pada penelitian ini, yaitu diameter transversal dan longitudinal, bobot buah dan bagian-bagian buah, edible portion, kekerasan buah, dan ketebalan kulit buah.

Tabel 4 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap diameter transversal dan longitudinal buah manggis

Keterangan : T (diameter transversal), L (diameter longitudinal) Perlakuan

(kg Ca/pohon +

g B/pohon)

Cigudeg Citeureup Sukabumi

T (mm) L (mm) T (mm) L (mm) T (mm) L (mm) 0 53.44 45.36 36.83 32.03 58.44 49.43 1.0 + 0.047 51.95 46.45 34.31 30.16 55.58 46.85 1.0 + 1.553 55.71 46.98 50.60 43.65 53.12 46.22 1.5 + 0.047 55.85 48.02 49.47 42.31 57.14 47.89 1.5 + 1.553 56.82 47.41 53.05 46.46 56.52 46.98 Uji F tn tn tn tn tn tn

18

Aplikasi kalsium dan boron menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap diameter buah baik transversal maupun longitudinal di ketiga lokasi percobaan. Diameter transversal berkisar 51−57 mm di Cigudeg, 34−53 mm di Citeureup, dan 53−58 mm di Sukabumi, sedangkan diameter longitudinal berkisar 45−47 mm di Cigudeg, 30−46 mm di Citeureup, dan 46−49 mm di Sukabumi (Tabel 4). Berdasarkan standar ukuran diameter dan bobot buah manggis yang ditetapkan Badan Standar Nasional (2009), buah manggis di Cigudeg termasuk pada kode 3 (53−58 mm) dan 4 (46−53 mm), di Citeureup termasuk pada kode 5 (34−53 mm), dan di Sukabumi termasuk pada kode 3 (53−58 mm).

Bagian-bagian buah yang diamati pada penelitian ini adalah bobot buah total, bobot cupat, bobot kulit, bobot aril, dan bobot biji. Dari bagian-bagian buah yang diamati tersebut dapat dietahui nilai edible portion (bagian buah manggis yang dapat dikonsumsi). Aplikasi kalsium dan boron tidak mempengaruhi bobot bagian-bagian buah dan edible portion. Pertambahan bobot buah dipengaruhi oleh pertambahan luas dan volume sel yang tidak dipengaruhi kalsium (Primilestari 2011). Kalsium berperan untuk menjaga integritas dinding sel dalam bentuk Ca pektat sehingga tidak mempengaruhi pertambahan volume dan luas sel. Dapat dibandingkan dari Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7 bahwa bobot buah di Citeureup memiliki bobot yang paling rendah dibandingkan dengan 2 lokasi yang lain. Bobot buah di Citeureup berkisar 44−78 g, berbeda dengan bobot buah di Cigudeg dan Sukabumi yang relatif lebih berat dengan bobot masing-masing berkisar 75−89 g dan 88−101 g. Berdasarkan data bobot tersebut, buah manggis di Citeureup termasuk pada kode 4 (51−75) dan 5 (30−50), sedangkan buah manggis di Cigudeg dan Sukabumi termasuk pada kode 3 (76−100) berdasarkan ketetapan Badan Standar Nasional (2009). Kisaran bobot bagian buah yang lain tidak jauh berbeda antar lokasi percobaan, yaitu 32−62 g untuk bobot kulit, 1.8−3.4 g untuk bobot cupat, 18−33 g untuk bobot aril, dan 4.3−11 g bobot biji. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa bobot kulit memiliki bobot yang paling berat dibandingkan dengan bobot bagian buah yang lain. Dari data tersebut juga dapat disimpulkan bahwa satu buah manggis terdiri atas 57−61 % kulit buah. Pengamatan terhadap

edible portion pada Tabel 7, Tabel 8, dan Tabel 9 yang realtif sama antar lokasi percobaan menunjukkan bahwa satu buah manggis memiliki 24−31% bagian yang dapat dikonsumsi.

Tabel 5 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Cigudeg

Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) Bobot buah total (g) Bobot kulit (g) Bobot cupat (g) Bobot aril (g) Bobot biji (g) Edible portion (%) 0 75.25 44.19 3.05 27.39 5.36 29.25 1.0 + 0.047 81.58 47.93 3.47 26.91 4.64 27.5 1.0 + 1.553 84.10 49.71 3.34 29.87 5.51 29.0 1.5 + 0.047 87.41 51.91 3.24 31.78 6.02 29.5 1.5 + 1.553 89.48 49.57 3.46 27.16 5.61 24.5 Uji F tn tn tn tn tn tn

19 Tabel 6 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian

buah, dan edible portion di Citeureup Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) Bobot buah total (g) Bobot kulit (g) Bobot cupat (g) Bobot aril (g) Bobot biji (g) Edible portion (%) 0 56.08 32.88 1.86 18.72 4.38 24.7 1.0 + 0.047 44.67 22.34 1.81 17.44 4.33 21.0 1.0 + 1.553 66.78 38.38 2.49 25.04 4.67 31.0 1.5 + 0.047 64.34 36.82 2.75 24.53 5.69 29.0 1.5 + 1.553 78.58 45.41 2.75 30.29 5.50 31.5 Uji F tn tn tn tn tn tn

Tabel 7 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Sukabumi

Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) Bobot buah total (g) Bobot kulit (g) Bobot cupat (g) Bobot aril (g) Bobot biji (g) Edible portion (%) 0 101.55 62.69 3.44 34.93 5.67 25.0 1.0 + 0.047 88.33 53.48 3.31 29.93 5.01 29.5 1.0 + 1.553 90.67 55.76 3.39 30.14 4.57 24.7 1.5 + 0.047 95.47 57.49 3.20 33.66 5.12 28.0 1.5 + 1.553 93.09 58.30 3.12 31.86 6.79 27.0 Uji F tn tn tn tn tn tn

Parameter kualitas fisik lain yang diamati adalah kekerasan dan ketebalan kulit buah. Penambahan unsur kalsium dan boron dikhawatirkan akan membuat kulit buah menjadi keras akibat meningkatnya ketegaran dinding sel karena ikatan pektin yang kuat. Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian kalsium dan boron tidak meningkatkan kekerasan kulit dan tidak menyebabkan kulit sulit untuk dibuka. Menurut Qanytah (2004), penambahan unsur kalsium dapat menghambat permeabilitas air pada membran sehingga mengurangi laju respirasi. Laju respirasi yang tinggi akan membuat membran sel kehilangan air yang menyebabkan ikatan antar pektin pada ruang antar sel yang tadinya terisi air semakin kuat. Hal inilah yang akan menyebabkan kulit semakin keras.

Data pada Tabel 8 juga menunjukkan bahwa ketebalan kulit di Citeureup lebih rendah dibandingkan dengan 2 lokasi yang lain. Ketebalan kulit di Citeureup berkisar 4.05−6.45 mm yang lebih rendah dibandingkan dengan ketebalan kulit di Cigudeg dan Sukabumi dengan ketebalan kulit masing-masing berkisar 6.18−7.01 mm dan 6.8−7.73 mm. Ketebalan kulit yang lebih rendah di Citeureup sesuai dengan data pada Tabel 7 yang menunjukkan bobot kulit yang lebih rendah di Citeureup dibandingkan 2 lokasi yang lain. Kulit yang lebih tebal menunjukkan volume kulit yang lebih banyak sehingga nilai bobot juga akan lebih tinggi. Kekerasan kulit di setiap lokasi percobaan relatif sama, yaitu berkisar 2−3.69 kg/dtk.

20

Tabel 8 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap ketebalan dan kekerasan kulit buah manggis

Perlakuan (kg Ca/pohon +

g B/pohon)

Tebal kulit (mm) Kekerasan (mm/g/dtk) Cigudeg Citeureup Sukabumi Cigudeg Citeureup Sukabumi

0 6.18 6.45 7.73 0.06 0.06 0.06 1.0 + 0.047 6.31 4.05 7.06 0.05 0.05 0.05 1.0 + 1.553 6.71 5.71 6.80 0.06 0.05 0.07 1.5 + 0.047 6.68 5.85 6.72 0.07 0.06 0.05 1.5 + 1.553 7.01 6.02 6.88 0.07 0.06 0.04 Uji F tn tn tn tn tn tn

Kualitas Kimia Buah

Padatan terlarut total (PTT) dan total asam tertitrasi (TAT) adalah komponen kualitas kimia yang mempengaruhi rasa buah. Tabel 9 menunjukkan pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap nilai PTT dan TAT yang tidak berbeda nyata. Tabel 9 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap PTT dan TAT buah manggis

Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon)

PTT (0brix) TAT (%)

Cigudeg Citeureup Sukabumi Cigudeg Citeureup Sukabumi

0 20.1 13.1 18.6 0.74 0.58 0.88 1.0 + 0.047 19.5 13.6 18.4 0.79 0.47 0.78 1.0 + 1.553 18.9 17.7 18.4 0.71 0.69 0.85 1.5 + 0.047 19.3 18.7 18.48 0.75 0.67 0.82 1.5 + 1.553 20.0 18.6 20.6 0.65 0.68 0.78 Uji F tn tn tn tn tn tn

Nilai PTT berkisar 18.9−20.10brix di Cigudeg, 13.1−18.70brix di Citeureup dan 18.4−20.60brix di Sukabumi. Total padatan terlarut buah menunjukkan kandungan gula pada buah tersebut. Apabila nilai PTT semakin tinggi maka rasa buah akan semakin manis. Nilai PTT di Citeureup lebih rendah dibandingkan dengan nilai PTT di lokasi yang lain. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa rasa buah manggis di Cigudeg dan Sukabumi lebih manis dibandingkan dengan rasa buah manggis di Citeureup.

Tabel 9 menunjukkan nilai TAT mulai dari yang terendah adalah Citeureup berkisar 0.58−0.69%, Cigudeg berkisar 0.65−0.79%, dan Sukabumi berkisar 0.78−0.88%. Sama halnya dengan PTT, nilai TAT yang semakin tinggi menunjukkan kandungan asam yang semakin tinggi pula.

Hasil yang disajikan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa aplikasi kalsium dan boron tidak mempengaruhi skor rasa buah di ketiga lokasi percobaan. Skor rasa buah pada ketiga lokasi percobaan berkisar antara 2 (asam agak dominan dari manis) dan 3 (manis sedikit asam). Namun, pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa lokasi yang memiliki skor mulai dari yang terendah adalah Citeureup, Sukabumi,

21 dan Cigudeg. Skor yang lebih rendah menunjukkan rasa buah yang lebih asam. Data yang diperoleh tersebut sesuai dengan hasil yang disajikan pada Tabel 9 mengenai nilai PTT yang menunjukkan bahwa Citeureup memiliki rasa manis yang paling rendah dibandingkan dengan Sukabumi, serta Cigudeg memiliki rasa manis yang paling tinggi di antara kegita lokasi percobaan.

Tabel 10 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap skor rasa buah manggis Perlakuan (kg

Ca/pohon + g B/pohon)

Skor rasa buah

Cigudeg Citeureup Sukabumi

0 3.6 2.5 3.3 1.0 + 0.047 3.4 2.8 3.2 1.0 + 1.553 3.4 2.9 3.3 1.5 + 0.047 3.7 2.9 3.1 1.5 + 1.553 3.3 2.8 3.1 Uji F tn tn tn

Perbedaan tingkat kemanisan dan keasaman yang dapat dilihat dari nilai PTT, TAT, dan skor rasa buah salah satunya dapat disebabkan karena adanya pengaruh lingkungan di masing-masing lokasi percobaan. Kebun manggis di Citeureup merupakan kebun campuran sehingga tanaman manggis berada pada area yang ternaungi tanaman lain, seperti durian dan rambutan. Kondisi tersebut berbeda dengan kebun manggis di Cigudeg dan Sukabumi yang berada pada area yang tidak ternaungi dan terkena cahaya matahari langsung. Area dengan intensitas cahaya matahari yang lebih tinggi akan lebih banyak melakukan fotosintesis. Koyama dan Takemoto (2014) menyatakan bahwa pada kondisi defisit cahaya tidak dapat menstimulasi stomata untuk membuka sehingga laju fotosintesis rendah. Kondisi defisit cahaya menyebabkan terjadinya proses perombakan energi menjadi bentuk karbohidrat yang lebih sederhana. Gula merupakan senyawa organik hasil fotosintesis. Menurut Marschner (1995), karbohidrat hasil fotosintesis akan digunakan untuk pembentukan pati dan sintesis mono maupun polisakarida. Hasil fotosintesis yang tinggi akan menghasilkan glukosa yang tinggi akibat senyawa kompleks yang terhidrolisis menjadi glukosa sehingga semakin tinggi fotosintat maka kadar glukosa akan semakin tinggi.

Perbandingan Ketiga Lokasi Percobaan

Tabel 11 menunjukkan pengaruh lokasi percobaan terhadap cemaran getah kuning yang terjadi di ketiga lokasi percobaan. Faktor kalsium dan boron menunjukkan hasil yang sama dengan pembahasan sebelumnya bahwa dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g/pohon merupakan dosis terbaik dalam menurunkan cemaran getah kuning baik yang terjadi di kulit maupun di aril, sedangkan lokasi yang menunjukkan cemaran getah kuning paling rendah adalah Sukabumi. Faktor lokasi menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap cemaran getah kuning pada kulit, baik skor maupun persentase buah yang tercemar pada kulit. Skor dan persentase cemaran getah kuning pada kulit di Sukabumi nyata lebih rendah dibandingkan dengan kedua lokasi yang lain.

22

Tabel 11 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap cemaran getah kuning

Skor cemaran getah kuning di Cigudeg dan Citeureup mencapai 1.9, sedangkan di Sukabumi hanya mencapai skor 1.7. Kondisi yang sama juga terjadi pada parameter persentase buah tercemar pada kulit. Tabel 11 menunjukkan cemaran getah kuning sebesar 73% di Cigudeg dan 59% di Citeureup yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan cemaran yang terjadi di Sukabumi, yaitu hanya sebesar 47.72%. Interaksi yang nyata antara pemberian kalsium dan boron dengan lokasi percobaan hanya terdapat pada parameter skor cemaran getah kuning pada kulit.

Tabel 12 Interaksi kalsium dan boron dengan lokasi percobaan terhadap skor cemaran getah kuning pada kulit

Pupuk

(kg Ca/pohon+g B/pohon)

Lokasi

Cigudeg Citeureup Sukabumi

0 2.31b 3.11a 1.72bcd

1.0 + 0.047 2.03bc 1.91bcd 2.05bc

1.0 + 1.553 1.87bcd 1.78bcd 1.78bcd

1.5 + 0.047 1.88bcd 1.93bcd 1.63cd

1.5 + 1.553 1.52cd 1.51cd 1.32d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Dapat dilihat pada Tabel 12 interaksi yang terjadi antara pemberian kalsium dan boron dengan lokasi percobaan menunjukkan penurunan skor cemaran getah

Cemaran pada aril buah Cemaran pada kulit buah Persentase buah tercemar (%) Persentase aril tercemar (%) Skor cemaran Persentase buah tercemar (%) Skor cemaran Pupuk (kg Ca/pohon+ g B/pohon)

0 39.75a 19.50a 2.29a 70.70a 2.31a

1.0 + 0.047 34.72ab 15.67ab 1.58b 69.92a 2.00b 1.0 + 1.553 30.41ab 17.85ab 1.61b 65.60a 1.81bc 1.5 + 0.047 27.77ab 15.58ab 1.48b 65.58a 1.81bc 1.5 + 1.553 20.90b 10.63b 1.45b 29.00b 1.54c Lokasi

Cigudeg 34.85 19.49 1.61 73.00a 1.97a

Citeureup 29.17 14.07 1.74 59.00ab 1.99a

Sukabumi 28.38 14.00 1.62 47.72b 1.70b

Interaksi tn tn tn tn *

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

23 kuning pada kulit yang berbeda di tiap lokasi percobaan. Skor cemaran getah kuning pada kulit yang paling rendah ditunjukkan pada aplikasi dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon di Sukabumi dengan penurunan skor cemaran dari 1.72 menjadi 1.32, sedangkan skor cemaran paling tinggi sebesar 3.1 ditunjukkan di Citeureup pada tanaman yang tidak diberi kalsium dan boron.

Tabel 13 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap diameter transversal dan longitudinal, kekerasan, dan ketebalan buah manggis

Kualitas fisik yang meliputi diameter transversal dan longitudinal, kekerasan buah, ketebalan kulit buah, bobot bagian-bagian buah, dan edible portion tidak menunjukkan perbedaan yang nyata akibat pemberian kalsium dan boron, namun sebagian besar menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap lokasi percobaan. Dapat dilihat pada Tabel 13 bahwa diameter transversal, diameter longitudinal, dan ketebalan kulit buah di Citeureup nyata lebih rendah dibandingkan kedua lokasi yang lain. Tabel 14 juga menunjukkan kondisi yang sama pada peubah bobot buah total, bobot cupat, dan bobot aril, sedangkan pada peubah bobot kulit menunjukkan hal yang sedikit berbeda. Bobot kulit di Cigudeg nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bobot kulit di Citeureup dan nyata lebih rendah dibandingkan dengan bobot kulit di Sukabumi.

Perbedaan nilai kualitas fisik yang terjadi disebabkan oleh perbedaan ukuran buah yang dihasilkan pada masing-masing lokasi percobaan. Ukuran buah yang paling kecil dihasilkan di Citeureup. Ukuran buah menentukan karakter fisik buah yang berkaitan dengan pertambahan volume. Semakin kecil ukuran buah maka bobotnya juga akan semakin kecil, begitu pula dengan diameter buah. Perbedaan ukuran buah yang dihasilkan pada masing-masing lokasi tidak dipengaruhi oleh pemberian kalsium dan boron. Primilestari (2011) menyatakan bahwa pertambahan bobot buah dipengaruhi oleh pertambahan luas dan volume sel yang tidak dipengaruhi kalsium.

Diameter transversal (mm) Diameter longitudinal (mm) Kekerasan buah (mm/g/dtk) Ketebalan kulit (mm) Pupuk (kg Ca/pohon+ g B/pohon 0 55.46 43.20 0.06 6.81 1.0 + 0.047 54.15 42.15 0.05 5.96 1.0 + 1.553 53.14 45.61 0.06 6.40 1.5 + 0.047 50.72 46.07 0.06 6.41 1.5 + 1.553 48.46 46.94 0.06 6.63 Lokasi

Cigudeg 54.75a 46.84a 3.10 6.57a

Citeureup 45.88b 39.78b 2.82 5.65b

Sukabumi 56.15a 47.47a 2.65 7.03a

Interaksi tn tn tn tn

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

24

Tabel 14 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap bobot bagian-bagian buah dan edible portion

Kualitas kimia tidak menujukkan perbedaan yang nyata akibat pemberian kalsium dan boron, tetapi lokasi percobaan menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap nilai PTT buah manggis (Tabel 15).

Tabel 15 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap kualitas kimia buah manggis

Nilai PTT di Citeureup nyata lebih rendah dibandingkan dengan kedua lokasi lain. Hal tersebut dapat disebabkan karena fotosintesis yang lebih rendah di Citeureup akibat banyaknya naungan di sekitar pohon manggis yang sebagian

Bobot buah (g) Bobot kulit (g) Bobot cupat (g) Bobot aril (g) Bobot biji (g) Edible portion (%) Pupuk (kg Ca/pohon+ g B/pohon) 0 79.59 47.83 3.19 28.79 5.16 26.45 1.0 + 0.047 73.97 42.96 3.04 25.42 4.65 26.45 1.0 + 1.553 87.08 47.95 3.07 28.35 4.64 28.25 1.5 + 0.047 82.41 48.74 3.06 29.98 5.39 28.82 1.5 + 1.553 80.52 51.09 3.11 29.76 5.57 27.67 Lokasi

Cigudeg 83.58a 48.66b 3.31a 28.62a 5.29 27.95 Citeureup 63.91b 36.00c 2.64b 24.39b 4.44 27.94 Sukabumi 93.82a 57.54a 3.29a 32.10a 5.52 26.85

Interaksi tn tn tn tn tn tn

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

PTT (0brix) TAT (%) Skor rasa buah

Dokumen terkait