• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari analisis tanah yaitu berupa logam Cu, Pb, dan B diperoleh hasil adalah sebagai berikut:

Tembaga (Cu)

Hasil analisis Cu tanah sebagaimana disajikan pada lampiran 1 menunjukkan bahwa kadar logam Cu dalam tanah pada kedalaman 0-5 cm dan 0-15 cm di semua lokasi menunjukkan hasil yang tergolong sangat rendah. Rataan parameter Cu beserta kriterianya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Parameter Logam Cu Tanah Pada Lokasi Penelitian (ppm)

Lokasi Desa Ketebalan Debu Kedalaman Tanah

…mm… 0-5 cm *) 0-15 cm *) Perteguhen (a) 0.5 9.54 SR 4.36 SR Perteguhen (b) 15 12.59 SR 11.39 SR Naman 1 Ttd - Ttd - Cimbang 1 Ttd - Ttd - Sukandebi 0.5 0.12 SR Ttd - Tiga Pancur 1 2.19 SR 0.39 SR

Sumber: Rosmarkam dan Yuwono, 2002. *) SR= Sangat Rendah, Ttd= Tidak terdeteksi

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa logam Cu pada kedalaman tanah 0-5 cm yang tertinggi berada di desa Perteguhan (b) yaitu sebesar 12.59 ppm,

begitu juga pada kedalaman tanah 0-15 cm nilai logam Cu yang tertinggi terdapat pada desa Perteguhen (b) yaitu sebesar 11.39 ppm. Nilai Logam Cu yang terendah pada kedalaman tanah 0-5 cm yaitu terdapat pada desa Sukandebi dengan nilai 0.12 ppm, dan pada kedalaman tanah 0-15 cm nilai logam Cu yang terendah

terdapat pada desa Tiga Pancur dengan nilai 0.39 ppm. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa nilai logam Cu semakin menurun dengan semakin dalamnya tanah yang diambil.

Timbal (Pb)

Hasil analisis Pb tanah sebagaimana disajikan pada lampiran 2, menunjukkan bahwa kadar logam Pb dalam tanah pada kedalaman 5 cm dan 0-15 cm di semua lokasi menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Rataan parameter Pb beserta kriterianya disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Kadar Logam Pb Tanah Pada Lokasi Penelitian (ppm)

Lokasi Desa Ketebalan Debu Kedalaman Tanah

…mm… 0-5 cm *) 0-15 cm *) Perteguhen (a) 0.5 59.6 A 54.61 A Perteguhen (b) 15 61.01 A 70.67 A Naman 1 52.34 A 53.07 A Cimbang 1 41.48 A 38.24 A Sukandebi 0.5 52.78 A 53.07 A Tiga Pancur 1 42.78 A 40.98 A

Sumber: Rosmarkam dan Yuwono, 2002.

*) A= Aman ( tidak melampaui dari ambang batas)

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa logam Pb pada kedalaman tanah 0-5 cm yang tertinggi berada di desa Perteguhan (b) yaitu sebesar 61.01 ppm.

Pada kedalaman tanah 0-15 cm nilai logam Pb yang tertinggi terdapat pada desa Perteguhen (b) yaitu sebesar 70.67 ppm. Nilai Logam Pb yang terendah pada

kedalaman tanah 0-5 cm yaitu terdapat pada desa Cimbang dengan nilai 41.46 ppm, dan pada kedalaman tanah 0-15 cm nilai logam Pb yang terendah

53.07 ppm. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa nilai logam Pb semakin menurun dengan semakin dalamnya tanah yang diambil pada beberapa desa yaitu di desa Perteguhen (a), desa Cimbang dan desa Tiga Pancur. Sementara pada desa lainnya nilai logam Pb semakin tinggi dengan semakin dalamnya kedalaman tanah yang diambil.

Boron (B)

Hasil analisis B tanah sebagaimana disajikan pada lampiran 3 menunjukkan bahwa kadar logam B dalam tanah pada kedalaman 0-5 cm dan 0-15 cm di semua lokasi menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Rataan parameter B beserta kriterianya disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Analisis Parameter Logam B Tanah Pada Lokasi Penelitian (ppm).

Lokasi Desa Ketebalan Debu Kedalaman Tanah

…mm… 0-5 cm *) 0-15 cm *) Perteguhen (a) 0.5 7.14 ST 8.29 ST Perteguhen (b) 15 4.28 T 8.43 ST Naman 1 2.57 S 5.42 T Cimbang 1 10.73 ST 8.00 ST Sukandebi 0.5 5.57 T 7.57 ST Tiga Pancur 1 7.28 ST 7.00 ST

Sumber: Rosmarkam dan Yuwono, 2002.

*) ST= Sangat Tinggi *) T = Tinggi *) S= Sedang

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa logam B pada kedalaman tanah 0-5 cm yang tertinggi berada di desa Cimbang yaitu sebesar 10.73 ppm. Pada

kedalaman tanah 0-15 cm nilai logam B yang tertinggi terdapat pada desa Perteguhen (b) yaitu sebesar 8.43 ppm. Nilai Logam B yang terendah pada kedalaman tanah 0-5 cm yaitu terdapat pada desa Naman dengan nilai 2.57 ppm, dan pada kedalaman tanah 0-15 cm nilai logam B yang terendah terdapat pada

desa Naman juga dengan nilai 5.42 ppm. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa nilai logam B semakin menurun dengan semakin dalamnya tanah yang diambil pada beberapa desa yaitu di desa Cimbang dan desa Tiga Pancur. Tetapi pada desa lainnya nilai logam B semakin banyak dengan semakin dalamnya kedalaman tanah yang diambil.

Pembahasan

Pasca 30 hari letusan Gunung Sinabung kadar Cu akibat debu vulkanik pada tanah di kabupaten karo memiliki kriteria sangat rendah berdasarkan literatur Rosmarkam dan Yuwono (2002). Hal ini menunjukkan bahwa kadar Cu dalam tanah tersebut tidak membahayakan jika diolah untuk penggunaan lahan pertanian dimana Cu masih diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dalam jumlah yang sedikit, dimana Cu diperlukan untuk metabolisme karbohidrat dan nitrogen menurut wikipedia (2011).

Pasca 30 hari setelah letusan Gunung Sinabung mengeluarkan debu vulkanik yang tersisa di permukaan tanah dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai logam Cu semakin menurun dengan semakin dalamnya tanah yang diambil di semua desa. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kadar Cu di dalam tanah sangat rendah, hal ini baik karena tidak bersifat meracun karena tanaman hanya membutuhkan sedikit logam Cu saja, hal ini sesuai dengan literatur Plaster (1992) yang menyatakan bahwa unsur tembaga diserap oleh akar tanaman dalam bentuk Cu2+ dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan beberapa dalam proses oksidasi, reduksi dan pembentukan enzim.

Setelah 30 hari letusan Gunung Sinabung hasil analisis logam Pb semakin menurun dengan semakin dalamnya tanah yang diambil pada beberapa desa yaitu

di desa Perteguhen (a), desa Cimbang dan desa Tiga Pancur. Sementara pada desa lainnya nilai logam Pb semakin tinggi dengan semakin dalamnya kedalaman tanah yang diambil. Hal ini dikarenakan di desa Perteguhan a lapisan debu vulkanik yang dijumpai sangat tipis dibanding dengan desa yang lainnnya. Dalam hal ini kandungan debu yang tebal dianggap menjadi factor sebagai pemasuk Pb kedalam tanah. Dengan kata lain semakin tebal debu pada lokasi penelitian akan menambah jumlah Pb kedalam tanah.

Rataan kadar logam berat Pb akibat debu vulkanik pada tanah di kabupaten Karo masih dalam kisaran aman yang tidak melebihi ambang batas yang tidak membahayakan yaitu dalam kisaran 0-200 ppm hal ini didukung oleh pernyataan Nriagu (1978) yang menyatakan kandungan Pb total pada pertanian berkisar antara 2-200 ppm dan pernyataan Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang di buat dalam tabel kisaran logam berat sebagai pencemaran dalam tanah dan tanaman. Dimana kandungan Pb ini masih dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit, seperti yang dikemukakan Alloway (1995).

Berdasarkan hasil analisis Boron setelah 30 hari letusan gunung sinabung menunjukkan nilai rataan yang tinggi dan sangat tinggi tetapi kisaran ini masih berada pada ambang batas yang tidak membahayakan yaitu 2-100 ppm yang didukung oleh pernyataan Rosmarkam dan Yuwono (2002). Menurut Rioardi (2009) Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5% dari kadar total boron dalam tanah yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Kadar boron dalam tanah tidak dipengaruhi oleh ketebalan debu vulkanik, kandungan B ini memang sudah tinggi dalam tanah oleh karena itu sebaiknya penggunaan pupuk

yang mengandung boron dihindarkan agar kandungannya tidak bertambah banyak dan melebihi ambang batas yang membahayakan.

Dari hasil analisis B setelah 30 hari letusan Gunung Sinabung menunjukkan nilai yang semakin menurun dengan semakin dalamnya tanah yang diambil pada beberapa desa yaitu di desa Cimbang dan desa Tiga Pancur. Tetapi pada desa lainnya nilai logam B semakin banyak dengan semakin dalamnya kedalaman tanah yang diambil seperti yang dikemukakan oleh Rosmarkam dan Yuwono (2002) pada tanah yang kadar bahan organiknya tinggi umumnya kadar boronya juga tinggi. Sedangkan, pada tanah kapur yang kaya Ca dapat mengurangi ketersediaan B pada tanah. Walaupun demikian, masih cukup menyediakan boron untuk tanaman. Bila boron terlalu cukup tinggi, sebagian akan diubah menjadi tidak tersedia sementara karena kelarutannya terhambat oleh Ca, sehingga tanaman tidak mengalami keracunan boron

Dokumen terkait