• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan melalui pemeriksaan USG terhadap kelainan-kelainan pada organ urinaria kucing (Felis catus) antara lain 12 kasus pada ginjal yaitu 6 kasus nefritis dan 6 kasus hidronefrosis serta 15 kasus pada vesika urinaria yaitu 6 kasus penebalan dinding vesika urinaria, 1 kasus cystitis kronis, 7 kasus pengendapan partikel kristal dan 1 kasus urolithiasis. Data lengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1 Hasil pengamatan kelainan organ ginjal yang didiagnosa dengan USG Kasus Signalement Interpretasi USG Diagnosa USG

1 Mobi/jantan/2thn Penebalan korteks Nefritis 2 Putih/betina/6thn Dilatasi pelvis

renalis dan medula (anechoic)

Hidronefrosis

3 Howie/3bln Penebalan korteks (hyperechoic)

Nefritis

4 Dame/betina Pelvis renalis dan medula meluas (anechoic)

Hidronefrosis

5 Davinci/jantan Pelvis renalis dan medula meluas (anechoic)

Hidronefrosis

6 Simba/jantan Penebalan korteks

(hyperechoic)

Nefritis 7 Grudi/jantan Penebalan korteks

(hyperechoic)

Nefritis 8 Jakson/jantan Pelvis renalis dan

medula meluas (anechoic)

Hidronefrosis

9 Jaboh/jantan Penebalan korteks Nefritis 10 Syoga/jantan Pelvis renalis dan

medula meluas (anechoic)

Hidronefrosis

11 Putu Eka/jantan Penebalan korteks Nefritis 12 Kitty/betina/15thn Pelvis renalis dan

medula meluas (anechoic)

Kasus Nefritis

Pada kasus 1; 3; 6; 7; 9 dan 11 (tabel 1) melalui pemeriksaan USG ginjal dengan transducer arah sagital (searah sumbu tubuh), memperlihatkan adanya penebalan korteks renalis dan kapsula renalis terlihat lebih echogenic. Selain itu juga terlihat gambaran batas korteks dan medula yang tidak jelas dan bentuk yang tidak beraturan. Penebalan korteks renalis dan kapsula renalis yang terlihat

hyperechoic, menunjukkan adanya echogenisitas tinggi berupa kumpulan jaringan

ikat (fibrosis) dan ditambah dengan kehadiran sel-sel debris peradangan (gambar 12 A). Menurut Widmer et al. (2004), peningkatan echogenisitas dapat disebabkan oleh akumulasi dari kristal oksalat dan nekrosa tubular.

Pada kasus 3 (gambar 12 A), berdasarkan hasil sonogram menunjukkan di bagian ventral dari ginjal terlihat struktur anechogenic. Hal tersebut merupakan keadaan patologis yang disebut ascites atau peritoneum efusi. Salah satu penyebab ascites adalah adanya kerusakan dari glomerulus yang akan berpengaruh pada ginjal sehingga menyebabkan terlepasnya protein dalam urin (proteinuria) yang dikenal sebagai protein-losing nephropathies (Carlton & McGavin 1995). Ascites dapat juga disebabkan oleh infiltrasi dari sel-sel radang pada ginjal.

Gambar 12 Sonogram kasus nefritis dengan arah transducer sagital.

(A) Sonogram kasus 3 yaitu kasus nefritis. (a) menunjukkan medula renalis tidak terlihat jelas, (b) menunjukkan penebalan korteks renalis, (c) menunjukkan kapsula renalis hyperechoic dan (d) menunjukkan ascites atau peritoneum efusi.

Bar (garis putih) = 1 cm.

(B) Sonogram kasus 1 yaitu kasus nefritis. (a) menunjukkan medula renalis mengecil dan (b) menunjukkan penebalan korteks renalis. Bar (garis putih) = 1 cm.

A B

c

d b

a

Melalui hasil pemeriksaan USG didapatkan penegakkan diagnosa yang diarahkan pada nefritis. Hasil sonogram 12 (A) menunjukkan adanya penebalan korteks renalis dan kapsula renalis terlihat hyperechoic. Adanya penebalan korteks renalis disertai dengan kapsula renalis yang terlihat lebih hyperechoic terjadi karena adanya sel-sel radang yang menerima sinyal adanya infeksi dan kemudian berkembang membentuk jaringan ikat atau fibrosis yang tebal. Proses peradangan ditandai dengan terjadinya panca radang yang meliputi dolor (rasa nyeri), kalor (suhu tinggi), rubor (kemerahan), tumor (bengkak) dan fungsiolesa (gangguan fungsi lokal) (Slausan 1990). Gambar 12 (A) memperlihatkan ginjal kehilangan struktur normalnya dimana terjadi penebalan korteks dengan area

hyperechoic dan medula terlihat mengecil. Kasus nefritis juga terlihat pada

gambar 12 (B), dari hasil sonogram terlihat adanya penebalan korteks renalis namun kapsula renalis tidak terlihat echogenic seperti pada gambar 12 (A). Hal ini kemungkinan disebabkan nefritis yang terjadi masih dalam tahap awal atau akut.

Nefritis adalah peradangan ginjal yang dapat terjadi di glomerulus, pyelum ataupun tubulus. Bakteri-bakteri yang umumnya menyebabkan terjadinya infeksi saluran urinaria pada anjing dan kucing ialah Escherichia coli, Staphylococcus,

Streptococcus, Klebsiela pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Proteus dan

Enterobacter (Birchard & Sherding 2000). Selain disebabkan oleh bakteri,

nefritis juga disebabkan oleh virus. Jenis virus yang menyebabkan nefritis pada kucing ialah Feline leukemia virus. Kerusakan primer tubuli yang disebabkan oleh disfungsi glomerulus dapat menyebabkan perubahan pada ginjal atau yang disebut juga tubulointerstisial nefritis. Sedangkan disfungsi glomerulus yang menyebabkan perubahan pada ginjal dikenal sebagai glomerulonefritis (Carlton & McGavin 1995).

Nefritis dapat terjadi dalam bentuk akut, subakut dan kronis yang keseluruhannya berhubungan dengan infiltrasi lymphoplasmacytic. Nefritis kronis berhubungan dengan fibrosis ginjal (Carlton & McGavin 1995). Kasus nefritis biasanya disertai dengan gejala klinis berupa muntah, diare, nafsu makan berkurang, berat badan turun, ascites dan edema (Birchard & Sherding 2000).

Kasus Hidronefrosis

Pada kasus 2; 4; 5; 8; 10 dan 12 (tabel 1) melalui pemeriksaan USG menggunakan transducer dengan arah sagital atau searah sumbu tubuh, terlihat adanya struktur anechoic yang berwarna hitam. Struktur anechogenic yang terbentuk merupakan cairan yang mengisi ruangan pelvis renalis dan medula sehingga pelvis renalis terlihat menggelembung. Pada sonogram gambar 13 (A) dan (B) terlihat sruktur normal echo yang kuat dari lemak pelvis renalis dan jaringan ikat hilang secara keseluruhan akibat adanya akumulasi cairan yang mengisi ruangan pelvis renalis.

Gambar 13 Sonogram kasus hidronefrosis dengan arah transducer sagital.

(A) Sonogram kasus 2 yaitu kasus hidronefrosis. (a) menunjukkan atropi korteks renalis, (b) menunjukkan dilatasi pelvis renalis dan medula renalis dengan area anechoic serta (c) menunjukkan

distal acoustic enhancement. Bar (garis putih) = 1 cm.

(B) Sonogram kasus 10 yaitu kasus hidronefrosis. (a) menunjukkan medula renalis yang meluas, (b) menunjukkan atropi korteks renalis, (c) dilatasi ruangan pelvis renalis yang berisi cairan

anechoic dan (d) menunjukkan distal acoustic enhancement.

Bar (garis putih) = 1 cm.

Melalui hasil pemeriksaan USG didapatkan penegakkan diagnosa yang diarahkan pada hidronefrosis, ditunjukkan oleh adanya ruangan pelvis renalis yang menggelembung dan berisi cairan anechoic yang terlihat jelas. Parenkim yang mengelilingi daerah pelvis renalis menjadi tertekan dan kehilangan struktur normalnya dimana strukturnya menjadi tidak beraturan. Dari gambar 13 (A) dan (B) terlihat ginjal sebagai sebuah kantung yang berisi cairan dengan lapisan kulit tipis yang mengelilinginya. Hidronefrosis menyebabkan terbentuknya daerah sentral simetris anechoic yang meluas ke dalam diverticula menggantikan sinus

A B

b

c

c

d

a

b

a

renalis yang secara normal hyperechoic (Nyland et al. 2002). Kasus hidronefrosis disertai dengan gejala klinis antara lain hematuria, dysuria, stranguria, diare dan letargi (Birchard & Sherding 2000).

Pada hasil sonogram menunjukkan adanya distal acoustic enhancement terlihat jelas yang mengakibatkan dinding terjauh dari sinus renalis terlihat terang.

Distal acoustic enhancement terjadi karena gelombang suara diteruskan tanpa

mengalami impedansi ketika melalui cairan. Oleh karena itu, ditemukan area terang (hyperechoic) yang berada di bagian bawah cairan. Artefak ini sangat berguna untuk konfirmasi organ-organ berbentuk kantung dan berisi cairan (Barr 1990).

Menurut Kamonrat (2007), pelvis renalis yang normal terlihat dari arah dorsal sebagai area echogenic, berhubungan dengan jaringan penghubung yang menyusun dinding pelvis renalis. Widmer et al. (2004) menyatakan bahwa kasus hidronefrosis yang ringan sampai sedang paling mudah ditemukan dengan arah transversal atau potongan melintang dimana rongga dari pelvis renalis terlihat sebagai bentuk hati atau bulan sabit. Dari arah dorsal pelvis renalis terlihat linier sampai oval tergantung derajat dilatasinya. Kasus yang ringan dari hidronefrosis sulit untuk divisualisasikan karena distensi pelvis renalis yang terlalu minim. Jika benar diagnosa hidronefrosis, acoustic enhancement bagian distal akan terlihat jelas yang mengakibatkan dinding terjauh dari sinus renalis terlihat terang.

Hidronefrosis adalah dilatasi dari pelvis renalis yang disebabkan oleh obstruksi ureter. Ginjal yang mengalami hidronefrosis dapat diidentifikasi jika terjadi dilatasi pelvis renalis lebih dari 3 mm (Widmer et al. 2004). Peningkatan dilatasi pelvis renalis dan atropi parenkim ginjal tergantung dari derajat atau tahapan penyakit tersebut (Green 1997). Menurut Carlton dan McGavin (1995), kejadian hidronefrosis berhubungan dengan peningkatan tekanan pelvis renalis, dilatasi pelvis renalis dan perkembangan dari atropi parenkim ginjal. Penyebab umum terjadinya hidronefrosis adalah penyumbatan ureteral akibat adanya kalkuli saluran urinaria, inflamasi kronis dan neoplasia ureter atau vesika urinaria. Green (1997) menyatakan bahwa hidronefrosis dapat terjadi secara unilateral atau bilateral tergantung dari penyebab dan peningkatan obstruksi. Hidronefrosis yang sedang dan berat dapat didiagnosa dengan mudah menggunakan USG.

Tabel 2 Hasil pengamatan kelainan organ vesika urinaria yang didiagnosa dengan USG

Kasus Signalement Interpretasi USG Diagnosa USG 1 Mobi/jantan/2thn Adanya partikel

sedimen (hyperechoic) Pengendapan partikel kristal 2 3 Piglet/jantan Piglet/jantan Adanya partikel sedimen (hyperechoic) Penebalan dinding (hyperechoic) Pengendapan partikel kristal Kemungkinan: cystitis, neoplasia, hipertropi 4 Louis/jantan/2thn Penebalan dinding

(hyperechoic)

Kemungkinan: cystitis, neoplasia, hipertropi 5 Zidane/jantan Penebalan dinding

(hyperechoic)

Kemungkinan: cystitis, neoplasia, hipertropi 6 Chiko/jantan Terdapat kalkuli

(hyperechoic) Urolithiasis 7 8 Lontong/jantan Lontong/jantan Adanya partikel sedimen (hyperechoic) Penebalan dinding (hyperechoic) Pengendapan partikel kristal Kemungkinan: cystitis, neoplasia, hipertropi 9 Gerry/jantan/5thn Perkejuan (hyperechoic) Cystitis kronis 10 Grudi/jantan Adanya partikel

sedimen (hyperechoic)

Pengendapan partikel kristal

11 Jakson/jantan Penebalan dinding (hyperechoic)

Kemungkinan: cystitis, neoplasia, hipertropi 12 Syoga/jantan Adanya partikel

sedimen (hyperechoic) Pengendapan partikel kristal 13 14 Putu Eka/jantan Putu Eka/jantan Adanya partikel sedimen (hyperechoic) Penebalan dinding (hyperechoic) Pengendapan partikel kristal Kemungkinan: cystitis, neoplasia, hipertropi 15 Ucil/jantan/3thn Adanya partikel

sedimen (hyperechoic)

Pengendapan partikel kristal

Kasus Penebalan Dinding Vesika Urinaria

Pada kasus 3; 4; 5; 8; 11; dan 14 (tabel 2) melalui pemeriksaan USG yang dilakukan dengan menggunakan transducer arah transversal atau berlawanan arah sumbu tubuh menunjukkan adanya penebalan dinding vesika urinaria. Berdasarkan pemeriksaan USG yang telah dilakukan terhadap kucing jantan bernama piglet menunjukkan adanya penebalan dinding vesika urinaria sekitar 1,5 cm yang ditunjukkan oleh (a) pada gambar 14 di bawah ini.

Gambar 14 Sonogram kasus penebalan dinding vesika urinaria dengan arah

transducer transversal. Sonogram kasus 3 memperlihatkan

penebalan dinding vesika urinaria yang ditunjukkan oleh (a) dan (b) menunjukkan lumen vesika urinaria dengan area anechoic. Bar (garis putih) = 1 cm.

Pada sonogram gambar 14 terlihat area putih hyperechoic yang melingkari dinding vesika urinaria dengan batas yang cukup jelas. Ketebalan normal dinding vesika urinaria ialah 1-2 mm (Lamb 1995). Hasil gambar sonogram menunjukkan dinding vesika urinaria kehilangan struktur normalnya dan mengalami penebalan yang kemungkinan dapat disebabkan oleh peradangan cystitis, hipertropi dari lapisan muscular vesika urinaria dan neoplasia yang disebabkan oleh transitional

cell carcinoma atau malignant epithelial tumor, sehingga untuk memastikannya

diperlukan anamnese yang lengkap, gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium atau biopsi jaringan jika diperlukan.

Cystitis adalah peradangan dinding vesika urinaria yang dapat dikenali sebagai penebalan merata pada dinding vesika urinaria (Widmer et al. 2004). Penyakit cystitis ini ditandai dengan gejala klinis antara lain hematuria, dysuria, stranguria dan pollakiuria (Hostutler et al. 2005). Hematuria yang terjadi dapat

a

b

disebabkan oleh adanya blood clot yang ada di dalam lumen vesika urinaria. Widmer et al. (2004) menyatakan bahwa blood clot yang berada di dalam vesika urinaria bersifat mobile dan echogenic serta tidak menyebabkan acoustic

shadowing.

Cystitis merupakan hasil dari beberapa kausa kimiawi. Metabolit aktif dari

cyclophosphamide, obat untuk pengobatan neoplasia dan penyakit autoimun pada

anjing dan kucing dapat menyebabkan cystitis hemorrhagi steril. Pada umumnya cystitis berhubungan dengan infeksi bakterial di mukosa vesika urinaria. Jenis-jenis bakteri yang umum berkaitan dengan cystitis ialah Escherichia coli,

Corynobacterium renale, Klebsiella sp., Streptococci sp., dan Staphylococci sp.

(Carlton & McGavin 1995). Menurut Birchard dan Sherding (2000), cystitis juga merupakan hasil dari infeksi khamir dan kapang (Candida albicans dan

Blastomyces) serta infeksi parasit (Capillaria plica dan Capillaria feliscati).

Hipertropi lapisan muscular vesika urinaria dapat terjadi karena kompensasi dari vesika urinaria melawan obstruksi partial pada uretra untuk mengeluarkan urin. Menurut Cheville (1999), pada keadaan hipertropi terjadi peningkatan ukuran jaringan atau organ tanpa disertai peningkatan jumlah sel sebagai kompensasi akibat meningkatnya aktivitas kerja otot atau stimulasi endokrin.

Pada kasus 4 (tabel 2) melalui pemeriksaan USG dengan transducer arah transversal terlihat adanya bentukan massa intraluminal yang sedikit membulat di bagian tengah dari lumen vesika urinaria (gambar 15 A). Bentukan massa berupa area hyperechogenic-hypoechogenic (mixed-echogenic) berkontak dengan dinding vesika urinaria dan memiliki garis batas yang halus serta tidak begitu jelas dan terlihat irreguler. Pada kasus 5 (tabel 2) berdasarkan pemeriksaan USG juga memperlihatkan adanya bentukan massa mixed-echogenic di bagian tepi dari lumen vesika urinaria (gambar 15 B). Pada gambar 15 (A) dan (B) terlihat area kecil yang berisi urin anechoic dalam jumlah sedikit yang berada disekitar massa

Gambar 15 Sonogram kasus penebalan dinding vesika urinaria yang disebabkan oleh neoplasia dengan arah transducer transversal.

(A) Gambaran sonogram kasus 4, (a) menunjukkan bentukan massa

hyperechoic-hypoechoic, (b) menunjukkan dinding vesika

urinaria yang menebal dan (c) menunjukkan lumen vesika urinaria dengan area anechoic. Bar (garis putih) = 1 cm.

(B) Gambaran sonogram kasus 5, (a) menunjukkan bentukan massa

hyperechoic-hypoechoic, (b) menunjukkan dinding vesika

urinaria yang menebal, (c) menunjukkan lumen vesika urinaria dengan area anechoic dan (d) menunjukkan distal acoustic

enhancement. Bar (garis putih) = 1 cm.

Pemeriksaan USG yang telah dilakukan terhadap kucing jantan yang bernama zidane dan louis dengan transducer arah transversal memberikan diagnosa yang mengarah pada penebalan dinding vesika urinaria yang kemungkinan disebabkan oleh neoplasia saluran urinaria bagian bawah. Hal ini ditandai dengan adanya bentukan massa mixed echogenic intraluminal yang menempel pada dinding vesika urinaria. Menurut Widmer et al. (2004), echo tekstur dari bentukan massa dapat berubah-ubah dan tidak mungkin untuk menentukan tipe sel tumor menggunakan USG. Biopsi dapat digunakan untuk mendiagnosa neoplasia vesika urinaria kucing dalam berbagai umur (Walter et al. 1993; Widmer et al. 2004).

Tanda (a) pada gambar 15 menunjukkan massa yang merupakan campuran dari area echogenisitas (mixed echogenic), dengan area hyperechoic yang menggambarkan fibrosis atau kalsifikasi dan area hypoechoic yang menggambarkan nekrosis atau hemorragi (Barr 1990). Pada sonogram gambar 15 (B) memperlihatkan adanya distal acoustic enhancement dengan area

hyperechoic. Menurut Barr (1990), neoplasia pada kucing dan anjing sering tidak

A B

a

a

c

c

d

b

b

terdiagnosa hingga mencapai stadium yang berat. Heng et al. (2006) menyatakan bahwa gejala klinis neoplasia lebih dipengaruhi oleh lokasi daripada ukuran dari tumor tersebut.

Neoplasia saluran urinaria bagian bawah predominant terjadi di dalam vesika urinaria dan terlihat paling sering pada anjing, kadang-kadang pada kucing dan jarang terjadi pada spesies lain. Neoplasia terjadi pada hewan tua dan tidak ada predisposisi jenis kelamin (Carlton & McGavin 1995). Epitelial tumor merupakan neoplasia yang paling utama dengan presentase lebih tinggi 80% dibandingkan dengan mesenchymal tumor hanya 20%. Epitelial neoplasia diklasifikasikan sebagai transitional cell papillomas, transitional cell carcinomas,

adenocarcinomas dan undifferentiated carcinomas (Jubb et al. 1993).

Transitional cell carcinomas merupakan tumor vesika urinaria primer pada

kucing dan anjing (Leveille et al. 1992; Jubb et al. 1993). Tumor ini sering berlokasi pada trigone atau leher vesika urinaria dan terdiri dari massa pedunkula atau massa yang menempel ke arah lumen. Pada hasil gambaran USG transitional

cell carcinomas terlihat sebagai massa intraluminal vesika urinaria yang tunggal

atau multiple dengan echogenisitas yang kompleks (mixed-echogenic) (Heng et al. 2006). Epitelial tumor lain yang sering terjadi pada vesika urinaria ialah squamous

cell carcinoma (Susaneck 1993). Rhabdomyosarcoma juga dilaporkan ditemukan

di dalam vesika urinaria (Leveille et al. 1992). Tumor yang agresif pada vesika urinaria bersifat invasif dapat mempengaruhi semua lapisan vesika urinaria (Widmer et al. 2004). Tumor saluran urinaria bagian bawah mengisi lumen dan sering menyebabkan ulcerasi mukosa, sehingga menghasilkan gejala klinis dysuria dan hematuria (Carlton & McGavin 1995). Hewan yang menderita penyakit neoplasia tahap awal tidak menunjukkan banyak gejala klinis (Birchard & Sherding 2000).

Kasus Cystitis Kronis

Pada kasus 9 (tabel 2) melalui pemeriksaan USG yang dilakukan dengan menggunakan transducer arah transversal menunjukkan adanya pembentukan jaringan ikat dan kumpulan bentukan fibrin di dalam lumen vesika urinaria yang terlihat sebagai area hyperechoic (gambar 16). Hasil sonogram yang ditunjukkan

pada gambar 16 memperlihatkan vesika urinaria mengalami perkejuan sehingga struktur normal lumen vesika urinaria yang berisi urin dengan area anechoic berubah menjadi hyperechoic. Dinding vesika urinarianya pun kehilangan struktur normalnya menjadi tidak beraturan (irregular). Terbentuknya struktur jaringan ikat dan bentukan fibrin kemungkinan disebabkan oleh akumulasi sel-sel radang yang saling beradhesi yang mengakibatkan eksudat meningkat dan tertimbun di dalam lumen vesika urinaria.

Berdasarkan hasil pemeriksaan USG yang telah dilakukan terhadap kucing jantan bernama gerry didapatkan penegakan diagnosa yang diarahkan pada cystitis kronis. Pencitraan cystitis kronis dapat dilihat pada kasus 9 (tabel 2) yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Gambar 16 Sonogram kasus cystitis kronis dengan arah transducer transversal. Gambaran sonogram kasus 9 yaitu vesika urinaria mengalami perkejuan yang memperlihatkan adanya jaringan ikat dan bentukan fibrin di dalam lumen vesika urinaria ditunjukkan oleh (a) dan (b) menunjukkan lumen vesika urinaria dengan area anechoic. Bar (garis putih) = 1 cm.

Cystitis dibagi ke dalam bentuk akut dan kronis tetapi terdapat kesamaan pada kausa dan lesinya (Jubb et al. 1993). Cystitis merupakan hasil dari beberapa kausa kimiawi dan infeksi bakteri pada mukosa vesika urinaria (Carlton & McGavin 1995). Selain itu, cystitis juga merupakan hasil dari infeksi khamir, kapang serta parasit (Birchard & Sherding 2000). Cystitis kronis dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Pada cystitis yang kronis dapat terlihat penebalan cranioventral pada dinding vesika urinaria (Carlton & McGavin 1995). Mukosa vesika urinaria menjadi memerah secara irregular dan mengalami penebalan

a

(Jubb et al. 1993). Bentuk cystitis kronis yang umum terjadi ialah cystittis kronis

polypoid (Carlton & McGavin 1995). Cystitis polypoid dapat diidentifikasi dari

penebalan dinding berupa penonjolan polip pada mukosa dengan dasar sempit yang berjumlah banyak ke arah lumen vesika urinaria (Widmer et al. 2004).

Cystitis kronis dapat menyebabkan terjadinya intermitan hematuria. Mukosa vesika urinaria berisi bentukan massa nodular yang single atau multiple yang tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan infiltrasi netrofil serta leukosit mononuklear (Jubb et al. 1993). Pada gambar 16 terlihat adanya suatu bentukan polip yang memenuhi hampir keseluruhan lumen vesika urinaria sehingga struktur normal dari vesika urinaria tidak tampak jelas lagi. Biopsi diperlukan untuk membedakan cystitis kronis polypoid dengan neoplasia (Carlton & McGavin 1995).

Kasus Pengendapan Partikel Kristal Vesika Urinaria

Pada kasus 1; 2; 7; 10; 12; 13 dan 15 (tabel 2) melalui pemeriksaan USG dengan menggunakan transducer arah transversal yang telah dilakukan terhadap kucing jantan bernama piglet, lontong, grudi, syoga, putu eka dan ucil terlihat adanya bentukan sedimen di dalam lumen vesika urinaria (gambar 17 A dan B).

Gambar 17 Sonogram kasus pengendapan partikel kristal dengan arah transducer transversal.

(A) Sonogram kasus 2 memperlihatkan adanya sedimen yang ditunjukkan oleh (a), lumen vesika urinaria ditunjukkan oleh (b) dan acoustic shadowing ditunjukkan oleh (c).

Bar (garis putih) = 1 cm.

(B) Sonogram kasus 12 memperlihatkan adanya lumen vesika urinaria ditunjukkan oleh (a), (b) menunjukkan adanya edema yang terlihat anechoic. (c) menunjukkan sedimen hyperechoic dan terbentuknya acoustic shadowing ditunjukkan oleh (d). Bar (garis putih) = 1 cm. A B

a

c

c

d

b

a

b

Bentukan sedimen pada sonogram gambar 17 (A) dan (B) terlihat berupa bentukan massa bersifat hyperechoic (echo yang terang) yang terletak di dalam lumen vesika urinaria. Struktur hyperechoic yang terbentuk menunjukkan

highly-reflective interface. Area anechoic di sekitar sedimen merupakan urin yang

normal terdapat di dalam vesika urinaria.

Berdasarkan hasil sonogram, sedimen yang didapatkan di dalam vesika urinaria didiagnosa sebagai partikel-partikel kristal. Hasil yang didapat belum mengarah ke pembentukan batu atau kalkuli di dalam vesika urinaria (urolith), akan tetapi lebih ke arah pembentukan sedimen yang berupa partikel-partikel kristal dalam jumlah banyak yang mengendap. Hal ini dibuktikan saat dilakukan penekanan dengan transducer partikel-partikel kristal tersebut melayang di dalam lumen vesika urinaria tapi kemudian segera mengendap. Jika partikel-partikel kristal ini terus mengendap dalam waktu yang lama maka nantinya akan mengarah ke pembentukan urolith. Sedimen dalam vesika urinaria dapat dengan mudah dideteksi dengan menggunakan USG. Pengendapan sedimen kristal juga dapat dilihat pada gambar 17 (B) yang ditunjukkan oleh (c). Pada sonogram gambar 17 (B) disertai dengan terbentuknya edema berupa area anechoic yang ditunjukkan oleh (b) yang kemungkinan dapat disebabkan oleh infiltrasi dari sel-sel radang. Menurut Slausan (1990), edema radang terjadi karena endotel kapiler meregang (vasodilatasi) sehingga timbul rongga yang memungkinkan protein plasma darah lolos keluar menggenangi jaringan perivaskular setempat. Edema yang terbentuk berlokasi diantara lapisan dinding vesika urinaria (intramural) yaitu di daerah submukosa.

Adanya sedimen partikel kristal yang terlihat sebagai bentuk atau garis

echogenic yang kuat menyebabkan timbulnya acoustic shadowing yang

ditunjukkan pada hasil sonogram gambar 17 (A) dan (B). Acoustic shadowing terbentuk karena sedimen (kalkuli) bersifat menghambat laju dari gelombang

ultrasound. Hal ini akan menyebabkan tidak ada jaringan apapun yang dapat

terdeteksi di bawah bagian tersebut. Adanya acoustic shadowing sangat berguna dalam mendeteksi keberadaan sedimen maupun urolith di dalam lumen vesika urinaria (Barr 1990).

Kasus pengendapan partikel kristal biasanya disertai dengan gejala klinis hematuria, dysuria, stranguria dan nyeri abdomen. Pengendapan partikel kristal merupakan suatu keadaan terakumulasinya material kristal yang dapat memicu terbentuknya formasi kalkuli (urolith) dan obstruksi saluran urinaria bagian bawah (Carlton & McGavin 1995). Timbulnya endapan kristal dalam suatu larutan tergantung oleh pH, temperatur urin, derajat kelarutan dan konsentrasi kristalloid. Kristal yang terbentuk dapat diidentifikasi berdasarkan bentuk, warna dan derajat kelarutan dalam larutan asam atau basa (Latimer et al. 2003). Menurut Birchard dan Sherding (2000), mineral kristal yang ditemukan dalam urolith antara lain magnesium amonium fosfat, kalsium oksalat, kalsium fosfat, urat, silika, kalsium karbonat dan sistin.

Kasus Urolithiasis

Pada kasus 6 (tabel 2), berdasarkan pemeriksaan USG yang telah dilakukan terhadap seekor kucing jantan yang bernama chiko dengan menggunakan

transducer arah transversal ditemukan adanya bentukan sedimen partikel kristal

yang padat bersifat hyperechoic. Stuktur hyperechoic yang terlihat pada gambar 18 menunjukkan high-reflective interface.

Gambar 18 Sonogram kasus urolithiasis dengan arah transducer transversal. Sonogram kasus 6 yang memperlihatkan adanya urolith (kalkuli) di dalam lumen vesika urinaria yang ditunjukkan oleh (a), lumen vesika urinaria dengan area anechoic (b) dan terbentuk acoustic shadowing yang ditunjukkan oleh (c). Bar (garis putih) = 1 cm.

Pada sonogram gambar 18 memperlihatkan adanya area yang berwarna hitam (anechoic) di sekitar bentukan sedimen merupakan urin yang normal

a

c

terdapat di dalam vesika urinaria. Melalui hasil sonogram, sedimen hyperechoic yang ditemukan dalam lumen vesika urinaria didiagnosa sebagai urolith. Hal ini dibuktikan saat dilakukan penekanan dengan transducer partikel-partikel kristal tetap mengendap dan menunjukkan telah terbentuknya suatu massa padat yaitu

Dokumen terkait