• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktur Modal Perusahaan Proporsi Struktur Modal Perusahaan

PT Jasa Marga Tbk melakukan IPO dengan menjual ekuitas kepada publik, artinya dengan melakukan IPO maka akan merubah struktur modal perusahaan. Struktur modal sebelum dan setelah IPO dipengaruhi oleh proporsi hutang dan ekuitas pada perusahaan. Struktur modal perusahaan sebelum dilakukannya IPO dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Struktur modal perusahaan sebelum IPO

Pada periode sebelum IPO ini, terlihat sumber modal perusahaan paling besar didapatkan melalui hutang jangka panjang yaitu lebih dari setengah dari total modal. Hal ini disebabkan belum dilakukannya IPO sehingga perusahaan belum mendapatkan ekuitas dalam jumlah besar dari publik yang menjadikan modal terbesar diperoleh dari hutang. Perusahaan memperoleh modal melalui ekuitas lebih dari 20% namun tidak sampai pada 30% dari total modal. Sisanya modal di dapat dari hutang jangka pendek. Proporsi hutang jangka pendek pada struktur keuangan perusahaan sebelum IPO secara umum relatif stabil disetiap tahunnya. Adapun hutang jangka pendek periode sebelum IPO yang terkecil adalah senilai 708.190.861.000 rupiah atau setara dengan 8,89% dari total modal pada tahun 2004, hal ini lebih rendah dari tahun-tahun lainnya sebelum IPO. Pada tahun 2003, proporsi ekuitas lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun setelahnya sehingga proporsi hutang jangka panjang tahun 2003 lebih rendah dibandingkan tahun-tahun setelahnya. Selanjutnya struktur modal setelah dilakukannya IPO perusahaan dapat dilihat pada Gambar 5.

0% 20% 40% 60% 80% 100% 2003 2004 2005 2006 Total Ekuitas Total Hutang Jangka Panjang Total Hutang Jangka Pendek

13

Gambar 5 Struktur modal perusahaan setelah IPO

Secara umum, proporsi hutang jangka pendek pada struktur keuangan perusahaan setelah IPO adalah semakin meningkat disetiap tahunnya. Dari sejak tahun 2007 sebesar 9,74% hingga menjadi sebesar 17,34% pada tahun 2013. Pada struktur modal perusahaan, proporsi hutang jangka panjang perusahaan setelah IPO cenderung stabil setiap tahunnya dengan jumlah tertinggi sebesar 46,35% pada tahun 2007 dan terendah sebesar 33,60% pada tahun 2012. Begitu juga dengan proporsi ekuitas perusahaan setelah IPO cenderung stabil, dimana tertinggi sebesar 46,01% pada tahun 2009 dan terendah sebedar 38,31% pada tahun 2013.

Proporsi pada struktur modal yaitu kewajiban jangka panjang dan ekuitas menunjukkan bahwa masing-masing menyumbang lebih dari sepertiga dari total modal perusahaan, dimana sisanya diperoleh dari hutang jangka pendek pada stuktur keuangan. Berikut pada Gambar 6 menggambarkan pergerakan proporsi hutang dan ekuitas perusahaan sebelum dan setelah IPO.

Gambar 6 Pergerakan presentase struktur keuangan perusahaan sebelum dan sesudah IPO 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Ekuitas

Total Hutang Jangka Panjang

Total Hutang Jangka Pendek 10 20 30 40 50 60 70 80 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13

SEBELUM IPO IPO SETELAH IPO

Total Hutang Jangka Pendek

Total Hutang Jangka Panjang

14

Proporsi hutang jangka pendek pada struktur keuangan perusahaan mengalami peningkatan setelah dilaksanakannya IPO. Pada struktur modal, proporsi hutang jangka panjang mengalami penurunan setelah dilakukannya IPO. Sedangkan, proporsi ekuitas mengalami peningkatan. Perbandingan proporsi rata-rata jumlah kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas perusahaan selama sebelum dan sesudah IPO dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Presentase proporsi rata-rata jumlah kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas perusahaan

Periode

Struktur Keuangan Total Hutang

Jangka Pendek (%)

Struktur Modal Total Hutang Jangka

Panjang (%) Total Ekuitas (%) Sebelum IPO (2003-2006) 12,6907 63,4923 23,817 Setelah IPO (2007-2013) 16,0967 41,194 42,7093

Secara keseluruhan, proporsi struktur modal perusahaan setelah IPO cenderung sebanding antara hutang jangka panjang dengan ekuitas, jika dilihat struktur modal pada periode sebelum IPO proporsi hutang jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan presentase proporsi ekuitas, dimana rata-rata persentasi proporsi hutang jangka panjang sebelum IPO sebesar 63,49% dan rata-rata persentase proporsi ekuitas sebelum IPO sebesar 23,82%. Hal ini dikarenakan setelah perusahan melakukan IPO, perusahaan mendapatkan ekuitas dari publik sehingga pada struktur modal yang awalnya proporsi ekuitas lebih rendah dibandingkan hutang, maka setelah IPO menjadi cenderung sebanding.

Analisis Rasio Leverage

Rasio leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan berasal dari hutang atau ekuitas. Melaui struktur keuangan pada analisis sebelumnya, selanjutnya dapat dilakukan analisis rasio leverage. Rasio leverage yang digunakan pada analisis ini adalah DAR, DER dan LDER. Secara lebih rinci rasio leverage perusahaan pada periode sebelum dan setelah IPO dapat dilihat pada Gambar 7.

15

Gambar 7 Rasio leverage

Terlihat pada tabel rasio leverage, DAR dan DER menurun dari periode-periode sebelum IPO sampai pada periode-periode-periode-periode setelah IPO, hal ini dikarenakan pada periode sebelum IPO modal perusahaan lebih banyak didapat dari total hutang dibandingkan ekuitas maupun total aset karena perusahaan belum melakukan IPO. Sedangkan LDER cenderung menurun setelah dilakukannya IPO, hal ini dikarenakan setelah IPO jumlah ekuitas perusahaan meningkat.

Analisis Economic Value Added (EVA)

EVA dihitung dengan mengurangkan NOPAT dengan COC. NOPAT adalah laba operasi bersih setelah pajak. Ini merupakan laba setelah pajak yang akan dimiliki sebuah perusaahaan jika perusahaan tidak memiliki utang dan investasi pada aktiva non-operasi. Karena mengeluarkan efek dari keputusan-keputusan keuangan, angka ini merupakan pengukuran kinerja operasi yang lebih baik daripada laba bersih (Brigham, 2001). Perhitungan Laba Operasional Setelah pajak/ Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Laba operasional setelah pajak/ Net Operating Profit After Tax (NOPAT) 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sebelum IPO Setelah IPO

DAR DER LDER 0 500,000,000 1,000,000,000 1,500,000,000 2,000,000,000 2,500,000,000 3,000,000,000 3,500,000,000 4,000,000,000 4,500,000,000 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13

Sebelum IPO Setelah IPO ( x103 Rp)

EBIT Pajak NOPAT

16

Nilai NOPAT perusahaan secara umum meningkat disetiap tahunnya. Hal ini disebabkan laba sebelum pajak yang diperoleh perusahaan selalu meningkat. Nilai pajak yang digunakan adalah akun pajak kini pada laporan keuangan perusahaan.

Biaya modal/Cost of Capital (COC) merupakan perkalian antara biaya modal rata-rata tertimbang/Weighted Average Cost of Capital (WACC) dengan modal yang diinvestasikan/Invested Capital (IC). Berikut dapat dilihat perhitungan COC perusahaan pada Tabel 4.

Tabel 4 Perhitungan Cost Of Capital (COC)

Periode WACC ICa COCa

S ebe lum I P O 2003 0,055 5.154 285 2004 0,054 7.261 389 2005 0,058 8.321 482 2006 0,131 8.901 1.165 S etela h IPO 2007 0,071 12.282 871 2008 0,101 13.093 1.319 2009 0,106 12.645 1.341 2010 0,082 15.854 1.302 2011 0,088 17.663 1.557 2012 0,097 18.105 1.749 2013 0,069 23.446 1.609 Keterangan: a x109 Rp

WACC didapatkan dengan menjumlahkan biaya hutang dengan biaya ekuitas masing-masing tertimbang melalui proporsinya. Pada nilai dividen yang digunakan untuk menghitung biaya ekuitas sebelum IPO adalah nilai dividen keseluruhan sedangkan pada setelah IPO nilai yang digunakan adalah dividen persaham, hal ini dikarenakan keterbatasannya data yang tersedia. Modal yang diinvestasikan (IC) adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek. Secara umum, COC perusahaan meningkat setelah dilakukannya IPO, hal ini dikarenakan setelah IPO perusahaan mengurus lebih banyak aset yang dimiliki sehingga memerlukan biaya modal yang juga lebih besar. Pada periode sebelum IPO, terlihat tahun 2006 COC sudah terlihat signifikan meningkat. Ini disebabkan perusahaan melakukan persiapan untuk melakukan IPO pada tahun berikutnya yaitu tahun 2007, sehingga COC tahun 2006 sudah meningkat secara signifikan.

Perkembangan Economic Value Added (EVA) sesudah IPO mengalami peningkatan dibandingkan dengan EVA perusahaansebelum IPO. Meskipun COC meningkat secara signifikan setelah dilakukannya IPO, hal ini disertai dengan NOPAT perusahaan yang cenderung terus meningkat pada setiap tahunnya. Inilah yang menyebabkan EVA perusahaan tetap meningkat. Pergerakan EVA dapat dilihat secara lebih rinci pada Gambar 9.

17

Gambar 9 Pergerakan Economic Value Added (EVA)

Nilai EVA perusahaan cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2008 dan tahun 2013. Terlihat penurunan EVA pada tahun 2008, hal ini dikarenakan terjadinya krisis keuangan global pada tahun tersebut. Menanggapi dampak krisis keuangan global yaitu dengan menurunnya harga saham perusahaan (JSMR), pada periode 13 Oktober 2008 hingga 12 Januari 2009 perusahaan melakukan Program Pembelian Kembali Saham Perseroan (PKSP). Sedangkan, pada tahun 2013 EVA perusahaan menurun disebabkan laba yang menurun dibandingkan tahun 2012. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya Beban Usaha dari ruas tol yang baru beroperasi dan aktivitas konstruksi jalan tol baru. Sedangkan Pendapatan Tol dari ruas-ruas baru tersebut belum memberikan kontribusi yang optimal. Selain itu, penurunan laba tahun berjalan juga disebabkan oleh meningkatnya biaya-biaya akibat penyesuaian terhadap ketentuan Pemerintah untuk menggunakan BBM Non Subsidi dan pemenuhan ketentuan Upah Minimum Regional.

Analisis Pengaruh Strukur Modal terhadap EVA

Analisis regresi linier sederhana dilakukan pada selisih rasio DAR, DER, dan LDER yang didapat dari selisih rasio pada tahun setelah IPO terhadap rata-rata-rasio sebelum IPO (2003-2006) dilakukan secara parsial terhadap EVA. Regresi dilakukan secara parsial karena pada DAR, DER, dan LDER terdapat multikolinieritas. Komponen input ketiga rasio saling berhubungan, nilai ekuitas sebagai pembagi pada DER dan LDER merupakan komponen input yang sama, begitupun pada nilai aset sebagai pembagi pada DAR merukapan bagian gabungan dari nilai ekuitas yang sama ditambah dengan total hutang. Sehingga regresi lebih tepat jika dilakukan secara parsial. Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh rasio leverage (DAR, DER, dan LDER) yang tercipta setelah dilakukannya IPO. 0 500,000,000 1,000,000,000 1,500,000,000 2,000,000,000 2,500,000,000 3,000,000,000 3,500,000,000 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13

Sebelum IPO Setelah IPO ( x103 Rp)

NOPAT CC EVA

18

Selisih Debt to Assest Ratio (DAR) terhadap EVA

Sebelum melakukan regresi dilakukan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinieritas, dan uji autokorelasi. Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah residual mempunyai distribusi normal. Hasil uji normalitas menyatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas karena data menyebar disekitar garis diagonal. Uji heteroskedastisitas menyatakan bahwa data bersifat homogen dilihat dari grafik yang dihasilkan data menyebar dengan merata. Model regresi juga lolos uji multikolinieritas karena nilai tolerance dan VIF adalah sama dengan 1,000. Uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-Watson adalah 1,255 dimana hal ini menyatakan bahwa autokorelasi tidak dapat disimpulkan karena dL< d<dU yaitu 0,7 < 1,255 < 1,356 dimana ini berada pada daerah keragu-raguan dan tidak ada kesimpulan maka dilakukan uji selanjutnya yaitu Run test dimana hasil signifikansi adalah 0,431 artinya lolos uji autokorelasi karena signifikansi diatas 0,05.

Langkah pertama menginterpretasi model regresi dilihat melalui koefisien determinansi. Berikut output tabel Model Summary dari SPSS16 untuk menganalisis koefisien determinasi.

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .927a .859 .831 1.353E11

a. Predictors: (Constant), Selisih Debt to Assets Ratio b. Dependent Variable: Economic Value Added

Model Summary menunjukkan adjusted R2 sebesar 0,831, hal ini berarti 83,1% variasi kinerja keuangan (EVA) perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi selisih DAR. Sedangkan sisanya yaitu 16,9% dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Selanjutnya dalam menginterpretasi model regresi adalah melalui uji t yang dapat dilihat dari tabel coefficients. Berikut output tabel coefficients yang diperoleh.

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.759E12 3.582E11 7.701 .001

Selisih Debt to Assets

Ratio 1.038E13 1.877E12 .927 5.528 .003

a. Dependent Variable: Economic Value Added

Berdasarkan output diatas dapat dilihat bahwa variabel selisih DAR signifikan pada α = 5%, hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya jauh dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,003. Nilai signifikansi (0,003) < 0,05 sehingga Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa selisih DAR setelah IPO dengan rata-rata sebelum IPO berpengaruh signifikan terhadap EVA. Persamaan matematis yang diperoleh sebagai berikut

19 EVA = 2.759E12 + 1.038E13 sDAR ...(6) Koefisien regresi selisish DAR bernilai positif menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel independen lainnya, apabila selisih DAR mengalami peningkatan, maka EVA cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan persamaan matematis yang dihasilkan diatas, maka dapat dinyatakan bahwa peningkatan selisih DAR setelah IPO dengan rata-rata sebelum IPO sebesar 1 satuan akan mengakibatkan meningkatnya EVA sebesar 10,3 Triliun Rupiah.

Selisih Debt to Equity (DER) terhadap EVA

Hasil uji normalitas menyatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas karena data menyebar disekitar garis diagonal. Uji heteroskedastisitas menyatakan bahwa data bersifat homogen dilihat dari grafik yang dihasilkan data menyebar dengan merata. Model regresi juga lolos uji multikolinieritas karena nilai tolerance dan VIF adalah sama dengan 1,000. Uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-Watson adalah 1,256 dimana hal ini menyatakan bahwa autokorelasi tidak dapat disimpulkan karena dL< d<dU yaitu 0,7 < 1,198 < 1,356 dimana ini berada pada daerah keragu-raguan dan tidak ada kesimpulan maka dilakukan uji selanjutnya yaitu Run test dimana hasil signifikansi adalah 0,431 artinya lolos uji autokorelasi karena signifikansi diatas 0,05.

Langkah pertama menginterpretasi model regresi dilihat melalui koefisien determinansi. Berikut output tabel Model Summary dari SPSS16 untuk menganalisis koefisien determinasi.

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .917a .841 .809 1.441E11

a. Predictors: (Constant), Selisih Debt to Equity Ratio b. Dependent Variable: Economic Value Added

Model Summary menunjukkan adjusted R2 sebesar 0,809, hal ini berarti 80,9% variasi kinerja keuangan (EVA) perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi selisih DAR. Sedangkan sisanya yaitu 19,1% dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Selanjutnya dalam menginterpretasi model regresi adalah melalui uji t yang dapat dilihat dari tabel coefficients. Berikut output tabel coefficients yang diperoleh.

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.269E12 6.782E11 6.295 .001

Selisih Debt to Equity

Ratio 1.815E12 3.536E11 .917 5.134 .004

20

Berdasarkan output diatas dapat dilihat bahwa variabel selisih DER

signifikan pada α = 5%, hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi nya jauh dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,004. nilai signifikansi (0,004 ) < 0,05 sehingga Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa selisih DER setelah IPO dengan rata-rata sebelum IPO berpengaruh signifikan terhadap EVA. Persamaan matematis yang diperoleh sebagai berikut

EVA = 4.269E12 + 1.815E12 sDER ...(7) Koefisien regresi selisih DAR bernilai positif menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel independen lainnya, apabila selisih DAR mengalami peningkatan, maka EVA cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan persamaan matematis yang dihasilkan diatas, maka dapat dinyatakan bahwa peningkatan selisih DER setelah IPO dengan rata-rata sebelum IPO sebesar 1 satuan akan mengakibatkan meningkatnya EVA sebesar 1,8 Triliun Rupiah. Selisih Long Debt to Equity (LDER) terhadap EVA

Hasil uji normalitas menyatakan bahwa model regresi dikatan memenuhi asumsi normalitas karena data menyebar disekitar garis diagonal. Uji heteroskedastisitas menyatakan bahwa data bersifat homogen dilihat dari grafik yang dihasilkan data menyebar dengan merata. Model regresi juga lolos uji multikolinieritas karena nilai tolerance dan VIF adalah sama dengan 1,000. Uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-Watson adalah 0,605 dimana hal ini menyatakan bahwa autokorelasi tidak dapat disimpulkan karena dL< d<dU yaitu dimana kondisi ini berada pada daerah keragu-raguan dan tidak ada kesimpulan maka dilakukan uji selanjutnya yaitu Run test dimana hasil signifikansi adalah 0,102 artinya lolos uji autokorelasi karena signifikansi diatas 0,05.

Dalam menginterpretasi model regresi, langkah pertama dilihat melalui koefisien determinansi. Berikut output tabel Model Summary dari SPSS16 untuk menganalisis koefisien determinasi

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .120a .014 -.183 3.583E11

a. Predictors: (Constant), Selisih Long Debt to Equity Ratio b. Dependent Variable: Economic Value Added

Model Summary menunjukkan adjusted R2 sebesar -0,183, nilai adjusted R2 menjadi negatif dikarenakan R2 nya sangat kecil yaitu 0,014. Salah satu penyebab R2 kecil adalah sedikitnya data yang digunakan. Adjusted R2 yang negatif dianggap nol, atau variabel bebas sama sekali tidak mampu menjelaskan varian dari variabel respon (EVA). Selanjutnya dalam menginterpretasi model regresi adalah melalui uji t yang dapat dilihat dari tabel coefficients. Berikut output tabel coefficients yang diperoleh.

21 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.311E12 1.894E12 .692 .520

Selisih Long Debt to

Equity Ratio 2.919E11 1.077E12 .120 .271 .797

a. Dependent Variable: Economic Value Added

Berdasarkan output diatas dapat dilihat bahwa variabel selisih LDER tidak

signifikan pada α = 5%, hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,797. Nilai signifikansi (0,707 ) > 0,05 sehingga Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa selisih LDER setelah IPO dengan rata-rata sebelum IPO tidak berpengaruh signifikan terhadap EVA. Persamaan matematis yang diperoleh adalah

EVA = 1.311E12 + 1.894E11 sLDER ...(8) Berdasarkan persamaan matematis yang dihasilkan diatas, maka dapat dinyatakan bahwa peningkatan selisih LDER setelah IPO dengan rata-rata sebelum IPO sebesar 1 satuan akan mengakibatkan meningkatnya EVA sebesar 292 Miliar Rupiah.

Analisis Uji beda EVA

Uji beda dilakuan untuk mencari perbedaan antara dua kelompok data, dalam penelitian ini kelompok data dibedakan menjadi EVA sebelum IPO dan EVA setelah IPO. Uji beda ini dilakukan secara Independent sample t test terhadap EVA sebelum dan setelah melakukan IPO. Berikut output tabel Group Statistic dari SPSS16.

Group Statistics

Initial Public Offering N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Economic Value Added Sebelum IPO 4 2.59170E1 .721148 .360574

Setelah IPO 7 2.73234E1 .454483 .171778

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata (mean) EVA setelah IPO lebih besar dibandingkan EVA sebelum IPO. Selisih rata-rata EVA sebelum dan setelah IPO adalah sebesar 14.064E1. Dibawah ini output tabel Independent Sample Test.

22

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Economic Value Added Equal variances assumed 1.057 .331 -4.023 9 .003 -1.406429 .349571 -2.197214 -.615644 Equal variances not assumed -3.521 4.403 .021 -1.406429 .399401 -2.476449 -.336408

Output tabel Independent Sample Test menunjukkan signifikansi sebesar 0,331 yaitu diatas 0,5, artinya varian diasumsikan sama. Maka signifikansi 2-taled yang dilihat adalah pada baris equal variances assumed yaitu sebesar 0,003, nilai ini di bawah 0,05. T hitung yang digunakan merupakan t pada equal variances assumed yaitu sebesar -4,023. Sedangkan t tabel sebesar 2,262, nilai ini di dapat melalui olahan pasa microsoft exel dengan rumus =tinv(0,05;9). Oleh karena |t hitung| > t (4,023 > 2,262) tabel dan P value (0,03) < 0,05 maka dapat disimpulkan tolak H0 sehingga dinyatakan terdapat beda antara EVA sebelum dengan EVA setelah melakukan IPO.

Implikasi Manajerial

Pada penelitian ini dapat terlihat bagaimana struktur modal yang digunakan PT Jasa Marga Tbk dan bagaimana EVA tercipta. Nilai EVA yang tercipta setelah IPO meningkat dibandingkan nilai EVA yang telah didapat sebelum IPO. Hal ini dapat memberi gambaran untuk perusahaan bahwa memaksimalkan penciptaan nilai bagi perusahaan dengan memperhatikan struktur modalnya.

Nilai EVA dapat dijadikan landasan bagi perusahaan dalam mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan dalam penciptaan nilai. Dalam penelitian ini didapat nilai EVA perusahaan sesudah IPO mengalami peningkatan dibandingkan yang didapat sebelum IPO. Hal tersebut kedepannya dapat memberi masukan pada manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai untuk mempertahankan dan terus meningkatkan kinerja keuangan.

Pada analisis tren menunjukkan bahwa tren eva pada tiga tahun mendatang akan meningkat. Disamping itu, proporsi struktur modal menyatakan bahwa setiap tahun ekuitas perusahaan juga meningkat. Hal ini dapat memberikan masukan bahwa perusahan dapat meningkatkan penawaran saham kepada publik. Perusahaan juga perlu mempertahankan kepuasan para pemegang saham demi menjaga hubungan baik.

23 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap kinerja keuangan PT Jasa Marga Tbk, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Struktur struktur Modal perusahaan secara keseluruhan menunjukkan, jika dilihat struktur modal pada periode sebelum IPO proporsi hutang jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan presentase proporsi ekuitas. Namun proporsi struktur setelah IPO cenderung sebanding antara hutang jangka panjang dengan ekuitas. Rasio Leverage menunjukkan DAR dan DER menurun dari periode sebelum IPO sampai pada periode-periode setelah IPO Sedangkan LDER cenderung menurun setelah dilakukannya IPO.

2. Kinerja keuangan perusahaan pada periode setelah IPO lebih baik dibanding dengan periode sebelum IPO. Economic Value Added (EVA) menunjukkan nilai EVA perusahaan cenderung meningkat dimulai dari 68 miliar rupiah pada tahun 2003 dan 1 triliun rupiah pada tahun 2013. Meskipun COC meningkat secara signifikan setelah dilakukannya IPO, hal ini dibarengi dengan NOPAT perusahaan yang cenderung terus meningkat pada setiap tahunnya. Inilah yang menyebabkan EVA perusahaan tetap meningkat.

3. Secara keseluruhan ditinjau dari pengaruh struktur modal terhadap EVA, selisih rasio leverage yaitu DAR, DER, dan LDER menunjukkan pengaruh terhadap EVA perusahaan. Meskipun hanya LDER yang tidak menunjukkan signifikansi pengaruh terhadap EVA, akan tetapi jika dilihat keseluruhan rasio, DAR dan DER menunjukkan signifikansinya.

4. Pada analisis Uji beda EVA dapat disimpulkan terdapat beda antara EVA sebelum dengan EVA setelah melakukan IPO.

Saran

Berikut saran yang dikembangkan berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan PT Jasa Marga Tbk sebelum IPO (tahun 2004-2006) dan sesudah IPO (tahun 2008-2013):

1. Perusahaan harus mampu mempertahankan dan terus meningkatkan kinerja keuangannya karena keputusan manajemen untuk IPO merupakan langkah awal untuk memberikan kemajuan keuangan perusahaan.

2. Struktur modal yang dihasilkan sesudah IPO berpengaruh terhadap nilai EVA sehingga kedepannya hal tersebut dapat dijadikan referensi bagi kebijakan PT Jasa Marga Tbk di masa yang akan datang.

24

Dokumen terkait