• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara penimbangan bobot ayam setelah dipuasakan selama 12 jam. Bobot potong perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap bobot karkas, oleh karena itu diperhatikan kualitas dan kuantitas karkas dari ransum yang dikonsumsi, sehingga didapat pertumbahan yang baik. Hasil penelitian yang telah dilakukan didapat data bobot potong seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataanbobot potong broiler umur 35 hari (g)

Perlakuan 1 Ulangan 2 3 Rataan R0 1834.40 1823.00 1709.50 1828.70 D ± 69.06 R1 1743.50 1750.20 1749.90 1746.85 D ± 3.78 R2 1683.50 1607.20 1638.50 1645.35CD ± 38.35 R3 1590.60 1530.00 1511.40 1560.30CD ± 41.41 R4 1479.30 1452.90 1468.00 1466.10BC ± 13.25 R5 1367.40 1367.00 1306.90 1367.20BC ± 34.81 R6 1298.30 1205.10 1178.60 1251.70AB ± 62.87 R7 1131.60 1428.00 1430.90 1279.80AB ± 98.65 R8 1298.40 1275.70 1204.80 1287.05 A ± 48.82

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukan adanya perlakuan yang berbeda nyata

Tabel 5 menunjukkan rataan bobot karkas tertinggi dicapai pada perlakuan R0 yaitu 1828.70 g/ekor dan rataan yang paling rendah adalah dicapai pada perlakuan R8 yaitu sebesar 1287.05 g/ekor.Rendahnya bobot potong pada Begitu perlakuan R8 disebabkan oleh ayam yang tidak diberi ransum dan air minum dalam kurun waktu 48 jam setelah menetas dapat menurunkan berat badan 7,8% (Charoen Pokphand Bulletin Service, 2006). juga dengan R7, R6, R5 dan R4 bahwa anak ayam dipuasakan lebih dari 24 jam maka bobot potongnya juga rendah dibandingkan dengan anak ayam yang diberi ransum segera setelah

menetas. Pada perlakuan R0, R1, R2, dan R3 anak ayam yang dipuasakan masih dapat ditolerir karena anak ayam yang diberi pakan dibawah kurun waktu 24 jam setelah menetas akan dengan segera akan menyerap nutrisi dari kuning telur dan hasil bobot potong yang didapat juga lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan penyataan Sulistyonigsih (2004), konsumsi ayam yang diberi ransum hari ke-1, ternyata konsumsi ransumnya lebih tinggi sebesar 4.8% daripada ayam yang diberi ransum hari ke-2, kemudian diperjelas oleh pendapat Widjaja (1999) yang menyatakan bahwa pada hari pertama saja 50% dari kebutuhan energi dan 43% dari kebutuhan protein dapat dipenuhi dari sisa kuning telur yang ada.

Bobot Karkas (g)

Bobot karkas diperoleh dari hasil penimbangan karkas yaitu hasil penimbangan dari daging, tulang dan lemak abdominal ayam hasil pemotongan yang telah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan kaki sampai batas lutut, isi rongga perut, darah dan bulu. Hasil penelitian yang telah dilakukan didapat bobot karkas seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot karkas broiler umur 35 hari (g).

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2 3 R0 1407.85 1365.09 1294.39 1355.78 D ± 80,23 R1 1322.57 1286.89 1310.23 1306.56 D ± 8.73 R2 1244.34 1178.79 1212.43 1211.85 CD ± 22.56 R3 1167.94 1124.40 1103.41 1131.92 CD ± 45.63 R4 1080.97 1063.85 1074.48 1073.10 BC ± 4.59 R5 991.05 987.40 958.16 978.87 BC ± 23.26 R6 945.61 875.09 848.36 889.69 AB ± 68.77 R7 989.84 1005.94 1004.77 938.18 Ab ± 89.75 R8 950.56 898.33 838.86 895.92 A ± 78.98 Total 5939.97 9785.78 9645.09 29345.60 9781.87 Rataan 990.00 1087.31 1071.68 3260.62 1086.87

Tabel 6 menunjukkan rataan bobot karkas tertinggi dicapai pada perlakuan R0 yaitu 1355.78 g/ekor dan rataan yang paling rendah adalah dicapai pada perlakuan R8 yaitu sebesar 895.92g/ ekor. Untuk mengetahui perbedaan waktu awal pemberian ransum terhadap bobot karkas broiler strain COBB - LH 500 umur 35 hari, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan analisis ragam diperoleh bahwa penggunaan ransum komersil pada broiler memberikan pengaruh yang sangat nyata (P ≥ 0.01 ) terhadap bobot karkas. Hal ini dikarenakan pada ransum komersil penyerapan bahan makanan lebih banyak terserap, dimana dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah konsumsi pakan pada perlakuan R0 adalah lebih tinggi di banding dengan R8. Hal ini sesuai dengan penuturan Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa bahan makanan memang sumber pertama kebutuhan nutrisi broiler untuk keperluan hidup pokok dan produksinya. Selain itu juga menurut soeparno (1994), produksinya karkas erat hubungannya dengan bobot badan, dimana pada perlakuan R0 sangat nyata dengan perlakuan R1 sampai R8.

Persentase Karkas (%).

Diperoleh dari perbandingan antara bobot karkas dibagi dengan bobot hidup dikali 100 %. Hasil penelitian menunjukkan persentase karkas seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan persentase karkas broiler umur 35 hari (%)

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2 3 R0 73.40 72.70 72.50 72.87D ± 0.47 R1 72.80 71.90 72.20 72.30D ± 0.46 R2 72.30 71.70 71.50 71.83CD ± 0.42 R3 71.90 71.00 71.30 71.40CD ± 0.46 R4 71.70 70.60 70.70 71.00BC ± 0.61 R5 71.40 70.30 70.50 70.73AB ± 0.59 R6 70.00 70.30 69.80 70.03AB ± 0.25 R7 69.80 69.70 69.50 69.67AB ± 0.15 R8 69.40 69.60 68.90 69.30A ± 0.36

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukan adanya perlakuan yang berbeda nyata

Tabel di atas menunjukkan rataan persentase karkas tertinggi dicapai pada perlakuan R0 yaitu 72.87 % dan rataan yang paling rendah adalah dicapai pada perlakuan R8 yaitu sebesar 69.30 %. Untuk mengetahui perbedaan waktu awal pemberian ransum terhadap persentase karkas broiler strain COBB - LH 500 umur 35 hari, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada lampiran 9. Berdasarkan analisis keragaman pada lampiran 9 menunjukan bahwa perbedaan waktu awal pemberian ransum terhadap persentase karkas broiler strain COBB - LH 500 umur 35 hari, dapat memberikan pengaruh yang sangat nyata (P ≥ 0.01 ) terhadap persentase karkas. Untuk mengetahui perbedaan waktu awal pemberian ransum terhadap persentase karkas broiler strain COBB - LH 500 umur 35 hari, maka dilakukan Uji Duncan yang dapat dilihat pada Lampiran 9. Tiap perlakuan menunjukan perbedaan antara R0 sampai R8 dimana persentase karkas terendahnya adalah 69,30 %. Pemberian ransum yang lebih cepat pada anak ayam akan meningkatkan persentase daging dada yang dihasilkan hingga 7 – 9% jika dibandingkan dengan anak ayam yang dipuasakan. Hal ini berkaitan dengan perbedaan perkembangan kerangka dan otot atau efek jangka panjang

dengan pemberian ransum yang lebih awal (Charoen Pokphand Bulletin Service, 2006).

Pada perlakuan R0 yang terlebih dahulu diberikan ransum komersil sehingga penyerapan bahan makanan lebih banyak terserap, dimana dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah konsumsi pakan pada perlakuan R0 adalah lebih tinggi di banding R1 sampai dengan R8. Hal ini sesuai dengan Murtidjo (1987) menyatakan bahwa persentase karkas merupakan faktor terpenting untuk menilai produksi ternak, karena semakin bertambahnya bobot hidupnya, maka produksi karkasnya akan semakin meningkat, hal ini ditegaskan lagi oleh Ahmad dan Herman (1992) disitasi Presdi (2001) menyatakan bahwa ayam yang bobot tubuhnya tinggi menghasilkan persentase karkas yang tinggi pula, sebaliknya ayam yang bobot hidupnya rendah akan menghasilkan persentase karkas yang rendah.

Persentase Lemak Abdominal (%)

Diperoleh dari hasil penimbanagan lemak yang terdapat disekitar rongga perut (abdomen) dan disekitar kloaka. Hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil menunjukkan persentase lemak abdominal seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan persentase lemak abdominal broiler umur 35 hari (%).

Perlakuan Ulangan Rataan 1 2 3 R0 2,92 2,77 2,63 2,77 A ± 0.15 R1 2,61 2,37 2,40 2,46 D ± 0.13 R2 2,34 2,24 2,11 2,23 CD ± 0.12 R3 2,15 2,07 1,97 2,06 CD ± 0.09 R4 1,90 1,81 1,63 1,78 BC ± 0.14 R5 1,59 1,51 2,04 1,71 AB ± 0.29 R6 2,12 1,61 1,47 1,73 AB ± 0.34 R7 1,53 1,48 1,49 1,50 AB ± 0.03 R8 1,45 1,44 1,29 1,39 A ± 0.09

Tabel di atas menunjukkan rataan lemak abdominal tertinggi dicapai pada perlakuan R0 yaitu 2.77 % dan rataan yang paling rendah adalah dicapai pada perlakuan R8 yaitu sebesar 1,39 %. Untuk mengetahui efek perbedaan jangka waktu awal pemberian ransum terhadap persentase lemak abdominal broiler strain COBB - LH 500 umur 35 hari, maka dilakukan analisis keragaman yang dapat dilihat pada lampiran 10. Berdasarkan analisis keragaman pada lampiran 10 diketahui bahwa penggunaan ransum komersil pada broiler memberikan pengaruh yang sangat nyata (P ≥ 0.01) terhadap persentase lemak abdominal. Untuk mengetahui perbedaan waktu awal pemberian ransum terhadap persentase lemak abdominal broiler strain COBB - LH 500 umur 35 hari, maka dilakukan Uji Duncan yang dapat dilihat pada Lampiran 10. Ransum komersil memiliki nutrisi yang sangat baik bagi pertumbuhan broiler dimana protein yang berlebihan di dalam tubuh dan tidak terpakai dalam sistem metabolisme akan membentuk lemak tubuh. Hal ini Sesuai dengan pernyataan Tilman et al. (1986) yang menyatakan bahwa kelebihan energi pada ayam akan menghasilkan karkas yang mengandung lemak lebih tinggi dan rendahnya konsumsi menyebabkan lemak dan karbohidrat yang disimpan dalam glikogen rendah. Hasil persentase lemak abdominal tertinggi diperoleh dari perlakuan R0 yaitu sebesar 2.77 (%) dan dan hasil lemak terendah diperoleh dari perlakuan R8 yaitu 1.39 (%). Tinggi rendahnya persentase lemak abdominal yang diperoleh, dikarenakan oleh lebih banyaknya jumlah ransum yang dikonsumsi dan jumlah energi yang dimiliki oleh broiler pada perlakuan R0 daripada R8. Hal ini bersesuaian dengan pendapat dari Haris (1997) yang menyatakan bahwa perlemakan tubuh diakibatkan dari konsumsi energi yang berlebih yang akan disimpan dalam jaringan tubuh yaitu

pada bagian intramuscular, subcutan dan abdominal. Ditambahkan lagi oleh Tilman et al. (1986) yang menyatakan bahwa kelebihan energi pada ayam akan menghasilkan karkas yang mengandung lemak lebih tinggi dan rendahnya konsumsi menyebabkan lemak dan karbihidrat yang disimpan dalam glikogen rendah.

REKAPITULASI

Tabel 13. Rekapitulasi hasil penelitian

Perlakuan Bobot potong (g) Bobot karkas (g) Persentase karkas (%) Persentase Lemak Abdominal (%) R0 1788.97D ± 69.06 1355.78 D ± 80.23 72.87D ± 0.47 2,77 D ± 0,15 R1 1747.87D ± 3.78 1306.56 D ± 8.73 72.30D ± 0.46 2,46 D ± 0,13 R2 1643.07CD ± 38.35 1211.85CD ± 22.56 71.83CD ± 0.43 2,23CD ± 0,12 R3 1544.00CD ± 41.41 1131.92CD ± 45.63 71.40CD ± 0.46 2,06CD ± 0,09 R4 1466.73BC ± 13.25 1073.10 BC ± 4.59 71.00BC ± 0.61 1.78BC ± 0,14 R5 1347.10AB ± 34.81 978.87 BC ± 23.26 70.73AB ± 0.59 1,71AB ± 0,29 R6 1227.33AB ± 62.87 889.69 AB ± 68.77 70.03AB ± 0.25 1,73AB ± 0,34 R7 1330.17AB ± 98.65 938.18 AB ± 89.75 69.67AB ± 0.15 1,50AB ± 0,03 R8 1259.63A ± 48.82 895.92 A ± 78.98 69.30A ± 0.36 1,39A ± 0,09

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukan adanya perlakuan yang berbeda nyata

Tabel.13 Rekapitulasi hasil penelitian dapat dilihat bahwa dengan perlakuan yang berbeda menunjukan bahwa pada bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal memberikan pengaruh yang sangat nyata pada perlakuan R0 sampai dengan R8. faktor pengaruhnya dikarenakan jumlah protein pada ransum komersil sama besar pada setiap perlakuan baik itu ransum fase starter maupun fase finisher. Selain itu perlakuan pemberian ransum yang berbeda pada R0 hingga R8 menunjukan hasil yang sangat nyata pada setiap parameter yang diamati.

Dokumen terkait