• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

1. Produksi Bahan Segar

Hasil analisis sidik ragam terhadap data produksi bahan segar hijauan pakan ternak (Lampiran 1), menunjukkan bahwa perlakuan interaksi antara dosis sludge gas bio dengan perlakuan pastura campuran dan perlakuan utamanya masing- masing, berpengaruh nyata terhadap produksi bahan segar (Lampiran 2). Hasil uji beda rataan menggunakan Uji Jarak Duncan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Ratan produksi bahan segar hijauan pakan ternak akibat perlakuan dosis sludge gas bio pod kakao dan pastura campuran.

Pemupukan Pastura Campuran Rataan P2 P3 P4 P4

………kg/ha/tahun...

S0 95280.00a 120580.35b 88860.23a 89403.17a 98530.94a S1 129162.23b 130150.85b 135354.08bc 147195.05c 135465.55b S2 167508.60d 192276.78fe 188148.70e 182065.60de 182499.92c S3 182717.38de 186193.33e 206724.95f 191733.50fe 191842.29d Rataan 143667.05a 157300.33b 154771.99b 152599.33b

Keterangan : Angka rataan pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi/kombinasi yang menghasilkan rataan produksi bahan segar hijauan pakan ternak tertinggi terjadi pada perlakuan S3P4 (dosis sludge 7 liter dan pastura campuran antara Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista

rotundifolia sebesar 206724,95 kg/ha/tahun. Rataan tertinggi ini tidak berbeda nyata dengan rataan produksi bahan segar yang diperoleh pada perlakuan S3P4 (191733.50 kg/ha/tahun) dan S2P3 (192276.78 kg/ha/tahun) serta berbeda nyata dengan perlakuan interaksi/kombinasi lainnya. Pola perlakuan kombinasi sejalan dengan peningkatan dosis sludge dan pastura campuran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rataan produksi bahan segar hijauan pakan ternak akibat interaksi pemberian sludge gas bio dan pasturan campuran.

Dari Tabel 1 dan Gambar 1 dapat diketahui bahwa pemberian sludge gas bio sangat diperlukan dalam meningkatkan produksi bahan segar hijauan ternak, terutama pada pastura campuran antara Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia (P3).

Menurut Ifradi dkk. (1998) pemberian kompos akan meningkatkan produksi bahan kering, protein kasar dan menurunkan serat kasar. Pemanfaatan lumpur (sludge) keluaran gas bio ini sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Perbedaan nyata produksi bahan segar pastura dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman yang ditanam dan pengaruh pemupukan pada setiap perlakuan. Soegito, dkk. (1992) menyatakan bahwa setiap varietas tanaman memiliki produksi yang berbeda-beda tergantung kepada sifat

0,00 50000,00 100000,00 150000,00 200000,00 250000,00 S0 S1 S2 S3 Ba ha n S e g a r (k g /ha /t a hun) Pemupukan P1 P2 P3 P4

genetis varietas tanaman itu sendiri. Di samping itu penyerapan unsur hara oleh akar juga dipengaruhi oleh sifat tanaman itu sendiri. Setiap varietas memiliki keunggulan genetis yang berbeda-beda dari varetas tanaman lain. Pada penelitian ini tanaman yang cocok ditanam dalam pertanaman tanaman campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata. Sludge gas bio adalah sisa hasil pengolahan kotoran ternak pada yang telah hilang gasnya. Bahan dari sisa proses pembuatan gas bio bentuknya berupa cairan kental (sludge) yang telah mengalami fermentasi anaerob sehingga dapat dijadikan pupuk organik dan secara langsung digunakan untuk memupuk tanaman (Hessami dkk.,1996) Sedangkan menurut Ayub (2004) menyatakan bahwa kualitas lumpur sisa proses pembuatan gas bio lebih baik daripada kotoran ternak yang langsung dari kandang. Hal ini disebabkan proses fermentasi di dalam biodigester terjadi perombakan anaerobik bahan organik menjadi gas bio dan asam organik yang mempunyai berat molekul rendah sepeti asam asetat, asam butirat dan asam laktat. Peningkatan asam organik akan meningkatkan konsentrasi unsur N, P dan K. Dengan keadaan seperti ini, sludge gas bio sudah menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Hal ini sejalan dengn penelitian Novilda (2012) menyatakan kandungan nutrisi dari 250 ml sludge gas bio ≈ 2.5 gr NPK.

Besarnya produksi bahan segar berbanding lurus terhadap tinggi vertikal tanaman tersebut. Sabiham (1989), menyatakan bahwa pupuk organik dan pupuk buatan (anorganik) kedua-duanya menambah bahan makanan tumbuhan di dalam tanah. Penambahan pupuk organik pada tanah akan meningkatkan struktur pada tanah tersebut lebih remah dan meningkatkan jumlah pori-pori tanah sehingga memudahkan tunas-tunas baru tumbuh menembus permukaan tanah. Bahan organik juga berpengaruh langsung terhadap fisiologi tanaman seperti meningkatkan kegiatan respirasi untuk merangsang serapan hara sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman.

2. Produksi Bahan Kering

Data pengamatan produksi bahan kering hijauan pakan ternak akibat perlakuan pemberian sludge gas bio dan perlakuan pastura campuran disajikan pada Lampiran 3. Hasil analisis sidik ragam terhadap data produksi bahan kering tersebut menunjukkan bahwa interaksi/kombinasi perlakuan antara dosis sludge gas bio dengan pastura campuran serta perlakuan utamanya masing-masing memberikan pengaruh yang nyata pada p.01 dan p.05 (Lampiran 4). Hasil uji beda rataan menggunakan Uji Jarak Duncan terhadap produksi bahan kering pasture disajikan pada Tabel 5.

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa perlakuan kombinasi antara dosis sludge sebanyak 7,5 liter dengan pastura campuran yang terdiri dari Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (S3P4) mengasilkan bobot produksi bahan kering hijauan tertinggi dengan rataan sebesar 12497.99 kg/ha/tahun yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan S3P3 (dosis sludge 7,5 liter dengan pastura campuran berupa Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia dengan rataan 12488.54 kg/ha/tahun.

Pada parameter produksi bahan kering, pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan di sebabkan pemberian sludge gas bio yang berbeda pada setiap perlakuan, pemberian sludge gas bio yang tertinggi menghasilkan bahan kering yang tertinggi juga. Pupuk organik yang terkandung di dalam sludge gas bio mudah di serap oleh tanaman karena mudah terurai. Kadar N pupuk kandang padat lebih rendah dari pupuk kandang cair. Sesuai pernyataan Sosrosoedirdjo(1990) dalam Ifradi dkk. (2003) bahwa N dalam pupuk kandang cair mudah diabsorbsi oleh tanaman, sedangkan N dalam pupuk kandang padat hanya sebagian kecil yang dapat diabsorbsi karena pada pupuk padat, N harus mengalami berbagai perubahan terlebih dahulu. Pada perubahan-perubahan yang dilakukan oleh berbagai bakteri biasanya terjadi kehilangan N diantaranya digunakan untuk hidup bakteri dan ada juga yang menguap. Penggunaaan pupuk organik cair memiliki banyak manfaat anatara lain meningkatkan pertumbuhan klorofil daun,meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh serta

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan (Rizqani dkk,2007). Gardner dkk., 1991 menyatakan bahwa pada pertanaman campuran leguminosa memberi sumbangan N pada rumput selama pertumbuhannya sehingga untuk itu dilakukan percampuran tanaman dengan legume pada kombinasi pastura dalam penelitian ini.

Pemupukan berkaitan erat dengan ketersediaan unsur hara essensial yang dibutuhkan oleh tanaman. Hidayat (2003) menyebutkan bahwa penggunaan pupuk dalam kegiatan budidaya dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman.Unsur hara essensial yang dibutuhkan oleh tanaman diantaranya nitrogen (N), phospor (P) dan kalium (K). Peran utama nitrogen bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Nitrogen juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis (Lingga, 1998).

Tabel 5. Produksi bahan kering hijauan pakan ternak akibat perlakuan dosis sludge dan pastura campuran.

Pemupukan Pastura Rataan P2 P3 P4 P4 ………kg/ha/tahun... S0 11802.86a 11832.19b 11842.95b 11887.92c 11841.48a S1 11918.88d 12071.07e 12086.72ef 12098.12f 12043.70b S2 12160.37g 12222.61h 12331.14i 12349.39j 12265.88c S3 12434.12k 12465.08l 12488.54m 12497.99m 12471.43d Rataan 12079.06a 12147.74b 12187.34c 12208.35d

Keterangan : Angka rataan pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.

Pola perlakuan kombinasi sejalan dengan peningkatan dosis sludge dan pastura campuran tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Rataan produksi bahan kering hijauan pakan ternak akibat interaksi pemberian sludge gas bio dan pasturan campuran.

Dari Tabel 1 dan Gambar 1 dapat diketahui bahwa pemberian sludge gas bio sangat diperlukan dalam meningkatkan produksi bahan kering hijauan pakan ternak, terutama pada pasturan campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (P4) dan Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia (P4).

3. Kandungan Protein Kasar

Data kandungan produksi protein kasar pada hijauan pastura campuran disajikan pada Lampiran 5 dan hasil analisis sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 6. Dari Lampiran 6 dapat diketahui bahwa semua perlakuan, baik perlakuan utama dosis sludge dan pastura campuran, maupun interaksi antar keduanya memberikan

11400,00 11600,00 11800,00 12000,00 12200,00 12400,00 12600,00 S0 S1 S2 S3 Ba ha n K e ri ng ( k g /ha /t a hun) Pemupukan P1 P2 P3 P4

pengaruh yang nyata terhadap produksi protein kasar pastura. Hasil uji beda rataan menggunakan uji Jarak Duncan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Ratan kandungan/produksi protein kasar hijauan pakan ternak akibat perlakuan dosis sludge dan pastura campuran.

Pemupukan Pastura Rataan P2 P3 P4 P4 ………%... S0 14.20a 14.33b 14.40b 15.15c 14.52a S1 15.57d 16.30e 16.36e 16.50f 16.18b S2 17.27h 16.75g 17.39i 17.49i 17.22c S3 18.22j 18.35k 18.56l 18.70m 18.46d Rataan 16.31a 16.43b 16.68c 16.96d

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

padataraf 5%menurut uji beda rataan Duncan

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi yang menghasilkan rataan produksi protein kasar pastura tertinggi pada perlakuan S3P4. Dosis sludge 7 liter dengan pastura campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata dan berbeda nyata dengan interaksi dan kombinasi lainnya.

Pola perlakuan kombinasi sejalan dengan peningkatan dosis sludge dan pastura campuran terhadap kandungan protein kasar tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rataan kandungan protein kasar pada hijauan pakan ternak dari perlakuan interaksi pemberian sludge gas bio dan hijauan campuran (%)

Dari Tabel 6 dan Gambar 3 dapat diketahui bahawa pemberian gas bio sangat diperlukan dalam meningkatan produksi protein kasar pastura terutama pada pastura campuran humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (P4).

Tisdale dan Nelson (1975) menyatakan bahwa N adalah unsur hara utama dalam pembentukan protein makanan, oleh sebab itu dibutuhkan unsur hara N yang lebih banyak untuk meningkatkan kandungan protein kasar. Ditambahkan oleh Syarif(1986) bahwa rendahnya kandungan N akan mengakibatkan turunnya kadar protein serta perbandingan protoplasma dengan dinding sel sehingga daun menjadi keras dan berserat.Menurut Rinsema (1986), bahwa semakin tinggi produksi hijauan yang dihasilkan maka semakin tinggi produksi PK

4. Serat Kasar

Data kandungan serat kasar akibat perlakuan pemberian sludge gas bio pada pastura campuaran disajikan pada Lampiran 5. Hasil Analisis sidik ragam terhadap data serat kasar tersebut menunjukkan bahwa interaksi/kombinasi perlakuan anatara dosis sludge gas bio serta perlakuan utamanya masing masing

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00 S0 S1 S2 S3 % Pr ot e in Pemupukan P1 P2 P3 P4

memberikan pengaruh yang nyata pada Lampiran 6 dan uji beda rataannya disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Ratan kandungan/produksi serat kasar hijauan pakan ternak akibat perlakuan dosis sludge dan pastura campuran.

Pemupukan Pastura Rataan P2 P3 P4 P4 ………%... S0 38.75k 38.54j 38.35i 37.82h 38.36d S1 37.51g 36.70f 36.64f 36.39e 36.81c S2 36.69f 36.38e 36.33de 36.19d 36.40b S3 35.80c 35.68c 35.50b 35.27a 35.56a Rataan 37.19d 36.82c 36.70b 36.41a

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

padataraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Dari Tabel 7 dapat diketahui perlakuan kombinasi antara perlakuan yang tidak diberikan dosis sludge gas bio dengan pastura campuran yang terdiri dari Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata (P2) menghasilkan produksi serat kasar tertinggi dengan rataan 38.75% serta berbeda nyata dengan perlakuan interaksi/kombinasi lainnya.

Pola perubahan kandungan serat kasar hijauan pakan ternak akibat interaksi antara pemberian sludge gas bio dan hijauan campuran dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Produksi serat kasar pastura dari interaksi beberapa taraf pemberian sludge gas bio dan hijauan campuran (%)

Dari Tabel 7 dan Gambar 4 dapat diketahui bahwa perlakuan kombinasi tanpa pemberian sludge gas bio (S0) dengan pastura campuran P2 menghasilkan produksi serat kasar tertinggi.

Peran sludge gas bio dalam menekan kandungan serat kasar sangat nyata. Dimana sludge gas bio mengandung N, P, K dan S yang mempengaruhi kandungan serat kasar hijauan. Setyamidjaya (1986) menyatakan bahwa pengaruh N dalam meningkatkan perbandingan protoplasma terhadap bahan dinding sel yang tipis. Keadaan ini menyebabkan daun lebih banyak mengandung air dan kurang keras, sebaliknya kandungan nitrogen yang rendah dapat mengakibatkan tebalnya dinding sel daun dengan ukuran sel yang kecil, dengan demikian daun akan menjadi keras dan penuh dengan serat–serat. Menurut Bamualim (1992) Semakin rendah kandungan serat kasar maka tanaman tersebut semakin berkualitas. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang berupa sludge gas bio dari dosis rendah ke dosis tinggi ada kecenderungan meningkatkan lemak kasar pastura, sehingga dapat diprediksi bahwa hijauan tersebut nilai gizinya semakain baik.

33 34 35 36 37 38 39 40 S0 S1 S2 S3 K a pa si ta s Ta m pung ( S T/ ha /t a hun) Pemupukan P1 P2 P3 P4

Pemanfaatan lumpur keluaran gas bio ini sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Ayub (2004) menyatakan bahwa kualitas lumpur sisa proses pembuatan gas bio lebih baik daripada kotoran ternak yang langsung dari kandang. Hal ini dikarenakan bahwa pada proses fermentasi dalam digester terjadi perombakan anaerobik bahan organik menjadi gas bio dan asam organik yang mempunyai berat molekul rendah antara lain: asam asetat, asam butirat dan asam laktat. Peningkatan asam organik akan meningkatkan konsentrasi unsur N, P dan K.

5. Kandungan Lemak Kasar

Hasil analisis sidik ragam terhadap data produksi lemak kasar menunjukkan bahwa perlakuan interaksi anatara dosis sludge gas bio dengan perlakuan pastura campuran dan perlakuan utamanya masin-masing berpengaruh nyata terhadap produksi lemak kasar (Lampiran 9 dan 10). Pengaruh perlakuan terhadap rataan produksi lemak kasar pastura dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Produksi Lemak Kasar hijauan campuran pada beberapa taraf pemupukan Pemupukan Pastura Rataan

P2 P3 P4 P4 ………%... S0 2.70a 2.81b 2.87b 3.28c 2.91a S1 3.47d 4.46f 4.53fg 4.58g 4.26b S2 4.71h 4.54fg 4.56g 4.52fg 4.58c S3 4.31e 4.51fg 4.68h 4.86i 4.59c Rataan 3.80a 4.08b 4.16c 4.31d

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

padataraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi kombinasi yang menghasilkan rataan produksi lemak kasar tertinggi terjadi pada perlakuan S3P4 (dosis sludge dengan kombinasi campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata, (P4) sebesar 4.86 % dan berbeda nyata dengan perlakuan interaksi / kombinasi lainnya.

Pola perlakuan interaksi antara pemberian sludge gas bio dengan hijauan campuran terhadap lemak kasar pastura dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Rataan kandungan lemak kasar pada hijauan pakan ternak dari perlakuan interaksi pemberian sludge gas bio dan hijauan campuran (%)

Dari Tabel 8 dan Gambar 5 dapat diketahui bahwa pemberian sludge gas bio sangat diperlukan dalam meningkatkan produksi lemak kasar terutama pada pastura campuran anatara Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (P4).

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00 S0 S1 S2 S3 P1 P2 P3 P4

6. Kapasitas Tampung

Berdasarkan hasil analisis keragaman terhadap data kapasitas tampung (Lampiran 11) menunjukkan bahwa perlakuan interaksi antara pemberian sludge gas bio dengan pastura campuaran memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kapasitas tampung pada Lampiran 12. Pengaruh perlakuan terhadap kapasitas tampung pastura dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kapasitas Tampung pada Pastura Campuran

Pemupukan Pastura Rataan P2 P3 P4 P4 ST/ha/tahun S0 2.64a 2.65b 2.65b 2.66c 2.65a S1 2.67c 2.70d 2.70d 2.71d 2.69b S2 2.72e 2.74f 2.76g 2.76g 2.74c S3 2.78h 2.79i 2.79j 2.80j 2.79d Rataan 2.70a 2.72b 2.73c 2.73d

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

padataraf 5%menurut uji beda rataan Duncan

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa perlakuan kombinasi antara dosis sludge sebanyak 7.5 liter dengan pastura campuran yang terdiri dari Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (S3P4) menghasilkan kapasitas daya tampung sebesar 2.80 ST/ha/tahun yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan S3P4 dosis sludge 7.5 liter dengan

campuran pastura berupa Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia (P4) dengan rataan 2.79 ST/ha/tahun

Pola interaksi antara pemberian sludge gas bio dan hijauan campuran terhadap kapasitas daya tampung pastura dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Ratan kapasitas daya tampung pada pastura campuran dari interaksi pemberian sludge gas bio dan pastura campuran

Dari Tabel 9 dan Gambar 6 dapat diketahui bahwa pemberian sludge gas bio sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas daya tampung terutama pada pastura campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (P4) dan Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia (P4).

Pada parameter pengamatan yang terakhir yaitu kapasitas tampung yang diartikan sebagai kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1994).

2,55 2,60 2,65 2,70 2,75 2,80 2,85 S0 S1 S2 S3 K a pa si ta s Ta m pung ( S T/ ha /t a hun)

Dosis Sludge Biogas

P0

P1

P2

Kapasitas tampung juga dapat diartikan sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak (Susetyo, 1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan luas padang (Subagio dan Kusmartono, 1988). Dengan demikian kapasitas tampung tersebut tergantung pada berbagai faktor seperti kondisi tanah, pemupukan, faktor klimat, spesies hijauan, serta jenis ternak/satwa yang digembalakan atau terdapat di suatu padangan. Kapasitas tampung ternak bertujuan untuk mendefinisikan tekanan penggembalaan jangka panjang dalam tingkat optimum yang secara aman berkelanjutan dan dihubungkan dengan ketersediaan hijauan. Kapasitas tampung padang penggembalaan adalah kemampuan dari padang penggembalaan dalam menyediakan hijauan bagi ternak dalam waktu 1 tahun. Artinya setiap tahun padang penggembalaan tersebut, mampu menyediakan hijauan pakan yang cukup untuk dikonsumsi oleh 2 ekor ternak sapi. Satuan Ternak (ST) atau Animal Unit (AU) merupakan satuan untuk ternak yang didasarkan atas konsumsi pakan. Setiap satu AU diasumsikan atas dasar konsumsi seekor sapi perah dewasa non laktasi dengan berat 325 kg atau seekor kuda dewasa.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa: 1 ST setara 1 ekor sapi setara 2 ekor babi juga setara dengan 7 ekor domba atau setara 100 ekor ayam dan 1 ST setara 2 ekor sapi muda setara 5 ekor babi muda setara 14 ekor domba muda juga setara dengan 200 ekor anak ayam.

Dokumen terkait