• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Kenaikan Muka Air Laut

Kenaikan muka air laut dapat diketahui melalui perubahan ketinggian pasang surut yang terjadi sebelumnya. Data pasang surut ini dikutip dari buku terbitan Dinas Hidrostatistik tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Hasil dari data pasang surut tersebut kemudian diolah menggunakan metode Admiralty sehingga diketahui kenaikan muka air laut pertahunnya.Tabel Pasang surut dan perhitungan metode Admiralty dapat dilihat pada Lampiran 2. Ketinggian muka air laut ini berpengaruh pada luasan genangan pada saat banjir rob terjadi di kawasan pesisir. Besarnya angka pasang surut air laut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tinggi Rata-rata Pasang Surut Belawan

Bulan/Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Januari 29,00 27,00 28,20 26,50 20,00 Februari 20,00 23,00 24,10 24,80 15,20 Maret 15,40 24,20 25,00 22,50 26,40 April 18,30 24,30 25,90 26,70 30,90 Mei 22,30 25,20 26,60 28,70 30,20 Juni 28,04 22,70 23,40 24,70 26,90 Juli 28,46 18,90 20,70 23,50 27,70 Agustus 19,23 18,90 21,40 24,50 26,50 September 14,00 18,90 23,60 28,20 33,20 Oktober 14,00 25,40 27,30 24,60 27,40 November 22,89 26,30 26,90 27,70 28,60 Desember 27,76 24,00 23,50 26,10 28,90 Rata-rata 21,615 23,23 24,717 25,708 26,825

(*tinggi pasang surut dalam satuan centimeter) Sumber : Badan Hidrostatistik Buku Prakiraan Pasang Surut tahun 2011 sampai dengan

Dari nilai rata-rata ketinggian pasang surut yang telah ditampilkan pada Tabel 5 diatas maka dapat terlihat besaran pasang surut air laut dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Data rata-rata pasang surut tersebut dapat diketahui kenaikan muka air laut dengan menghitung rata-rata selisih ketinggian muka air laut pertahunnya. Grafik kenaikan muka air laut dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Kenaikan Muka Air Laut tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa terjadi kenaikan muka air laut yang terjadi setiap tahunnya. Kenaikan muka air laut yang terjadi pada pesisir Kota Medan Kecamatam Medan Belawan kurang lebih sebesar 1,042 cm/tahun. Beberapa foto kelurahan yang tergenang banjir dapat dilihat pada Lampiran 3.

Metode Admiralty yang digunakan untuk mengetahui jenis pasang surut apa yang terjadi pada daerah yang diteliti. Pengolahan untuk mengetahui jenis pasut ini menggunakan software pasut yang memproyeksikan data angka hasil dari perhitungan Admiralty menjadi grafik pasang surut. Hasil perhitungan menggunakan metode Admiralty dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Metode Admiralty

Hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 7 diatas menunjukkan nilai pasang surut berdasarkan gaya tarik bulan dan matahari. Dari data hasil perhitungan Admiralty yang kemudian diolah menggunakan software pasut didapatkan grafik pasang surut wilayah pesisir Kota Medan Kecamatan Medan Belawan yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Ramalan Pasang Surut Belawan

Berdasarkan Grafik Ramalan Pasang Surut Belawan yang ditampilkan pada Gambar 4, terlihat bahwa pasang surut yang terjadi pada daerah yang diteliti yaitu pada wilayah pesisir Kota Medan merupakan pasang surut jenis semi diurnal. Pasang surut jenis ini merupakan pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan ketinggian yang hampir sama dalam satu hari.

Indeks Resiko Bencana Banjir Provinsi Sumatera Utara

Wilayah Sumatera Utara khususnya Kota Medan termasuk kedalam wilayah yang rawan terhadap bencana banjir. Dari Peta Indeks Resiko Banjir Wilayah Sumatera Utara wilayah Kota Medan termasuk kedalam wilayah yang rentan terhadap banjir dan dikategorikan kedalam wilayah dengan resiko banjir yang tinggi. Peta indeks Resiko Bencana Banjir Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Lampiran 4.

Peta Kepadatan Penduduk Kota Medan

Data kepadatan penduduk Kota Medan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan berdasarkan banyaknya rumah tangga, penduduk dan Rata-rata anggota rumah tangga dirinci menurut kelurahan di Kecamatan Medan Belawan tahun 2013. Statistik kependudukan wilayah pesisir Kota Medan Khususnya wilayah Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 8. Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Medan Belawan Sumber (Badan Pusat Statistik Kota Medan, Penduduk Desember 2013).

Kelurahan

Banyaknya Rata- rata

Anggota RT Rumah tangga Penduduk

(jiwa)

No 1 2 3 4

1 Belawan Pulau Sicanang 3299 24816 4

2 Belawan Bahagia 2661 16092 5 3 Belawan Bahari 2676 17987 5 4 Belawan II 4828 21072 4 5 Bagan Deli 3356 14985 5 6 Belawan I 4469 20328 5 Jumlah 21288 115280 5

Jika diklasifikasikan kedalam jumlah jiwa/ha dan dikategorimaka di dapatkan hasil pada tabel 9.

Kelurahan Penduduk (Jiwa) Luasan Jiwa/Ha

Sicanang 24816 245.2 101.20 Belawan Bahagia 16092 196.4 81.93 Belawan Bahari 17987 219.7 81.87 Belawan I 21072 252.8 83.35 Belawan II 20328 183.5 110.77 Bagan Deli 14985 267.8 55.95

Statistik kepadatan penduduk wilayah pesisir Kotas Medan kemudian diproyeksikan kedalam peta yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Sumatera Utara. Peta Kepadatan Penduduk Wilayah Pesisir Kota Medan dapat diihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Peta Kepadatan Penduduk Wilayah Pesisir Kota Medan

Pada peta kepadatan penduduk wilayah pesisir Kota Medan yang ditampilkan pada Gambar 5 terlihat bahwa wilayah Kota Medan termasuk

kedalam wilayah dengan kepadatan penduduk yang masih rendah. Dari data yang diberikan oleh Dinas Statistika dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Kota Medan, jumlah penduduk yang menempati kawasan pemukiman kurang lebih sebesar 100 jiwa/hektar.

Peta Penggunaan Lahan Kota Medan

Peta penggunaan lahan wilayah pesisir Kota Medan diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Kota Medan yang di proyeksikan kedalam peta pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan Kota Medan

Berdasarkan peta penggunaan lahan Kota Medan yang ditunjukkan pada Gambar 6 terlihat bahwa wilayah pesisir Kota Medan terdapat berbagai penggunaan lahan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertumbuhan mangrove, wilayah industri, kawasan hijau dan terdapat kawasan pemukiman padat.

Penggunaan lahan ini sebagai salah satu faktor terjadinya banjir, hanya saja jika kawasan tidak dimanfaatkan dengan baik.

Peta Topografi Wilayah Pesisir Kota Medan

Peta topografi diperoleh dari citra satelit yang di download dari ASTERGDEM yang kemudian diolah menggunakan software Global Mapper untuk membuat garis-garis kontur berdasarkan ketinggian yang sama pada satu wilayah. Kemudian peta yang telah berkontur di ekspor kedalam format shp untuk kemudian diolah menggunakan software ArcGIS hingga berbentuk layout.Peta topografi Wilayah Pesisir Kota Medan dapat diihat pada Gambar 7.

Pada Gambar 7 yang menunjukkan ketinggian kontur wilayah pesisir Kota Medan terlihat bahwa daerah pesisir memiliki ketinggian yang relatif sama yaitu 1 hingga 4 meter diatas permukaan laut.

Pengkajian Resiko Bencana Banjir 1. Hasil dan Analisis Ancaman Banjir Rob

Berdasarkan PERKA No.2 Tahun 2012 Indeks Ancaman Banjir Rob diklasifikasikan menurut kedalaman banjir dan genangan yang terjadi pada daerah yang diteliti. Indeks Ancaman Banjir Rob yang telah disajikan sebelumnya pada pada Tabel 1 bahwa pada hampir semua kelurahan pada Kecamatan Medan Belawan masuk dalam kategori sedang kecuali pada kelurahan bagan deli yang memiliki kedalaman banjir < 0,76 m sehingga dikategorikan dalam kelas rendah. Kategori kelas ancaman banjir rob Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kategori Kelas Ancaman Banjir Rob Kecamatan Medan Belawan

Kelurahan Kedalaman (m) Kelas Skor

Sicanang 0,76 - 1,5 Sedang 0,66

Belawan Bahagia 0,76 - 1,5 Sedang 0,66

Belawan Bahari 0,76 - 1,5 Sedang 0,66

Belawan I 0,76 - 1,5 Sedang 0,66

Belawan II 0,76 - 1,5 Sedang 0,66

Bagan Deli < 0,76 Rendah 0,33

2. Indeks Kerentanan

Pada komponen kerentanan sosial, indeks penduduk yang kemungkinan terpapar sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh BAPPEDA dan BPS Kota Medan yaitu sebesar 100 jiwa/ha dengan indeks kelas sedang. Sedangkan pada komponen kerentanan ekologi/lingkungan dilihat dari parameter penggunaan

lahan Hutan Bakau/Mangrove sebesar 14,38 ha dengan indeks kelas sedang. Sesuai dengan Tabel 2, Penilaian indeks kelas kerentanan berupa :

No Komponen Kerentanan Parameter Kerentanan Bobot (%) Kelas Kerentanan

Rendah Sedang Tinggi 1 Kerentanan Sosial Kepadatan Penduduk 50 >75 jiwa/ha 75 - 150 jiwa/ha >150 jiwa/ha 2 Lingkungan Luas Hutan Bakau/ Mangrove 25 < 10 Ha 10 – 20 Ha > 20 Ha

Nilai setiap kelas kerentanan : Klasifikasi Total Kerentanan :

Rendah : 1 Rendah : 0 - 1

Sedang : 3 Sedang : 1 - 3

Tinggi : 5 Tinggi : 3 – 5

Indeks kerentanan = (0,4 * skor kerentanan sosial) + (0,1* lingkungan)

Klasifikasi kelas kerentanan berdasarkan nilai penilaian indeks kerentanan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Klasifikasi Kelas Kerentanan Berdasarkan Nilai Penilaian Indeks Kerentanan Kelurahan Nilai Kerentanan Sosial (Kepadatan Penduduk) Kelas Kerentanan Klasifikasi Total Kerentanan Sicanang 3 Sedang 1,5

Belawan Bahagia 3 Sedang 1,5

Belawan Bahari 3 Sedang 1,5

Belawan I 3 Sedang 1,5

Belawan Ii 3 Sedang 1,5

Bagan Deli 1 Rendah 0,7

3. Indeks Kapasitas

Indeks kapasitas diperoleh dengan menggunakan metode wawancara kepada penduduk dan beberapa pelaku menanggulangan bencana di daerah yang diteliti. Berdasarkan PERKA No. 2 tahun 2012 terdapat beberapa komponen/ indikator yang menyatakan tingkat ketahanan daerah pada suatu wilayah terhadap ancaman banjir. Indeks Kapasitas Banjir Rob menurut PERKA No.2 tahun 2012

yang telah tersaji sebelumnya pada Tabel 3, kelas indeks dapat dikategorikan berdasarkan komponen berikut :

Berdasarkan tabel diatas, wilayah pesisir Kota Medan khususnya Kecamatan Medan Belawan, terdapat tiga komponen yang mewakili daerah yang diteliti, yaitu memiliki aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana, pendidikan kebencanaan, dan pengurangan faktor resiko dasar dan termasuk dalam kategori sedang. Kemudian parameter ini dihitung berdasarkan pembobotan yang disajikan pada tabel 8 sebagai berikut :

Tabel 8. Parameter Pembobotan Indeks Kapasitas Bencana Banjir

Parameter bobot

(100%)

Kelas

Skor rendah sedang tinggi

Aturan dan kelembagaan penanggulanan bencana 100 < 0,33 0,33 – 0,66 > 0,66 kelas/ Nilai Max Kelas Peringatan dini dan kajian resiko

bencana

Pendidikan Kebencanaan Pengurangan faktor resiko dasar Pembangunan kesiapsiagaan pada seluruh lini

Berdasarkan tabel diatas indeks kapasitas Kecamatan Medan Belawan dikategorikan dalam kelas sedang dengan nilai antara 0,33 – 0,66.

BENCANA KOMPONEN/INDIKATOR KELAS INDEKS BOBOT

TOTAL

SUMBER DATA

RENDAH SEDANG TINGGI

Seluruh Bencana 1. Aturan dan Kelembagaan Penanggulangan Bencana Tingkat Ketahan an 1 dan Tingkat Ketahan an 2 Tingkat Ketahan an 3 Tingkat Ketahan an 4 dan Tingkat Ketahan an 5 100% FGD pelaku PB (BDPD, Bappeda, Dinsos, Dinkes, UKM, Dunia Usaha, Universitas, LSM, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dll) 2. Peringatan Dini dan

Kajian Resiko bencana 3. Pendidikan

Kebencanaan 4. Penguranagan

Faktor Resiko Dasar 5. Pembangunan

Kesiapsiagaan pada Seluruh Lini

4. Klasifikasi bencana dengan matriks penentuan sesuai rumus VCA (Vulnerability Capacity Analysis)

Hasil skoring yang sebelumnya telah dilakukan menggunakan indeks ancaman dan kapasitas kemudian di klasifikasikan dengan menggunakan matriks penentuan kelas rentan. Dimulai dengan menghubungkan nilai kerentanan dan kapasitas pada setiap kelurahan berdasarkan tabel yang tersaji pada Tabel 4 dan Tabel 5 sebelumnya. Sehingga didapatkan hasil berupa matriks kerentanan bencana banjir rob pada Tabel 12.

Tabel 12. Matriks Kerentanan Bencana Banjir Rob

Kelurahan Nilai Ancaman Skor Indeks (Kelas)

(H) Kerentanan (V) Kapasitas (C) V/C H* V/C Sicanang 0,66 (Sedang) 1,5 (Sedang) 0,5

(Sedang) Sedang Sedang Belawan Bahagia 0,66 (Sedang) 1,5 (Sedang) 0,5

(Sedang) Sedang Sedang Belawan Bahari 0,66

(Sedang)

1,5 (Sedang)

0,5

(Sedang) Sedang Sedang

Belawan I 0,66

(Sedang)

1,5 (Sedang)

0,5

(Sedang) Sedang Sedang

Belawan Ii 0,66

(Sedang)

1,5 (Sedang)

0,5

(Sedang) Sedang Sedang

Bagan Deli 0,33

(Rendah)

0,7 (Rendah)

0,5

(Sedang) Rendah Rendah

5. Peta Kerentanan Resiko Bencana Banjir Rob Kecamatan Medan Belawan Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa hampir seluruh kelurahan pada Kecamatan Medan Belawan memiliki nilai kerentanan dengan kelas sedang kecuali pada Kelurahan Bagan Deli yang memiliki nilai kerentanan yang lebih rendah dari kelurahan yang lainnya sehingga dikategorikan dalam kelas rendah.

Hasil perhitungan di sesuaikan dengan data lapangan dengan metode wawancara yang tersaji pada Lampiran 5. Peta kerentanan resiko bencana banjir pesisir Kota Medan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Peta Kerentanan Resiko Bencana Banjir Rob Pesisir Kota Medan

Peta Kenaikan Muka Air Laut Wilayah Pesisir Kota Medan Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2065

Dari data kenaikan muka air laut yang sebelumnya telah dihitung menggunakan metode Admiralty, didapatkan angka kenaikan muka air laut yang kemudian diolah menggunakan software ArcGIS dengan peta yang sebelumnya di download dari ASTERGDEM. Pengolahan peta dilakukan dengan memotong atau mengclip area yang di teliti. Kemudian membedakan antara darat dan laut serta genangan. Garis pantai diperoleh dari prakiraan kenaikan muka air laut menggunakan software Global Mapper dan di overlay dengan peta dasar yang telah dibedakan darat, laut dan genangannya. Kemudian diolah hingga diketahui luasan genangan yang terjadi.

Berdasarkan pengolahan data citra, dilakukan perhitungan perubahan kenaikan luasan genangan selama lima puluh tahun mendatang dengan

menghitung kenaikan muka air laut yang terjadi selama lima tahun terakhir. Besar kenaikan muka air laut yang terjadi lima puluh tahun mendatang kemudian diolah menggunakan software Global Mapper 15. Garis pantai kemudian di export ke dalam ArcGIS dan ditumpang tindih (overlay) dengan peta dasar dan peta kontur. Perubahan muka air laut ini kemudian digabungkan dengan peta dasar untuk dihitung perubahan luasan genangan yang akan terjadi selama lima puluh tahun mendatang. Peta dasar yang telah diolah sebelumnya kemudian di overlay atau ditumpang tindih dengan peta topografi serta peta kependudukan yang di digitasi dengan batas wilayah kelurahan sehingga didapatkan peta akhir dengan gambaran genangan yang terdapat di beberapa kelurahan pada Kecamatan Medan Belawan.

Peta Kenaikan Muka Air Laut Wilayah Pesisir Kota Medan tahun 2015 hingga tahun 2065 mendatang dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10.

Gambar 10. Peta Genangan Wilayah Pesisir Kota Medan Tahun 2065

Berdasarkan Gambar 9 dan Gambar 10 terlihat bahwa terjadi perubahan pada wilayah pesisir Kota Medan berupa genangan. Luasan genangan yang terjadi pada tahun 2015 sebesar 16.778 m2 dan pada Gambar 10 luasan genangan sebesar 36.113 m2 sehingga perubahan luasan genangan yang terjadi sebesar 19.334 m2.

Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat, banjir pasang atau banjir rob memang selalu terjadi pada wilayah pesisir Kota Medan. Banjir pada daerah pesisir berasal dari pasang air laut yang kemudian terperangkap pada kawasan landai dan menggenangi pemukiman serta daerah yang padat aktivitas seperti pelabuhan hingga jalan umum. Menurut Liyani, dkk. (2012), menyatakan bahwa kenaikan muka air laut merupakan fenomena naiknya muka air laut akibat

pertambahan volume air laut. Perubahan tinggi permukaan air laut dapat dilihat sebagai suatu fenomena alam yang terjadi secara periodik maupun menerus. Kenaikan muka air laut bisa menyebabkan berkurangnya atau mundurnya garis pantai, mempercepat terjadinya erosi pantai berpasir, banjir di wilayah pesisir, dan kerusakan infrastruktur yang berada di wilayah pesisir seperti dermaga, dan bangunan pantai lainnya.

Jenis pasang surut yang terjadi di perairan Belawan adalah pasang surut semi diurnal yaitu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari.Pasang tertinggi terjadi pada saat bulan baru dan bulan penuh. Jenis pasang surut diperoleh dari data yang dikumpulkan oleh Dinas Hidrostatistik mengenai ketinggian pasang surut air laut tiap jam selama lima tahun. Sesuai dengan literatur Sangari (2014) menyatakan bahwa pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) merupakan pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hamper sama dalam satu hari, pasang surut ini terdapat di sepanjang Selat Malaka hingga Laut Andaman.

Berdasarkan data pasang surut yang diperoleh dan dihitung menggunakan metode ADMIRALTY, kenaikan muka air laut yang terjadi selama lima tahun terakhir sebesar 1,024 cm/tahun. Angka ini didapatkan dari hasil rata-rata selisih pasang surut dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Sedangkan untuk lima puluh tahun mendatang diprediksi akan terjadi kenaikan sebesar 51,2 cm. Dari hasil wawancara kepada masyarakat perubahan garis pantai yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir ini adalah sejauh 2 hingga 3 meter. Menurut Dahuri (2004) diacu oleh Wirasatria, dkk. (2006), menyatakan bahwa secara umum kenaikan muka air laut merupakan dampak dari pemanasan global (global

warming) yang melanda seluruh belahan bumi ini. Naiknya suhu permukaan global menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan bumi sehingga terjadilah Sea Level Rise (SLR). Diperkirakan dari tahun 1999 – 2100 mendatang kenaikan muka air laut sekitar 1,4 – 5,8 m.

Berdasarkan pengamatan citra satelit dan pengumpulan data sekunder, luas genangan yang terjadi pada tahun 2015 adalah sebesar 16.778 m2 sedangkan pada tahun 2065 mendatang diperkirakan akan terjadi perluasan genangan menjadi

36.113,44 m2 sehingga akan terjadi penambahan volume genangan sebesar

19.334,64 m2.Dari hasil wawancara kepada masyarakat pesisir Kecamatan Medan Belawan Kota Medan, banjir pasang menggenangi pemukiman hingga jalan umum setinggi 1 hingga 1,5 meter. Dan terjadi selama 2 sampai dengan 4 jam hingga air laut surut kembali. Banjir rob yang rutin terjadi pada pesisir Kota Medan menggenangi beberapa kelurahan di Kecamatan Medan Belawan, yaitu pada kelurahan Bagan Deli, Belawan I, Belawan II, Belawan Bahari, Belawan Bahagia dan Sicanang. Rob terjadi terutama karena pengaruh tinggi-rendahnya pasang surut air laut yang terjadi oleh gaya gravitasi bulan. Menurut Chandra dan Rima (2013), bahwa terjadinya banjir rob akibat adanya kenaikan muka air lautyang disebabkan oleh pasang surut dan faktor-faktor atau eksternal force seperti dorongan air, angin atau swell (gelombang yang akibatkan dari jarak jauh). Selain itu, banjir rob juga terjadi akibat adanya fenomena iklim global yang ditandai dengan peningkatan temperatur rata-rata bumi dari tahun ke tahun.

Banjir rob dapat terjadi akibat dari besarnya air pasang yang masuk ke daratan dan menggenangi wilayah pesisir. Faktor lain yang mempengaruhi besarnya genangan adalah menurunnya permukaan daratan dan kondisi kepadatan

penduduk serta kondisi topografinya. Wilayah pesisir Kota Medan memiliki nilai topografi sebesar 1 sampai dengan 4 meter diatas permukaan laut sedangkan dari segi kepadatan penduduk Kecamatan Medan Belawan memiiki kepadatan kurang lebih sebesar 100 jiwa/ha. Menurut Hildaliyani (2011), Banjir rob (pasang) terjadi pada saat kondisi pasang maksimum/tertinggi (High Water Level) menggenangi daerah-daerah yang lebih rendah dari muka laut rata-rata (mean sea level). Limpasan air laut dengan bantuan gaya gravitasi akan mengalir menuju tempat-tempat rendah, kemudian akan menggenangi daerah-daerah tersebut. Kelandaian dari dasar laut di wilayah pantai berangsur membentuk daratan baru, sehingga garis pantai itu senantiasa bergerak maju dari tahun ke tahun sambil membentuk endapan-endapan yang menghambat pencurahan air sungai ke laut. Arus pasang merambat di daerah pantai yang landai ini dan akan membuat genangan di wilayah pantai. Akibat pengaruh tersebut kejadian banjir rob (pasang) sering terjadi di wilayah pesisir pantai.

Dampak lain yang terjadi akibat pengaruh kenaikan muka air laut ini adalah terganggunya aktivitas penduduk di beberapa kelurahan. Banjir mengganggu para pengguna jalan, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi serta menyebabkan kerusakan di beberapa badan jalan sehingga tidak sedikit badan jalan yang tergenang oleh air. Banjir yang menggenangi pemukiman penduduk mengancam kerusakan rumah-rumah penduduk akibat genangan secara terus menerus. Genangan akibat banjir juga dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan. Dari hasil wawancara kepada masyarakat belum ada wabah penyakit yang terjadi akibat banjir pasang, namun dengan kondisi genangan yang cukup lama bisa saja menimbulkan bibit penyakit. Seperti tempat bersarangnya nyamuk

dan bakteri lainnya sebagai pemicu terjangkitnya penyakit. Menurut Jackubicka dkk. (2010) diacu oleh Marfai (2011), bahwa kesehatan merupakan dampak tak langsung dari terjadinya bencana. Jenis-jenis penyakit yang bisa disebabkan oleh bencana banjir contohnya adalah asma, infeksi kulit, infeksi saluran pernafasan, disentri, dan demam. Perubahan iklim global dapat menyebabkan meningkatnya frekuensi banjir seiring dengan kenaikan muka air global. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan dampak banjir terhadap kesehatan.

Berdasarkan Pengamatan langsung dan wawancara kepada masyarakat, pengelolaan banjir pesisir di Kota Medan khusunya pada Kecamatan Medan Belawan mengantisipasi banjir pesisir dengan cara membuat pintu air, meninggikan lantai rumah ataupun halaman rumah. Sedangkan pada beberapa kelurahan telah dilakukan peninggian jalan raya.

Berdasarkan perhitungan dan analisis resiko bencana banjir rob sesuai dengan PERKA No. 2 tahun 2012, secara keseluruhan resiko kerentanan terhadap banjir rob masih tergolong rendah dengan memperhitungkan beberapa komponen hingga didapatkan nilai bobotnya. Namun jika diklasifikasikan terdapat beberapa kelurahan yang tergolong rendah, dan sedang. Meskipun beberapa kelurahan mengalami banjir yang rutin namun keadaan ini masih dalam kategori sedang. Dari hasil pendekatan menggunakan metode ancaman, kerentanan dan kapasitas, beberapa kelurahan seperti Sicanang, Belawan I, Belawan Bahagia dan Belawan Bahari memang memiliki nilai yang lebih tinggi kerentanannya dibanding kelurahan yang lain, namun masih dalam kategori sedang menurut acuan PERKA No. 2 Tahun 2012 dan disertai dengan data pendukung lainnya.

Dokumen terkait