• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kota Padangsidimpuan

Kota Padangsidimpuan terbagi atas 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Angkola Julu, Hutaimbaru, Padangsidimpuan Batunadua, Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan Tenggara, dan Padangsidimpuan Utara. Luas wilayah Kota Padangsidimpuan berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 1.

Gambar 1. Peta Administrasi Kota Padangsidimpuan.

Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 9. Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan

No. Kecamatan Luas km2 Luas (%)

1 Angkola Julu 36,23 15,53

2 Hutaimbaru 28,26 12,11

3 Padangsidimpuan Batunadua 53,58 22,96

4 Padangsidimpuan Selatan 21,57 9,24

5 Padangsidimpuan Tenggara 80,34 34,43

6 Padagsidimpuan Utara 13,35 5,72

Total Luas 233,33 100

Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara (Pengolahan Data, 2019).

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat luas terbesar terdapat pada kecamatan padangsidimpuan tenggara dengan luas 80,34 km2atau (34,43%) dari total luas kota padangsidimpuan. Sedangkan luas terkecil terdapat pada kecamatan padangsidimpuan utara dengan luas 13,35 km2 atau (5,72%). Terdapat selisih antara kedua nya yaitu seluas 66,99 km2 atau (28,71%) dari luas kota padangsidimpuan.

Kemiringan Lereng Kota Padangsidimpuan

Kemiringan lereng di Kota Padangsidimpuan diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, yaitu kelas I (Dataran) dengan kemiringan 0-8%, kelas II (Bergelombang) dengan kemiringan 8-15%, kelas III (Berbukit rendah) dengan kemiringan 15-25%, kelas IV (Berbukit) dengan kemiringan 25-40% dan kelas V (Bergunung) dengan kemiringan >40%. Rincian kemiringan lereng Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 2.

Tabel 10. Kemiringan Lereng Kota Padangsidimpuan

No. Kemiringan Lereng (%) Nilai LS Harkat Luas (Ha) Luas (%)

Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara (Pengolahan Data, 2019).

Berdasakan Tabel 10, luas terbesar yaitu kemiringan lereng 8-15% dengan kondisi lereng bergelombang memiliki luas 12.991,76 ha atau 55,61% dari total luas Kota Padangsidimpuan. Sedangkan luas terkecil yaitu kemiringan lereng dengan kondisi lereng dataran 0-8% memiliki luas 744,23 ha atau 3,19%. Selisih luas daerah kemiringan lereng terbesar dengan luas daerah kemiringan lereng terkecil yaitu sebesar 12.247,53 ha dengan persentase luas yaitu 52,42%.

Kemiringan lereng dapat berpengaruh terhadap penentuan fungsi kawasan.

Semakin curam lereng pada suatu kawasan, maka kawasan tersebut tidak boleh dijadikan sebagai kawasan budidaya, karena pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dapat menyebabkan tingkat erosi yang tinggi pada kawasan yang memiliki lereng curam (Arsyad, 2010).

Gambar 2. Peta Kemiringan Lereng Kota Padangsidimpuan.

Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara.

Jenis Tanah Kota Padangsidimpuan

Jenis tanah dapat diketahui menggunakan peta jenis tanah Kota Padangsidimpuan. Jenis tanah yang terdapat di Kota Padangsidimpuan pada penelitian ini dikelompokkan ke dalam tiga jenis tanah yaitu tanah Aluvial, tanah Latosol, dan tanah Podosolik. Rincian luas setiap jenis tanah secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 3.

Tabel 11. Jenis Tanah Kota Padangsidimpuan

No. Jenis Tanah Nilai K Harkat Luas (Ha) Luas (%)

1. Aluvial 0,47 5 358,05 1,53

2. Latosol 0,31 2 19.205,89 82,31

3. Podosolik 0,16 4 3.770,20 16,16

Total Luas 23.334,14 100

Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara (Pengolahan Data, 2019).

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa dari total luas jenis tanah di Kota Padangsidimpuan, jenis tanah latosol adalah jenis tanah terluas yang terdapat di Kota Padangsidimpuan dengan luas yaitu sebesar 19.205,89 ha atau 82,31%

dari total luas Kota Padangsidimpuan. Jenis tanah aluvial adalah jenis tanah yang memiliki luas terkecil dengan luas 358,05 ha atau 1,53%. Selisih luas antara jenis tanah tersebut adalah 18.847,84 ha dengan persentase luas yaitu 80.77%. Jenis tanah akan mempengaruhi jenis penggunaan lahan yang cocok untuk suatu tanaman dan dapat menjadi salah satu parameter yang dapat menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan (Sutanto, 2005).

Gambar 3. Peta Jenis Tanah Kota Padangsidimpuan Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara.

Jenis Batuan Kota Padangsidimpuan

Litologi (jenis batuan) yang terdapat di Kota Padangsidimpuan dapat diketahui menggunakan peta jenis batuan Kota Padangsidimpuan. Jenis batuan yang terdapat di Kota Padangsidimpuan sangatlah beragam, adapun jenis batuan tersebut yaitu batuan metamorphic, batuan plutonik, batuan sedimentary, dan batuan vulkanik. Rincian luas dari setiap jenis batuan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 4.

Tabel 12. Jenis Batuan Kota Padangsidimpuan

No. Jenis Batuan Harkat Luas (Ha) Luas (%)

1. Metamorphic 5 5.087,87 21,58

2. Plutonik 3 477,76 2,03

3. Sedimentary 2 1.675,42 7,11

4. Vulkanik 8 16.331,98 69,28

Total Luas 23.573,03 100

Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara (Pengolahan Data, 2019).

Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa jenis batuan vulkanik memiliki daerah terluas yaitu sebesar 16,331,98 ha atau 69,28% dari total luas Kota Padangsidimpuan. Sedangkan luas terkecil yaitu plutonik dengan luas 477,76 ha atau 2,03%. Selisih luas antara keduanya yaitu sebesar 17.060,15 ha dengan persentase luas yaitu 67,26%. Litologi (Jenis Batuan) mempengaruhi kondisi suatu lahan karena litologi merupakan awal dari pembentukan jenis tanah di suatu wilayah yang berpengaruh terhadap kesuburan tanah (Muttaqin, 2016).

Gambar 4. Peta Jenis Batuan Kota Padangsidimpuan Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara.

Analisis Hidrologi Kota Padangsidimpuan

Pendekatan yang digunakan pada analisis hidrologi dalam perhitungan indeks potensi lahan (IPL) yaitu iklim. Pengklasifikasian tipe iklim dianalisis menggunakan metode Schmidt-Ferguson dengan Persamaan 1, yaitu membandingkan persentase rata-rata bulan kering dengan rata-rata bulan basah atau disebut dengan (Q) dengan satuan persen (%). Bulan kering adalah jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan lebih kecil dari 60 mm per bulan, sedangkan bulan basah jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan lebih besar dari 100 mm per bulan, dan bulan lembab mempunyai jumlah curah hujan antara 60-100 mm per bulan. Klasifikasi tipe iklim yang diolah dari data curah hujan wilayah penelitian Kota Padangsidimpuan diambil dari tahun 2009 sampai tahun 2017. Berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson, Kota Padangsidimpuan memiliki jumlah bulan basah sebanyak 79 bulan dan jumlah

bulan kering sebanyak 19 bulan. Data curah hujan dan pengklasifikasian iklim Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Data Curah Hujan dan Klasifikasi Iklim Kota Padangsidimpuan

Sumber: BMKG Aek Godang, 2019.

Keterangan: BK = Bulan kering (Curah hujan <60 mm perbulan) BL = Bulan Lembab (Curah hujan 60-100 mm perbulan)

Tabel 13 menunjukkan curah hujan rata-rata tahunan selama 9 tahun sebesar 2.207,3 mm per tahun. Jumlah curah hujan terbesar pada tahun 2015 sebesar 2.808 mm per tahun dan terkecil pada tahun 2016 sebesar 1.236,6 mm per tahun.

Hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata bulan kering sejumlah 2,1 sedangkan rata-rata bulan basah yang diperoleh yaitu sejumlah 8,8. Perbandingan antara jumlah rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah didapatkan persentase indeks nilai Q di Kota Padangsidimpuan sebesar 23,86%. Berdasarkan Tabel 5, Kota Padangsidimpuan termasuk dalam tipe iklim B dengan nilai Q berkisar antara 14,3 sampai 33,3%. Tipe iklim tersebut tergolong basah dengan harkat 6 untuk parameter hidrologi.

Penggunaan Lahan Kota Padangsidimpuan

Penggunaan lahan dapat diketahui dengan menggunakan peta penggunaan lahan Kota Padangsidimpuan. Penggunaan lahan Kota Padangsidimpuan terbagi menjadi 6 kawasan, hutan sekunder, perkebunan, permukiman, sawah, ladang dan semak belukar. Rincian luas daerah penggunaan lahan di Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 5.

Tabel 14. Penggunaan lahan Kota Padangsidimpuan

Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara (Pengolahan Data, 2019).

Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan Kota Padangsidimpuan Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan Tabel 14, dari total luas penggunaan lahan di Kota Padangsidimpuan, dapat dilihat bahwa penggunaan lahan yang memiliki luas terbesar yaitu perkebunan dengan luas 10.456,06 ha atau 44,81% dari total luas Kota padangsidimpuan. Penggunaan lahan yang memiliki luas terkecil yaitu ladang dengan luas 129,60 ha atau 0,56%. Selisih luas daerah antara penggunaan lahan tersebut adalah 10.326,46 ha dengan persentase luas yaitu 44,25%.

Kerawanan Erosi Kota Padangsidimpuan

Kerawanan erosi pada penelitian ini diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan metode USLE pada persamaan 2, parameter dari metode USLE yaitu faktor erosivitas hujan, faktor erosivitas hujan tahunan dihitung dengan menggunakan rumus Lenvain pada persamaan 3, komponen erosivitas hujan pada daerah penelitian, yaitu data curah hujan pada tahun 2017. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai erosivitas hujan sebesar 105,52cm/th. Erosivitas hujan

tahunan diperoleh dari rata-rata curah hujan bulan Januari hingga Desember tahun 2017. Curah hujan bulanan pada tahun 2017 disajikan pada Gambar 6. Hasil perhitungan nilai erosivitas hujan disajikan pada Tabel 15 dan data curah hujan selama 9 tahun pada Lampiran 2.

Gambar 6. Curah Hujan Bulanan Tahun 2017 Kota Padangsidimpuan Sumber: BMKG Aek Godang, 2019.

Tabel 15. Perhitungan Nilai Erosivitas Hujan (R) Tahun 2017

Bulan Curah Hujan (mm)

Sumber: BMKG Aek Godang (Hasil Perhitungan, 2019).

Hubungan antara curah hujan terhadap erosivitas dapat dilihat pada Gambar 7, dari grafik hubungan tersebut diperoleh persamaan regresi y = 124.78x

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Jumlah 295,7 159,8 320,2 239,9 163,4 108,4 17,1 229,3 88,9 149,7 127,9 159,4 0

+ 0,000009 dengan nilai koefisien determinasi sebesar R2 = 1. Berdasarkan grafik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dihasilkan memiliki hubungan yang sangat erat sehingga dapat dikatakan bahwa nilai curah hujan berpengaruh terhadap nilai erosi.

Gambar 7. Hubungan Antara Curah Hujan dan Erosivitas Tahun 2009-2017.

Nilai LS, K dan CP dapat dilihat pada Tabel 10, 11 dan 14 diperoleh dengan menggunakan peta kemiringan lereng, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan yang selanjutnya di lakukan overlay pada parameter peta tersebut dan menghasilkan sebanyak 560 SPL dengan nilai erosi yang berbeda-beda, hasil yang diperoleh diklasifikasikan ke dalam empat kelas tingkat bahaya erosi, yaitu kelas I (sangat ringan) dengan kehilangan tanah <15 ton/ha/th, kelas II (ringan) dengan kehilangan tanah 16-60 ton/ha/th, kelas III (sedang) dengan kehilangan tanah 60-180 ton/ha/th, kelas IV (berat) dengan kehilangan tanah 180-480 ton/ha/th. Menurut Kironoto (2000) Semakin tinggi erodibilitas tanah semakin banyak tanah yang tererosi hal ini pada gilirannya akan berpengaruh terhadap perkembangan bentuk lahan dan menurunnya kesuburan tanah dan kemampuan tanah.

Jika dilihat berdasarkan tabel penggunaan lahan Kota Padangsidimpuan, kerawanan erosi yang terjadi pada penggunaan lahan perkebunan merupakan daerah yang memiliki kerawanan erosi terluas yaitu seluas 6.579,14 ha atau 25,87% dari total luas penggunaan lahan Kota Padangsidimpuan dengan kategori kerawanan erosi sangat ringan. Sedangkan penggunaan lahan ladang merupakan kawasan penggunaan lahan yang memiliki luas daerah kerawanan erosi terkecil yaitu sebesar 5,81 ha atau 0,02% dari total luas penggunaan lahan Kota Padangsidimpuan dengan kategori kerawanan erosi sedang. Rincian luas daerah kerawanan erosi berdasarkan penggunaan lahan Kota Padangsidimpuan dilihat pada Tabel 16, sedangkan grafik erosi berdasarkan penggunaan lahan tahun 2017 dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 16. Tingkat Erosi Berdasarkan Penggunaan Lahan Kota Padangsidimpuan No. Penggunaan Lahan Keterangan Luas (ha) Luas (%)

1 Hutan Sekunder Sangat Ringan 495,12 2,12

2 Perkebunan Sangat Ringan 6.579,14 25,87

3 Perkebunan Ringan 3.876,92 18,94

Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara (Pengolahan Data, 2019).

Gambar 8. Grafik Erosi Berdasarkan Penggunaan Lahan Tahun 2017 Berdasarkan Gambar 8, penggunaan lahan pada permukiman memiliki nilai erosi yang tinggi yaitu sebesar 4.616,18 ton/ha/th, sedangkan penggunaan lahan pada hutan sekunder memiliki nilai erosi yang rendah yaitu sebesar 18,60ton/ha/th. Rincian luas setiap kelas dari parameter kerawanan erosi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 17 dan Gambar 9.

Tabel 17. Tingkat Bahaya Erosi Kota Padangsidimpuan Kelas

Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara (Hasil Perhitungan, 2019).

Berdasarkan Tabel 17, hasil yang diperoleh adalah daerah yang memiliki luas terbesar yaitu kelas I memiliki luas sebesar 14.992,99 ha dengan persentase 56,37% dari luas Kota Padangsidimpuan dengan kategori sangat rigan. Sedangkan daerah yang memiliki luas terkecil yaitu kelas IV memiliki luas sebesar 39,54 ha

0

dengan persentase 0,14% dari luas Kota Padangsidimpuan dengan kategori berat.

Selisih luas antara kedua kategori tersebut sebesar 14.953,45 ha dengan persentase luas 56,22%.

Gambar 9. Peta Tingkat Bahaya Erosi Kota Padangsidimpuan.

Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara (Hasil Analisis, 2019).

Indeks Potensi Lahan Kota Padangsidimpuan

Indeks Potensi Lahan (IPL) di Kota Padangsidimpuan dibagi menjadi empat kelas, yaitu tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Klasifikasi tersebut di dapatkan dengan melakukan overlay intersect pada parameter peta, yaitu peta kemiringan lereng, hidrologi, peta jenis tanah, peta litologi, dan peta kerawanan erosi. Dengan menambahkan field harkat pada masing-masing parameter yang telah ditentukan, maka hasil dari overlay intersect tersebut berupa satuan peta yang menyimpan informasi nilai indeks potensi lahan Kota Padangsidimpuan.

Salah satu contoh daerah dengan kategori nilai indeks potensial lahan sangat tinggi di Kota Padangsidimpuan dapat di lihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Sampel daerah dengan indeks potensi lahan tinggi

Gambar 10 menjelaskan bahwa daerah yang berada didalam kotak biru memiliki indeks potensi lahan yang tinggi, daerah tersebut berada di Kecamatan Angkola Julu. Pada parameter kemiringan lereng, daerah tersebut memiliki kemiringan lereng bergelombang (8-15%) dengan harkat 4. Parameter litologi pada daerah tersebut termasuk dalam kelas vulkanik dengan harkat 8. Parameter jenis tanah yang terdapat pada daerah tersebut adalah jenis tanah latosol dengan harkat 2. Kelembaban daerah tersebut 23,86% termasuk ke dalam tipe iklim B yang tergolong basah dengan harkat 6. Terakhir parameter pembatas di daerah ini termasuk dalam kelas tingkat bahaya erosi yang sangat ringan dengan harkat 1,0.

Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung nilai indeks potensi lahan pada daerah sampel adalah sebagai berikut :

IPL = (4 + 8 + 2 + 6) × 1,0 = 20 × 1,0

= 20

Dari hasil perhitungan di atas, daerah tersebut memiliki nilai indeks potensi lahan 20 yang termasuk dalam kelas tinggi berdasarkan pada Tabel 8.

Sebaran tingkat potensi lahan berdasarkan kecamatan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 18 dan Gambar 11.

Tabel 18. Indeks Potensi Lahan Berdasarkan Kecamatan

Kecamatan

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Luas

Sumber: BMKG Aek Godang ( Hasil Perhitungan, 2019).

Tabel 18 menjelaskan bahwa sebaran daerah indeks potensi lahan tinggi yang terluas terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dengan luas 3.389,73 ha atau 30,54% dari total luas IPL tinggi di Kota Padangsidimpuan.

Sedangkan indeks potensi lahan tinggi yang terkecil terdapat di Kecamatan

Padangsidimpuan Utara dengan luas 585,63 ha atau 5,28% dari total luas IPL tinggi di Kota Padangsidimpuan. Indeks potensi lahan sangat rendah hanya terdapat pada kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dengan luas 395,40 ha.

Indeks Potensi Lahan kategori tinggi yaitu memiliki 5 faktor yang mempengaruhi. Nilai total IPL dari overlay pada kategori ini sebesar 19 sampai dengan 22. Faktor yang mempengaruhi yaitu, faktor kemiringan lereng dari angka persentase 0% sampai 40%. Faktor jenis batuannya yaitu vulkanik dan metamorphic. Jenis tanah yang mempengaruhinnya yaitu podosolik, latosol, dan aluvial dengan harkat yang berbeda-beda. Indeks potensi lahan dengan kategori tinggimemiliki persentase kelembaban 23,86% yang tergolong basah, selanjutnya faktor erosi dengan kondisi yang sangat ringan.

Kategori sedang dengan nilai total IPL dari hasil overlay yaitu dari 14,4 sampai dengan 18. Faktor kemiringan lereng dari angka persentase 0% sampai dengan >40%. Faktor jenis batuan yaitu metamorphic, sedimentary, volcanic, dan plutonik. Jenis tanah dengan semua jenis ada di dalamnya yaitu aluvial, latosol, dan podosolik. selanjutnya kategori sedang memiliki kelembaban yang tergolong basah dengan kelembaban 23,86%. Faktor erosi pada kategori sedang memiliki kondisi yang sangat ringan dan ringan.

Kategori rendah juga sama yaitu memiliki 5 faktor yang masing-masing memiliki nilai total IPL dari hasil overlay dari 10,4 sampai dengan 14, dan didukung oleh setiap faktor yang mempengaruhi kategori rendah yaitu faktor kemiringan lereng dari 0% sampai dengan >40%. Pada kategori rendah faktor jenis batuan metamorphic, sedimentary, volcanic, dan plutonik yang mempengaruhi kategori ini. Faktor jenis tanahyang mempengaruhi pada kategori

rendah yaitu aluvial, latosol, dan podosolik. Selanjutnya kategori rendah memiliki persentase kelembaban 23,86% yang tergolong basah, terkahir faktor erosi pada kategori ini memiliki kondisi yang berat, sedang, ringan, dan sangat ringan.

Kategori sangat rendah memiliki 5 fator yang mempengaruhi indeks potensi lahan, setiap faktor juga memiliki pembagian berdasarkan jenis faktor masing-masing. Kategori sangat rendah pada proses overlay menghasilkan nilai dari semua parameter dengan jumlah yaitu 6,6 sampai dengan 9,6 dan didukung dengan faktor yang mempengaruhi indeks potensi lahan diantaranya kemiringan lereng yang memiliki persentase 0% sampai >40%. Selanjutnya faktor jenis batuan dengan masing-masing harkat yang mempengruhi kategori sangat rendah pada umumnya memiliki jenis batuan yaitu metamorphic, sedimentary,dan plutonik. Selanjutnya faktor jenis tanah yang memiliki 3 jenis dengan masing-masing harkat yang mempengaruhi kondisi sangat rendah pada umumnya yaitu jenis tanah latosol,dan aluvial. Faktor hidrologi katregori sangat rendah yaitu memiliki persentase kelembaban yaitu 23,86% termasuk ke dalam tipe iklim B yang tergolong basah, yang terakhir yaitu faktor erosi dengan kondisi yang ringan, dan berat.

Tabel 19. Kelas Indeks Potensi Lahan (IPL) Kota Padangsidimpuan

No. Kelas Potensi Lahan Nilai (IPL) Luas (ha) Luas (%)

Sumber: BAPPEDA Provisni Sumatera Utara (Hasil Perhitungan, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan tingkat potensi lahan dengan luas tertinggi adalah indeks potensi lahan tinggi dengan luas daerah sebesar 11.098,67 ha atau 47,08% dari luas IPL Kota Padangsidimpuan, indeks potensi lahan sedang

memiliki luas daerah sebesar 7.016,60 ha dengan persentase sebesar luas 29,77 %.

Daerah dengan indeks potensi lahan rendah memiliki luas daerah sebesar 5.062,37 ha dengan persentase luas sebesar 21,47%. Indeks potensi lahan sangat rendah hanya memiliki persentase luas sebesar 1,68% atau hanya seluas 395,40 ha. Tabel 20 menjelaskan bahwa kategori indeks potensi lahan yang ada di Kota Padangsidimpuan yaitu sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi yang didapatkan sesuai dengan kondisi atau keadaan setiap daerah di Kota Padangsidimpuan.

Gambar 11. Peta Indeks Potensi Lahan Kota Padangsidimpuan Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara (Hasil Analisi, 2019).

Potensi Lahan Sawah Kota Padangsidimpuan

Potensi lahan pertanian khususnya lahan sawah perlu untuk diketahui supaya petani dapat mengelola lahannya dengan baik sehingga hasil produksi pertanian meningkat. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan potensinya akan mengurangi tingkat produktivitas. Lahan sawah di Kota Padangsidimpuan tersebar ke dalam empat kelas, yaitu lahan sawah pada IPL tinggi, sedang, rendah,

dan sangat rendah.

Dengan melakukan overlay intersect satuan peta indeks potensi lahan terhadap peta penyebaran areal persawahan di Kota Padangsidimpuan maka dihasilkan satuan peta yang menyimpan informasi areal persawahan yang termasuk dalam kategori indeks potensi lahan. Luas penggunaan lahan sawah terhadap indeks potensi lahan dapat dilihat pada Tabel 20 dan Gambar 12.

Tabel 20. Luas Potensi Lahan Sawah Kota Padangsidimpuan

Penggunaan Potensi Lahan Sawah Luas (ha) Luas (%)

Potensi Lahan Sawah Tinggi 2.363,17 71,54

Potensi Lahan Sawah Sedang 653,12 19,77

Potensi Lahan Sawah Rendah 271,55 8,22

Potensi Lahan Sawah Sangat Rendah 15,60 0,47

Total Luas 3.303,44 100

Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara (Hasil Perhitungan, 2019).

Berdasarkan Tabel 20, didapatkan penggunaan lahan sawah terluas yaitu pada kategori potensi lahan sawah tinggi dengan luas 2.363,17 ha atau 71,54%

dari total luas penggunaan lahan sawah di Kota Padangsidimpuan. Penggunaan potensi lahan sawah sedang dengan luas 653,12 ha atau 19,77%. Sedangkan penggunaan potensi lahan sawah rendah hanya memiliki persentase luas 8,22%

atau 271,55 ha. Selebihnya 0,47% dari total luas penggunaan potensi lahan sawah Kota Padangsidimpuan atau seluas 15,60 ha yaitu pada potensi lahan sawah sangat rendah.

Gambar 12. Peta Potensi Lahan Sawah Kota Padangsidimpuan Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara (Hasil Analisi, 2019).

Tabel 21. Luas Potensi Lahan Sawah Berdasarkan Kecamatan Kecamatan

Tinggi Sedang Rendah Sangat

Rendah

Sumber: BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara (Hasil Perhitungan, 2019).

Tabel 21 menjelaskan bahwa sebaran daerah luas penggunaan lahan sawah pada potensi lahan sawah tinggi yang terluas terdapat di Kecamatan Hutaimbaru dengan luas 866,49 ha atau 36,67% dari total luas potensi lahan sawah tinggi di Kota Padangsidimpuan. Sedangkan luas penggunaan lahan sawah pada potensi lahan sawah tinggi yang terkecil terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dengan luas 62,55 ha atau 2,65 % dari total luas potensi lahan sawah tinggi di Kota Padangsidimpuan. Penggunaan lahan sawah pada potensi lahan sawah rendah tidak terdapat di kecamatan Hutaimbaru, sedangkan di kecamatan lainnya terdapat dengan luas 1,44 ha (0,53%) di kecamatan Angkola Julu, 2,44 ha (0,90%) terdapat di kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, 4,18 ha (1,54%) terdapat di kecamatan Padangsidimpuan Selatan, 262,37 ha (96,62%) terdapat di kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan 14,63 ha (1,12%) terdapat di kecamatan Padangsidimpuan Utara. Sedangkan penggunaan lahan sawah pada potensi lahan sawah sangat rendah hanya terdapat di satu kecamatan saja, yaitu kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dengan luas sawah 15,60 ha.

Dokumen terkait