Suhu dan Kelembaban Lokasi Penelitian
Suhu dan kelembaban lokasi penelitian diamati tiga kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Rataan suhu dan kelembaban pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Suhu dan Kelembaban pada Lokasi Penelitian
Parameter Waktu
Pagi Siang Sore
--- Rataan ± Simpangan Baku (KK) ---
Suhu (oC) 26,68 ± 1,07 (4,00) 31,34 ± 0,92 (2,95) 28,41 ± 1,28 (4,51) Kelembaban (%) 83,60 ± 3,98 (4,76) 66,90 ± 4,53 (6,77) 78,19 ± 5,78 (7,39)
Rataan suhu lokasi penelitian pada pagi hari (sekitar jam 08.00-09.00), siang hari (sekitar jam 13.00-14.00) dan sore hari (sekitar jam 17.00-18.00) masing-masing yaitu 26,68 oC; 31,34 oC dan 28,41 oC. Rataan kelembaban pada pagi, siang dan sore hari masing-masing yaitu 83,60%; 66,90% dan 78,19%.
Suhu dan kelembaban pada lokasi penelitian saat pagi, siang dan sore hari selama pengamatan seragam dengan koefisien keragaman berkisar antara 2,95%- 7,39%. Suhu dan kelembaban lokasi penelitian dari pagi, siang hingga sore hari masih fluktuatif. Pada pagi dan sore hari suhu lokasi penelitian lebih rendah dibandingkan suhu pada siang hari, hal ini diikuti dengan kelembaban pada pagi dan sore hari yang lebih tinggi dibandingkan kelembaban pada siang hari. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan di luar ruangan, sehingga sinar cahaya matahari mempengaruhi suhu dan kelembaban. Suhu berbanding terbalik dengan kelembaban. Jika suhu rendah maka kelembaban tinggi, sebaliknya jika suhu tinggi maka kelembaban rendah.
Kandang dalam penelitian ini memiliki lubang-lubang tempat pertukaran udara pada setiap dindingnya, sehingga sirkulasi udara di dalam kandang baik. Selain itu kandang menghadap ke arah timur untuk mendapatkan sinar matahari langsung pada pagi hari. Kandang dengan sirkulasi udara yang baik dan cahaya matahari yang cukup dapat melancarkan siklus reproduksi. Hal ini dikarenakan sirkulasi udara yang
lingkungan kandang. Selain itu cahaya matahari dapat mersangsang sistem reproduksi merpati betina sehingga proses ovulasi berlangsung lebih cepat.
Reproduksi merpati berbeda dengan unggas lainnya. Produksi telur merpati hanya dua butir untuk satu kali periode bertelur, selain itu interval bertelurnya juga lama. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik agar produksitifitas merpati meningkat. Hal ini bisa dilakukan dengan pemeliharaan semi intesif. Pemeliharaan semi intensif memberikan kesempatan merpati untuk melakukan proses perkawinan setiap saat. Selain itu dengan pemeliharaan semi intensif juga dapat memberikan kesempatan merpati untuk memperoleh grit yang dapat membantu proses pencernaan sehingga sistem pencernaan merpati dapat berjalan dengan baik.
Telur yang dihasilkan dari merpati unggul pada setiap periode bertelur sebaiknya tidak dierami secara langsung oleh merpati induknya, namun telur yang dihasilkan sebaiknya dierami oleh indukan lain. Hal ini dilakukan untuk mempercepat interval produksi telur merpati unggul yang tidak mengerami telur, sehingga telur merpati yang dihasilkan akan lebih banyak.
Konsumsi Pakan
Merpati merupakan jenis unggas yang menyukai makanan berupa biji-bijian, seperti jagung yang dijadikan pakan dalam penelitian ini. Rataan konsumsi pakan jagung dalam penelitian ini yaitu 38,44 ± 8,21 g/pasang/hari dengan koefisien keragaman 21,36%. Hal tersebut menunjukkan konsumsi pakan merpati pada penelitian ini masih beragam, karena konsumsi pakan tertinggi dalam penelitian ini yaitu 61,43 g/pasang/hari dan konsumsi pakan terendah yaitu 25,29 g/pasang/hari. Pakan yang dikonsumsi tergantung dari bangsa merpati, cuaca, nafsu makan, besar badan, serta jumlah dan besar anak (Blakely dan Bade, 1998).
Merpati sebaiknya diberi pakan cukup karena merpati memiliki sifat memilih-milih pakan yang disukai dan menghamburkan pakan yang tidak disukainya, oleh karena itu disain tempat pakan sangat penting agar pakan tidak berhamburan. Selain pakan utama berupa jagung, merpati juga harus mendapatkan
grit untuk membantu proses pencernaan, oleh karena itu manajemen pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu semi intensif dimana setiap sore hari merpati dibiarkan bebas untuk memberi kesempatan merpati mencari grit dan
melakukan perkawinan. Grit yang diperoleh berupa batu-batu kecil atau kerikil, arang dan abu yang berada di sekitar kandang.
Sifat-sifat Kualitatif
Sifat-sifat kualitatif merpati yang diamati dalam penelitian ini yaitu warna bulu, warna iris mata, tipe shank, tipe bulu sayap, bentuk ujung bulu sayap, bentuk kepala dan bentuk badan.
Warna Bulu
Warna bulu merpati masih beragam. Persentase warna bulu merpati dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Warna Bulu Merpati Lokal Tipe Tinggian
Warna Bulu Jantan Betina
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
--- (ekor) --- --- (%)--- --- (ekor) --- --- (%) --- Coklat 6 20,00 7 23,33 Tritis 4 13,33 3 10,00 Hitam 1 3,33 1 3,33 Megan 3 10,00 4 13,33 Kelabu 10 33,33 2 6,67 Putih 1 3,33 3 10,00 Blorok 0 - 5 16,67 Blantong 1 3,33 1 3,33 Batik 1 3,33 0 - Gambir 3 10,00 4 13,33
Warna bulu kelabu merupakan warna bulu terbanyak untuk merpati jantan dalam penelitian ini yaitu 10 ekor (33,33%), sedangkan warna bulu blorok untuk merpati jantan tidak ada dalam penelitian ini karena merpati jantan blorok memang masih jarang ditemui di pasaran. Merpati betina yang memiliki warna bulu terbanyak yaitu coklat yang berjumlah 7 ekor (23,33%). Merpati yang baik memiliki bulu tubuh yang lengkap, lembut dan terasa licin saat dipegang seperti berminyak. Persentase merpati jantan yang memiliki bulu tubuh yang lembut dan terasa licin berjumlah 18
ekor (60%), sedangkan merpati betina yang memiliki bulu tubuh yang lembut dan terasa licin berjumlah 9 ekor (30%).
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g) (h) (i)
(j)
Gambar 17. Warna Bulu Putih (a), Hitam (b), Coklat (c), Blantong (d), Tritis (e),
Warna bulu merpati lokal tipe tinggian disajikan pada Gambar 17. Merpati betina lebih sedikit memiliki bulu tubuh yang lembut dan terasa licin dibandingkan merpati jantan, hal tersebut dikarenakan merpati betina lebih sering dipegang oleh peternak untuk keperluan geber (klepek) merpati jantan. Menurut Marshall (2004), bulu halus seperti sutra diduga karena kandungan minyak pada bulu tinggi. Bulu yang kering diduga banyak penyakit, terbang menjadi tidak lurus, daya angkat berkurang sehingga merpati sulit terbang dan membutuhkan lebih banyak energi dan merpati menjadi cepat lelah.
Warna bulu merpati jantan maupun merpati betina masih bervariasi, namun pada merpati jantan warna bulu pada bagian leher lebih terang dibandingkan merpati betina, hal tersebut merupakan salah satu ciri untuk membedakan merpati jantan dan merpati betina. Merpati lokal mempunyai warna yang beragam dan mempunyai tiga warna dasar yaitu warna hitam, coklat dan merah. Warna biru (megan) adalah tipe warna bulu burung merpati liar yang dekat dengan warna hitam, sedangkan warna putih adalah albino karena tidak mengandung pigmen sama sekali pada bulu. Warna bulu biru (megan) merupakan warna dari nenek moyang merpati domestik, warna biru disebabkan oleh pigmen hitam yang menyebar (Levi, 1945). Namun menurut Darwati (2012), warna bulu dasar burung merpati lokal ada 5 macam, yaitu hitam (S- B+-C-), megan (ssB+C-), coklat/gambir (S-b-C-;), putih (S- -- cc), dan abu (SsBA-C-).
Warna Iris Mata
Warna iris mata pada dasarnya ada tiga warna yaitu kuning, putih (pillow) dan coklat (asem). Namun ada juga merpati yang memiliki warna iris mata orange, merah muda hingga merah. Warna tersebut merupakan gradasi dari warna-warna dasar. Selain warna dasar dan warna gradasi dari warna dasar tersebut ada sejumlah merpati yang memiliki warna iris mata yang berbeda pada kedua sisinya, seperti warna iris mata bagian kanan putih (pillow) dan warna iris mata bagian kiri coklat (asem). Jenis warna iris mata ini biasa disebut oleh para peternak dengan sebutan warna iris mata liplap. Selain itu ada juga merpati yang memiliki warna iris mata yang berbeda dalam satu mata seperti sebagian mata berwarna putih (pillow) dan sebagian lagi berwarna coklat (asem). Darwati (2003) menyatakan keragaman fenotipe merpati lokal masih tinggi seperti pada warna iris mata. Persentase warna
Tabel 3. Persentase Warna Iris Mata Merpati Lokal Tipe Tinggian
Warna Iris Mata Jantan Betina
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
--- (ekor) --- --- (%) --- --- (ekor) --- --- (%) --- Kuning 27 90 24 80,00 Putih (pillow) 0 - 2 6,67 Coklat (asem) 1 3,33 2 6,67 Liplap 1 3,33 2 6,67 Campuran 1 3,33 0 -
Warna iris mata merpati jantan terbanyak yaitu kuning dan berjumlah 27 ekor atau 90% dari jumlah merpati jantan yang diamati, sedangkan untuk warna iris mata putih (pillow) pada penelitian ini tidak ada. Warna iris mata merpati betina juga didominasi oleh warna kuning berjumlah 24 ekor atau 80%. Pada penelitian ini ditemukan merpati dengan warna iris mata liplap sebanyak dua ekor pada merpati betina dan satu ekor pada merpati jantan. Burung merpati lokal mempunyai warna mata jingga dan kuning (Salis, 2002). Warna iris mata merpati disebabkan oleh iridic pigmen (Levi,1945).
Warna iris mata memberikan pengaruh besar terhadap penglihatan. Warna iris mata merpati yang baik adalah warna iris mata kuning. Hal ini mungkin disebabkan warna iris mata kuning tahan terhadap sinar matahari apabila dilepas pada siang dan sore hari. Warna iris mata putih (pillow) dan coklat (asem) kurang baik. Warna iris mata putih (pillow) diduga tidak tahan terhadap sinar matahari, sedangkan warna iris mata coklat (asem) diduga kurang baik jika cuaca mendung. Namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Warna iris mata merpati lokal tipe tinggian disajikan pada Gambar 18.
Selain warna iris mata, hal lain yang harus diperhatikan yaitu bentuk pupil mata. Mata yang baik harus memiliki bentuk pupil yang bulat utuh, hitam dan tidak pecah. Bentuk pupil yang sempurna akan mempengaruhi kemampuan pupil untuk membesar dan mengecil pada saat terkena cahaya.
(a) (b) (c)
Gambar 18. Warna Iris Mata Coklat (Asem) (a), Putih (Pillow) (b) dan Kuning (c)
Bentuk Kepala
Bentuk kepala merpati lokal dikelompokkan menjadi tiga bentuk yaitu curut,
jenong dan menyerupai burung perkutut. Persentase bentuk kepala merpati dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase Bentuk Kepala Merpati Lokal Tipe Tinggian
Bentuk Kepala Jantan Betina
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
--- (ekor) --- --- (%) --- --- (ekor) --- --- (%) ---
Curut 13 43,33 7 23,33
Jenong 7 23,33 10 33,33
Perkutut 10 33,33 13 43,33
Bentuk kepala merpati jantan paling banyak pada penelitian ini yaitu curut
dan berjumlah 13 ekor dengan persentase 43,33%, sedangkan merpati betina paling banyak memiliki bentuk kepala seperti perkutut dan berjumlah 13 ekor dengan persentase 43,33%. Merpati jantan dengan bentuk kepala jenong pada penelitian ini memiliki rataan kecepatan terbang 9,83 m/detik, rataan terbang merpati jantan dengan bentuk kepala curut yaitu 10,69 m/detik dan rataan kecepatan terbang merpati jantan dengan bentuk kepala perkutut yaitu 10,39 m/detik. Hal tersebut menunjukan bahwa merpati jantan dengan bentuk kepala curut memiliki rataan kecepatan terbang yang lebih tinggi dibandingkan merpati jantan dengan bentuk kepala jenong dan curut. Bentuk kepala merpati lokal tipe tinggian disajikan pada
(a) (b) (c) Gambar 19. Bentuk Kepala Jenong (a), Curut (b) dan Perkutut (c)
Berdasarkan pengalaman peternak, merpati jantan dengan bentuk kepala
jenong memiliki kemampuan untuk mendarat (menukik) yang baik, sedangkan merpati dengan bentuk kepala curut memiliki kemampuan terbang tinggi hingga terlihat kecil (nitik) di awan. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut.
Bentuk kepala merpati jantan terlihat lebih kasar dan maskulin dibandingkan merpati betina. Selain dari bentuk kepala, paruh dan hidung pun bisa dijadikan peubah untuk membedakan jenis kelamin merpati. Menurut Dewi (2005) merpati betina memiliki bentuk paruh yang panjang dan lurus. Merpati jantan memiliki bentuk paruh yang pendek dengan bagian ujung agak melengkung. Pada hidung merpati jantan terdapat bercak putih, sedangkan hidung merpati betina tidak terdapat bercak putih, hidungnya berwarna merah serta relatif lebih kecil.
Bentuk Tubuh
Bentuk tubuh dikelompokkan menjadi dua yaitu bentuk menyerupai jantung pisang dan kapal. Darwati (2003) menyatakan bahwa bentuk tubuh merpati
performing breed seperti jantung pisang jika digenggam dengan dua tangan, posisi badan dan kaki diselonjorkan ke belakang. Pada posisi tersebut badannya dirasakan padat namun terasa empuk di tangan. Pada saat berdiri badannya terlihat tegap dan dada tampak padat. Bentuk badan yang menyerupai kapal dicirikan dengan tubuh yang panjang menyerupai kapal, jika sedang berdiri maka posisi kepala lebih ke depan dibandingkan kepala dengan bentuk jantung pisang sehingga kepala dan leher sejajar dengan tubuh.
Bentuk tubuh antara merpati satu dengan merpati lainnya beragam. Persentase bentuk tubuh merpati dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Persentase Bentuk Tubuh Merpati Lokal Tipe Tinggian
Bentuk Tubuh Jantan Betina
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
--- (ekor) --- --- (%) --- --- (ekor) --- --- (%) ---
Jantung pisang 21 70,00 11 36,67
Kapal 9 30,00 19 63,33
Bentuk tubuh merpati jantan lebih banyak menyerupai jantung pisang dibandingkan bentuk kapal. Merpati jantan yang memiliki bentuk tubuh menyerupai jantung pisang dalam penelitian ini berjumlah 21 ekor dengan persentase 70%, sedangkan merpati jantan yang memiliki bentuk tubuh menyerupai kapal berjumlah 9 ekor atau 30%. Merpati betina lebih banyak memiliki bentuk tubuh menyerupai kapal dan berjumlah 19 ekor dengan persentase 63,33%, sedangkan merpati betina yang memiliki bentuk tubuh menyerupai jantung pisang berjumlah 11 ekor atau 36,67%. Bentuk tubuh merpati lokal tipe tinggian disajikan pada Gambar 20.
(a) (b)
Gambar 20. Bentuk Tubuh Jantung Pisang (a) dan Kapal (b)
Merpati jantan dengan bentuk tubuh seperti jantung pisang dalam penelitian ini memiliki rataan kecepatan 10,42 m/detik, sedangkan merpati jantan dengan bentuk tubuh seperti kapal memiliki rataan kecepatan terbang 10,30 m/detik. Hal tersebut menunjukan bahwa kecepatan terbang merpati jantan dengan bentuk badan seperti jantung pisang lebih tinggi dibandingkan merpati jantan dengan bentuk tubuh
terjadinya gesekan antara tubuh dengan udara sehingga hambatan saat terbang minimal dan kecepatan terbang kencang.
Merpati jantan memiliki bentuk tubuh yang lebih tegap dibandingkan merpati betina. Bentuk tubuh seperti jantung pisang digemari oleh peternak karena bentuk tubuh merpati jantan yang menyerupai jantung pisang diduga pada saat terbang dapat mendarat (menukik) dengan baik. Burung merpati tinggi yang unggul memiliki gaya turun yang tajam (menukik). Hal ini disesuaikan dengan ring lomba yang menuntut merpati tinggi untuk turun tajam. Menurut Darwati (2003) bahwa postur tubuh burung merpati lokal performing breed yang memiliki ketangkasan tumbler (akrobat di udara) adalah merpati jantan, walaupun tidak menutup kemungkinan betina juga ada.
Bentuk Ujung Bulu Sayap
Bentuk ujung bulu sayap ada dua yaitu bentuk ujung bulu yang lancip dan bentuk ujung bulu yang tumpul. Persentase bentuk ujung bulu sayap merpati dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Bentuk Ujung Bulu Sayap Merpati Lokal Tipe Tinggian Bentuk Ujung
Bulu Sayap
Jantan Betina
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
--- (ekor) --- --- (%) --- --- (ekor) --- --- (%) ---
Lancip 8 26,67 8 26,67
Tumpul 22 73,33 22 73,33
Merpati jantan maupun merpati betina memiliki persentase bentuk ujung bulu sayap yang sama yaitu 73,33% atau berjumlah 22 ekor untuk bentuk ujung bulu sayap yang tumpul. Merpati jantan dengan bentuk ujung bulu sayap lancip dalam penelitian ini memiliki rataan kecepatan terbang 10,25 m/detik, sedangkan merpati jantan dengan bentuk ujung bulu sayap tumpul memiliki rataan kecepatan terbang 10,44 m/detik. Hal tersebut menunjukan bahwa kecepatan terbang merpati jantan dengan bentuk ujung bulu sayap tumpul lebih tinggi dibandingkan merpati jantan dengan bentuk ujung bulu ayap lancip. Bentuk ujung bulu sayap merpati lokal tipe tinggian disajikan pada Gambar 21.
(a) (b)
Gambar 21. Bentuk Ujung Bulu Sayap Tumpul (a) dan Lancip (b)
Bentuk ujung bulu sayap mempengaruhi saat terbang karena dapat mengurangi gesekan udara pada sayap. Bentuk sayap merpati dapat membuat perbedaan tekanan udara pada bagian atas dengan bawah yang akan menyebabkan daya dorong pada tubuh merpati dari atas ke bawah. Sayap merpati berperan untuk menolak daya gravitasi yang akan menyebabkan burung terbang (Dewi, 2005).
Tipe Bulu Sayap
Tipe bulu sayap ada dua yaitu tipe bulu sayap rapat dan tipe bulu sayap renggang. Persentase tipe bulu sayap merpati dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Persentase Tipe Bulu Sayap Merpati Lokal Tipe Tinggian
Tipe Bulu Sayap Jantan Betina
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
--- (ekor) --- --- (%) --- --- (ekor) --- --- (%) ---
Rapat 15 50,00 16 53,33
Renggang 15 50,00 14 46,67
Persentase tipe bulu sayap merpati jantan sama antara tipe bulu sayap rapat dan renggang yaitu 50%, sedangkan untuk merpati betina yang memiliki tipe bulu sayap rapat ada 16 ekor atau 53,33%. Merpati jantan dengan tipe bulu sayap rapat dalam penelitian ini memiliki rataan kecepatan terbang 10,32 m/detik, sedangkan merpati jantan dengan tipe bulu sayap renggang memiliki rataan kecepatan terbang 10,45 m/detik. Hal tersebut menunjukan bahwa kecepatan terbang merpati jantan
dengan tipe bulu sayap renggang lebih tinggi dibandingkan merpati jantan dengan tipe bulu sayap rapat. Pernyataan tersebut berbeda dengan Yonathan (2003) yang menyatakan bahwa jarak antar bulu sayap rapat dan bulu sayap lebar dapat membantu merpati saat terbang sehingga kecepatan terbangnya lebih cepat. Hal ini dikarenakan tidak ada udara yang lolos diantara sela-sela bulu sayap dan ketika disibakkan akan menghasilkan ayunan yang kuat. Tipe bulu sayap merpati lokal tipe tinggian disajikan pada Gambar 22.
(a) (b)
Gambar 22. Tipe Bulu Sayap Rapat (a) dan Renggang (b)
Tyne dan Berger (1976) menyatakan bahwa sayap pada burung berfungsi memberikan dorongan pada tubuh sehingga menambah kecepatan terbang. Bulu sayap primer merupakan bagian terpenting pada saat burung terbang karena berfungsi seperti baling-baling ketika burung terbang.
Tipe Shank
Tipe shank dikelompokkan menjadi dua yaitu tipe shank basah dan kering. Tipe shank basah ditandai dengan shank yang bersih, merah dan tampak mengkilap seperti basah, sedangkan tipe shank kering dicirikan dengan shank yang tampak seperti bersisik, berwarna lebih putih dibandingkan tipe shank basah dan terlihat kering.
Warna shank merpati lokal sudah seragam yaitu berwarna merah dan diperkirakan homozigot, namun untuk pola warna bulu masih beragam (Salis, 2002). Persentase tipe shank merpati dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Persentase Tipe Shank Merpati Lokal Tipe Tinggian
Tipe Shank Jantan Betina
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
--- (ekor) --- --- (%) --- --- (ekor) --- --- (%) ---
Shank kering 26 86,67 15 50,00
Shank basah 4 13,33 15 50,00
Tipe shank merpati jantan lebih didominasi oleh tipe shank kering yaitu 26 ekor dengan persentase 86,67%, sedangkan untuk mepati betina persentase tipe
shank basah dan shank kering sama masing-masing 50%. Tipe shank merpati lokal tipe tinggian disajikan pada Gambar 23.
(a) (b) Gambar 23. Tipe Shank Kering (a) dan Basah (b)
Sifat-sifat Kuantitatif
Sifat-sifat kuantitatif merpati yang diamati dalam penelitian ini yaitu bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh seperti lebar dada luar, lebar dada dalam, dalam dada, lingkar dada, panjang dada dan panjang punggung. Selain itu diamati pula jumlah bulu sayap primer, rentang sayap, panjang sayap, lebar bulu ekor, panjang bulu ekor dan jumlah bulu ekor.
Sifat Kuantitatif Merpati Jantan dan Betina
Bobot Badan
Bobot badan merpati jantan dan merpati betina dalam penelitian ini sangat berbeda nyata. Rataan bobot badan merpati jantan yaitu 341,8 ± 27,14 g, sedangkan merpati betina memiliki rataan bobot badan 304,07 ± 34,71 g. Bobot badan merpati
jantan memiliki koefisien keragaman sebesar 7,94%, sedangkan bobot badan merpati betina memiliki koefisien keragaman sebesar 11,42%. Hal tersebut menunjukkan bahwa bobot badan merpati betina lebih beragam dibandingkan dengan merpati jantan.
Merpati jantan memiliki rataan bobot badan lebih besar dibandingkan merpati betina, namun dalam penelitian ini ditemukan merpati jantan yang memiliki bobot badan yang lebih rendah dibandingkan bobot badan merpati betina. Bobot badan merpati jantan terendah dalam penelitian ini yaitu 280 g, sedangkan bobot badan merpati betina tertinggi yaitu 360 g. Perbedaan bobot badan ini menunjukkan bahwa bobot badan merpati lokal masih beragam, bobot badan ini dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan.
Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh merpati jantan dan betina yang diamati dalam penelitian ini yaitu lebar dada luar, lebar dada dalam, dalam dada, lingkar dada, panjang dada, panjang punggung dan lebar pangkal ekor. Perbedaan ukuran tubuh merpati jantan dan betina disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Ukuran Tubuh Merpati Lokal Tipe Tinggian Jantan dan Betina
Peubah Rataan ± Simpangan Baku (KK)
Jantan Betina
Lebar dada luar (cm) 8,83 ± 0,31 (3,46)A 8,26 ± 0,35 (4,29)B Lebar dada dalam (cm) 5,44 ± 0,31 (5,63)A 5,10 ± 0,37 (7,31)B Dalam dada (cm) 6,77 ± 0,25 (3,71)a 6,56 ± 0,37 (5,70)b Lingkar dada (cm) 26,35 ± 0,75 (2,84)A 25,2 ± 1,11 (4,42)B Panjang dada (cm) 7,46 ± 0,24 (3,19)A 7,18 ± 0,39 (5,40)B Panjang punggung (cm) 11,47 ± 0,43 (3,76)a 11,12 ± 0,64 (5,77)b Lebar pangkal ekor (cm) 3,27 ± 0,18 (5,56)A 3,05 ± 0,20 (6,38)B
Keterangan : * Superskrip pada baris yang sama menyatakan beda nyata. Jika huruf besar berarti berbeda sangat nyata (P<0,01), sedangkan huruf kecil menandakan beda nyata (P<0,05).
* KK = koefisien keragaman.
Lebar dada luar, lebar dada dalam, lingkar dada, panjang dada dan lebar pangkal ekor merpati jantan sangat berbeda nyata dengan merpati betina. Selain itu
dalam dada dan panjang punggung merpati jantan pun berbeda nyata dengan merpati betina. Hasil tersebut menunjukkan bahwa merpati jantan lebih besar dan lebih panjang dibandingkan merpati betina.
Merpati jantan lebih banyak melakukan aktifitas dibandingkan merpati betina, sehingga ukuran tubuh merpati jantan lebih berkembang dibandingkan merpati betina. Hal ini dikarenakan merpati jantan dilatih terbang untuk untuk keperluan lomba balap merpati, berbeda dengan merpati betina yang lebih banyak dikandang atau dipegang oleh joki balap merpati. Selain itu diduga faktor genetik mempengaruhi sifat kuantitatif merpati, karena ada juga merpati jantan yang memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibanding merpati betina, begitu pun sebaliknya.
Sayap
Jumlah bulu sayap primer, rentang sayap dan panjang sayap diamati antara merpati jantan dan betina. Perbedaan jumlah bulu sayap primer, rentang sayap dan panjang sayap merpati jantan dan betina disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Sayap Merpati Lokal Tipe Tinggian Jantan dan Betina
Peubah Rataan ± Simpangan Baku (KK)
Jantan Betina
Jumlah bulu sayap primer
(helai) 10 ± 0 (0) 9,97 ± 0,18 (1,83)
Rentang sayap (cm) 29,95 ± 0,87 (2,90) 29,33 ± 1,14 (3,87) Panjang sayap (cm) 13,56 ± 0,47 (3,48) 13,41 ± 0,48 (3,57)
Keterangan : KK = koefisien keragaman.
Jumlah bulu sayap primer, rentang sayap dan panjang sayap antara merpati jantan dan merpati betina sama. Jumlah bulu sayap primer merpati biasanya ada 10 helai. Namun dalam penelitian ini ditemukan satu ekor merpati betina yang memiliki jumlah bulu sayap primer 9 helai, sedangkan berdasarkan pengalaman peternak ada juga merpati yang memiliki jumlah bulu sayap primer hingga 11 helai. Rentang sayap merpati jantan dan betina berkisar 29,33-29,95 cm dengan koefisien